Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN dengan

LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK


( SLE )

KELOMPOK 1 :
1. HARMOKO (2201036)
2. DEWI ESAWATIN (2201035)
ANATOMI KULIT
Epidermis tersusun dari beberapa lapisan tipis yang
mengalami tahap diferensiasi pematangan.

Epidermis terdiri dari 5 lapisan yaitu :


1) Stratum Korneum
2) Stratum lusidum
3) Stratum Granulosum
4) Stratum Spinosum / Stratum Akantosum
5) Stratum Basal / Germinativum
Dermis terdiri dari 2 lapisan :
1. Bagian atas , papilaris ( stratum papilaris )
2. Bagian bawah , retikularis ( stratum
retikularis )
Fungsi kulit
 Fungsi proteksi
 Fungsi absorpsi
 Fungsi ekskresi
 Fungsi persepsi
 Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)
 Fungsi pembentukan vitamin D
DEFINISI
 SLE (Sistemisc lupus erythematosus) adalah penyakit radang
multisistem yang sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan
penyakit yang mungkin akut atau kronik disertai oleh terdapatnya
berbagai macam autoantibodi dalam tubuh.

 Penyakit Lupus merupakan penyakit kelebihan kekebalan tubuh.


Penyakit lupus terjadi akibat antibody berlebihan, sehingga tidak
berfungsi menyerang virus, kuman atau bakteri yang ada di tubuh,
melainkan justru menyerang system kekebalan sel dan jaringan
tubuh sendiri.
Epidemiologi

 Dalam 30 tahun terakhir, Prevalensi pada berbagai populasi


yang berbeda – beda berpariasi antara 29/100 000 orang
sampai 400/100 000 orang.
 SLE ditemukan pada berbagai usia, tetapi paling banyak
ditemukan pada 15 – 40 tahun. Kejadian kasus pada wanita
lebih besar dibandingkan pada Pria berkisar antara 9 : 1.
Klasifikasi

Penyakit Lupus diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu :


 Dicoid Lupus
Lesi berbentuk lingkaran atau cakram, Lesi ini timbul dikulit
kepala, telinga, wajah, lengan, punggung dan dada.
 Sistemik lupus
penyakit Lupus yang menyerang kebanyakan system di dalam
tubuh, seperti kulit, sendi, darah, paru-paru, ginjal, hati, otak,
dan system saraf
 Drug-Induced
penyakit Lupus yang timbul setelah penggunaan obat tertentu.
Gejala-gejalanya biasanya menghilang setelah pemakaian obat
dihentikan
Fisiologis
 Dalam keadaan normal, sistem kekebalan berfungsi
mengendalikan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi.
 Pada lupus dan penyakit autoimun lainnya, sistem
pertahanan tubuh ini berbalik melawan tubuh, dimana
antibodi yang dihasilkan menyerang sel tubuhnya sendiri
 Antibodi ini menyerang sel darah, organ dan jaringan
tubuh, sehingga terjadi penyakit menahun. Mekanisme
maupun penyebab dari penyakit autoimun ini belum
sepenuhnya dimengerti.
ETIOLOGI

Penyebab dari lupus tidak diketahui, tetapi diduga


melibatkan faktor lingkungan dan keturunan ( genetic ).

Beberapa faktor lingkungan yang dapat memicu


timbulnya lupus:
·  Infeksi
·  Antibiotik (terutama golongan sulfa dan penisilin)
·  Sinar ultraviolet
·  Stres yang berlebihan
·  Obat-obatan tertentu
·  Hormon.
Manifestasi klinik

 Otot dan kerangka tubuh


Hampir semua penderita lupus mengalami nyeri
persendian dan kebanyakan menderita artritis

 Kulit
Pada 50% penderita ditemukan ruam kupu-kupu pada
tulang pipi dan pangkal hidung
 Ginjal
Sebagian besar penderita menunjukkan adanya
penimbunan protein di dalam sel-sel ginjal, tetapi hanya
50% yang menderita nefritis lupus (peradangan ginjal
yang menetap).

 Sistem saraf
Kelainan saraf ditemukan pada 25% penderita lupus.
Yang paling sering ditemukan adalah disfungsi mental
yang sifatnya ringan, tetapi kelainan bisa terjadi pada
bagian manapun dari otak serta sistem saraf.
 Darah ( hematologi )
Kelainan darah bisa ditemukan pada 85% penderita
lupus. Bisa terbentuk bekuan darah di dalam vena
maupun arteri, yang bisa menyebabkan stroke dan emboli
paru.

 Jantung
Peradangan berbagai bagian jantung bisa terjadi,
seperti perikarditis, endokarditis maupun miokarditis.
Nyeri dada dan aritmia bisa terjadi sebagai akibat dari
keadaan tersebut.
 Paru-paru
Pada lupus bisa terjadi pleuritis (peradangan selaput
paru) dan efusi pleura (penimbunan cairan antara paru
dan pembungkusnya). Akibat dari keadaan tersebut sering
timbul nyeri dada dan sesak nafas.

Gejala dari penyakit lupus:


- demam
- lelah
- merasa tidak enak badan
- penurunan berat badan
- ruam kupu-kupu pada kulit
Patofisiologi
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang
menyebabkan peningkatan autoantibodi yang berlebihan.
Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara
faktor-faktor genetik, hormonal ( sebagaimana terbukti
oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia
reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal).
Obat-obat tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid,
klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan di samping
makanan seperti kecambah alfa turut terlibat dalam penyakit SLE-
akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
Pada SLE, peningkatan produksi autoantibodi diperkirakan terjadi
akibat fungsi sel T-supresor yang abnormal sehingga timbul
penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi
akan menstimulasi antigen yang selanjutnya terangsang antibodi
tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.
WOC
WOC
Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan darah/ hematologi


 Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya antibodi antinuklear, yang
terdapat pada hampir semua penderita lupus.
 Pemeriksaan serum : anemia sedang hingga berat, trombositopenia, leukositosis
atau leukopenia
 Tes antibody / Tesimunologi
 Hb ( N : Pr. 10-12, Lk.11-14 )
 X- Ray Dada menunjukkan pleuritis atau pericarditis dan pemeriksaan dada
dengan bantuan stetoskop menunjukkan adanya gesekan pleura
 Tes Urine, Analisa air kemih menunjukkan adanya darah atau protein
 Hitung jenis darah menunjukkan adanya penurunan beberapa jenis sel darah
 Biopsi ginjal
 Pemeriksaan saraf
Penatalaksanaan
 Penatalaksanaan Keperawatan
Terapi terdiri dari terapi suportif yaitu diit tinggi kalori tinggi protein dan
pemberian vitamin
Beberapa prinsip dasar tindakan pencegahan eksaserbasi pada SLE,yaitu:
 Monitoring teratur
 Penghematan energi dengan istirahat terjadwal dan tidur cukup
 Fotoproteksi dengan menghindari kontak sinar matahari atau dengan
pemberian sun screen lotion untuk mengurangi kontak dengan sinar matahari

 Penatalaksanaan Medis
 Tes Diagnostik
 Terapi
Komplikasi

 Vaskulitis (radang pembuluh)


 Pericarditis
 Myocarditis
 Anemia hemolitik
 Intravaskular thrombosis
Pencegahan

Penderita SLE sebenarnya bisa hidup dengan normal asalkan mampu


mencegah atau melindungi diri dari penyebab atau pemicu SLE. Hal-
hal yang bisa dilakukan antara lain:
 Hindari sinar matahari berlebih. Jika keluar rumah pada siang
hari biasakan untuk pakai payung atau topi. Pakaian yang
dianjurkan adalah pakaian lengan panjang.
 Cukup istirahat dan hindari kegiatan yang terlalu sibuk
 Makan makanan sehat dan berolahraga secara teratur.
 Hindari infeksi misalnya infeksi dari tato atau infeksi lainnya.
 Bagi remaja perempuan sangat dianjurkan untuk tidak
mengonsumsi obat-obatan yang mengandung hormon estrogen.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
I. Pengkajian
 Identitas Klien
Meliputi nama, umur jenis kelamin, agama alamat,tanggal masuk, tanggal
pengkajian, nama penanggung jawab.
 Keluhan utama
Merupakan keluhan yang dirasakan klien atau alasan sehingga klien
dirawat , pada lupus klien mengeluh nyeri, demam, lelah, merasa tidak enak
badan , penurunan berat badan, ruam kulit, mual dan muntah, sensitive terhadap
sinar matahari sehingga kulit ruam.
 Riwayat kesehatan
o Riwayat kesehatan sekarang

Apakah keluhan klien pada saat melakukan pengkajian, biasa berupa tanda
dan gejala dari penyakit SLE seperti demam, lelah, merasa tidak enak
badan ,penurunan berat badan, nyeri pada dada, ruam kulit, mual dan muntah
( anoreksia ), pembengkakan dan nyeri persendian, kaku, nyeri otot dan efek
gejala tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri pasien.
 Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien mempunyai riwayat menderita penyakit infeksi, riwayat
pemakaian antibiotic (terutama golongan sulfa dan penisilin), riwayat pemakaian
lama obat ( hidralazin, prokainamid dan beta-bloker ) dan riwayat stres yang
berlebihan.

 Riwayat kesehatan keluarga


Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit infeksi menular, dan
penyakit keturunan, penyakit kelainan darah dan penyakit seperti yg di alami klien.
 Riwayat psikososial

 Kondisi psikologis pasien


 Kecemasan
 Respon pasien terhadap penyakit yang dialaminya
 Klien sering depresi
Pemeriksaan fisik

 Keadaan umum :
Biasanya pada klien dengan SLE mengalami demam, lelah dan letih, suhu 
umumnya terjadi peningkatan suhu tubuh, Tekanan Darah akan meningkat
terutama bila terdapat masalah pada ginjal.

 Sistem Persyarafan
Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan kejang-kejang,

 Sistem Kardiovaskuler
Friction rub perikardium yang menyertai miokarditis dan efusi pleura. Lesi
eritematous papuler dan purpura yang menjadi nekrosis menunjukkan gangguan
vaskuler terjadi di ujung jari tangan, siku, jari kaki dan permukaan ekstensor
lengan bawah atau sisi lateral tangan.
 Sistem Pernafasan
Pleuritis atau efusi pleura
 Sistem Musculoskeletal
Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada
pagi hari
 Sistem Vaskuler
Inflamasi pada arteriole yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan purpura
di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi
lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
 Sistem Integument
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang
pangkal hidung serta pipi. Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum
durum. Ruam eritematous, plak eritematous pada kulit kepala, muka atau leher.
 Sistem Sensori
Pada mata, konjungtiva anemis
 Sistem Perkemihan
Edema dan hematuria
DIAGNOSIS & LUARAN
KEPERAWATAN
DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
• Nyeri Akut (D.0077)
• b/d Agen pencedera fisiologis (inflamasi, neoplasma)

Gangguan Integritas Kulit (D.0129)


• b/d Perubahan pigmentasi

Sumber:
SDKI (2016)
DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
Penurunan Curah Jantung (D.0008)
• b/d Perubahan kontraktilitas jantung

Intoleransi Aktivitas (D.0056)


• b/d Kelemahan

Gangguan Citra Tubuh (D.0083)


• b/d Perubahan struktur / bentuk tubuh

Sumber:
SDKI (2016)
LUARAN KEPERAWATAN

Dalam 3 x 24 jam, Tingkat nyeri menurun (L.08066)


Nyeri Akut dengan kriteria:
Keluhan nyeri menurun, skala nyeri 0-1, frekuensi
nadi membaik, tekanan darah membaik.

Gangguan Dalam 3 x 24 jam, Integritas kulit dan jaringan


Integritas Kulit/ meningkat (L.14125)
Jaringan dengan kriteria:
Kerusakan jaringan menurun, kerusakan kulit menurun

Sumber: SLKI (2018), Kemenkes RI (2020)


LUARAN KEPERAWATAN
Penurunan Dalam 3 x 24 jam, Curah jantung meningkat (L.02008)
Curah dengan kriteria:
Jantung
Tekanan darah membaik, lelah menurun, dyspnea
menurun, kekuatan nadi perifer meningkat.

Dalam 3x24 jam, Toleransi aktivitas meningkat (L.05047)


Intoleransi
dengan kriteria:
Aktivitas
Kemudahan melakukan aktivitas meningkat, keluhan
lelah menurun, dispnea saat beraktivitas menurun

Dalam 3 x 24 jam, Citra tubuh meningkat (L.09067)


Gangguan Citra
dengan kriteria:
Tubuh
Melihat bagian tubuh meningkat, respon nonverbal
pada perubahan tubuh membaik
Sumber: SLKI (2018), Kemenkes RI (2020)
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nyeri Akut Manajemen Nyeri (I.08238)
Observasi
• Identifikasi skala nyeri
• Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
• Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
• Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri seperti cahaya
• Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
• Jelaskan strategi meredakan nyeri
• Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
• Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Sumber: SIKI (2017)


Gangguan Integritas Kulit Perawatan Integ Kulit (I.11353)
Observasi
• Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Terapeutik
• Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
• Gunakan produk berbahan ringan / alami dan hipoalergik pada kulit sensitif
• Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
Edukasi
• Anjurkan menggunakan pelembab seperti lotion
• Anjurkan minum yang cukup
• Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
Kolaborasi
• Kolaborasi konsul dokter kulit, jika perlu

Sumber: SIKI (2017)


Penurunan curah jantung Perawatan Jantung (I.02075)
Observasi
• Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (dyspnea, lelah,
edema)
• Monitor tekanan daran
• Monitor intake dan output
• Monitor EKG 12 sadapan
Terapeutik
• Posisikan pasien Semi Fowler
• Berikan oksigen untuk mempertahankan sat oksigen >94%
Edukasi
• Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
• Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake output cairan
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
• Rujuk ke program regabilitasi jantung, jika perlu

Sumber: SIKI (2017)


Intoleransi Aktivitas Manajemen Energi (I.05178)
Observasi
• Identifikasi gangguan fungsi yang mengakibatkan kelelahan
• Monitor kelelahan fisik dan emosional
Terapeutik
• Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis: cahaya)
• Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
• Fasilitasi duduk di tempat tidur
Edukasi
• Anjurkan tirah baring
• Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
• Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
Kolaborasi
• Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan, jika
perlu

Sumber: SIKI (2017)


Gangguan Citra Tubuh Promosi Citra Tubuh (I.09305)
Observasi
• Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan
• Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi sosial
• Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah
Terapeutik
• Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
• Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
Edukasi
• Jelaskan pada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh
• Anjurkan mengikuti kelompok pendukung (mis: kelompok sebaya)
• Latih peningkatan penampilan diri
• Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain maupun kelompok

Sumber: SIKI (2017)


Wassalam…..!!!!!

Terima kasih….

Anda mungkin juga menyukai