Anda di halaman 1dari 64

KELOMPOK A - 7

BENGKAK LUTUT KANAN


STRUKTUR KEANGGOTAAN
Ketua : Fanny Domingga (1102016064)
Sekertaris : Megan Grishelda P. (1102016116)
Anggota : Arki Farros (1102015035)
Agami Zulaiho Tazkiyah (1102016010)
Azizah (1102016040)
Baiq Dwi Praptini EF (1102016041)
Elvira Eldysta (1102016060)
Fiona Salfadilla (1102016073)
Ichsan Maulana (1102016086)
SKENARIO
Seorang laki-laki berusia 45 tahun masuk ke Rumah Sakit dengan keluhan bengkak dan nyeri
pada lutut kanan sejak 6 hari yang lalu. Keluhan yang sama hilang timbul sejak 5 tahun yang lalu. Keluhan
lainnya kadang-kadang timbul demam dan nafsu makan menurun. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
oedema dan calor pada patella joint dextra. Pemeriksaan fisik lain tidak didapatkan kelainan. Dokter
mendiagnosis pasien menderita Artritis Rheumatoid yang merupakan salah satu penyakit autoimun
kemudian dokter menyarankan pemeriksaan laboratorium hematologi dan dirawat untuk follow up
pemeriksaan serta terapi. Dokter menyarankan pasien agar bersabar dalam menghadapi penyakit karena
membutuhkan penanganan seumur hidup.
KATA SULIT
• Calor: Panas, salah satu tanda utama peradangan. • Autoimun: Respon imun terhadap antigen jaringan
• Patella joint dextra: sendiri yang disebabkan oleh kegagalan mekanisme
mempertahankan self-tolerance sel B, sel T, atau
Patella: tulang berbentuk segitiga dan tebal, yang akan
bersendi dengan tulang paha (femur). keduanya.
Joint: salah satu sendi kompleks dalam tubuh manusia • Hematologi: cabang ilmu kedokteran yang
Dextra: Kanan. mempelajari darah dan jaringan berbentuk darah
• Artritis Rheumatoid: penyakit autoimun yang termasuk morfologi, fisiologi, dan patologinya.
ditandai oleh inflamasi sistemik kronik dan progresif, • Oedem: pengumpulan cairan secara abnormal
dimana sendi merupakan target utama.
diruang interstitial.
PERTANYAAN
1. Apa penyebab penyakit tersebut? 7. Bagaimana mekanisme penyakit AR?
2. Mengapa AR membutuhkan penanganan 8. Bagaimana gejala AR?
seumur hidup? 9. Apa saja gambaran umum AR?
3. Bagaimana mekanisme penyakit autoimun? 10. Bagaimana cara mendiagnosis AR
4. Apa saja macam penyakit autoimun?
11. Kenapa keluhan dapat hilang timbul?
5. Apa saja factor yang berpengaruh pada 12. Bagaimana pandangan islam terhadap
penyakit autoimun? menghadapi penyakit yang membutuhkan
6. Bagaimana penatalaksanaan pada penyakit penanganan seumur hidup?
AR ?
JAWABAN
1. Kekebalan tubuh yang seharusnya menyerang 4. Anemia hemolitik autoimun, trombositopenia
benda asing tetapi malaH menyerang sel normal autoimun, lupuseritematosus sistemik, DM tipe 1,
pada persendian sehingga terasa nyeri, bengkak sindrom good pasture, penyakit graves (
dan kaku hipertiroididm), sclerosis multiple, hepatitis autoimun.
2. Saat ini belum ada obatnya, tetapi dengan 5. Genetik, kelamin ( wanita lebih sering), umur,
perawatan yang tepat dapat menghambat infeksi virus, obat-obat tertentu.
peradangan dan penyebaran AR. Pengobatan 6. NSAID untuk mengurangi inflamasi, imunosupresa
dengan terapi jangka panjang. untuk menekan sel T, memperbaiki pola hidup dengan
3. Ada antigen yang rusak lalu dikelurkan dari perbanyak olahraga ringan dan tidak merokok.
jaringan kemudian dianggap sebagai epitop,
berikatan dengan antibodi sehingga dihancurkan
oleh antibodi.
7. Antigen ditangkap oleh sel CD4+ kemudian 9. Bengkak ( inflamasi dan peningkatan
mengeluarkan sitokin yang menginduksi sel B permeabilitas vascular), Nyeri ( cairan eksudat
mature, sel makrofag, dan endotel. Sel B mature bertambah banyak)
menghasilkan autoantibodi yang merangsang 10. Pemeriksaan penunjang: Diambil serum untuk
destruksi tulang. Sel makrofag menghasilkan dilihat ada antibody. Pemeriksaan ANA untuk
sitokin proinflamasi sehingga terjadi pelepasan mengetahui derajat autoimun dalam tubuh. X-Ray
enzym yang dapat menyebabkan destruksi tulang.
Sedangkakn endotel mengekspresikan molekul 11. Terjadi karena pola hidup tidak baik (adanya
adhesi dan akumulasi sel radang kemudian triger seperti rokok, alkohol) dan tergantung respon
menyebabkan destruksi tulang. imun tubuh.
12. Harus bersabar dan tawakal, tidak berhenti
berusaha.
8. Kaki terasa kebas, kesemutan, membengkak
pada sendi, panas, nyeri, nafsu makan berkurang,
timbul demam, bengkak pada pergelangan tangan,
pergelangan kaki, lutut dan kedua siku.
HIPOTESIS
Autoimun adalah Respon imun terhadap antigen jaringan sendiri yang disebabkan oleh
kegagalan mekanisme mempertahankan self-tolerance sel B, sel T, atau keduanya. Faktor
terjadinya autoimun karena Genetik, kelamin ( wanita lebih sering), umur, infeksi virus, obat-
obat tertentu. Penyakit autoimun bermacam-macam salah satunya AR yang menyerang sendi.
Gejalanya berupa Kaki terasa kebas, kesemutan, membengkak pada sendi, panas, nyeri, nafsu
makan berkurang, timbul demam, bengkak pada pergelangan tangan, pergelangan kaki, lutut dan
kedua siku. Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pola
hidup sehat dan konsumsi obat dapat meringankan gejala yang muncul, namun butuh
penanganan seumur hidup sehingga perlu bersabar dan tawakal.
MEMAHAMI DAN MENJELASKAN
AUTOIMUNITAS
Definisi
• Autoimunitas adalah sebagai respon imun terhadap antigen diri. (Patologi
anatomi, Robbins)
• Autoimunitas adalah respon imun terhadap antigen jaringan sendiri yang
disebabkan oleh kegagalan mekanisme mempertahankan self-tolerance sel B,
sel T atau keduanya. (Immunologi Dasar FKUI)

Sekitar 3,5% orang yang menderita AI, 94% berupa penyakit graves, diabetes
melitus type 1, anemia pernisioca, atritis rheumatoid, vitligo, sklerosis multiple,
dan LES.

Penyakit AI ditemukan 2,7x lebih banyak pada wanita.


MEMAHAMI DAN MENJELASKAN
AUTOIMUNITAS
Etiologi
Genetik

Hormon seks dan jenis kelamin

Infeksi

Faktor lingkungan
MEMAHAMI DAN MENJELASKAN
AUTOIMUNITAS

Klasifikasi
PENYAKIT JARINGAN

ORGAN SPESIFIK 1. Thyroiditis Hashimoto a) Tiroid


2. Penyakit Graves b) Sel parietal gaster
3. Anemia Pernisiosa c) Kel. adrenal
4. Addison

ORGAN NON-SPESIFIK 1. Sindroma Good Pasteur a) Pulmo, ginjal


2. Sjorgen’s Sindrome b) Kel. Lakrimal, saliva
3. Artritis Reumatoid c) Sendi
4. Lupus Eritomatus Sistemik d) ginjal, kulit, otak, pulmo
Kulit Penyakit kulit bulosa AI, lupus eritematosus diskoid, lupus eritematosus kutaneous subakut,
vitiligo, psoriasis, psoriasis artropati
Hepatobiliar Hepatitis auto imun, sirosis bilier primer, kolangitis sklerosis primer
Gastrointestinal IBD, kolitis ulseratif, Crohn disease, penyakit celiac, gastritis AI
Sistem Saraf Sklerosis multipel, sindrom guillain-barre, miastenia gravis, ensefalitis AI, amiotropic lateral sclerosis,
epilepsi AI, chorea AI, lambert eaton miastenic syndrome
Jantung dan darah Miokarditis AI dan dilated cardiomyopathy, aneia pernisiosa, purpura trombositopenik AI, anemia
hemolitik AI, anemia aplastik idiopatik, sindrom mielodisplastik, limfopeni AI, neutropeni AI, purpura
trombositopenik trombotik, koagulapati AI
Muskuloskeletal Polimiositis, dematomiositis, fibromialgia, chronic fatigue syndrome
Endokrin Penyakit AI tiroid, hashimoto atrofik subakut, penyakit graves, tiroiditis pospartum, DM tipe 1,
pankreatitis AI, hipofisitis AI, penyakit addison AI atau adrenalitis AI, sindrom poliendokrin AI

Ginjal Nefropati Ig , nefropati membranosa, glomerulo-sklerosis fokal dan segmental, glomerulonefritis,


membranoproliferatif atau mesangiokapiler, minimal change nephropathy

Mata Uveitis AI, retinopati AI, VKH (Vont-Koyanagi-Harada), miositis orbita, neuromielitis optika
Reproduksi Kegagalan ovarium AI, orkitis AI, endometriosis
Paru Pneumonia intertisial idiopatik, hipertensi arterial pulmoner
Telinga Kehilangan pendengaran sensoris neuron
Lain-lain Alopesia
MEMAHAMI DAN MENJELASKAN
AUTOIMUNITAS

Mekanisme
Mekanisme Humoral
Ditimbulkan oleh antibodi terhadap sel tertentu atau oleh kompleks antigen-
anibodi yang terbentuk dalam sirkulasi dan diendapkan di dinding pembuluh
darah

• Efek humoral melalui antibodi patogenik : AR


• Efek humoral melalui reseptor : sindrom GoodPasteur
• Efek humoral melalui transfer plasenta : penyakit Graves pada neonatus
Mekanisme Selular
Kerusakan jaringan yang ditimbulkan sel T, apat terjadi melalui reaksi DTH yang teradi atas
bantuan sel T CD4+ dan CD8+ atau melalui penyerangan sel sasaran langsung. Kedua sel
tersebut melepas sitokin yang mengaktifkan makrofag dan menginduksi inflamasi. Inflamasi
yang terjadi melalui sel T adalah khas kronis.

CD4+ CD8+

Infiltrasi limfosit dan makrofag ditemukan Respon CD8+ terhadap infeksi virus dapat
disekitar pulau Langerhans pankreas. Sel- menimbulkan kerusakan jaringan oleh
sel tersebut merusak sel B yang karena nya sel terinfeksi dihancurkan
memproduksi insulin dan menimbulkan walaupun virusnya sendiri tidak
defisiensi produksi insulin. menimbulkan efek sitopatik
Mekanisme multiple
Keadaan dimana ditemukannya 3 jenis penyakit AI pada satu penderita.

Type I Type II Type III

• Miastenia gravis • Sindrom Sjorgen • Penyakit


• Polimiositis • AR Addison
(inflamas otot) • Penyakit tiroid • LES
• Miokarditis sel AI (tiroiditis • Dermatitis
data (penyakit hashimoto, herpetiformis
inflamasi otot Gravis)
jantung)
MEMAHAMI DAN MENJELASKAN
ARTRITIS RHEUMATOID

Definisi
• Artritis Rheumatoid adalah penyakit autoimun yang ditandai oleh inflamasi
sistemik kronik dan progresif, dimana sendi merupakan target utama. (Buku
ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III edisi IV)

• Artritis Rheumatoid adalah penyakit sistemik kronik yang terutama


menyerang sendi, biasanya poliartikular, ditandai dengan perubahan akibat
radang pada membran sinovial dan struktur artikular, adanya atrofi dan
penipisan tulang. Pada stadium lanjut terdapat deformitas dan ankilosis.
(Dorland edisi 29)
MEMAHAMI DAN MENJELASKAN
ARTRITIS RHEUMATOID

Epidemiologi
Prevalensi RA relatif konstan yaitu berkisar antara 0,5-1% di seluruh dunia (Suarjana, 2009). Dalam ilmu
penyakit dalam Harrison edisi 18, insidensi dan prevalensi RA bervariasi berdasarkan lokasi geografis dan
diantara berbagai grup etnik dalam suatu negara.

• masyarakat asli Ameika, Yakima, Pima, dan suku-suku Chippewa di Amerika Utara dilaporkan memiliki
rasio prevalensi dari berbagai studi sebesar 7%.
• studi pada populasi di Afrika dan Asia yang menunjukkan prevalensi lebih rendah sekitar 0,2%-0,4%
(Longo, 2012).
• Prevalensi RA di India dan di negara barat kurang lebih sama yaitu sekitar 0,75% (Suarjana, 2009).

RA adalah penyakit inflamasi reumatik yang paling sering dengan prevalensi 0,5% sampai 0,8% pada
populasi dewasa. Insidensinya meningkat seiring usia, 25 hingga 30 orang dewasa per 100.000 pria dewasa
dan 50 hingga 60 per 100.000 wanita dewasa (Schneider, 2013). Studi RA di Negara Amerika Latin dan
Afrika menunjukkan predominansi angka kejadian pada wanita lebih besar dari pada laki-laki, dengan
rasio 6-8:1 (Longo, 2012).
• Di Cina, Indonesia dan Filipina prevalensinya kurang dari 0,4% baik didaerah urban
ataupun rural.

• Hasil survey yang dilakukan di Jawa Tengah mendapatkan prevalensi RA sebesar 0,2%
di daerah rural dan 0,3% di daerah urban. Sedangkan penelitian yang dilakukan di
Malang pada penduduk berusai diatas 40 tahun mendapatkan prevalensi RA sebesar
0,5% didaerah kotamadya dan 0,6% didaerah kabupaten.

• Dari data presurvey di Dinas Kesehatan Provinsi Lampung didapatkan bahwa penyakit
RA menjadi salah satu dari 10 penyakit terbesar sejak tahun 2011. Pada presurvey ini
dilakukan pengamatan data sejak tahun 2007 sampai dengan 2012. RA muncul pada
tahun 2011 menempati urutan kedelapan dengan angka diagnosa sebanyak 17.671 kasus
(5,24%) dan naik ke urutan keempat pada tahun 2012 dengan 50.671 kasus (7,85%)
(Dinkes, 2011).
Prevalensi global penyakit artritis reumatoid (Longo, 2012)
MEMAHAMI DAN MENJELASKAN
ARTRITIS RHEUMATOID

Etiologi
• Genetik
• infeksi
Faktor • Protein heat shock (HSP)
penyebab

• Hormon seks dan jenis kelamin


• Riwayat keluarga AR
• Usia lanjut
• Paparan salisilat
Faktor • Merokok dan konsumsi kopi lebih dari 3 cangkir khususnya yang mengandung
risiko decaffein tinggi
MEMAHAMI DAN MENJELASKAN
ARTRITIS RHEUMATOID

Patogenesis
MEMAHAMI DAN MENJELASKAN
ARTRITIS RHEUMATOID

Manifestasi Klinik
Awitan (onset)
Kurang lebih 2/3 penderita AR, awitan terjadi secara perlahan, artritis simetris terjadi dalam
beberapa minggu sampai bebetapa bulan perjalanan penyakit.

Kurang lebih 15% dari penderita mengalami gejala awal lebih cepat yaitu antara beberapa hari
sampai beberapa minggu. Sebanyak 10-15% penderita mempunyai awitan fulminant berupa
artritis poliartikular sehingga diagnois AR lebih mudah ditegakan.

Artritis sering kali diikuti oleh kekakuan sendi pada pagi hari yang berlangsung selama satu jam
atau lebih. Beberapa penderita juga mempunyai gejala konstitusional berupa kelemahan,
kelelahan, anoreksia, dan demam ringan
Artikular
Penderita AR pada umunya datang dengan keluhan nyeri dan kaku pada banyak sendi, bengkak,
kemerahan, teraba hangat ditemukan pd awal penyakit atau selama kekambuhan, pada AR
kronik tidak ditemui kemerahan dan teraba panas.

Penyebab artritis padd AR adalah sinovitis, inflamasi pd sinovium yang membungkus sendi.

Sendi yg terkena persendian tangan, kaki, dan vertebra servical, bahu dan lutut juga bisa kena.
Sinovitis akan menyebabkan erosi tulang
Sendi yang terlibat Frekuensi keterlibatan (%)
Metacarpophalangeal (MCP) 85
Pergelangan tangan 80
Proksimal interphalangeal (PIP) 75
Lutut 75
Metatarsophalangeal (MTP) 75
Pergelangan kaki (tibiotalar + subtalar) 75
Bahu 60
Midfoot (tarsus) 60
Panggul (Hip) 50
Siku 50
Acromioclavicular 50
Vertebra servikal 40
Temporamandibular 30
sternoclavicular 30
Ekstrartikular
• Manifestasi ekstrartikular pada umunya didapatkan pada penderita
yang mempunyai titer faktor reumatoid serum tiggi

• Produksi sitokin dalam sendi yg terjadi inflamasi, aktor utama yg


menyebabkan adalah TNF-alpha, IL-1, dan IL-6
Sistem organ Manifestasi

konstitusional Demam, anoreksia, kelelahan, kelemahan, limfadenopati

Nodul rematoid, acclerated rheumatoid nodulosis, rheumatoid vaskulitis, pyoderma gangrenosum, interstitial
granulomatosus dermatitis with artritis, dll

Mata Sjogren syndrom (keratokonjungtivitis sicca), scleritis, episcleritis, scleromalacia

Kardiovaskular Pericarditis, efusi pericardial, edokarditis, valvulitis

Paru-paru Pleuritis, efusi pleura, interstitial fibrosis, nodul reumatoid pada paru, caplan’s syndrom (infiltrat nodular pada
paru dengan pneumoconiosis)
Hematologi Aneia penyakit kronik, trombositosis, eosinofilia, felty syndrom (AR dengan neutropenia dan splenomegali)

Gastrointestinal Sjogren syndrom xerostomia), amyloidosis, vaskulitis

Neurologi Entrapment neuropathy, myelopathy/myositis

Ginjal Amyloidosis, RTA, interstitial nephritis

Metabolik Osteoporosis
MEMAHAMI DAN MENJELASKAN
ARTRITIS RHEUMATOID

Diagnosis dan Diagnosis Banding


Kriteria Klasifikasi AR menurut ACR/EULAR
2010
Diagnosis AR di indonesia mengacu pada kriteria diagnosis menurut American
Collage of Rheumatology atau European League Against Reumatism 2010

• Diagnosis AR ditegakkan bila pasien memiliki skor 6 atau lebih.


• Pada pasien dengan skor kurang dari 6, tidak diklasifikasikan sebagai AR,
kondisinya dapat dinilai kembali dan mungkin kriterianya dapat dipenuhi
seiring berjalannya waktu
Kriteria skor
A. Keterlibatan sendi
1 sendi besar 0
2-10 sendi besar 1
1-3 sendi kecil (dengan/tanpa keterlibatan sendi besar) 2
4-10 sendi kecil (dengan/tanpa keterlibatan sendi besar) 3
lebih dari 10 sendi (minimal 1 sendi kecil) 5
B. Serologi (min 1 hasil lab diperlukan untuk klasifikasi)
RF atau ACPA negatif 0
RF atau ACPA positif rendah 2
RF atau ACPA positif tinggi 3
C. Reaktan Fase Akut (min 1 hasil lab diperlukan untuk klasifikasi)
LED atau CRP normal 0
LED atau CRP abnormal 1
D. Lamanya sakit
kurang 6 minggu 0
6 minggu atau lebih 1
C-Reactive Protein (CRP) Umumnya meningkat smp >0,7 pictogram/mL, utk
monitor perjalanan penyakit

Laju Endap Darah (LED) Sering meningkat >30mm/jam, Hb rata2 10g/dL


hemoglobin/hematokrit*
Jml lekosit Mungkin meningkat
Jml rombosit Biasanya meningkat
Fungsi hati Normal atau fosfatase alkali sdikit meningkat

Foto polos sendi Normal, tampak osteopenia/ erosi dktcelah sendi pd stad.
Dini penyakit. Foto ergelangan tangan kaki penting utk
data dasar sbg pembanding pemeriksaan berikutnya

MRI Mampu mendeteksi erosi sendi lebih awal dibanding foto


polos sendi tampilan struktur lebih rinci
Anti-CCP Melihat perburukan penyakit
Antinuclear antibody (ANA) Tdk terlalu bermakna utk pemeriksaan AR
Pemeriksaan cairan sendi Ditemukan kristal, kultur negatif dan kadar glukosa rendah

Fungsi ginjal Tdk pengaruh dgn AR, tetapi utk memonitori efek samping dr
terapi
urinalis Hematuria mikroskopik dan proteunaria ditemukan pd
kebanyakan penyakit jaringan ikat
Konsentrasi komplemen Normal atau meningkat
Imunoglobulin Ig alpha-1 dan alpha -2 mungkin meningkat
Anti-RA33 Pemeriksaan lanjutan apabila RF dan anti-CCP negatif
Pemeriksaan C-Reactive Protein

• CRP adalah suatu alfa globulin yang timbul dalam serum setelah terjadinya inflamasi. CRP mempunyai
kemampuan mengaktifkan jalur klasik komplemen setelah berikatan dnegan berbagai ligan biologik
(fosfokolin, fosfolipid, dan protein histon), kemudian memacu perubahan sel fagosit melalui jalur
proinflamasi atau anti inflamasi.
• Adanya stimulus inflamasi akut, konsentrasi CRP akan meningkat secara cepat dan mencapai puncaknya
setelah 2-3 hari. Secara umum, konsentrasi CRP merefleksikan luasnya kerusakan jaringan.
• Bila tidak ada stimulus inflamasi maka konsentrasi CRP serum akan turun dnegan relatif cepat dengan
waktu paruh sekitar 18 jam
• Peningkatan konsentrasi CRP secara persisten menggambarkan adanya proses inflamasi kronik seperti
AR, tuberkulosis, dan keganasan.
• Pengukuran konsentrasi CRP secara akurat menggunakan immunoassay atau
neflometri laser. Kadar CRP manusia dewasa sehat < 0,2 mg/dL.

• Pengukuran CRP bergua untuk menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan


penyakit reumatik seperti halnya pengkururan laju endap darah (LED). Hanya
pengukuran CRP menawrkan suatu kelebihan sebagai pengukuran yang dapat
secara langsung dalam menentukan adanya protein fase akut yang
mencerminkan besaran inflmasi
Tabel kondisi yang berhubungan denan peningkatan kadar CRP

Normal atau peningkatan tidak Peningkatan sedang (1-10 Peningkatan tinggi ( > 10
signifikan ( < 1 mg/dl) mg/dl) mg/dl)

Kerja berat Infark miokard Infeksi bakter akut


Common cold Keganasan Trauma berat
Kehamilan Pankreasitis Vaskulitis sistemik
Gingivitis Infeksi mukosa broonkitis, sistitis

Stroke Penyakit reumatik


Kejang
Angina
Pemeriksaan Faktor Rheumatoid (FR)
• Faktor rheumatoid (FR) merupakan antibodi sendiri terhadap determinan
antigenik pada fragmen FC dari imunoglobulin.

• FR mencangkup semua kelas imunoglobulin tetapi yang mendapat perhatian


khusus hanyalah IgM-FR dn IgG-FR

• Titer FR yang tinggi pada AR mengindikasikan prognosis buru dan


kecenderungan manifestasi ektraartikular
Tabel penyakit yang berhubungan dengan FR

Penyakit reumatik AR, LES, skleroderma, mixed connective tissue diseases,


sindrom sjrogen’s

Infeksi viral Acquired immunodeficiency syndrom, mononukleosis,


hepatitis, influenza, dan setelah vaksinasi

Infeksi parasit Trypanosomiasis, kala azar, malaria, filariasis

Infeksi bakterialis kronik Tuberkulosis, leprosis, sifilis, blucelosis, salmonelosis

Neoplasma Pasca radiasi atau kemotrapi

Hyperglobulinemic state Purpura hipergammaglobulinemia, kryoglobulinemia,


penyakit hati kronik, penyakit paru kronik
Tabel perbandingan faktor reumatoid pada Artritis Reumatoid dan penyakit
non reumatik

Faktor reumatoid Artritis reumatoid Penyakit non-reumatik


Titer Tinggi Rendah
Heterogenitas ++ +
Reaksinya terhadap Lengkap Tidak lengkap
gammaglobulin manusia dan
hewan
Klas imunoglobulin dan tempat IgM, IgA, IgG sinovium dan Terutama IgM tidak jelas,
produksi tempat ekstravaskular lainnya tetapi bukan pada daerah
sinovial
Diagnosis banding
Dilakukan sbg Pembeda gejala penyakit serupa yang mirip dengan AR spt LES,

Artritis Gout  hrs dilakukan pemeriksaan cairan sendi.


MEMAHAMI DAN MENJELASKAN
ARTRITIS RHEUMATOID

Tatalaksana
Terapi non farmakologik

Beberapa terapi non farmakologik telah dicoba pada penderita AR, antara lain:
• Puasa
• Suplementas asam lemak esensial
• Terapi spa dan latihan
• Pemberian minyak ikan
• Memberikan edukasi dan pendekatan multidisiplin dalam perawatan
• Pembedahan
Terapi farmalogik
• OAINS/NSAID (obat anti-inflamsi non steroid/non streoid anti-inflamtion drugs)
Digunakan sebagai terapi awal untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan. Penderita AR
mempunyai risiko dua kali lebih sering mengalami komplikasi serius akibat penggunaan
OAINS/NSAID, oleh karena itu perlu pemantauan secara ketat terhadap gejala efek samping
gastrointestinal.

• Glukokortikoid
Steroid dengan dosis ekuivalen dengan prednison kurang dari 10 mg per hari cukup efetif untuk
meredakan gejala dan dapat memperlambat kerusakan sendi. ACR merekomendasikan bahwa
penderita yang mendapat terapi glukokortikoid harus disertai pemberian kalium 1500 mg dan vit.
D 400-800 IU per hari
• DMARD (Disease Modifying Anti-Rheumatic Drugs)
Pemilihan jenisnya pada pasien harus mempertimbangkan kepatuhan, berat penyakit,
pengalaman dokter, dan penyakit penyerta. DMARD yang paling sering digunakan
adalah MTX (Metrothexate), hidroksiklorokuin atau klorokuin fosfat, sulfasalazin,
leflunomide, infliximab dan etarnecept.
MEMAHAMI DAN MENJELASKAN
ARTRITIS RHEUMATOID

Pencegahan
• Karena termasuk dari penyakit autoimun, maka tidak ada tindakan spesifik
mencegah rheumatoid arthritis.
• Tapi kita tetap dapat berusaha mencegah agar tidak jatuh dalam kondisi
berfaktor resiko terutama yang telah memiliki faktor resiko keturunan.
• Seperti merubah gaya hidup agar lebih sehat dengan cara istirahat yang
cukup, diet sehat, hindari stres berat, dan rutin berolah raga. Juga termasuk
di antaranya berhenti merokok dan menjauhi asap rokok orang lain.
• Bila memang terkena, harus segera mendapatkan perhatian medis, agar
kerusakan sendi dapat dicegah dan perkembangan penyakit dapat ditangani
seoptimal mungkin
MEMAHAMI DAN MENJELASKAN
ARTRITIS RHEUMATOID

Komplikasi
• Anemia • Pembentukan fistula
• Kanker • Peningkatan infeksi
• Komplikasi kardiak • Deformitas sendi
• Penyakit tulang belakang • Komplikasi pernafasan
• Gangguan mata • Nodul reumatoid
• vaskulitis
MEMAHAMI DAN MENJELASKAN
ARTRITIS RHEUMATOID

Prognosis
• Diagnosis dan pengobatan yang terlambat dapat membahayakan pasien. Sekitar 40%
pasien rheumatoid arthritis ini menjadi cacat setelah 10 tahun. Akan tetapi, hasilnya
sangatlah bervariasi. Beberapa pasien menunjukkan progresi yang nampak seperti
penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya, sedangkan pasien lain mungkin
menunjukkan progresi penyakit yang kronis (Temprano, 2011). Prognosis yang
buruk dapat dilihat dari hasil tes yang menunjukkan adanya cedera tulang pada tes
radiologi awal, adanya anemia persisten yang kronis dan adanya antibodi anti-CCP
(Temprano, 2011). Rheumatoid arthritis yang aktif terus-menerus selama lebih dari
satu tahun cenderung menyebabkan deformitas sendi serta kecacatan. Morbiditas
dan mortalitas karena masalah kardiovaskular meningkat pada penderita rheumatoid
arthritis. Secara keseluruhan, tingkat mortalitas pasien rheumatoid arthritis adalah
2,5 kali dari populasi umum (Temprano, 2011).
PANDANGAN ISLAM DALAM
MENGHADAPI PENYAKIT

Al-Qur’an dan Al-Hadits


• Sabar Merupakan Perintah Mulia Dari Rabb Yang Maha Mulia Allah SWT
berfirman :“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalatsebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar,..” (QS. Al-
Baqarah: 153) dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman: “Wahai orang-orang
yang beriman bersabarlah dan kuatkanlah kesabaranmu,..…” (QS.Ali Imran:
200)

Konteks (kandungan) dari kedua ayat diatas menerangkan bahwa sabar


merupakan perintah dari Allah SWT. Sabar termasuk ibadah dari ibadah-ibadah
yang Allah wajibkan kepada hamba-Nya. Terlebih lagi, Allah SWT kuatkan
perintah sabar tersebut dalam ayat yang kedua. Barangsiapa yang memenuhi
kewajiban itu, berarti iatelah menduduki derajat yang tinggi di sisi Allah SWT.
• Pujian Allah SWT Terhadap Orang-Orang Yang sabar

Allah SWT memuji mereka sebagai orang-orang yang benar dalam keimanannya.
Sebagaimana firman-Nya Nya: “….. dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang yang benar
(imannya). Dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 177)
Dalam kitab Madarijus Salikin 2/152 Al Imam Ibnul Qayyim, mengutarakan bahwa
ayat yang seperti ini banyak terdapat dalam Al Qur‟an. Sehingga keberadaan
sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah adalah benar-benar menjadi
barometer keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
• Mendapat Ampunan Dari Allah SWT.

Selain Allah memberikan ganjaran yang lebih baik dari amalannya kepada
orangyang sabar, Allah juga memberikan ampunan kepada mereka. Sebagaimana
tertulis dalam firman-Nya : ”kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana),
danmengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang
besar”.(Hud: 11)
Dari Aisyah, beliau berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Tidak ada suatu
musibahpun yang menimpa seorang muslim, melainkan Allah SWT telah
menghapus dengan musibah itu dosanya. Meskipun musibah itu adalah duri yang
menusuk dirinya.” (HR.Al-Bukhari no. 3405 dan Muslim 140-141/1062).
Daftar pustaka
• Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III edisi IV
• Buku ajar patologi robbins edisi 9
• Karnen Garna Baratawidjaja, dkk. 2016. Imunologi Dasar. Edisi 11. Cetakan ke-2. Jakarta:
FKUI
• Endang Purwaningsih. 2013. Disfungsi Telomer Pada Penyakit Autoimun. Jakarta: Jurnal
Kedokteran Yarsi. Vol 21, No. 1:041-049
• http://digilib.unila.ac.id/2424/9/2.%20Bab%202.pdf
• http://www.kalbemed.com/Portals/6/17_190Berita%20Terkini-
Penanganan%20rheumatoid%20arthritis%20pendekatan%20agresif%20dengan%20kontrol%2
0ketat.pdf
• http://www.kalbemed.com/Portals/6/29_217Berita%20Terkini_Guideline%20EULAR%202013%2
0untuk%20Penanganan%20Rheumatoid%20Arthritis.pdf
TERIMAKSIH
SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai