Erythematosus (SLE)
• Kelompok 5
Nama anggota kelompok
1) Faktor genetik berperan penting dalam kerentanan penyakit SLE. Sekitar 10% - 20% pasien
SLE mempunyai kerabat dekat yang menderita SLE
2. Faktor lingkungan, yakni sinar UV yang mengubah struktur DNA di daerah yang terpapar
sehingga menyebabkan perubahan sistem imun di daerah tersebut serta menginduksi apoptosis
dari sel keratonisit
3. Obat – obatan tertentu, seperti obat – obatan jenis klorpomazin, metilpoda, isoniazid, dilantin,
penisilamin kuinidine, hydralazine (obat antihipertensi), dan procainamide (untuk mengobati
detak jantung yang tidak teratur), jika terus – menerus dikonsumsi akan membentuk antibodi
penyebab SLE
4. Infeksi virus dan bakteri juga menyebabkan perubahan pada sistem imun dengan mekanisme
menyebabkan peningkatan antibodi sehingga mengaktivasi sel B limfosit non spesifik yang akan
memicu terjadinya SLE
5. Stress yang berlebihan
6. Faktor hormonal menyebabkan wanita sering terserang SLE dibanding pria. Meningkatnya
gejala penyakit ini pada masa sebelum menstruasi atau selama kehamilan mendukung kayakinan
bahwa hormon (terutama esterogen) berperan dalam timbulnya penyakit ini.
3.patofisiologi
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan
peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini disebabkan oleh
kombinasi antara faktor – faktor genetik, hormonal, lingkungan (cahaya matahari, luka
bakar termal), serta obat – obatan tertentu. Peningkatan produksi autoantibodi terjadi akibat
fungsi sel T supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan
kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen kemudian terjadi serangan
antibodi tambahan dan siklus tersebut terulang kembali. Kerusakan organ pada SLE
didasari pada reaksi imunologi. Reaksi ini menimbulkan abnormalitas respons imun di
dalam tubuh yaitu :
1) Sel T dan Sel B menjadi otoreaktif
2) Pembentukan sitokinin yang berlebihan
3) Hilangnya regulasi kontrol pada sistem imun, antara lain :
a) Hilangnya kemampuan membersihkan antigen di kompleks imun maupun
sitokinin dalam tubuh
b) Menurunnya kemampuan mengendalikan apoptosis
c) Hilangnya toleransi imun : sel T mengenali molekul tubuh sebagai antigen,
karena adanya mimikri molekuler
Akibat proses tersebut, maka terbentuk berbagai macam antibodi di dalam tubuh
yang disebut autoantibodi. Selanjutnya antibodi tersebut membentuk imun. Nah,
kompleks imun tersebut terdeposisi pada jaringan yang akhirnya menimbulkan
gejala inflamasi atau kerusakan jaringan (Kowalak dalam Ariani, 2016).
4.WOC
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Perhitungan sel darah lengkap (complete blood count) : penderita SLE dapat mengalami anemia,
trombositopenia, leukositosis atau leukopenia.
b. Analisis urine : urine pada penderita SLE dapat mengalami kenaikan kandungan protein dan sel
darah merah (kondisi ini menandakan SLE telah menyerang ginjal).
c. Pemeriksaan ANA (antinuclear antibody) : pemeriksaan ini digunakan untuk memeriksa
keberadaan sel antibodi tertentu dalam darah, dimana kebanyakan penderita SLE memilikinya.
Sekitar 98% penderita SLE memiliki hasil positif jika dilakukan tes ANA.
d. Pemeriksaan imunologi : diantaranya adalah anti-dsDNA antibody, anti- Sm antibody,
antiphospholipid antibody, syphilis, lupus anticoagulant, dan Coombs’test. Pemeriksaan imunologi
tersebut merupakan salah satu kriteria dalam penentuan diagnosis SLE.
e. Tes komplemen C3 dan C4 : komplemen merupakan senyawa dalam darah yang membentuk
sebagian sistem kekebalan tubuh. Level komplemen dalam darah akan menurun seiring
aktifnya SLE
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.Tahap
pelaksanaan di mulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukkan pada nursing orders
untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karna itu rencana tindakan
yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi maslah
kesehatan klien.
2.1 EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan
yang di sengaja dan terus – menerus dengan melibatkan klien, perawat dan anggota tim
kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi
dan strategi evaluasi. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
yaitu:
a. S (subjective) yaitu pernyataan atau keluhan dari pasen
b. O (objective) yaitu data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga.
c. A (analisys) yaitu kesimpulan dari objektif dan subjektif
d. P (planning) yaitu rencana tindakan yang akan dilakuakan berdasarkan analisis.
THANKS!