Oleh :
SIL SANJAYA
010111a106
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 15 menit diharapkan klien
mampu memahami tentang Diabetes Mellitus dan diet DM
2. Tujuan Khusus
1. Klien mampu menyebutkan definisi DM
2. Klien mampu menyebutkan makanan pantangan DM
3. Klien mampu menyebutkan makanan yang dianjurkan untuk DM
4. Klien mampu menjelaskan pola makan untuk diet DM
5. Klien mampu menjelaskan pengaturan gizi untuk DM
6. Klien mampu menjelaskan indeks glikemik untuk DM
7. Klien mampu menjelaskan piramida makanan untuk DM
B. POKOK BAHASAN
Diabetes Mellitus
E. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F. SUSUNAN ACARA
NO Tahap Waktu Kegiatan Metode Respon
1 Pembukaan 5 menit a. Mengucapkan Ceramah Mendengarkan
salam Ceramah Mendengarkan
b. Menjelaskan
kontrak dan tujuan
pertemuan
2 Pelaksanaan 20 a. Menjelaskan Ceramah Mendengarkan
menit definisi DM
b. Menjelaskan
tentang makanan Ceramah Mendengarkan
pantangan DM
c. Menjelaskan
tentang pengaturan Ceramah Mendengarkan
gizi untuk DM
3 Penutup 5 menit a. Meberikan Tanya jawab Bertanya
kesempatan klien
bertanya
b. Menjawab
pertanyaan klien Ceramah Mendengarkan
c. Mengevaluasi
kegiatan
d. menutup Ceramah Mendengarkan
pertemuan dengan
mengucapkan
salam
G. SETTING TEMPAT
KETERANGAN :
: Penyaji
: klien
H. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi struktur
a. Tersedianya SAP diet diabetes mellitus
b. Tersedianya tempat untuk penyuluhan kesehatan diabetes mellitus
2. Evaluasi proses
1. Acara penyuluhan kesehatan berjalan lancar
2. 90 % klien dan keluarga mampu memehami materi yang
disampaikan
3. Evaluasi hasil
a. Klien dan keluarga mengetahui tentang diabetes mellitus
b. Klien dan keluarga memahami makanan pantangan DM
c. Klien dan keluarga memahami tentang makanan yang dianjurkan
untuk klien
d. Klien dan keluarga mengetahui tentang pengaturan gizi untuk DM
LAMPIRAN MATERI
DIABETES MELLITUS
1. PENGERTIAN
Diabetes Mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan
metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat
suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari
insulin atau keduanya (Francis dan John 2000).
Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Arjatmo, 2002).
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan
gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang
disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat.
(Brunner dan Sudart 2001)
Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang akibat peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2002).
Diabetes Melitus adalah penyakit kelebihan kadar gula darah di
dalam tubuh sehingga terjadi peningkatan kadar gula darah akibat
kekurangan insulin.
2. MACAM DM DAN PENYEBABNYA
a. Diabetes tipe I
Diabetes tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta
pankreas. Kombinasi faktor genetik, imunologi dan mungkin pula
lingkungan diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta.Faktor-
faktor genetik. Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu
sendiri, tetapi mewarisi suatu kecenderungan atau predisposisi genetik
ke arah terjadinya diabetes tipe I. kecenderungan ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA(human leucocyt antigen)
tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas
antigen transplantasi dan proses imun lainnya. Resiko terjadinya
diabetes tipe I meningkat tiga hingga lima kali lipat pada individu yang
memiliki salah satu dari kedua tipe HLLA tersebut.
Faktor-faktor imunologi. Pada diabetes tipe I terdapat bukti
adanya suatu respon otoimun. Respon ini merupakan respon abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi pada jaringan tersebut yang dianggapnnya seolah-olah
jaringan asing. Factor-faktor ;lingkungan. Adanya faktor eksternal
yang dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel
beta. (Irawan Susilo Imim, dkk, 2000)
Karakteristik Diabetes Melitus tipe I :
1) Mudah terjadi ketoasidosis
2) Pengobatan harus dengan insulin
3) Onset akut
4) Biasanya kurus
5) Biasanya terjadi pada umur yang masih muda
6) Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4
7) Didapatkan antibodi sel islet
8) 10%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
b. Diabetes tipe II
Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor
resiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes
melitus II.
Faktor-faktor ini adalah :
1) Usia resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65
tahun.
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
Karakteristik DM tipe II:
1) Sukar terjadi ketoasidosis
2) Pengobatan tidak harus dengan insulin
3) Onset lambat
4) Gemuk atau tidak gemuk
5) Biasanya terjadi pada umur > 45 tahun
6) Tidak berhubungan dengan HLA
7) Tidak ada antibodi sel islet
8) 30%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
9) 100% kembar identik terkena
(Irawan Susilo Imim, dkk, 2000)
4. KOMPLIKASI DM
Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan
kronis. Yang termasuk dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia,
diabetes ketoasidosis (DKA), dan hyperglycemic hyperosmolar nonketocic
coma(HHNC). Yang termasuk dalam komplikasi kronis adalah retinopati
diabetic, nefropati diabetic, neuropati, dislipidemia, dan hipertensi.
a. Komplikasi akut
Diabetes ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit
insulin yang berat pada jaringan adipose, otot skeletal, dan hepar.
Jaringan tersebut termasuk sangat sensitive terhadap kekurangan
insulin. DKA dapat dicetuskan oleh infeksi ( penyakit)
b. Komplikasi kronis:
Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada
pembuluh retina. Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina akibat
berkurangnya aliran darah retina. Respon terhadap iskemik retina
ini adalah pembentukan pembuluh darah baru, tetapi pembuluh
darah tersebut sangat rapuh sehingga mudah pecah dan dapat
mengakibatkan perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa
mengakibatkan ablasio retina atau berulang yang mengakibatkan
kebutaan permanen.
Nefropati diabetic
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah
glomerulosklerosis yang nodular yang tersebar dikedua ginjal yang
disebut sindrom Kommelstiel-Wilson. Glomeruloskleriosis nodular
dikaitkan dengan proteinuria, edema dan hipertensi. Lesi sindrom
Kommelstiel-Wilson ditemukan hanya pada DM.
Neuropati
Neuropati diabetic terjadi pada 60 70% individu DM.
neuropati diabetic yang paling sering ditemukan adalah neuropati
perifer dan autonomic.
Displidemia
Lima puluh persen individu dengan DM mengalami
dislipidemia.
Hipertensi
Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan
penyakit ginjal, mikroalbuminuria, atau proteinuria. Pada pasien
dengan DM tipe 2, hipertensi bisa menjadi hipertensi esensial.
Hipertensi harus secepat mungkin diketahuin dan ditangani karena
bisa memperberat retinopati, nepropati, dan penyakit
makrovaskular.
Kaki diabetic
Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu
neuropati, iskemia, dan sepsis. Biasanya amputasi harus dilakukan.
Hilanggnya sensori pada kaki mengakibatkan trauma dan potensial
untuk ulkus. Perubahan mikrovaskuler dan makrovaskuler dapat
mengakibatkan iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati, iskemia,
dan sepsis bisa menyebabkan gangrene dan amputasi.
Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di
bawah 60 mg/dl, yang merupakan komplikasi potensial terapi
insulin atau obat hipoglikemik oral. Penyebab hipoglikemia pada
pasien sedang menerima pengobatan insulin eksogen atau
hipoglikemik oral.
5. PENATALAKSANAAN DM
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a. Diet
Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15%
Protein, 75% Karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk
mencegah diabetes. Kandungan rendah lemak dalam diet ini tidak
hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan aktivitas
reseptor insulin.
b. Latihan
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes.
Pemeriksaan sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk memastikan
bahwa klien lansia secara fisik mampu mengikuti program latihan
kebugaran. Pengkajian pada tingkat aktivitas klien yang terbaru dan
pilihan gaya hidup dapat membantu menentukan jenis latihan yang
mungkin paling berhasil. Berjalan atau berenang, dua aktivitas dengan
dampak rendah, merupakan permulaan yang sangat baik untuk para
pemula. Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung
meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa
darah, meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional, dan
meningkatkan sirkulasi, serta membantu menurunkan berat badan.
c. Pemantauan
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu
diperiksa secara rutin. Selain itu, perubahan berat badan lansia juga
harus dipantau untuk mengetahui terjadinya obesitas yang dapat
meningkatkan resiko DM pada lansia.
d. Terapi (jika diperlukan)
Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering
diresepkan dan efektif hanya untuk penanganan NIDDM. Pemberian
insulin juga dapat dilakukan untuk mepertahankan kadar glukosa darah
dalam parameter yang telah ditentukan untuk membatasi komplikasi
penyakit yang membahayakan.
e. Pendidikan
Diet yang harus dikomsumsi
Latihan
Penggunaan insulin
6. PENGATURAN GIZI UNTUK DIABETES MELLITUS
Pengaturan nutrisi atau gizi yang baik merupakan bagian dari
penatalaksanaan diabetes secara total. Kunci keberhasilan terapi nutrisi
adalah keterlibatan secara menyeluruh dari seluruh anggota tim yang
terdiri dari dokter, petugas kesehatan lain, pasien, serta keluarga pasien.
Prinsip pengaturan makan pada pasien diabetes pada umumnya hampir
sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan
seimbang sesuai kebutuhan kalori dan zat gizi setiap orang. Pada pasien
diabetes, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a. Keteraturan jadwal makan
Pasien diabetes harus makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan
asupan energi dalam sehari dengan seimbang. Bila dibutuhkan, dapat
diberikan makanan selingan sebagai bagian dari kebutuhan sehari.
b. Jenis dan jumlah makanan
Hal ini terutama berlaku bagi pasien diabetes yang menggunakan obat
penurun glukosa darah atau menggunakan insulin.
7. POLA MAKAN DM
a. Makanlah aneka ragam makanan
Sumber zat tenaga ( Karbohidrat, lemak )
Sumber zat pembangun ( Protein )
Sumber zat pengatur ( vitamin, air dan mineral
b. Makanlah makanan unutk memenhi kecukupan energy
c. Makanlah makanan sumber karbohidrat komplek dan serat
d. Batasi konsumsi lemak
e. Gunakan garam beryodium 1 sendok teh perhari
f. Makanlah sumber zat besi
g. Biasakan makan pagi
h. Minum air bersih dan cukup (krg lebih 8 gelas perhari)
i. Olahraga teratur
j. Makanlah makanan yang aman kesehatan
k. Hindari minuman alkohol dan merokok
l. Bacalah label pada kemasan
Kisaran
Klasifikasi Contoh
GI
Brunner & Suddart, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8
Volume 2 .EGC: Jakarta.
Askandar Tjokroprawiro, 2000, Simposium Diabetes Mellitus,
FakultasKedokteran UNAIR RSUD Dr Sotomo, Surabaya
Irawan Susilo Imim, dkk, 2000, Waspadai Diabetes Mellitus, Cahaya Remadja
Bandung.
Johnson. M, 2000, Diabetes Terapi dan Pencegahanya,IKAPI, Bandung
Sarwono, W, DKK, 2001, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, Balai Penerbit ,
FKUI, Jakarta
Dokumentasi