Nim :
Pada imunologi, terdapat tiga hal dasar yang dipelajari, yaitu imunitas atau
reaksi tubuh terhadap masuknya benda asing ke tubuh, respons imun atau respons
terkoordinir terhadap benda asing, dan sistem imun atau reaksi sel dan molekul yang
terjadi terhadap benda asing tersebut. Pada abad ke-19 dan ke-20, imunologi
banyak menemukan terobosan ilmiah, yaitu transplantasi organ yang aman,
identifikasi golongan darah, dan penggunaan antibodi monoklonal yang umum
digunakan untuk perawatan kesehatan. Sejauh ini, penelitian imunologi sedang
berusaha memecahkan masalah pada imunoterapi, penyakit autoimun, dan vaksin
untuk penyakit-penyakit yang belum ada obatnya, seperti ebola.
Kanker
Penyakit ini ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak terkendali sehingga salah
satu dampaknya adalah mengurangi fungsi sistem imun. Penelitian dalam imunologi
membuktikan bahwa penderita kanker bisa menjalani terapi imunitas (imunoterapi)
untuk meningkatkan kerja sistem imun sehingga dapat memerangi sel kanker.
Virus ini akan membuat tubuh Anda tidak mampu memerangi infeksi yang masuk ke
tubuh sehingga Anda lebih rentan terkena penyakit tertentu. HIV belum ada obatnya,
namun Anda bisa menekan perkembangan virus ini dengan obat dan perawatan
tertentu. Jika tidak segera diatasi, HIV bisa berkembang menjadi penyakit AIDS
(acquired immunodeficiency syndrome).
c). Hipersensitivitas
Hipersensitivitas adalah kondisi sistem imun yang terlalu mudah terpicu dan
mengaktifkan mode pertahanan mereka. Dalam penyakit imunologi, terdapat dua
penyakit yang berhubungan dengan hipersensitivitas, yakni penyakit autoimun dan
alergi.Penyakit autoimun adalah kondisi ketika sistem imun menyerang organ tubuh
yang seharusnya ia lindungi. Kondisi ini sendiri dibagi lagi menjadi dua bagian, yakni:
Penyakit autoimun primer: penyakit autoimun yang didapat sejak lahir,
misalnya diabetes Tipe 1
Penyakit autoimun sekunder: penyakit autoimun yang muncul karena
banyak faktor, misalnya rheumatoid arthritis, multiple sclerosis, penyakit
Chron, dan lupus.