Anda di halaman 1dari 47

BAB I TINJAUAN

PUSTAKA

A. DEFINISI
“Lupus” adalah nama latin untuk “srigala”, dan di kenalluas dalam ilmu
kedokteran bahwa “ruan kupu-kupu” yang di lihat dipipi sebagai penderita lupus
serupa dengan wajah srigala sehingga di sebut lupus-erythematosus kali pertama
untuk menyebut kelainan kulit oleh orang prancis, (pierre casenave,1951). SLE
(Systemisc lupus erythematosus) adalah penyakit autoimun, artinya tubuh
mneghasilkan antibodi yang sebenarnya untuk melenyapkan kuman atau sel kanker
yang ada di tubuh, tetapi dalam keadaan autoimun, antibodi tersebut ternyata merusak
organ tubuh sendiri (Djauzi,2009).
SLE atau LES (lupus eritematosus sistemik)adalah penyakit radang atau inflamasi
multisystem yang penyebabnya di duga karena adanya perubahan system imun
(Albar, 2003). Secara sederhana, lupus erythematosus terjadi karena tubuh menjadi
alergi terhadap dirinya sendiri. Dalam istilah imunologi dapat di katakan,lupus adalah
kebalikan apa yang terjadi kanker maupun AIDS. Pada lupus, tubuh melakukan reaksi
yang berlebihan terdapat stimulus asing dan memproduksi banyak antibodi atau
protein-protein yang malawan jaringan tubuh sendiri. Karena itu lupus di sebut
dengan penyakit autoimun (auto berarti dengan sendirinya) (Wallace,2007).

B. ETIOLOGI

Samapi saat penyebab LES (lupus eritematus sistemik) belum di ketahui, di


duga ada beberapa faktor yang terlibat seperti faktor genetic, inpeksi dan lingkungan
ikut berperan pada patofisiologi LES ( luppus eritmatosus sistemik).

Sistem imun tubuh kehilangan kemampuan untuk membedahkan antigen dari


sel dan jaringan tubuh sendiri. Penyimpangan dari reaksi imunologi ini dapat
menghasilkan anti bodi secara terus menerus, anti bodi ini juga berperan dalam
kelompok imun sehingga mencetuskan penyakit implamasi imun sistemik dengan
kerusakan multiorgan dalam fatogenesis melibatkan gangguan.

Penilitian terakhir yang menunjukkan beberapa gen berikut HLA_DR 2 dan


HLA-DR 3, Berperan dalam mengkode unsur sistem imun. Gen lain yang ikut
berperan seperti gen yang mengkode sel reseptor T, imunoglobulin, dan sitokin.
Sistem neuroendokrin ikut berperan melalui pengaruhnya terhadap sistem imun.
Penilitian menunjukkan bahwa sistem neuroendokrin dengan sistem imun saling
mempunyai hubungan timba balik. Beberapa penilitian berhasil menunjukkan bahwa
hormon prolaktin dapat merangsang respon imun.

Adanya satu atau beberapa faktor pemicu pada individu yang mempunyai
predisposisi genetik akan menghasilkan tenaga pendorong abnormal pada sel CD4
mengakibatkan hilangnya toleransi sel T terhadap self antigen. Akibatnya muncul sel
T autoreaktif yang menyebabkan induksi dan ekspansi sel B, baik yang memproduksi
autoanntibodi maupun yang berupa sel memori. Wujut pwmicu ini masih belum jelas.
Sebagian di duga hormon seks, sinar UV, infeksi.

Pada SLE autoantibodi terbentuk ditunjukan terhadap antigen yang terutama


terletak pada nukleoplasma. Antigen sasaran ini meliputi DNA, protein histon dan
non histon. Kebanyakan di antaranya adalah dalam keadaan alamiah terdapat dalam
bentuk agregat protein dan kompleks protein RNA. Ciri khas autoantigen ini mereka
tidak tissue spesific dan merupakan komponen integrasi dari semua jenis sel.

Antibodi ini secara bersama-sama di sebut ANA (anti nuclear antibodi).


Dengan antigen spesifik, ANA membentuk kompleks imun yang beredar disirkulasi.
Klirens kompleks imun menurun, meningkatnya kelarutan kompleks imun, gangguan
pemrosesan kompleks imun dalam hati, dan penurunan uptake kompleks imun, imun
pada limpa terjadi pada SLE. Sehingga kompleks imun tersebut deposit ke luar sistem
fagosit mononuklear. Endapannya di berbagai organ mengakibatkan aktivitas
komplemen sehingga terjadi peradangan.organ tersebut bisa berupa
ginjal,sendi,pleura, pleksus korodeus, kulit,dll.

Lupus seringkali disebut penyalit wanita walaupun juga bisa di derita oleh
pria. Lupus bisa menyerang usia berapapun, baik pada prian maupun wanita,
meskipun 10-15 kali sering di temukan pada wanita. Faktor hormonal yang
menyebabkan wanita sering terserang penyakit lupus dari pada pria.meningkatnya
gejalah penyakit ini pada masa belum menstruasi atau selama kehamilan mendukung
keyakinan bahwa hormon (terutama esterogen) mungkin berperan dalam timbulnya
penyakit ini. Kadang-kadang obat jantungan tertentu dapat menyebabkan sindrom
mirip lupus, yang akan menghilang bila pemakaian obat di hentikan
C. TANDA DAN GEJALAH

Perjalanan penyakit SLE sangat bervariasi. Dapat timbul mendadak disertai dengan
tanda-tanda tekanannya berbagai sistem dalam tubuh. Dapar juga menahun dengan
gejala pada satu sistem yang lambat laun di iuti oleh gejalah yang terkenanya sistem
imun. Pada tipe menahun terdapat remisi dan eksaserbsi. Resminya mungkin
berlangsung bertahun-tahun.

Onset penyakit dapat spontan atau di dahului oleh faktor presipitasi seperti kontak
dengan sinar matahari, infeksi virus / bakteri, obat. Setiap serangan biasanya di sertai
gejalah umum yang jelas seperti demam, nafsu makan berkurang, kelemahan,berat
badan menurun, dan iritabilitas. Yang paling menonjol ialah demam, kadang-kadang
di sertai menggigil.

 Gejalah muskuloskeletal
Gejalah yang paling sering pada SLE adalah gejalah muskuloskeletal, berupa
artritis (93%). Yang paling sering terkena ialah sendi interfalangeal proksimal
didikuti oleh lutut, pergelangan tangan, metakarpofalangeal, siku dan pergelangan
kaki. Selain pembekakan dan nyeri mungkin juga terdapat efusi sendi. Artritis
biasanya simetris, tanpa menyebabkan deformitas, kontraktur atau ankilosis.
Adakala terdapat nodul reumatoid. Nekrosis vaskular dapat terjadi pada berbagai
tempat, dan ditemukan pada pasien yang mendapatkan pengobatan dengan
streroid dosis tinggi. Tempat paling sering terkena ialah kaput femoris.
 Gejala mukokutan
Kelainan kulit, rambut atau selaput lendir ditemukan pada 85% kasus SLE. Lesi
kulit yang paling sering di temukan pada SLE ialah lasi kulit akut,
subakut,diskoid,dan livido retikulasi.
Ruam kulit berbentuk kupu-kupu berupa eritema yang agak edamatus pada hilang dan
kedua pipi. Dengan pengobatan yang tepat, kelainan ini dapat sembuh tampa luka.
Pada bagian tubuh yang terkena sinar matahari dapat timbul ruan kulit ynag terjadi
karena hipersensitivitas. Lesi ini termasuk lesi kulit akut. Lesi kulit subakut yang khas
berbentuk anular.
Lesi diskoid berkembang melalui 3 tahap yaitu eritema,hiperkeratosis dan antrofi.
Biasanya tampak sebagian bercak eritematosa yang meninggi, tertutup oleh sisik
keratindi sertai adanya penyumbatan folikel. Kalau sudah berlangsung lama akan
berbentuk silikatriks
Vaskulitis kulit dapat menyebabkan ulserasi dari yang berbentuk kecil sampai yang
besar. Sering juga tampak perdarahan dan eritema periungual. Livido retikularis suatu
bentuk vaskulitis, sangat sering ditemui pada SLE.
 Ginjal
kelainan ginjal di temukan pada 68% kasus SLE. Manifestasi paling sering ialah
proteinuria atau hematuria. Hipertensi, sindrom nefrotik kegagalan ginjal jarang
terjadi, hanya terdapat pada 25% kasus SLE yang urinya menunjukkan kelainan.
Ada 2 macam kelainan patologis pada ginjal, yaitu nefritis lupus difus dan nefritis
lupus membranosa. Nefitis lupus merupakan kelaianan yang paling berat. Klinis
biasanya tampak sebagai sindrom nefrotik, hipertensi serta gangguan fungsi ginjal
sedang sedang sampai berat. Nefritis lupus membranosa lebih jarang di temukan.
Di tandai dengan sindrom nefrotik, gangguan fungsi ginjal ringan serta perjalanan
penyakit yang mungkin berlangsung cepat atau lambat ttapi progresif.
Kelaian ginjal yang lain mungkin di temukan pada SLE ialah pielonefritis kronik,
tuberkulosis ginjal. Gagal ginjal merupakan salah satu penyebab kematian SLE
kronis
 Susunan saraf pusat
Gangguan susunan saraf pusat terdiri atas 2 kelainan utama yaitu psikosis organis
dan kejang-kejang
Penyakit otak organik biasanya di temuakan bersamaan dengan gejalah aktif SLE
pada sistem lain-lainya. Pasien menunjkan gejalah halusinasi disamping gejalah
khas organik otak seperti sukar menghitung dan tidak sangup mengigat kembali
gambar-gambar yang perna dilihat.
Psikosis steroid juga termasuk sindrom otak organis yang secara klinis tak dapat
di bedahkan dengan psikosis lupus. Perbedaan antara keduannya baru dapat di
ketahui dengan menurunkan atau menaikkan dosis steroid yang di pakai. Psikosis
lupus membaik jika dosis steroid di naikan dengan sebaliknya.
Kejang-kejang yang timbul biasanya termasuk tipe grandmal. Kelainan lain yang
mungkin di temukan ialah afasia, hemiplegia.
 Mata
Kelainan mata berupa konjungtivitas, perdarahan subkonjungtival dan adanya
badan sitoid di retina.
 Jantung
Peradangan bebagai bagian jantung bisa terjadi, seperti perikarditis, endokarditis
maupun miokarditis. Nyeri dada dan arutmia bisa terjadi sebagai akibat keadaan
tersebut.
 Paru-paru
Pada lupus biasa terjadi pleuritis (peradangan selaput paru) dan efusi pleura
(penimbunan cairan antara paru dan pembungkusnya). Akibat dari kejadian
tersebut sering timbul nyeri dada dan sesak napas.
 Saluran pencernaan
Nyeri abdomen terdapat pada 25% kasus SLE, mungkin di sertai mual dan diare.
Gejalahnya menghilang dengan cepat jika gangguan sistemiknya mendapat
pengobatan adekuat. Nyeri yang timbul mungkin di sebabkan oleh peritonitis
steril atau arteritis pembuluh darah kecil mesenterium dan usus yang
mengakibatkan ulserasi usus. Arteritis dapat juga menimbulkan pankreatitis.
 Hemik-limfatik
Kelenjar getah bening yang sering terkena adalah aksila dan sevikal, dengan
karakteristik tidak nyeri tekan dan lunak. Organ limfoid lainya adalah
splenomegali yang biasanya disertai oleh pembesaran hati. Kerusakan lien berupa
infark atau trombosis berkaitan dengan adanya lupus antikoagulan anemia dapat
di jumpai pada periode perkembangan penyakitLES, yang diperantai oleh proses
imun dan nonimun.

D. KOMPLIASI

Komplikasi yang terjadi pada penyakit SLE bisa terjadi akibat penyakitnya
sendiri ataukomplikasi dari pengobatannya. Komplikasi akibat penyakit SLE sendiri
yang paling seringterjadi adalah infeksi sekunder karena system immune penderita
yang immunocompromised.Selain itu, sering juga terjadi komplikasi penyakit
aterosklerosis akibat peningkatanantiphospholidip antibody. Komplikasi akibat
pengobatan SLE adalah infeksi oportunistik akibat terapiimunosupresan jangka
panjang, osteonekrosis, dan penyakit aterosklerosis dan infark miokardprematur

Komplikasi lupus eritematosus sistemik antara lain :


1. Serangan pada Ginjal
a. Kelainan ginjal ringan (infeksi ginjal)
b. Kelainan ginjal berat (gagal ginjal)
c. Kebocoran ginjal (protein terbuang secara berlebihan melalui urin)
2. Serangan pada Jantung dan Paru
a. Pleuritis
b. Pericarditis
c. Efusi pleura
d. Efusi pericard
e. Radang otot jantung atau Miocarditis
f. Gagal jantung
g. Perdarahan paru (batuk darah)
3. Serangan Sistem Saraf
a. Sistem saraf pusat
1) Cognitive dysfunction
2) Sakit kepala pada lupus
3) Sindrom anti-phospholipid
4) Sindrom otak
5) Fibromyalgia (kondisi kronis yang menyebabkan nyeri, kekakuan, dan
kepekaan dari otot-otot, tendon-tendon, dan sendi-sendi.).
b. Sistem saraf tepi
Mati rasa atau kesemutan di lengan dan kaki
c. Sistem saraf otonom
gangguan suplai darah ke otak dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak, dapat
menyebabkan kematian sel-sel otak dan kerusakan otak yang sifatnya permanen
(stroke). Stroke dapat menimbulkan pengaruh sistem saraf otonom
4. Serangan pada Kulit
Lesi parut berbentuk koin pada daerah kulit yang terkena langsung cahaya
disebut lesi diskoid.
Ciri-ciri lesi spesifik ditemukan oleh Sonthiemer dan Gilliam pada akhir 70-
an:
a. Berparut, berwarna merah (erythematosus), berbentuk koin sangat sensitif
terhadap sengatan matahari. Jenis lesi ini berupa lupus kult subakut/cutaneus lupus
subacute. Kadang menyerupai luka psoriasis atau lesi tidak berparut berbentuk
koin.
b. Lesi dapat terjadi di wajah dengan pola kupu-kupu atau dapat mencakup area
yang luas di bagian tubuh
c. Lesi non spesifik
d. Rambut rontok (alopecia)
e. Vaskullitis : berupa garis kecil warna merah pada ujung lipatan kuku dan
ujung jari. Selain itu, bisa berupa benjolan merah di kaki yang dapat menjadi
borok
f. Fotosensitivitas : pipi menjadi kemerahan jika terkena matahari dan kadang di
sertai pusing.
5. Serangan pada Sendi dan Otot
a. Radang sendi pada lupus
b. Radang otot pada lupus
6. Serangan pada Darah
a. Anemia
b. Trombositopenia
c. Gangguan pembekuan
d. Limfositopenia
7. Serangan pada Hati
a. Hepatosplenomegali non spesifik
b. Hepatitis lupoid(Djauzi, 2009).

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan urin, darah lengkap ( Hb, lekosit, trombosit, LED=laju endap darah )
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penyakit Lupus Eritematosus Sistemik (
LES ) adalah pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan urin. Hasil pemeriksaan darah
pada penderita LES menunjukkan adanya anemia hemolitik, trombositopenia,
limfopenia, atau leukopenia; erytrocytesedimentation rate (ESR) meningkat selama
penyakit aktif, Coombs test mungkin positif, level IgG mungkin tinggi, ratio albumin-
globulin terbalik, dan serum globulin meningkat. Selain itu, hasil pemeriksaan urin
pada penderita LES menunjukkan adanya proteinuria, hematuria, peningkatan
kreatinin, dan ditemukannya Cast, heme granular atau sel darah merah pada urin.

2. ANA test, antidsDNA.


a. ANA test = Anti Nuclear Antibody test. Nuclear adalah inti sel (nukleus). Antibodi
adalah protein yang dikeluarkan oleh sel-sel kekebalan tubuh kita (limfosit) untuk
memerangi kuman-kuman yang menyerang kita. Nah, pada Lupus, antibodi ini
justru menyerang sel-sel kita sendiri terutama inti dan struktur di dalam inti.
Antibodi jahat ini secara umum dinamakan sebagai autoantibodi. Jadi, ANA
adalah autoantibodi yang menyerang inti sel kita. ANA test termasuk dalam salah
satu kriteria penting untuk mendiagnosa lupus. ANA test positif tidak selalu
terkena lupus. Karena ANA test positif bisa terjadi pada beberapa penyakit lain.
b. AntidsDNA = anti double stranded DNA. DNA (deoxyribonucleic acid) adalah
pembentuk gen kita, yang tersusun dalam rantai ganda (double stranded/ double
helix). Gen ada di dalam inti sel kita. Jadi antidsDNA ini merupakan bagian dari
ANA, yang menyerang DNA. AntidsDNA ini cukup spesifik untuk Lupus.
Artinya, pada penyakit lain, jarang didapatkan.
c. Antibodi terhadap DNA, antibodi terhadap DNA (Anti ds-DNA) dapat
digolongkan dalam antibodi yang reaktif terhadap DNA natif ( double stranded-
DNA). Anti ds-DNA positif dengan kadar yang tinggi dijumpai pada 73% SLE
dan mempunyai arti diagnostik dan prognostik.
d. Ada 11item kriteria, dan untuk mendiagnosa Lupus, minimal ditemukan 4 kriteria
yang positif. Inilah kesebelas item kriteria itu:
1) Ruam malar/ ruam kupu-kupu (malar rash/ butterfly rash). Kulit pada kedua
pipi dan batang hidung menjadi berwarna kemerahan, kalau menyembuh akan
berwarna gelap. Jika dilihat, bentuknya seperti kupu-kupu. Ruam ini menjadi
signature sign dari Lupus, meskipun tidak selalu terdapat pada semua
penyandang Lupus.
2) Ruam diskoid. Ruam ini berbentuk bundar, kemerahan, kalau menyembuh
akan berwarna kehitaman.
3) Luka pada mulut (oral ulcer). Luka kecil-kecil seperti sariawan, yang berulang
di mulut, kadang juga di lidah.
4) Fotosensitivitas. Foto: sinar/ cahaya. Jadi maksudnya peka terhadap cahaya
matahari, atau lebih spesifik lagi sinar ultra violet. Kalau terkena sinar, maka
kulit penyandang Lupus akan menjadi kemerahan, dan bahkan gejala
Lupusnya bisa kambuh atau memberat.
5) Radang sendi (arthritis). Sendi-sendi akan terasa nyeri, bahkan kemerahan
dan kadang juga bengkak.
6) Gangguan ginjal. Gangguan ginjal disini bukan batu ginjal atau infeksi ginjal,
melainkan keradangan ginjal. Lebih tepatnya lagi keradangan pada filter ginjal
(glomerulus). Gangguan ini mudah diperiksa dengan pemeriksaan urin
lengkap pada saat tidak mens. Disini akan didapatkan protein dan sel darah
merah pada urin yang normalnya tidak ada, atau kalau ada, dalam jumlah yang
sangat sedikit.
7) Radang pada selaput serosa. Selaput serosa adalah selaput yang membungkus
beberapa organ tertentu dari tubuh kita. Yang paling sering adalah radang
selaput pembungkus jantung (pericarditis, pericard= selaput pembungkus
jantung, itis = radang), radang selaput paru (pleuritis). Keadaan ini dapat
langsung ditemukan oleh dokter saat pemeriksaan, tetapi kadang perlu
konfirmasi dengan foto ronsen dan echo cardiography (semacam USG khusus
untuk memeriksa jantung).
8) Gangguan pada sistem syaraf. Dapat terjadi penurunan kesadaran bahkan
sampai koma. Kejang-kejang yang kadang dikira ayan (epilepsi). Bahkan bisa
terjadi gangguan ingatan. Nyeri kepala (nyeri yang bukan pusing, pusing =
rasa berputar) tidak termasuk salah satu kriteria ini.
9) Gangguan pada sistem darah. Gangguan ini bisa pada sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (lekosit) atau trombosit (keping-keping darah yang
berfungsi untuk pembekuan darah). Anemia hemolitik adalah hancurnya sel-
sel darah merah sebelum waktunya (sel darah merah yang normal akan
dihancurkan setelah 120 hari) dikarenakan faktor autoimun. Lekosit
jumlahnya akan menurun, trombosit juga akan menurun.
10) Pemeriksaan imunologi yang positif. Maksudnya disini adalah
pemeriksaan autoantibodi khusus. Yang paling sering diperiksa adalah
antidsDNA. Bila anti dsDNA negatif, biasanya akan diperiksa antiSm.
Pada ANA test positif Lupus dapat didiagnosa jika minimal 4 dari 11 kriteria diatas.
(Djauzi, 2009).
F. PENATALAKSANAAN

Tidak ada obat untuk SLE. Tujuan pengobatan adalah untuk mengendalikan gejala.

1. Penatalaksanaan untuk SLE dengan gejala ringan:


a. NSAID : untuk mengatasi gejala reumatik, radang selaput dada dan radang
lainnya
b. Krim kortikosteroid : untuk mengatasi gejala ruam pada kulit
c. Obat anti malaria (hydroxychloroquine) : untuk mengatasi gejala di kulit dan
artritis
d. Pembatasan diet
1) Rendah garam
2) Tinggi asam folat : Alpukat, daging, kuning telur
3) Omega 3 : minyak ikan, ikan tuna, salmon
4) Cukup kalsium : susu, keju, bayam, brokoli
5) Rendah lemak : hindari gorengan, jeroan, daging berlemak tinggi,
santan
2. Penatalaksanaan untuk SLE dengan gejala berat
a. Glukokortikoid sistemik
b. Sitotoksik imunosupresif
Contoh obat: Cyclophosphamide
i. Mychophenolate Mofetil
ii. Azathioprine
3. Pendidikan Kesehatan
a. Penjelasan tentang lupus dan etiologinya
b. Klasifikasi dan gejalanya masing-masing
c. Masalah fisik
d. Masalah psikis
e. Pemakaian obat dan efek samping
f. Pemaparan pada yayasan lupus (YLI (Yayasan Lupus Indonesia))
Pendidikan Kesehatan ke keluarga dan pasien untuk perawatan di rumah
a. Pasien dianjurkan untuk cukup istirahat dan menghindari kelelahan. Namun
tidak terlalu membatasi aktifitas.
b. Pasien dianjurkan memakai baju tertutup, topi, payung dan anti UV spf 30 bila
pergi ke luar ruangan.
c. Pasien dianjurkan untuk menghangatkan sendi yang sakit dengan cara
kompres lembab.
d. Pasien dianjurkan untuk berolahraga namun juga memperhatikan tingkat
kelelahan.
e. Pasien dianjurkan untuk tidak merokok dan menghindari paparan asap rokok.
Keluarga pasien dijelaskan mengenai dampak sosial yang akan dialami pasien.
(Wallace, 2007).

F. PENCEGAHAN

1. mengelolah stres

Gejalah lupus biasa datang tiba-tiba dan kondisinya bisa ringan ataupun buruk. Nah,
salah satu faktor pemicunya adalah stres. Bahkan, pengidap lupus yang mengalami
stres berpeluang mengalami gejalah yang cukup burusk. Oleh sebab itu, mengelolah
stres sangat di sarankan bagi pengidap lupus.

Untuk mengeloahnya, coba identifikasi semua sumber stres dapat hidup. Meminta
bantuan orang lain ketika memiliki gejalah lupus yang menbatasi fungsi tubuh, seperti
rasa sakit, kekuatan, dan kelelahan. Temukan kegiatan untuk membuat tubuh lebih
rileks dan habiskan waktu bersama keluarga dan kerabat guna meminimalisir peluang
stres.

2. rutin berolahraga

Olaraga teratur penting bagi pengidap lupus untuk mempertahankan berat badan ideal.
Kelebihan berat badan bisa memicu peradangan dari gejalah lupus. Manfaat yang bisa
di dapat melalui olahraga adalah meningkatkan kekuatan sendi yang otomatis bisa
mengurangi nyeri sendi. Namun, perluh di ingat bahwa olahraga yang terlalu berat
dan berlebihan juga tidak di sarankan untuk pengidap lupus. Cobalah untuk
melakukan olahraga ringan seperti berenang atau berjalan, santai.

3. Terapkan pola makan sehat

Pola makan yang sehat juga termasuk kedalam bagian gaya hidup sehat atau pengidap
lupus. Pola makan sehat untuk pengidap lupus berfokus pada makanan yang
bermanfaat untuk kesehatan jantung. Contoh makanan yang baik untuk jantung, yaitu.
buah-buahan, sayuran, biji-bijian, ikan dan daging unggas.

Pastikan pengidap juga mendapatkan banyak kalsium untuk kesehatan tulang dan
sendi. Jika pengidap lupus memilki kondisi retensi cairan atau tekanan darah tinggi,
sebaliknya kurang asupan garam.

4. Tidur cukup

Salah satu gejalah lupus yang paling menyusahkan adalah kelelahan. Nah, tidur
adalah cara yang efektif untul mengumpulkan energi dan membangun sistem
kekebalan tubuh pengidap lupus. Pastikan untuk mendapatkan setidaknya tujuh jam
waktu tidur setiap malam dan berikan waktu untuk istirahat di siang hari.

5. Kurang Paparan Matahari

Dua pertiga pengidap lupus mengalami peningkatan sensitivitas terhadap sinar


utraviolet dan beresiko memicu kambuhnya lupu. Sebagian besar obat yang di
gunakan untuk mengobati lupus juga membuat pengidap lebih pekah terhadap sinar
matahari. Untuk menyiasatinya, pengidap perlu mengunakan tabir surya dan usahakan
menutupi bagian kulit saat terpapar sinar matahari.

6. perbanyak vitamin D

Karena pengidap lupis disarankan untuk menghindari sinar matahari, maka mereka
juga berpeluang kekurangan vitamin D. Individu pada umumnya mendapatkan
vitamin D melalui paparan sinar matahari. Kurangnya paparan sinar matahari dapat
kemungkinan berkontribusi terhadap kekurangan vitamin D pada pengidap lupus.
Karena itu, suplemen vitamin Ddapat dikonsumsi dengancatatan kadarnya rendah.

7. Jangan Merokok

Seperti kita ketahui, tidak ada manfaat kesehatan yang bisa di dapatkan melalui rokok.
Merokok meningkatkan risiko penyakit jantung dan kanker buruk lagi semua orang.
Bagi orang sehat saja sudah merugukan apalagi bagi pengidap lupus? Merokok akan
memicu peradangan dan flare lupus. Selain itu, juga meningkatkan risiko pengerasan
pembuluh darah, yang di sebut aterosklerosis di mana pengidap lupus sudah berisiko
lebih tinggi mengalami kondisi ini dari pada orang tanpa lupus.
Kasus :
B B II TINJAUAN
A KASUS

An.L dilarikan ke RS sekitar jam 11.00 WITdan ditemaptkan di Ruang anak,. Ibu klien
mengatakan klien masih sedikit pucat dan malas beraktivitas karena nyeri di
o
persendian. Hasil pemeriksaan ditemukan Suhu : 37 C , Nadi :130x/menit, Resp :
32x/menit dengan BB :
12 kg, TB: 88 cm, LK : 45 cm, LLA :15 cm dan pemeriksaan darah AL 33.500/uL, Hb 4,6
gr/dL. Hb 8,5 gr/dL, ANA test : 44,85 IU/mL

A.
Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : An.”L”
TTL :Ambon, 15 April 2010
Umur : 10
tahun Jenis kelamin :
Perempuan Agama
: Kristen
Tanggal masuk RS : 5 November 2020
Dx Medis : Systemic Lupus Eritematosus
Alamat :OSM

Identitas Penanggung jawab


Nama :Ny.”N”
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan :
Wiraswasta Alamat
: OSM Hub.dengan pasien :
Ibu kandung

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan klien masih sedikit pucat dan malas beraktivitas
karena nyeri di persendian
2) Riwayat Kesehatan
Sekarang
10 hari SMRS anak batuk pilek demam tidak tinggi. 7 hari SMRS terdapat nyeri
pada kedua tungkai dan menolak berjalan, anak belum terlalu pucat, tidak mau
makan minum demam dan batuk pilek menetap. 4 hari SMRS anak demam
tinggi, suhu tidak diukur, tidak dapat berjalan, muncul bercak merah dari perut
hingga tungkai, anak pucat. HMRS anak pucat, demam nglemeng, batuk pilek.
Hasil pemeriksaan darah AL 33.500/uL, Hb 4,6 gr/dL.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu


a. Antenatal
Selama kehamilan ibu klien memeriksakan diri rutin di bidan. Usia 6-7 bulan
plasenta menutup jalan lahir,ibu klien minum penambah darah dan vitamin selama
hamil, tidak ada riwayat penyakit selama kehamilan.
b. Intranatal
Anak lahir spontan dengan VE, UK 36 minggu, BBL 2800 gram, PB 49 cm di
PKU Bantul. Anak tidak langsung menangis, diberikan resusitasi tahap awal.
c. Postnatal
Tidak ada trauma lahir, imunisasi lengkap di bidan
d. Penyakit yang pernah diderita
Klien menderita kekurangan zat kapur di usia 6 bulan, ISK diusia 8 bulan, flek/ TB
paru di usia < 1 tahun.
e. Riwayat Hospitalisasi
Klien sebelumnya pernah dirawat di PKU Bantul dengan ISK
f. Riwayat Injury
Klien tidak mempunyai riwayat injury atau kecelakaan
g. Riwayat Alergi
Ibu klien mengatakan anak hanya alergi dingin, tidak ada alergi obat dan makanan

Genogram
Ibu Ny.N 34th
Ayah Tn. N 37 th

Klien An.L3 th

Ket:
: meninggal
: perempuan
: laki-laki

: garis perkawinan
: garis keturunan
: tinggal serumah

4. RiwayatImunisasi
NO Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Frekuensi Reaksi Setelah Pemberian
1 BCG BBL 0,05 Rewel,nyeri,demam,muncul
Bengkakdiareasuntikan

2 DPT 2bln 0,5 Demam,rewel


3 OOlio 1bln 0,5ml Nyeri,demam
4 Campak 9bln 0,5ml Bengkak,nyeri
5 Hepatitis B Bayibarulahir(12jam) 0,5ml Demam,munculruamdikulit

5. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


a. Pertumbuhan Fisik
1) Berat badan : 12kg
2) Tinggi badan :88cm
3) Waktu tumbuh gigi : 1thn
b. Perkembangan Tiap tahap
Usia anak saat
1) Berguling :3bln
2) Duduk : 5bln
3) Merangkak :5bln
4) Berdiri : 9bln
5) Berjalan : 12bln
6) Senyum kepada orang lain pertama kali :4bln
7) Bicara pertama kali :12bln
8) Berpakaian tanpa bantuan :2thn

6. Riwayat Nutrisi
a. Pemberian ASI
1) Pertama kali disusui : bayi lahir
2) Cara pemberian : meneteh
3) Lama pemberian : 24jam(8-12kali)
b. Pemberian susu formula
1) Alasan pemberian : anak tidak mau menyusui lagi
2) Jumlah pemberian : disesuikan
3) Cara pemberian :menggunakan botol dot

7. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Usia jenisnutrisi lamaemberian
0-4bulan ASI 24jam(8-12kali)
4-12bulan ASI&susuformula -
Saatini Susuformula&makanan(Nasi,Ikan -
Sayur)

8. Riwayat Psikososial
a. Anak tinggal dengan: orang tua
b. Lingkungan berada di : tempat yang aman
c. Apakah rumah dekat : jauh
d. Apakah ada tangga yang bisa berbahaya: tidak ada
e. Hubungan antar anggota keluarga : baik
f. Pengasuh anak : tidak ada

9. Riwayat Spiritual
a. Support sistem dalam keluarga : baik
b. Kegiatan keagamaan :baik

10. Reaksi Hospitalisasi


a. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
1) Mengapa ibu membawa anaknya ke RS : karena anak sakit
2) Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : iya
3) Bagaimana perasaan orang tua saat ini : cemas,khawatir
4) Apakah orang tua selalu berkunjung : iya
5) Siapa yang akan tinggal dengan anak : keluarga/ibu

11. Aktivitas sehari-hari


a. Pola Nutrisi
Selama sakit anak makan nasi 3x sehari, klien menghabiskan diet yang diberikan.
Nafsu makan anak meningkat selama dirawat. Klien minum susu dan air putih
sampai 1,5 liter dan mulai dibatasi minumnya.
b. Pola Eliminasi
Selama dirawat anak tidak mengalami gangguan BAK, frekuensi 6x sehari warna
dan bau khas. Klien BAB setiap hari sekali konsistensi lunak warna kuning.
Sebelum dirawat anak BAB 3 hari sekali.
c. Pola Aktivitas
Selama sakit anak sempat malas beraktivitas terutama berjalan karena nyeri sendi,
aktivitas sudah mulai meningkat.
d. Kebutuhan Istirahat
Klien tidur malam dengan nyenyak 8 jam dan tidur siang 1-2 jam.

12. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum
KU : Sedang, composmentis
o
TTV : Suhu : 37 C
Nadi : 130x/menit
Resp : 32x/menit
Antropometri : BB : 12 kg TB : 88 cm
LLA :15 cm LK : 45 cm

13. Pemeriksaan Sistemik Cepalo-Caudal


a. Kepala
Bentuk kepala simetris, kesan wajah tenang, muka agak pucat, tidak tampak
kemerahan/ butterfly rash, tidak ada alopesia, konjungtiva agak anemis, mulut
bersih, mukosa lembab.
b. Integumen
Sisa bintik-bintik kemerahan di kulit daerah perut sampai tungkai, turgor baik,CRT
2 detik, tidak ada lesi dan ruam
c. Thorax
1) Paru-paru
Inspeksi : ekspansi simetris, nafas pendek, tidak ada nyeri dan batuk, tidak ada
retraksi
Perkusi : Suara resonan pada intercosta 1-3 dada kiri. Suara resonan pada
intercosta 1-5 dada kanan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat massa abnormal, taktil fremitus
simetris
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler, tidak ada ronkhi, stridor

2) Jantung
Inspeksi : Tidak ada retraksi, warna kulit merata, iktus cordis normal
Perkusi : Suara dullness di intercosta 1-4 kiri
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba masa abnormal
Auskultasi : S1tunggal, S2 split tidak konstan, tidak ada bising jantung.
d. Abdomen
Inspeksi : supel, simetris, tidak ada spidernevi, tidak ada asites.
Auskultasi : Terdapat bising usus normal
Perkusi :Suara timpani kuadran kiri atas, resonan di kuadran lain
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran limfe
e. Genitalia
Genitalia bersih, tidak ada lesi, belum menarche
f. Ekstermitas
Atas : terpasang threeway, kekuatan otot (+), akral kadang teraba dingin, palmar
kadang pucat
Bawah : simetris, kekuatan otot (+), udem (-), sendi bengkak (-)
14. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
(0 – 6 Tahun ) Dengan menggunakan DDST
a. Personal sosial
Anak mudah berkenalan dan bergaul dengan orang lain, tidak suka ditinggal
sendiri
b. Motorik halus
Anak dapat memegang mainan pada usia 6 bulan, dan mencoret-coret pada usia 1,5
tahun. Saat ini klien senang bermain boneka dan menyusun lego
c. Motorik kasar
Anak malas beraktivitas terutama berjalan karena riwayat nyeri sendi
d. Bahasa
Anak dapat mengucapkan 1-3 kata namun tidak membentuk kalimat.

15. Program terapi


Protokol SLE fase akut:
Obat Dosis Waktu Rute
Metil prednisolone 360 mg/hari 5 hari IV
30mg/kg BB/ hari
Prednison 12 mg/hari 7 hari Oral
0,5-2mg/kg 1-1-0,5
BB/hari tablet
Transfusi WBC Gol AB 150 cc 6 September 2013 (Hb 4,6 gr/dL)

16. Analisis Data


Nama Klien : An. L Tanggal : 06November 2020
Usia : 3 tahun 4 bulan tahun Jam : 10.00 WIT
Data Masalah Penyebab
DS : Gangguan penurunan komponen
a. Ibu klien mengatakan anak sering perfusi jaringan seluler yang diperlukan
tampak pucat untuk pengiriman
DO : oksigen / nutrisi ke sel
a. Hb 8,5 gr/dL
b. Riwayat Hb 4,6 gr/dL dengan transfusi
WBC
c. CRT 2”
d. N : 130x/menit R: 32x/menit
e. Wajah dan konjungtiva agak anemis
f. Akral kadang teraba dingin

DS : Resiko infeksi Prosedur invasif


a. Ibu klien mengatakan anak dipasang
infus sejak masuk RS tanggal 5
September 2013
b. Ibu klien mengatakan IV line terakhir
diganti pada tanggal 16 september 2013
DO :
o
a. Suhu : 37 C N: 130x/menit R: 32x/menit
3
b. WBC : 17,3x10 / uL
c. ANA test : 44,85 IU/mL
d. Hb 8,5 gr/dL
e. Terpasang IV line three way
DS : Intoleransi Nyeri pada persendian
a. Ibu klien mengatakan anak tidak mau aktivitas
berjalan karena nyeri sendi tungkai
DO :
a. Anak tampak sering tiduran, digendong
atau hanya di tempat tidur saja
3
b. WBC : 17,3x10 / uL
B. Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel
2. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan nyeri pada persendian
C. Rencana Keperawatan
Nama Klien : An. L Tanggal : 17 September 2013
Usia : 3 tahun Jam :10.00 WIB
No Diagnosis Keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan perfusi jaringan b.d 06 Nov 2020 jam 10.00 1. Observasi TTV, warna kulit,tingkat 1. Memberi informasi keadekuatan
penurunan komponen seluler yang Setelah diberi asuhan kesadaran dan keadaan ekstermitas perfusi jaringan
diperlukan untuk pengiriman keperawatan selama 3x24 2. Atur posisi semi fowler 2. Pengembangan paru akan lebih
oksigen / nutrisi ke sel d.d anemia klien dapat teratasi 3. Kelola pemberian transfusi WBC maksimak sehingga pemasukan
DS : dengan kriteria : bila perlu oksigen lebih adekuat
1. mengatakan anak sering 1. TTV normal 4. Jadwalkan aktivitas –istirahat 3. Mengurangi kerja jantung dan
tampak pucat 2. Hb 10-14 gr/dL cukup dengan melibatkan klien paru-paru
DO : 3. CRT<2” dalam penjadwalan 4. Mengurangi risiko kelelahan
1. Hb 8,5 gr/dL 4. Konjungtiva, kulit, 5. Anjurkan anak makan makanan yang membutuhkan supply
2. Riwayat Hb 4,6 gr/dL ekstermitas tidak pucat yang meningkatkan Hb oksigen dan energy lebih
dengan transfusi WBC 5. Akral teraba hangat banyak
3. CRT 2” 5. Sayuran hijau dan daging
4. Wajah dan konjungtiva meningkatkan kadar Hb dalam
agak anemis darah
5. Akral kadang teraba
dingin
2. Risiko infeksi berhubungan 06 Nov 2020 jam 10.00 1. Kaji tanda-tanda infeksi tiap 24 1. Mencegah timbulnya infeksi
dengan prosedur invasif d.d Setelah dilakukan asuhan jam sekali dini
DS : keperawatan selama 3 x 24 2. Monitor tanda-tanda vital tiap 4 2. Perubahan TTV
1. Ibu klien mengatakan anak jam tidak terdapat tanda- jam sekali menunjukkan terjadinya
dipasang infus sejak tanda infeksi dengan kriteria infeksi atau gangguan
3. Ganti threeway dan GV tiap 3 hari
masuk RS tanggal 5 hasil: homeostatis
sekali
September 2013 1. Tidak muncul tanda- 3. Mengurangi risiko infeksi
4. Anjurkan untuk menjaga
2. Ibu klien mengatakan IV tanda infeksi (kalor, prosedur invasif
kebersihan daerah threeway
line terakhir diganti pada dolor, rubor dan functio 4. Kebersihan daerah threeway
tanggal 16 september 2013 laesa) mencegah kontaminasi
DO : bakteri
2. Tanda-tanda vital dalam
1. Suhu : 37oC
batas normal (Suhu 36,5
2. WBC : 17,3x103 / uL
– 37,5 C, Nadi 70 – 110)
3. ANA test : 44,85 IU/mL
4. Hb 8,5 gr/Dl
5. Terpasang IV line three
way

3. Intoleransi Aktivitas b.d nyeri pada 06 Nov 2020 jam 10.00 1. Kaji rentang aktivitas yang dapat 1. Mengetahui tingkat intoleransi
persendian d.d Setelah diberi asuhan dilakukan anak anak
DS : keperawatan selama 3x24 jam 2. Berikan latihan gerak sesuai 2. Mencegah timbulnya
1. Ibu klien mengatakan anak anak dapat beraktivitas sesuai toleransi kekakuan dan kelemahan sendi
tidak mau berjalan karena toleransi dengan kriteria : 3. Anjurkan untuk mengubah posisi 3. Melancarkan peredaran darah
nyeri sendi tungkai 1. Nyeri sendi berkurang dan tidak malas bergerak dan mempercepat peningkatan
DO : 2. TTV normal sesudah 4. Kelola pemberian Metil aktivitas
1. Anak tampak sering beraktivitas Prednisolon 360 mg dan 4. Kortikosteroid menurunkan
tiduran, digendong atau 3. ADL terpenuhi sesuai Prednison 12 mg artritis
hanya di tempat tidur saja toleransi anak
2. WBC : 17,3x103 / uL
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Dx
Kegiatan Evaluasi
Kep.
1. 06 November2020 Jam 10.00 WIT S : keluarga klien menyatakan anak
Memonitor tanda-tanda vital tidak demam
o
O : Suhu tubuh :37 C
Nadi : 130x/menit, agak anemis
A : Gangguan perfusi jaringan
P : Ukur tanda-tanda vital tiap 4 jam
Sekali
06 November2020 S : Ibu klien mengatakan nafsu makan
Jam 12.00 anak meningkat
Menganjurkan makan makanan yang O : Ibu tampak mengerti dengan
meningkatkan kadar Hb anak anjuran perawat
A : Gangguan perfusi jaringan
P : Periksa kadar Hb
06 November2020 Jam 15.00 wib S : keluarga klien menyatakan anak
Memonitor tanda-tanda vital tidak demam
o
O : Suhu tubuh :36,5 C
Nadi : 100x/menit, agak anemis
A : Gangguan perfusi jaringan
P : Ukur tanda-tanda vital tiap 4 jam
Sekali

2 07 November 2020 S:-


Jam 10.00 O : Tidak ada tanda infeksi di daerah
Mengkaji tanda infeksi threeway
A : Risiko infeksi
P : Kaji setiap hari
07 November 2020 S : Ibu klien mengatakan paham
Jam 14.00 tentang menjaga kebersihan daerah
Menganjurkan menjaga kebersihan threeway
daerah threeway O : Daerah threeway tampak bersih
A : Risiko infeksi
P : Lakukan ganti lokasi threeway
setiap 3 hari
07 November 2020 S:-
Jam 15.00 O : Tidak ada tanda infeksi, tidak ada
Membantu mengganti threeway dan plebitis
balutan A : Risko infeksi
P : Lakukan ganti threeway dan
balutan tiap 3 hari
3 08 November 2020 S :-
12.00 O : Prednison 1 tab masuk jam 12.00
Mengelola pemberian Prednison 12 rute oral
mg tablet A : Intoleransi aktivitas
P : Lanjut terapi sesuai protokol SLE
08 November 2020 S: Ibu klien mengatakan paham
14.00 dengan penjelasan perawat
Menganjurkan untuk meningkatkan O : Sendi tidak bengkak, anak tampak
aktivitas gerak sendi lebih aktif
A : Intoleransi aktifvitas
09November 2020 S :-
06.00 O : Prednison 1 tab masuk jam 06.00
Mengelola pemberian Prednison 12 rute oral
mg tablet A : Intoleransi aktivitas
P : Lanjut terapi sesuai protokol SLE
09 November 2020 S :-
Jam 12.00 O : Prednison 1 tab masuk jam 12.00
Mengelola pemberian prednison 12 rute oral
mg A : Intoleransi aktivitas
P : Lanjut terapi sesuai protokol SLE
BAB III

TERAPI KOMPLEMENTER

TERAPI YOGA
Terapi yoga adalah sebuah aktivitas fisik yang melibatkan meditasi dengan teknik
peregangan, pernafasan, keseimbangan dan kelenturan tubuh untuk mencapai
keselarasan dan harmoni antara emosi, jiwa, mental, spiritualitas dan tubuh kita.

Analisa PICOT

No Judul Jurnal Population Intervention Comparison Outcomes Time


1. Pengalaman klien Klien Systemic Perawat - Peningkatan -
Systemic Lupus Lupus diharapkan pengetahuan
Erythematosus dalam Erythematosus meningkatkan mengenai
melakukan yoga di dengan jumlah pengetahuan penyakit SLE
Kota Semarang sampel 7 orang dan manfaat dn manfaat
yoga, dan pelaksanaan
membantu yoga dalam
membentuk menurunkan
social suport kekambuhan
pada klien lupus.
SLE
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada An. L dengan dx medis Sistemik
Lupus Eritematosis didapatkan 4 diagnosis keperawatan yaitu :
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan sel penyalur oksigen dan
nutrisi
2. Risikoinfeksi berhubungan dengan prosedur invasif
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri sendi
Dari ketiga diagnosis keperawatan di atas semua teratasi sebagian dan melanjutkan
tindkan keperawatan sampai tujuan tercapai seluruhnya.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3.
Jakarta: Penerbit buku kedokteran, EGC
FKUI. 1985. Imlu Kesehatan Anak I. Jakarta : FKUI
Herdman, Heather. 2010. Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan.
Jakarta: Penerbit: EGC
Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Sachrim, Rosa M. 1994. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
H. PATOFISIOLOGI

Penyimpanan KDM Lupus


Genetic, Kuman/virus, Sinar Ultraviolet, Obat-obatan tertentu

Produksi autonomy berlebihan

Perubahan
Autoimun menyerang organ-organ
perfusi
tubuh (sel, jaringan)
jaringan

Penyakit Lupus

Produksi antibody secara terus menerus

Mencetus penyakit inflamasi multi organ

Kulit Sendi Darah Paru-paru Ginjal Hati Otak

Atitis HB menurun Efusi


Kerusakan Protein Terjadi Suplai
pleura
integritas urinary sintesis O2 ke
kulit zat-zat otak
Produksi suplai yg
Intoleransi menur
oksigen/ Protein
aktivitas dibutuh un
nutrient Ketida dalam
menurun kefekt tubuh
ifan menuru Otak
BB menurun pola tdk
ATP menurun napas Perub dapat
ahan O2
Perubahan status nutrisi dlm 3
Keletihan Perubahan
kesehatan kuran menit
pertumbu
g dari
han dan
keb.
perkemba
Kecemasan tubuh
ngan Resiko
kemat
ian
BAB II TINJAUAN
KASUS
Kasus :
An.L dilarikan ke RS sekitar jam 11.00 WITdan ditemaptkan di Ruang anak,. Ibu klien mengatakan klien
masih sedikit pucat dan malas beraktivitas karena nyeri di persendian. Hasil pemeriksaan ditemukan
o
Suhu : 37 C , Nadi :130x/menit, Resp : 32x/menit dengan BB :
12 kg, TB: 88 cm, LK : 45 cm, LLA :15 cm dan pemeriksaan darah AL 33.500/uL, Hb 4,6 gr/dL. Hb 8,5
gr/dL, ANA test : 44,85 IU/mL

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : An.”L”
TTL :Ambon, 15 April 2010
Umur : 10 tahun Jenis kelamin
: Perempuan Agama : Kristen
Tanggal masuk RS : 5 November 2020
Dx Medis : Systemic Lupus Eritematosus
Alamat :OSM

Identitas Penanggung jawab


Nama :Ny.”N” Pendidikan
: SLTP Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : OSM Hub.dengan pasien
: Ibu kandung

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan klien masih sedikit pucat dan malas beraktivitas karena nyeri di
persendian
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
10 hari SMRS anak batuk pilek demam tidak tinggi. 7 hari SMRS terdapat nyeri
pada kedua tungkai dan menolak berjalan, anak belum terlalu pucat, tidak mau
makan minum demam dan batuk pilek menetap. 4 hari SMRS anak demam
tinggi, suhu tidak diukur, tidak dapat berjalan, muncul bercak merah dari perut
hingga tungkai, anak pucat. HMRS anak pucat, demam nglemeng, batuk pilek.
Hasil pemeriksaan darah AL 33.500/uL, Hb 4,6 gr/dL.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu


a. Antenatal
Selama kehamilan ibu klien memeriksakan diri rutin di bidan. Usia 6-7 bulan
plasenta menutup jalan lahir,ibu klien minum penambah darah dan vitamin selama
hamil, tidak ada riwayat penyakit selama kehamilan.
b. Intranatal
Anak lahir spontan dengan VE, UK 36 minggu, BBL 2800 gram, PB 49 cm di
PKU Bantul. Anak tidak langsung menangis, diberikan resusitasi tahap awal.
c. Postnatal
Tidak ada trauma lahir, imunisasi lengkap di bidan
d. Penyakit yang pernah diderita
Klien menderita kekurangan zat kapur di usia 6 bulan, ISK diusia 8 bulan, flek/ TB
paru di usia < 1 tahun.
e. Riwayat Hospitalisasi
Klien sebelumnya pernah dirawat di PKU Bantul dengan ISK
f. Riwayat Injury
Klien tidak mempunyai riwayat injury atau kecelakaan
g. Riwayat Alergi
Ibu klien mengatakan anak hanya alergi dingin, tidak ada alergi obat dan makanan

Genogram
Ibu Ny.N 34th
Ayah Tn. N 37 th

Klien An.L3 th

Ket:
: meninggal
: perempuan
: laki-laki

: garis perkawinan
: garis keturunan
: tinggal serumah

4. RiwayatImunisasi
NO Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Frekuensi Reaksi Setelah Pemberian
1 BCG BBL 0,05 Rewel,nyeri,demam,muncul
Bengkakdiareasuntikan

2 DPT 2bln 0,5 Demam,rewel


3 OOlio 1bln 0,5ml Nyeri,demam
4 Campak 9bln 0,5ml Bengkak,nyeri
5 Hepatitis B Bayibarulahir(12jam) 0,5ml Demam,munculruamdikulit

5. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


a. Pertumbuhan Fisik
1) Berat badan : 12kg
2) Tinggi badan :88cm
3) Waktu tumbuh gigi : 1thn
b. Perkembangan Tiap tahap
Usia anak saat
1) Berguling :3bln
2) Duduk : 5bln
3) Merangkak :5bln
4) Berdiri : 9bln
5) Berjalan : 12bln
6) Senyum kepada orang lain pertama kali :4bln
7) Bicara pertama kali :12bln
8) Berpakaian tanpa bantuan :2thn

6. Riwayat Nutrisi
a. Pemberian ASI
1) Pertama kali disusui : bayi lahir
2) Cara pemberian : meneteh
3) Lama pemberian : 24jam(8-12kali)
b. Pemberian susu formula
1) Alasan pemberian : anak tidak mau menyusui lagi
2) Jumlah pemberian : disesuikan
3) Cara pemberian :menggunakan botol dot

7. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Usia jenisnutrisi lamaemberian
0-4bulan ASI 24jam(8-12kali)
4-12bulan ASI&susuformula -
Saatini Susuformula&makanan(Nasi,Ikan -
Sayur)

8. Riwayat Psikososial
a. Anak tinggal dengan: orang tua
b. Lingkungan berada di : tempat yang aman
c. Apakah rumah dekat : jauh
d. Apakah ada tangga yang bisa berbahaya: tidak ada
e. Hubungan antar anggota keluarga : baik
f. Pengasuh anak : tidak ada

9. Riwayat Spiritual
a. Support sistem dalam keluarga : baik
b. Kegiatan keagamaan :baik

10. Reaksi Hospitalisasi


a. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
1) Mengapa ibu membawa anaknya ke RS : karena anak sakit
2) Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : iya
3) Bagaimana perasaan orang tua saat ini : cemas,khawatir
4) Apakah orang tua selalu berkunjung : iya
5) Siapa yang akan tinggal dengan anak : keluarga/ibu

11. Aktivitas sehari-hari


a. Pola Nutrisi
Selama sakit anak makan nasi 3x sehari, klien menghabiskan diet yang diberikan.
Nafsu makan anak meningkat selama dirawat. Klien minum susu dan air putih
sampai 1,5 liter dan mulai dibatasi minumnya.
b. Pola Eliminasi
Selama dirawat anak tidak mengalami gangguan BAK, frekuensi 6x sehari warna
dan bau khas. Klien BAB setiap hari sekali konsistensi lunak warna kuning.
Sebelum dirawat anak BAB 3 hari sekali.
c. Pola Aktivitas
Selama sakit anak sempat malas beraktivitas terutama berjalan karena nyeri sendi,
aktivitas sudah mulai meningkat.
d. Kebutuhan Istirahat
Klien tidur malam dengan nyenyak 8 jam dan tidur siang 1-2 jam.

12. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum
KU : Sedang, composmentis
o
TTV : Suhu : 37 C
Nadi : 130x/menit
Resp : 32x/menit
Antropometri : BB : 12 kg TB : 88 cm
LLA :15 cm LK : 45 cm

13. Pemeriksaan Sistemik Cepalo-Caudal


a. Kepala
Bentuk kepala simetris, kesan wajah tenang, muka agak pucat, tidak tampak
kemerahan/ butterfly rash, tidak ada alopesia, konjungtiva agak anemis, mulut
bersih, mukosa lembab.
b. Integumen
Sisa bintik-bintik kemerahan di kulit daerah perut sampai tungkai, turgor baik,CRT
2 detik, tidak ada lesi dan ruam
c. Thorax
1) Paru-paru
Inspeksi : ekspansi simetris, nafas pendek, tidak ada nyeri dan batuk, tidak ada
retraksi
Perkusi : Suara resonan pada intercosta 1-3 dada kiri. Suara resonan pada
intercosta 1-5 dada kanan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat massa abnormal, taktil fremitus
simetris
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler, tidak ada ronkhi, stridor

2) Jantung
Inspeksi : Tidak ada retraksi, warna kulit merata, iktus cordis normal
Perkusi : Suara dullness di intercosta 1-4 kiri
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba masa abnormal
Auskultasi : S1tunggal, S2 split tidak konstan, tidak ada bising jantung.
d. Abdomen
Inspeksi : supel, simetris, tidak ada spidernevi, tidak ada asites.
Auskultasi : Terdapat bising usus normal
Perkusi :Suara timpani kuadran kiri atas, resonan di kuadran lain
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran limfe
e. Genitalia
Genitalia bersih, tidak ada lesi, belum menarche
f. Ekstermitas
Atas : terpasang threeway, kekuatan otot (+), akral kadang teraba dingin, palmar
kadang pucat
Bawah : simetris, kekuatan otot (+), udem (-), sendi bengkak (-)
14. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
(0 – 6 Tahun ) Dengan menggunakan DDST
a. Personal sosial
Anak mudah berkenalan dan bergaul dengan orang lain, tidak suka ditinggal
sendiri
b. Motorik halus
Anak dapat memegang mainan pada usia 6 bulan, dan mencoret-coret pada usia 1,5
tahun. Saat ini klien senang bermain boneka dan menyusun lego
c. Motorik kasar
Anak malas beraktivitas terutama berjalan karena riwayat nyeri sendi
d. Bahasa
Anak dapat mengucapkan 1-3 kata namun tidak membentuk kalimat.

15. Program terapi


Protokol SLE fase akut:
Obat Dosis Waktu Rute
Metil prednisolone 360 mg/hari 5 hari IV
30mg/kg BB/ hari
Prednison 12 mg/hari 7 hari Oral
0,5-2mg/kg 1-1-0,5
BB/hari tablet
Transfusi WBC Gol AB 150 cc 6 September 2013 (Hb 4,6 gr/dL)

16. Analisis Data


Nama Klien : An. L Tanggal : 06November 2020
Usia : 3 tahun 4 bulan tahun Jam : 10.00 WIT
Data Masalah Penyebab
DS : Gangguan penurunan komponen
a. Ibu klien mengatakan anak sering perfusi jaringan seluler yang diperlukan
tampak pucat untuk pengiriman
DO : oksigen / nutrisi ke sel
a. Hb 8,5 gr/dL
b. Riwayat Hb 4,6 gr/dL dengan transfusi
WBC
c. CRT 2”
d. N : 130x/menit R: 32x/menit
e. Wajah dan konjungtiva agak anemis
f. Akral kadang teraba dingin

DS : Resiko infeksi Prosedur invasif


a. Ibu klien mengatakan anak dipasang
infus sejak masuk RS tanggal 5
September 2013
b. Ibu klien mengatakan IV line terakhir
diganti pada tanggal 16 september 2013
DO :
o
a. Suhu : 37 C N: 130x/menit R: 32x/menit
3
b. WBC : 17,3x10 / uL
c. ANA test : 44,85 IU/mL
d. Hb 8,5 gr/dL
e. Terpasang IV line three way
DS : Intoleransi Nyeri pada persendian
a. Ibu klien mengatakan anak tidak mau aktivitas
berjalan karena nyeri sendi tungkai
DO :
a. Anak tampak sering tiduran, digendong
atau hanya di tempat tidur saja
3
b. WBC : 17,3x10 / uL
B. Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel
2. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan nyeri pada persendian
C. Rencana Keperawatan
Nama Klien : An. L Tanggal : 17 September 2013
Usia : 3 tahun Jam :10.00 WIB
No Diagnosis Keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan perfusi jaringan b.d 06 Nov 2020 jam 10.00 1. Observasi TTV, warna kulit,tingkat 1. Memberi informasi keadekuatan
penurunan komponen seluler yang Setelah diberi asuhan kesadaran dan keadaan ekstermitas perfusi jaringan
diperlukan untuk pengiriman keperawatan selama 3x24 2. Atur posisi semi fowler 2. Pengembangan paru akan lebih
oksigen / nutrisi ke sel d.d anemia klien dapat teratasi 3. Kelola pemberian transfusi WBC maksimak sehingga pemasukan
DS : dengan kriteria : bila perlu oksigen lebih adekuat
1. mengatakan anak sering 1. TTV normal 4. Jadwalkan aktivitas –istirahat 3. Mengurangi kerja jantung dan
tampak pucat 2. Hb 10-14 gr/dL cukup dengan melibatkan klien paru-paru
DO : 3. CRT<2” dalam penjadwalan 4. Mengurangi risiko kelelahan
1. Hb 8,5 gr/dL 4. Konjungtiva, kulit, 5. Anjurkan anak makan makanan yang membutuhkan supply
2. Riwayat Hb 4,6 gr/dL ekstermitas tidak pucat yang meningkatkan Hb oksigen dan energy lebih
dengan transfusi WBC 5. Akral teraba hangat banyak
3. CRT 2” 5. Sayuran hijau dan daging
4. Wajah dan konjungtiva meningkatkan kadar Hb dalam
agak anemis darah
5. Akral kadang teraba
dingin
2. Risiko infeksi berhubungan 06 Nov 2020 jam 10.00 1. Kaji tanda-tanda infeksi tiap 24 1. Mencegah timbulnya infeksi
dengan prosedur invasif d.d Setelah dilakukan asuhan jam sekali dini
DS : keperawatan selama 3 x 24 2. Monitor tanda-tanda vital tiap 4 2. Perubahan TTV
1. Ibu klien mengatakan anak jam tidak terdapat tanda- jam sekali menunjukkan terjadinya
dipasang infus sejak tanda infeksi dengan kriteria infeksi atau gangguan
3. Ganti threeway dan GV tiap 3 hari
masuk RS tanggal 5 hasil: homeostatis
sekali
September 2013 1. Tidak muncul tanda- 3. Mengurangi risiko infeksi
4. Anjurkan untuk menjaga
2. Ibu klien mengatakan IV tanda infeksi (kalor, prosedur invasif
kebersihan daerah threeway
line terakhir diganti pada dolor, rubor dan functio 4. Kebersihan daerah threeway
tanggal 16 september 2013 laesa) mencegah kontaminasi
DO : bakteri
2. Tanda-tanda vital dalam
1. Suhu : 37oC
batas normal (Suhu 36,5
2. WBC : 17,3x103 / uL
– 37,5 C, Nadi 70 – 110)
3. ANA test : 44,85 IU/mL
4. Hb 8,5 gr/Dl
5. Terpasang IV line three
way

3. Intoleransi Aktivitas b.d nyeri pada 06 Nov 2020 jam 10.00 1. Kaji rentang aktivitas yang dapat 1. Mengetahui tingkat intoleransi
persendian d.d Setelah diberi asuhan dilakukan anak anak
DS : keperawatan selama 3x24 jam 2. Berikan latihan gerak sesuai 2. Mencegah timbulnya
1. Ibu klien mengatakan anak anak dapat beraktivitas sesuai toleransi kekakuan dan kelemahan sendi
tidak mau berjalan karena toleransi dengan kriteria : 3. Anjurkan untuk mengubah posisi 3. Melancarkan peredaran darah
nyeri sendi tungkai 1. Nyeri sendi berkurang dan tidak malas bergerak dan mempercepat peningkatan
DO : 2. TTV normal sesudah 4. Kelola pemberian Metil aktivitas
1. Anak tampak sering beraktivitas Prednisolon 360 mg dan 4. Kortikosteroid menurunkan
tiduran, digendong atau 3. ADL terpenuhi sesuai Prednison 12 mg artritis
hanya di tempat tidur saja toleransi anak
2. WBC : 17,3x103 / uL
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Dx
Kegiatan Evaluasi
Kep.
1. 06 November2020 Jam 10.00 WIT S : keluarga klien menyatakan anak
Memonitor tanda-tanda vital tidak demam
o
O : Suhu tubuh :37 C
Nadi : 130x/menit, agak anemis
A : Gangguan perfusi jaringan
P : Ukur tanda-tanda vital tiap 4 jam
Sekali
06 November2020 S : Ibu klien mengatakan nafsu makan
Jam 12.00 anak meningkat
Menganjurkan makan makanan yang O : Ibu tampak mengerti dengan
meningkatkan kadar Hb anak anjuran perawat
A : Gangguan perfusi jaringan
P : Periksa kadar Hb
06 November2020 Jam 15.00 wib S : keluarga klien menyatakan anak
Memonitor tanda-tanda vital tidak demam
o
O : Suhu tubuh :36,5 C
Nadi : 100x/menit, agak anemis
A : Gangguan perfusi jaringan
P : Ukur tanda-tanda vital tiap 4 jam
Sekali

2 07 November 2020 S:-


Jam 10.00 O : Tidak ada tanda infeksi di daerah
Mengkaji tanda infeksi threeway
A : Risiko infeksi
P : Kaji setiap hari
07 November 2020 S : Ibu klien mengatakan paham
Jam 14.00 tentang menjaga kebersihan daerah
Menganjurkan menjaga kebersihan threeway
daerah threeway O : Daerah threeway tampak bersih
A : Risiko infeksi
P : Lakukan ganti lokasi threeway
setiap 3 hari
07 November 2020 S:-
Jam 15.00 O : Tidak ada tanda infeksi, tidak ada
Membantu mengganti threeway dan plebitis
balutan A : Risko infeksi
P : Lakukan ganti threeway dan
balutan tiap 3 hari
3 08 November 2020 S :-
12.00 O : Prednison 1 tab masuk jam 12.00
Mengelola pemberian Prednison 12 rute oral
mg tablet A : Intoleransi aktivitas
P : Lanjut terapi sesuai protokol SLE
08 November 2020 S: Ibu klien mengatakan paham
14.00 dengan penjelasan perawat
Menganjurkan untuk meningkatkan O : Sendi tidak bengkak, anak tampak
aktivitas gerak sendi lebih aktif
A : Intoleransi aktifvitas
09November 2020 S :-
06.00 O : Prednison 1 tab masuk jam 06.00
Mengelola pemberian Prednison 12 rute oral
mg tablet A : Intoleransi aktivitas
P : Lanjut terapi sesuai protokol SLE
09 November 2020 S :-
Jam 12.00 O : Prednison 1 tab masuk jam 12.00
Mengelola pemberian prednison 12 rute oral
mg A : Intoleransi aktivitas
P : Lanjut terapi sesuai protokol SLE
BAB III

TERAPI KOMPLEMENTER

TERAPI YOGA
Terapi yoga adalah sebuah aktivitas fisik yang melibatkan meditasi dengan teknik
peregangan, pernafasan, keseimbangan dan kelenturan tubuh untuk mencapai
keselarasan dan harmoni antara emosi, jiwa, mental, spiritualitas dan tubuh kita.

Analisa PICOT

No Judul Jurnal Population Intervention Comparison Outcomes Time


1. Pengalaman klien Klien Systemic Perawat - Peningkatan -
Systemic Lupus Lupus diharapkan pengetahuan
Erythematosus dalam Erythematosus meningkatkan mengenai
melakukan yoga di dengan jumlah pengetahuan penyakit SLE
Kota Semarang sampel 7 orang dan manfaat dn manfaat
yoga, dan pelaksanaan
membantu yoga dalam
membentuk menurunkan
social suport kekambuhan
pada klien lupus.
SLE
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada An. L dengan dx medis Sistemik
Lupus Eritematosis didapatkan 4 diagnosis keperawatan yaitu :
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan sel penyalur oksigen dan
nutrisi
2. Risikoinfeksi berhubungan dengan prosedur invasif
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri sendi
Dari ketiga diagnosis keperawatan di atas semua teratasi sebagian dan melanjutkan
tindkan keperawatan sampai tujuan tercapai seluruhnya.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3.
Jakarta: Penerbit buku kedokteran, EGC
FKUI. 1985. Imlu Kesehatan Anak I. Jakarta : FKUI
Herdman, Heather. 2010. Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan.
Jakarta: Penerbit: EGC
Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Sachrim, Rosa M. 1994. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai