Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SEROLOGI

“AUTOIMUN DAN IMUNODEFISIENSI”

Disusun oleh:

Nama : Rahayu sulistia


No bp : 1801077
Kelas : 2018 c

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI


(STIFARM PADANG)
2020/2021
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR………………………………………………………..…………..2

DAFTAR
ISI………….....…………………………………………………………..………3

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang…..……………………………………………………………4

1.2.Rumusan masalah.......……………………………….…………………….…5

1.3.Tujuan...............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1.DefinisiAutoimunitas..................………….........................…….……..…….....6

2.2.Penyebab dan mekanisme autoimun ..............................……........………..…...6

2.3.Pengertian Imunodefisiensi........................................……………...….....…….7

2.4.Macam-macam imunodefisiensi…………………….…….…………………....8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ………..…………………………………………………………13

3.2 Saran……………….…………………………………………………………13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
KATA PENGANTAR

Puji sykur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha esa karena dengan
rahmat, karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang Autoimun dan
Imunodifisiensi ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan
juga kami berterima kasih kepda ibuk fitra fauziah selaku dosen mata kuliah
serologi imunologi yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Autoimun dan Imunodifisiensi. Saya
juga menydari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya berharap adanya kritik dan saran demi
perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


mebacanya. Sekiranya makalah yang disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri
maupun orang yang lain yang membaca makalah ini. Sebelumnya saya mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan masa depan.

Padang, 29 januari 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Biasanya dalam keadaan normal, sistem imun dapat membedakan self antigen
(antigen tubuh sendiri) dari antigen asing, karena tubuh mempunyai toleransi
terhadap self antigen (self-tolerance), tetapi pengalaman klinis menunjukkan
bahwa ada kalanya timbul reaksi autoimunitas. Idealnya, sistem imun dapat
memelihara keseimbangan antara respon yang efektif terhadap antigen
lingkungan dan sistem pengendalian terhadap sejumlah molekul yang
mempunyai kemampuan merusak dirisendiri.
Autoimunitas adalah respon imun terhadap antigen jaringan sendiri
yang disebabkan olehkegagalan mekanisme normal yang berperan untuk
mempertahankan self-tolerance sel B, sel T atau keduanya. Potensi untuk
autoimunitas ditemukan pada semua individu oleh karena limfosit dapat
mengekspresikan reseptor spesifik untuk banyak self-antigen.
Autoimunitas terjadi karena self-antigen yang dapat menimbulkan
aktivasi, proliferasi serta diferensiasi sel T autoreaktif menjadi sel efektor
yang menimbulkan kerusakan jaringan dan berbagai organ. Respons
terhadap self-antigen melibatkan komponen-komponen yang juga terlibat dalam
respons imun, seperti antibodi, komplemen, komleks imun, dan cell
mediated immunity.Baik antibodi maupun sel T atau keduanya dapat berperan
dalam patogenesis penyakit autoimun.
Dalam populasi, sekitar 3,5 % orang menderita penyakit
autoimun. 94 % dari jumlah tersebut berupa penyakit Grave (hipertiroidism),
diabetes melitus tipe 1, anemia pernisiosa, artritisreumatoid, tiroiditis, vitiligo,
sklerosis multipel dan LES (Lupus eritematosus sistemik). Penyakit diemukan
lebih banyak pada wanita (2,7 kali dibanding pria).
Dalam autoimunitas, antigen disebut autoantigen, sedang antibodi disebut
autoantibodi. Sel auto reaktif adalah limfosit yang mempunyai reseptor
untuk autoantigen. Bila sel tersebut memberikan respon autoimun,
disebut SLR (sel limfosit reaktif). Pada orang normal, meskipun SLR
terpajang dengan autoantigen, tidak selalu terjadi respons autoimun oleh karena
ada sistem yang mengontrol reaksi autoimun.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu autoimun?


2. Apa penyebab dan mekanisme autoimun?
3. Apa itu imunodefisiensi?
4. Apa saja bentuk-bentuk imunodefisiensi?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui defenisi autoimun


2. Menjelaskan penyebab dan mekanisme autoimun
3. Mengetahui imunodefisensi pada manusia
4. Mengetahui bentuk-bentuk imunodefisiensi
BAB II
PEMBAHASAN

2.2 DEFENISI AUTOIMUN


Autoimun adalah penyakit yang terjadi akibat sistem kekebalan tubuh
(sistem imun) menyerang sel-sel sehat dalam tubuh sendiri. Sistem kekebalan
tubuh akan melepaskan protein yang disebut autoantibodi untuk menyerang sel-sel
baik dalam tubuh. Penyakit ini berkembang ketika sistem kekebalan tubuh salah
dalam menilai sel sehat yang ada dalam tubuh dan menganggapnya sebagai zat
asing yang berbahaya.
Autoimun dapat mempengaruhi hampir semua bagian tubuh seperti otak,
saraf, otot, sendi, mata, jantung, paru-paru, jantung, dan sebagainya. Organ tubuh
bertumbuh secara abnormal dan menyebabkan perubahan fungsi pada organ.
Kondisi penyakit autoimun yang makin parah dapat mengakibatkan kerusakan sel
jaringan tubuh dan peradangan.
Kesalahan yang menyebabkan sistem melawan suatu individu yang
seharusnya dilindungi bukanlah hal yang baru. Pao erlich pada awal abad ke 20
mengajukan konsep horror autotoxicus, dimana jaringan suatu organisme dimakan
oleh sistem kekebalan sendiri. Semua respon autoimun dulunya dipercaya sebagai
hal yang abnormal dan dikaitkan dengan suatu kelainan. Namun saat ini diketahui
bahwa respon autoimun adalah bagian terpisah dari sistem kekebalan vertebrata,
umumnya untuk mencegah terjadinya penyakit yang disebabkan oleh toleransi
imunologikal terhadap antigen milik sendiri. Autoimunitas berbeda dengan
aloimunitas.
Setiap penyakit yang dihasilkan dari seperti respon imun yang menyimpang,
kerusakan jaringan atau gangguan fungsi fisiologi yang ditimbulkan oleh respon
autoimun disebut penyakit autoimun.
Penyakit autoimun adalah penyakit dimana sistem kekebalan yang terbentuk
salah mengidentifikasi benda asing, dimana sel, jaringan atau organ tubuh manusia
justru dianggap sebagai benda asing sehingga dirusak oleh antibody. Jadi adanya
penyakit autoimun tidak memberikan dampak peningkatan ketahanan tubuh dalam
melawan suatu penyakit, tetapi terjadi kerusakan tubuh akibat kekebalan yang
terbentuk.

2.2 PENYEBAB PENYEBAB DAN MEKANISME AUTOIMUN


Reaksi autoimun dapat dicetuskan oleh beberapa hal :
 Senyawa yang ada di badan yang normalnya dibatasi di area
tertentu (disembunyikan dari sistem kekebalan tubuh) dilepaskan ke dalam
aliran darah. Misalnya, pukulan ke mata bisa membuat cairan di bola mata
dilepaskan ke dalam aliran darah. Cairan merangsang sistem kekebalan
tubuh untuk mengenali mata sebagai benda asing dan menyerangnya.
 Senyawa normal di tubuh berubah, misalnya, oleh virus, obat, sinar
matahari, atau radiasi. Bahan senyawa yang berubah mungkin kelihatannya
asing bagi sistem kekebalan tubuh. Misalnya, virus bisa menulari dan
demikian mengubah sel di badan. Sel yang ditulari oleh virus merangsang
sistem kekebalan tubuh untuk menyerangnya.
 Senyawa asing yang menyerupai senyawa badan alami mungkin
memasuki badan. Sistem kekebalan tubuh dengan kurang hati-hati dapat
menjadikan senyawa badan mirip seperti bahan asing sebagai sasaran.
Misalnya, bakteri penyebab sakit kerongkongan mempunyai beberapa
antigen yang mirip dengan sel jantung manusia. Jarang terjadi, sistem
kekebalan tubuh dapat menyerang jantung orang sesudah sakit
kerongkongan (reaksi ini bagian dari demam rheumatik).
 Sel yang mengontrol produksi antibodi misalnya, limfosit B (salah
satu sel darah putih) mungkin rusak dan menghasilkan antibodi abnormal
yang menyerang beberapa sel badan.
 Keturunan mungkin terlibat pada beberapa kekacauan autoimun.
Kerentanan kekacauan, daripada kekacauan itu sendiri, mungkin diwarisi.
Pada orang yang rentan, satu

pemicu, seperti infeks virus atau kerusakan jaringan, dapat membuat


kekacauan berkembang. Faktor hormonal juga mungkin dilibatkan, karena
banyak kekacauan autoimun lebih sering terjadi pada wanita

2.3 PENGERTIAN IMUNODEFISIENSI

Imunodefisiensi adalah sekumpulan keadaan yang berlainan, dimana sistem


kekebalan tidak berfungsi secara adekuat, sehingga infeksi lebih sering terjadi,
lebih sering berulang, luar biasa berat dan berlangsung lebih lama dari biasanya.
Jika suatu infeksi terjadi secara berulang dan berat (pada bayi baru lahir, anak-anak
maupun dewasa), serta tidak memberikan respon terhadap antibiotik, maka
kemungkinan masalahnya terletak pada sistem kekebalan. Gangguan pada sistem
kekebalan juga menyebabkan kanker atau infeksi virus, jamur atau bakteri yang
tidak biasa. Gangguan imunodefisiensi dapat disebabkan oleh defek atau defisiensi
pada sel-sel fagositik, limfosit B, limfosit T atau komplemen. Gejala yang spesifik
serta beratnya penyakit, usia saat penyakit dimulai dan prognosis penyakit
bergantung pada komponen apa yang terkena dalam sistem imun dan sampai mana
fungsi imun tersebut terganggu. Terlepas dari penyebab yang mendasari kelainan
imunodefisiensi, gejala utamanya mencakup infeksi kronik atau infeksi berat
kambuhan. Infeksi karena mikroorganisme yang merupakan flora normal tubuh,
respons tubuh yang buruk terhadap pengobatan infeksi dan diare
kronik.Imunodefisinsi bisa diklasifikasikan sebagai kelainan yang primer atau
sekunder dan dapat pula dipilah berdasarkan komponen yang terkena pada sistem
imun tersebut.

2.4 MACAM-MACAM IMUNODEFISIENSI

1. 1. Imunodefisiensi Primer

Sebagian besar penyakit imunodefisiensi primer ditentukan secara


genetik dan mempengaruhi bagian humoral dan/atau seluler dari imunitas
adaptif (dimediasi oleh sel limfosit B dan T), atau dapat juga mempengaruhi
mekanisme defensif dari imunitas bawaan (sel NK, fagosit, atau
komplemen). Defek pada imunitas adaptif umumnya disubklasifikasikan
pada komponen yang terutama terkait (sel B/T/keduanya). Akan tetapi,
pembagian ini masih kurang jelas karena adanya keterkaitan antara satu
komponen dengan komponen yang lain yang menyebabkan pembedaan antar
komponen penyebab menjadi sulit. Walau umumnya dianggap cukup jarang,
bentuk ringan dari imunodefisiensi primer ini dapat ditemukan di banyak
orang. Sebagian besar imunodefisiensi ini bermanifestasi pada usia bayi (6
bulan-2 tahun) dan terdeteksi karena bayi mengalami infeksi rekuren.
Berikut dijelaskan secara singkat berbagai kelainan imunodefisiensi yang
paling sering ditemukan. Beberapa contoh penyakit yang tergolong ke dalam
immunodefisiensi primer adalah :
2. Imunodefisiensi Sekunder
Immunodefisiensi sekunder umumnya didapatkan pada usia lanjut dan
merupakan dampak dari penyakit lain yang diderita atau efek obat-obatan.
Contohnya adalah penderita kegananasan (kanker) yang mendapatkan
radioterapi atau kemoterapi dapat menderita immunodefisiensi karena sel-sel
imun ikut dirusak oleh perlakuan tersebut. Selain itu, cacat pada sistem
kekebalan selular juga dapat disebabkan oleh malnutrisi (kekurangan
protein). Beberapa kondisi lain yang dapat menimbulkan immunodefisiensi
sekunder adalah keganasan (leukemia, limfoma), gagal ginjal akut, infeksi
HIV, sarkodosis, splenektomi, dan infeksi virus Epstein-Barr.
Secara umum, imunodefisiensi sekunder disebabkan oleh dua
mekanisme utama, yaitu imunosupresi yang muncul akibat komplikasi dari
penyakit atau keadaan lain, dan imunodefisiensi iatrogenik yang muncul
sebagai efek samping dari suatu terapi atau perlakuan lain.
- Malnutrisi. Penyakit/keadaan yang dapat menyebabkan imunodefisiensi
sekunder meliputi: Malnutrisi protein-kalori sering ditemukan di negara
berkembang dan diasosiasikan dengan gangguan imunitas selular dan
humoral pada mikroorganisme yang disebabkan oleh gangguan proses
metabolik tubuh. Gangguan ini dikarenakan defisiensi konsumsi protein,
lemak, vitamin, dan mineral, dan akan mempengaruhi maturasi serta
fungsi dari sel-sel imun
- Kanker. Pasien dengan kanker yang telah menyebar luas umumnya
mudah terinfeksi mikroorganisme karena defek pada respons imun
humoral dan selular. Tumor bone marrow dan leukemia yang muncul di
sumsum tulang dapat menggangu pertumbuhan limfosit dan leukosit
normal. Selain itu, tumor dapat memproduksi substansi yang
menghambat perkembaangan atau fungsi limfosit, seperti pada penyakit
Hodgkin. Dapat pula terjadi anergi, yaitu suatu kondisi dimana sistem
imun tidak dapat menginduksi respon imun terhadap antigen.
- Infeksi. Selain infeksi HIV, infeksi lain juga dapat menyebabkan
kelainan respons imun, contohnya pada virus measles dan HTLV-1
(Human T-cell Lymphothropic Virus-1) yang keduanya menginfeksi
limfosit. HTLV-1 merupakan retrovirus mirip HIV, akan tetapi HTLV-1
bekerja dengan mengubah sel T helper menjadi sel T neoplasma yang
malignan, disebut juga ATL (adult T-cell Leukemia). HTLV-1 dapat
menyebabkan berbagai infeksi oportunistik. Selain virus, infeksi kronik
Mycobacterium tuberculosis, berbagai jenis fungi, dan berbagai jenis
parasit dapat juga menyebabkan imunosupresi.

Sementara itu, terapi atau perlakuan lain yang dapat menyebabkan


imunodefisiensi adalah :

- Pemberian obat. Beberapa obat diberikan untuk menyupresi respon


imun, seperti kortikosteroid dan siklosporin. Selain itu, kemoterapi pada
penderita kanker juga memliki efek samping imunosupresi berupa efek
sitotoksik pada limfositselama beberapa saat, sehingga pasien kanker
yang baru menjalani kemoterapi akan mengalami satu periode dimana dia
akan lebih mudah terinfeksi suatu mikroorganisme.
- Pengangkatan lien. Seseorang yang mengalami pengangkatan lien
sebagai terapi karena trauma atau kondisi hematologik dapat
menyebabkan adanya peningkatan suspeksibilitas terhadap infeksi,
terutama terhadap bakteri encapsulated seperti Streptococcus
pneumoniae. Hal ini disebabkan oleh defek klirens mikroba teropsonisasi
di darah yang semestinya dilakukan lien.[ps]
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Jadi dapat disimpulan bahwa merupakan Autoimunitas adalah kegagalan


suatu organisme untuk mengenali bagian dari dirinya sendiri sebagai bagian dari
dirinya, yang membuat respon kekebalan melawan sel dan jaringan miliknya
sendiri Reaksi autoimun dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu senyawa yang
ada di badan yang normalnya dibatasi di area tertentu, senyawa normal di tubuh
berubah, senyawa asing yang menyerupai senyawa badan alami mungkin
memasuki badan, sel yang mengontrol produksi antibodi dan keturunan dan
Imunodefisiensi adalah keadaan di mana komponen sistem imun tidak dapat
berfungsi secara normal. Akibatnya, penderita imundefisiensi lebih rentan terhadap
infeksi virus, jamur atau bakteri, kanker, dan juga infeksi berulang

3.2 SARAN

Makalah ini sangat berguna untuk menambah pengetahuan pembaca baik itu
mahasiswa atau dosen dan diharapkan dapat bermanfaat dan dapat menambah
wawasan pembaca tentang Reaksi autoimunitas dan imunodefisiensi, jadi Makalah
ini patut dibaca dan dipelajar

DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaja, Karnen G.2006.Imunologi Dasar.Balai Penerbit FKUI:Jakarta.

Harti, Agnes Sri.2013. Imonologi Dasar Dan Imonologi Klinis.Graha


Ilmu:Yogyakarta.

Lachmann,Peters D.K, 2006. Clinical Aspects Of Immunology. 5 thn Edn.


Blackwell Scientific publications, oxford.

Morrow J.& IsenbergD.A 2001.Autoimmune. Rheumatic Disease.Blackwell


Scientific Publications,Oxford.
Weetman A.P (ed) 2004. Autoimmune Endocrine Disease. Cambridge University
Press, Cambridge,UK.

Anda mungkin juga menyukai