PUSTAKA
A. DEFINISI
“Lupus” adalah nama latin untuk “srigala”, dan di kenalluas dalam ilmu
kedokteran bahwa “ruan kupu-kupu” yang di lihat dipipi sebagai penderita lupus
serupa dengan wajah srigala sehingga di sebut lupus-erythematosus kali pertama
untuk menyebut kelainan kulit oleh orang prancis, (pierre casenave,1951). SLE
(Systemisc lupus erythematosus) adalah penyakit autoimun, artinya tubuh
mneghasilkan antibodi yang sebenarnya untuk melenyapkan kuman atau sel kanker
yang ada di tubuh, tetapi dalam keadaan autoimun, antibodi tersebut ternyata merusak
organ tubuh sendiri (Djauzi,2009).
SLE atau LES (lupus eritematosus sistemik)adalah penyakit radang atau inflamasi
multisystem yang penyebabnya di duga karena adanya perubahan system imun
(Albar, 2003). Secara sederhana, lupus erythematosus terjadi karena tubuh menjadi
alergi terhadap dirinya sendiri. Dalam istilah imunologi dapat di katakan,lupus adalah
kebalikan apa yang terjadi kanker maupun AIDS. Pada lupus, tubuh melakukan reaksi
yang berlebihan terdapat stimulus asing dan memproduksi banyak antibodi atau
protein-protein yang malawan jaringan tubuh sendiri. Karena itu lupus di sebut
dengan penyakit autoimun (auto berarti dengan sendirinya) (Wallace,2007).
B. ETIOLOGI
Adanya satu atau beberapa faktor pemicu pada individu yang mempunyai
predisposisi genetik akan menghasilkan tenaga pendorong abnormal pada sel CD4
mengakibatkan hilangnya toleransi sel T terhadap self antigen. Akibatnya muncul sel
T autoreaktif yang menyebabkan induksi dan ekspansi sel B, baik yang memproduksi
autoanntibodi maupun yang berupa sel memori. Wujut pwmicu ini masih belum jelas.
Sebagian di duga hormon seks, sinar UV, infeksi.
Lupus seringkali disebut penyalit wanita walaupun juga bisa di derita oleh
pria. Lupus bisa menyerang usia berapapun, baik pada prian maupun wanita,
meskipun 10-15 kali sering di temukan pada wanita. Faktor hormonal yang
menyebabkan wanita sering terserang penyakit lupus dari pada pria.meningkatnya
gejalah penyakit ini pada masa belum menstruasi atau selama kehamilan mendukung
keyakinan bahwa hormon (terutama esterogen) mungkin berperan dalam timbulnya
penyakit ini. Kadang-kadang obat jantungan tertentu dapat menyebabkan sindrom
mirip lupus, yang akan menghilang bila pemakaian obat di hentikan
C. TANDA DAN GEJALAH
Perjalanan penyakit SLE sangat bervariasi. Dapat timbul mendadak disertai dengan
tanda-tanda tekanannya berbagai sistem dalam tubuh. Dapar juga menahun dengan
gejala pada satu sistem yang lambat laun di iuti oleh gejalah yang terkenanya sistem
imun. Pada tipe menahun terdapat remisi dan eksaserbsi. Resminya mungkin
berlangsung bertahun-tahun.
Onset penyakit dapat spontan atau di dahului oleh faktor presipitasi seperti kontak
dengan sinar matahari, infeksi virus / bakteri, obat. Setiap serangan biasanya di sertai
gejalah umum yang jelas seperti demam, nafsu makan berkurang, kelemahan,berat
badan menurun, dan iritabilitas. Yang paling menonjol ialah demam, kadang-kadang
di sertai menggigil.
Gejalah muskuloskeletal
Gejalah yang paling sering pada SLE adalah gejalah muskuloskeletal, berupa
artritis (93%). Yang paling sering terkena ialah sendi interfalangeal proksimal
didikuti oleh lutut, pergelangan tangan, metakarpofalangeal, siku dan pergelangan
kaki. Selain pembekakan dan nyeri mungkin juga terdapat efusi sendi. Artritis
biasanya simetris, tanpa menyebabkan deformitas, kontraktur atau ankilosis.
Adakala terdapat nodul reumatoid. Nekrosis vaskular dapat terjadi pada berbagai
tempat, dan ditemukan pada pasien yang mendapatkan pengobatan dengan
streroid dosis tinggi. Tempat paling sering terkena ialah kaput femoris.
Gejala mukokutan
Kelainan kulit, rambut atau selaput lendir ditemukan pada 85% kasus SLE. Lesi
kulit yang paling sering di temukan pada SLE ialah lasi kulit akut,
subakut,diskoid,dan livido retikulasi.
Ruam kulit berbentuk kupu-kupu berupa eritema yang agak edamatus pada hilang dan
kedua pipi. Dengan pengobatan yang tepat, kelainan ini dapat sembuh tampa luka.
Pada bagian tubuh yang terkena sinar matahari dapat timbul ruan kulit ynag terjadi
karena hipersensitivitas. Lesi ini termasuk lesi kulit akut. Lesi kulit subakut yang khas
berbentuk anular.
Lesi diskoid berkembang melalui 3 tahap yaitu eritema,hiperkeratosis dan antrofi.
Biasanya tampak sebagian bercak eritematosa yang meninggi, tertutup oleh sisik
keratindi sertai adanya penyumbatan folikel. Kalau sudah berlangsung lama akan
berbentuk silikatriks
Vaskulitis kulit dapat menyebabkan ulserasi dari yang berbentuk kecil sampai yang
besar. Sering juga tampak perdarahan dan eritema periungual. Livido retikularis suatu
bentuk vaskulitis, sangat sering ditemui pada SLE.
Ginjal
kelainan ginjal di temukan pada 68% kasus SLE. Manifestasi paling sering ialah
proteinuria atau hematuria. Hipertensi, sindrom nefrotik kegagalan ginjal jarang
terjadi, hanya terdapat pada 25% kasus SLE yang urinya menunjukkan kelainan.
Ada 2 macam kelainan patologis pada ginjal, yaitu nefritis lupus difus dan nefritis
lupus membranosa. Nefitis lupus merupakan kelaianan yang paling berat. Klinis
biasanya tampak sebagai sindrom nefrotik, hipertensi serta gangguan fungsi ginjal
sedang sedang sampai berat. Nefritis lupus membranosa lebih jarang di temukan.
Di tandai dengan sindrom nefrotik, gangguan fungsi ginjal ringan serta perjalanan
penyakit yang mungkin berlangsung cepat atau lambat ttapi progresif.
Kelaian ginjal yang lain mungkin di temukan pada SLE ialah pielonefritis kronik,
tuberkulosis ginjal. Gagal ginjal merupakan salah satu penyebab kematian SLE
kronis
Susunan saraf pusat
Gangguan susunan saraf pusat terdiri atas 2 kelainan utama yaitu psikosis organis
dan kejang-kejang
Penyakit otak organik biasanya di temuakan bersamaan dengan gejalah aktif SLE
pada sistem lain-lainya. Pasien menunjkan gejalah halusinasi disamping gejalah
khas organik otak seperti sukar menghitung dan tidak sangup mengigat kembali
gambar-gambar yang perna dilihat.
Psikosis steroid juga termasuk sindrom otak organis yang secara klinis tak dapat
di bedahkan dengan psikosis lupus. Perbedaan antara keduannya baru dapat di
ketahui dengan menurunkan atau menaikkan dosis steroid yang di pakai. Psikosis
lupus membaik jika dosis steroid di naikan dengan sebaliknya.
Kejang-kejang yang timbul biasanya termasuk tipe grandmal. Kelainan lain yang
mungkin di temukan ialah afasia, hemiplegia.
Mata
Kelainan mata berupa konjungtivitas, perdarahan subkonjungtival dan adanya
badan sitoid di retina.
Jantung
Peradangan bebagai bagian jantung bisa terjadi, seperti perikarditis, endokarditis
maupun miokarditis. Nyeri dada dan arutmia bisa terjadi sebagai akibat keadaan
tersebut.
Paru-paru
Pada lupus biasa terjadi pleuritis (peradangan selaput paru) dan efusi pleura
(penimbunan cairan antara paru dan pembungkusnya). Akibat dari kejadian
tersebut sering timbul nyeri dada dan sesak napas.
Saluran pencernaan
Nyeri abdomen terdapat pada 25% kasus SLE, mungkin di sertai mual dan diare.
Gejalahnya menghilang dengan cepat jika gangguan sistemiknya mendapat
pengobatan adekuat. Nyeri yang timbul mungkin di sebabkan oleh peritonitis
steril atau arteritis pembuluh darah kecil mesenterium dan usus yang
mengakibatkan ulserasi usus. Arteritis dapat juga menimbulkan pankreatitis.
Hemik-limfatik
Kelenjar getah bening yang sering terkena adalah aksila dan sevikal, dengan
karakteristik tidak nyeri tekan dan lunak. Organ limfoid lainya adalah
splenomegali yang biasanya disertai oleh pembesaran hati. Kerusakan lien berupa
infark atau trombosis berkaitan dengan adanya lupus antikoagulan anemia dapat
di jumpai pada periode perkembangan penyakitLES, yang diperantai oleh proses
imun dan nonimun.
D. KOMPLIASI
Komplikasi yang terjadi pada penyakit SLE bisa terjadi akibat penyakitnya
sendiri ataukomplikasi dari pengobatannya. Komplikasi akibat penyakit SLE sendiri
yang paling seringterjadi adalah infeksi sekunder karena system immune penderita
yang immunocompromised.Selain itu, sering juga terjadi komplikasi penyakit
aterosklerosis akibat peningkatanantiphospholidip antibody. Komplikasi akibat
pengobatan SLE adalah infeksi oportunistik akibat terapiimunosupresan jangka
panjang, osteonekrosis, dan penyakit aterosklerosis dan infark miokardprematur
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan urin, darah lengkap ( Hb, lekosit, trombosit, LED=laju endap darah )
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penyakit Lupus Eritematosus Sistemik (
LES ) adalah pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan urin. Hasil pemeriksaan darah
pada penderita LES menunjukkan adanya anemia hemolitik, trombositopenia,
limfopenia, atau leukopenia; erytrocytesedimentation rate (ESR) meningkat selama
penyakit aktif, Coombs test mungkin positif, level IgG mungkin tinggi, ratio albumin-
globulin terbalik, dan serum globulin meningkat. Selain itu, hasil pemeriksaan urin
pada penderita LES menunjukkan adanya proteinuria, hematuria, peningkatan
kreatinin, dan ditemukannya Cast, heme granular atau sel darah merah pada urin.
Tidak ada obat untuk SLE. Tujuan pengobatan adalah untuk mengendalikan gejala.
F. PENCEGAHAN
1. mengelolah stres
Gejalah lupus biasa datang tiba-tiba dan kondisinya bisa ringan ataupun buruk. Nah,
salah satu faktor pemicunya adalah stres. Bahkan, pengidap lupus yang mengalami
stres berpeluang mengalami gejalah yang cukup burusk. Oleh sebab itu, mengelolah
stres sangat di sarankan bagi pengidap lupus.
Untuk mengeloahnya, coba identifikasi semua sumber stres dapat hidup. Meminta
bantuan orang lain ketika memiliki gejalah lupus yang menbatasi fungsi tubuh, seperti
rasa sakit, kekuatan, dan kelelahan. Temukan kegiatan untuk membuat tubuh lebih
rileks dan habiskan waktu bersama keluarga dan kerabat guna meminimalisir peluang
stres.
2. rutin berolahraga
Olaraga teratur penting bagi pengidap lupus untuk mempertahankan berat badan ideal.
Kelebihan berat badan bisa memicu peradangan dari gejalah lupus. Manfaat yang bisa
di dapat melalui olahraga adalah meningkatkan kekuatan sendi yang otomatis bisa
mengurangi nyeri sendi. Namun, perluh di ingat bahwa olahraga yang terlalu berat
dan berlebihan juga tidak di sarankan untuk pengidap lupus. Cobalah untuk
melakukan olahraga ringan seperti berenang atau berjalan, santai.
Pola makan yang sehat juga termasuk kedalam bagian gaya hidup sehat atau pengidap
lupus. Pola makan sehat untuk pengidap lupus berfokus pada makanan yang
bermanfaat untuk kesehatan jantung. Contoh makanan yang baik untuk jantung, yaitu.
buah-buahan, sayuran, biji-bijian, ikan dan daging unggas.
Pastikan pengidap juga mendapatkan banyak kalsium untuk kesehatan tulang dan
sendi. Jika pengidap lupus memilki kondisi retensi cairan atau tekanan darah tinggi,
sebaliknya kurang asupan garam.
4. Tidur cukup
Salah satu gejalah lupus yang paling menyusahkan adalah kelelahan. Nah, tidur
adalah cara yang efektif untul mengumpulkan energi dan membangun sistem
kekebalan tubuh pengidap lupus. Pastikan untuk mendapatkan setidaknya tujuh jam
waktu tidur setiap malam dan berikan waktu untuk istirahat di siang hari.
6. perbanyak vitamin D
Karena pengidap lupis disarankan untuk menghindari sinar matahari, maka mereka
juga berpeluang kekurangan vitamin D. Individu pada umumnya mendapatkan
vitamin D melalui paparan sinar matahari. Kurangnya paparan sinar matahari dapat
kemungkinan berkontribusi terhadap kekurangan vitamin D pada pengidap lupus.
Karena itu, suplemen vitamin Ddapat dikonsumsi dengancatatan kadarnya rendah.
7. Jangan Merokok
Seperti kita ketahui, tidak ada manfaat kesehatan yang bisa di dapatkan melalui rokok.
Merokok meningkatkan risiko penyakit jantung dan kanker buruk lagi semua orang.
Bagi orang sehat saja sudah merugukan apalagi bagi pengidap lupus? Merokok akan
memicu peradangan dan flare lupus. Selain itu, juga meningkatkan risiko pengerasan
pembuluh darah, yang di sebut aterosklerosis di mana pengidap lupus sudah berisiko
lebih tinggi mengalami kondisi ini dari pada orang tanpa lupus.
Kasus :
B B II TINJAUAN
A KASUS
An.L dilarikan ke RS sekitar jam 11.00 WITdan ditemaptkan di Ruang anak,. Ibu klien
mengatakan klien masih sedikit pucat dan malas beraktivitas karena nyeri di
o
persendian. Hasil pemeriksaan ditemukan Suhu : 37 C , Nadi :130x/menit, Resp :
32x/menit dengan BB :
12 kg, TB: 88 cm, LK : 45 cm, LLA :15 cm dan pemeriksaan darah AL 33.500/uL, Hb 4,6
gr/dL. Hb 8,5 gr/dL, ANA test : 44,85 IU/mL
A.
Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : An.”L”
TTL :Ambon, 15 April 2010
Umur : 10
tahun Jenis kelamin :
Perempuan Agama
: Kristen
Tanggal masuk RS : 5 November 2020
Dx Medis : Systemic Lupus Eritematosus
Alamat :OSM
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan klien masih sedikit pucat dan malas beraktivitas
karena nyeri di persendian
2) Riwayat Kesehatan
Sekarang
10 hari SMRS anak batuk pilek demam tidak tinggi. 7 hari SMRS terdapat nyeri
pada kedua tungkai dan menolak berjalan, anak belum terlalu pucat, tidak mau
makan minum demam dan batuk pilek menetap. 4 hari SMRS anak demam
tinggi, suhu tidak diukur, tidak dapat berjalan, muncul bercak merah dari perut
hingga tungkai, anak pucat. HMRS anak pucat, demam nglemeng, batuk pilek.
Hasil pemeriksaan darah AL 33.500/uL, Hb 4,6 gr/dL.
Genogram
Ibu Ny.N 34th
Ayah Tn. N 37 th
Klien An.L3 th
Ket:
: meninggal
: perempuan
: laki-laki
: garis perkawinan
: garis keturunan
: tinggal serumah
4. RiwayatImunisasi
NO Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Frekuensi Reaksi Setelah Pemberian
1 BCG BBL 0,05 Rewel,nyeri,demam,muncul
Bengkakdiareasuntikan
6. Riwayat Nutrisi
a. Pemberian ASI
1) Pertama kali disusui : bayi lahir
2) Cara pemberian : meneteh
3) Lama pemberian : 24jam(8-12kali)
b. Pemberian susu formula
1) Alasan pemberian : anak tidak mau menyusui lagi
2) Jumlah pemberian : disesuikan
3) Cara pemberian :menggunakan botol dot
7. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Usia jenisnutrisi lamaemberian
0-4bulan ASI 24jam(8-12kali)
4-12bulan ASI&susuformula -
Saatini Susuformula&makanan(Nasi,Ikan -
Sayur)
8. Riwayat Psikososial
a. Anak tinggal dengan: orang tua
b. Lingkungan berada di : tempat yang aman
c. Apakah rumah dekat : jauh
d. Apakah ada tangga yang bisa berbahaya: tidak ada
e. Hubungan antar anggota keluarga : baik
f. Pengasuh anak : tidak ada
9. Riwayat Spiritual
a. Support sistem dalam keluarga : baik
b. Kegiatan keagamaan :baik
2) Jantung
Inspeksi : Tidak ada retraksi, warna kulit merata, iktus cordis normal
Perkusi : Suara dullness di intercosta 1-4 kiri
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba masa abnormal
Auskultasi : S1tunggal, S2 split tidak konstan, tidak ada bising jantung.
d. Abdomen
Inspeksi : supel, simetris, tidak ada spidernevi, tidak ada asites.
Auskultasi : Terdapat bising usus normal
Perkusi :Suara timpani kuadran kiri atas, resonan di kuadran lain
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran limfe
e. Genitalia
Genitalia bersih, tidak ada lesi, belum menarche
f. Ekstermitas
Atas : terpasang threeway, kekuatan otot (+), akral kadang teraba dingin, palmar
kadang pucat
Bawah : simetris, kekuatan otot (+), udem (-), sendi bengkak (-)
14. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
(0 – 6 Tahun ) Dengan menggunakan DDST
a. Personal sosial
Anak mudah berkenalan dan bergaul dengan orang lain, tidak suka ditinggal
sendiri
b. Motorik halus
Anak dapat memegang mainan pada usia 6 bulan, dan mencoret-coret pada usia 1,5
tahun. Saat ini klien senang bermain boneka dan menyusun lego
c. Motorik kasar
Anak malas beraktivitas terutama berjalan karena riwayat nyeri sendi
d. Bahasa
Anak dapat mengucapkan 1-3 kata namun tidak membentuk kalimat.
3. Intoleransi Aktivitas b.d nyeri pada 06 Nov 2020 jam 10.00 1. Kaji rentang aktivitas yang dapat 1. Mengetahui tingkat intoleransi
persendian d.d Setelah diberi asuhan dilakukan anak anak
DS : keperawatan selama 3x24 jam 2. Berikan latihan gerak sesuai 2. Mencegah timbulnya
1. Ibu klien mengatakan anak anak dapat beraktivitas sesuai toleransi kekakuan dan kelemahan sendi
tidak mau berjalan karena toleransi dengan kriteria : 3. Anjurkan untuk mengubah posisi 3. Melancarkan peredaran darah
nyeri sendi tungkai 1. Nyeri sendi berkurang dan tidak malas bergerak dan mempercepat peningkatan
DO : 2. TTV normal sesudah 4. Kelola pemberian Metil aktivitas
1. Anak tampak sering beraktivitas Prednisolon 360 mg dan 4. Kortikosteroid menurunkan
tiduran, digendong atau 3. ADL terpenuhi sesuai Prednison 12 mg artritis
hanya di tempat tidur saja toleransi anak
2. WBC : 17,3x103 / uL
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Dx
Kegiatan Evaluasi
Kep.
1. 06 November2020 Jam 10.00 WIT S : keluarga klien menyatakan anak
Memonitor tanda-tanda vital tidak demam
o
O : Suhu tubuh :37 C
Nadi : 130x/menit, agak anemis
A : Gangguan perfusi jaringan
P : Ukur tanda-tanda vital tiap 4 jam
Sekali
06 November2020 S : Ibu klien mengatakan nafsu makan
Jam 12.00 anak meningkat
Menganjurkan makan makanan yang O : Ibu tampak mengerti dengan
meningkatkan kadar Hb anak anjuran perawat
A : Gangguan perfusi jaringan
P : Periksa kadar Hb
06 November2020 Jam 15.00 wib S : keluarga klien menyatakan anak
Memonitor tanda-tanda vital tidak demam
o
O : Suhu tubuh :36,5 C
Nadi : 100x/menit, agak anemis
A : Gangguan perfusi jaringan
P : Ukur tanda-tanda vital tiap 4 jam
Sekali
TERAPI KOMPLEMENTER
TERAPI YOGA
Terapi yoga adalah sebuah aktivitas fisik yang melibatkan meditasi dengan teknik
peregangan, pernafasan, keseimbangan dan kelenturan tubuh untuk mencapai
keselarasan dan harmoni antara emosi, jiwa, mental, spiritualitas dan tubuh kita.
Analisa PICOT
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada An. L dengan dx medis Sistemik
Lupus Eritematosis didapatkan 4 diagnosis keperawatan yaitu :
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan sel penyalur oksigen dan
nutrisi
2. Risikoinfeksi berhubungan dengan prosedur invasif
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri sendi
Dari ketiga diagnosis keperawatan di atas semua teratasi sebagian dan melanjutkan
tindkan keperawatan sampai tujuan tercapai seluruhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Perubahan
Autoimun menyerang organ-organ
perfusi
tubuh (sel, jaringan)
jaringan
Penyakit Lupus
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : An.”L”
TTL :Ambon, 15 April 2010
Umur : 10 tahun Jenis kelamin
: Perempuan Agama : Kristen
Tanggal masuk RS : 5 November 2020
Dx Medis : Systemic Lupus Eritematosus
Alamat :OSM
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan klien masih sedikit pucat dan malas beraktivitas karena nyeri di
persendian
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
10 hari SMRS anak batuk pilek demam tidak tinggi. 7 hari SMRS terdapat nyeri
pada kedua tungkai dan menolak berjalan, anak belum terlalu pucat, tidak mau
makan minum demam dan batuk pilek menetap. 4 hari SMRS anak demam
tinggi, suhu tidak diukur, tidak dapat berjalan, muncul bercak merah dari perut
hingga tungkai, anak pucat. HMRS anak pucat, demam nglemeng, batuk pilek.
Hasil pemeriksaan darah AL 33.500/uL, Hb 4,6 gr/dL.
Genogram
Ibu Ny.N 34th
Ayah Tn. N 37 th
Klien An.L3 th
Ket:
: meninggal
: perempuan
: laki-laki
: garis perkawinan
: garis keturunan
: tinggal serumah
4. RiwayatImunisasi
NO Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Frekuensi Reaksi Setelah Pemberian
1 BCG BBL 0,05 Rewel,nyeri,demam,muncul
Bengkakdiareasuntikan
6. Riwayat Nutrisi
a. Pemberian ASI
1) Pertama kali disusui : bayi lahir
2) Cara pemberian : meneteh
3) Lama pemberian : 24jam(8-12kali)
b. Pemberian susu formula
1) Alasan pemberian : anak tidak mau menyusui lagi
2) Jumlah pemberian : disesuikan
3) Cara pemberian :menggunakan botol dot
7. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Usia jenisnutrisi lamaemberian
0-4bulan ASI 24jam(8-12kali)
4-12bulan ASI&susuformula -
Saatini Susuformula&makanan(Nasi,Ikan -
Sayur)
8. Riwayat Psikososial
a. Anak tinggal dengan: orang tua
b. Lingkungan berada di : tempat yang aman
c. Apakah rumah dekat : jauh
d. Apakah ada tangga yang bisa berbahaya: tidak ada
e. Hubungan antar anggota keluarga : baik
f. Pengasuh anak : tidak ada
9. Riwayat Spiritual
a. Support sistem dalam keluarga : baik
b. Kegiatan keagamaan :baik
2) Jantung
Inspeksi : Tidak ada retraksi, warna kulit merata, iktus cordis normal
Perkusi : Suara dullness di intercosta 1-4 kiri
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba masa abnormal
Auskultasi : S1tunggal, S2 split tidak konstan, tidak ada bising jantung.
d. Abdomen
Inspeksi : supel, simetris, tidak ada spidernevi, tidak ada asites.
Auskultasi : Terdapat bising usus normal
Perkusi :Suara timpani kuadran kiri atas, resonan di kuadran lain
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran limfe
e. Genitalia
Genitalia bersih, tidak ada lesi, belum menarche
f. Ekstermitas
Atas : terpasang threeway, kekuatan otot (+), akral kadang teraba dingin, palmar
kadang pucat
Bawah : simetris, kekuatan otot (+), udem (-), sendi bengkak (-)
14. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
(0 – 6 Tahun ) Dengan menggunakan DDST
a. Personal sosial
Anak mudah berkenalan dan bergaul dengan orang lain, tidak suka ditinggal
sendiri
b. Motorik halus
Anak dapat memegang mainan pada usia 6 bulan, dan mencoret-coret pada usia 1,5
tahun. Saat ini klien senang bermain boneka dan menyusun lego
c. Motorik kasar
Anak malas beraktivitas terutama berjalan karena riwayat nyeri sendi
d. Bahasa
Anak dapat mengucapkan 1-3 kata namun tidak membentuk kalimat.
3. Intoleransi Aktivitas b.d nyeri pada 06 Nov 2020 jam 10.00 1. Kaji rentang aktivitas yang dapat 1. Mengetahui tingkat intoleransi
persendian d.d Setelah diberi asuhan dilakukan anak anak
DS : keperawatan selama 3x24 jam 2. Berikan latihan gerak sesuai 2. Mencegah timbulnya
1. Ibu klien mengatakan anak anak dapat beraktivitas sesuai toleransi kekakuan dan kelemahan sendi
tidak mau berjalan karena toleransi dengan kriteria : 3. Anjurkan untuk mengubah posisi 3. Melancarkan peredaran darah
nyeri sendi tungkai 1. Nyeri sendi berkurang dan tidak malas bergerak dan mempercepat peningkatan
DO : 2. TTV normal sesudah 4. Kelola pemberian Metil aktivitas
1. Anak tampak sering beraktivitas Prednisolon 360 mg dan 4. Kortikosteroid menurunkan
tiduran, digendong atau 3. ADL terpenuhi sesuai Prednison 12 mg artritis
hanya di tempat tidur saja toleransi anak
2. WBC : 17,3x103 / uL
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Dx
Kegiatan Evaluasi
Kep.
1. 06 November2020 Jam 10.00 WIT S : keluarga klien menyatakan anak
Memonitor tanda-tanda vital tidak demam
o
O : Suhu tubuh :37 C
Nadi : 130x/menit, agak anemis
A : Gangguan perfusi jaringan
P : Ukur tanda-tanda vital tiap 4 jam
Sekali
06 November2020 S : Ibu klien mengatakan nafsu makan
Jam 12.00 anak meningkat
Menganjurkan makan makanan yang O : Ibu tampak mengerti dengan
meningkatkan kadar Hb anak anjuran perawat
A : Gangguan perfusi jaringan
P : Periksa kadar Hb
06 November2020 Jam 15.00 wib S : keluarga klien menyatakan anak
Memonitor tanda-tanda vital tidak demam
o
O : Suhu tubuh :36,5 C
Nadi : 100x/menit, agak anemis
A : Gangguan perfusi jaringan
P : Ukur tanda-tanda vital tiap 4 jam
Sekali
TERAPI KOMPLEMENTER
TERAPI YOGA
Terapi yoga adalah sebuah aktivitas fisik yang melibatkan meditasi dengan teknik
peregangan, pernafasan, keseimbangan dan kelenturan tubuh untuk mencapai
keselarasan dan harmoni antara emosi, jiwa, mental, spiritualitas dan tubuh kita.
Analisa PICOT
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada An. L dengan dx medis Sistemik
Lupus Eritematosis didapatkan 4 diagnosis keperawatan yaitu :
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan sel penyalur oksigen dan
nutrisi
2. Risikoinfeksi berhubungan dengan prosedur invasif
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri sendi
Dari ketiga diagnosis keperawatan di atas semua teratasi sebagian dan melanjutkan
tindkan keperawatan sampai tujuan tercapai seluruhnya.
DAFTAR PUSTAKA