Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN SLE

DISUSUN OLEH : KELOMPOK IV

1. Vevi Delta Anggria P00320119033


2. Dori Supito P00320119038
3. Dea Dwi Ananda P00320119039
4. Yeni Logo Maharani H P00320119049
5. Jeri P00320119052

DOSEN PEMBIMBING :

Fatimah Khoirini,M.Kes

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA

TA 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya lah kami dapat menyelasaikan makalah Keperawatan Medikal Bedah II
ini.
Makalah ini kami buat bertujuan untuk menjelaskan materi tentang Asuhan
Keperawatan dengan SLE. Walaupun masih banyak sekali kekurangan-kekurangan
yang harus kami perbaiki. Oleh karena itu untuk memperbaiki makalah ini kami
mengharapkan saran dari teman-teman semua. Jika terdapat kesalahan atau
kekeliruan yang terdapat di dalam makalah kami ini, kami mohon bantuannya untuk
memberbaiki atau mengkritik makalah yang kami buat.
Kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing kami Bunda
Fatimah Khoirini,M.Kes yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan
kepada kelompok kami untuk menyampaikan materi ini.

Curup, 15 Januari 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................... ii
Daftar Isi........................................................................................................................ iii
BAB I : PENDAHULUAN
1. Latar Belakang................................................................................................. 1
2. Rumusan Masalah.............................................................................................2
3. Tujuan Penulisan..............................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN
1. Definisi SLE......................................................................................................3
2. Tanda dan Gejalan SLE.....................................................................................3
3. Penatalaksanaan dari SLE.................................................................................5
4.Pencegahan dari SLE..........................................................................................8
5. Pemeriksaan Penunjang SLE ........................................................................8
6. Asuhan Keperawatan dengan SLE....................................................................9
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan......................................................................................................18
2. Saran................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Systemic Erithematosus Lupus (SLE) atau yang biasa dikenal dengan
istilah lupus merupakan suatu penyakit autoimun yang menyebabkan inflamasi
kronik. Penyakit ini terjadi dalam tubuh akibat sistem kekebalan tubuh salah
menyerang jaringan sehat. Penyakit ini juga merupakan penyakit multi sistem
dimana banyak manifestasi klinik yang didapat penderita, sehingga setiap
penderita akan mengalami gejala yang berbeda dengan penderita lainnya
tergantung dari organ apa yang diserang oleh antibody tubuhnya sendiri.
Manifestasi klinik yang paling sering dijumpai adalah skin rash, arthritis, dan
lemah. Pada kasus yang berat, SLE bisa menyebabkan nefritis, masalah
neurologi, anemia, dan trobositopenia.
SLE dapat menyerang siapa saja tidak memandang ras apapun. Hanya saja
penyakit ini angka kejadiannya didominasi oleh prempuan dimana perbandingan
antara prempuan dan laki-laki adalah 10:1. SLE menyerang prempuan pada
usia produksi, puncak insidennya usia antara 14-40. Di Indonesia sendiri
jumlah penderita SLE secara tepat belum diketahui tetapi diperkirakan sama
dengan jumlah pendirita SLE diamerika yaitu 1.500.000 orang ( yayasan lupus
Indonesia)
Pengobatan pada penderita SLE ditujukan untuk mengatasi gejala dan
induksi remisi serta mempertahankan remisi selama mungkin pada
perkembangan penyakit. Karena manifestasi klinis yang sangat bervariasi maka
pengobatan didasarkan pada manifestasi yang muncul pada masing-masing
individu. Obat-obat yang umum digunakan pada terapi farmakologi
penderita SLE yaitu NSAID (Non-Steroid Anti-inflammatory Drugs), obat-obat
antimalarial, kortikosteroid, dan obat-obat antikanker (imunosupresan) selain itu
terdapat obat-obat yang lain seperti terapi hormone, immunoglobulin intravena,
UV A-1 fototerapi monoclonalantibody, dan transplasi sumsum tulang yang
masih menjadi penelitian parailmuwan.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Definisi SLE ?
2. Apa sajakah Tanda dan Gejala SLE ?
3. Jelaskan Penatalaksanaan SLE ?
4. Apasaja Pencegahan SLE ?
5. Apasajakah Pemeriksaan Penunjang SLE?
6. Berikan Contoh Asuhan Keperawatan dengan SLE!

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Definisi SLE
2. Mengetahui Tanda dan Gejala SLE
3. Mengetahui Penatalaksanaan SLE
4. Mengetahui Pencegahan dari SLE
5. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang SLE
6. Mengetahui Contoh Asuhan Keperawatan dengan SLE
BAB II
KONSEP TEORI

A. Pengertian
Lupus eritematosus sistemik (SLE) adalah radang kronis yang disebabkan
oleh penyakit autoimun (kekebalan tubuh) di mana sistem pertahanan tubuh
yang tidak normal melawan jaringan tubuh sendiri. Antara jaringan tubuh dan
organ yang dapat terkena adalah seperti kulit, jantung, paru-paru, ginjal, sendi,
dan sistem saraf.
Systemic lupus erythematosus (SLE) adalah penyakit radang yang
menyerang banyak sistem dalam tubuh, dengan perjalanan penyakit bisa akut
atau kronis, dan disertai adanya antibodi yang menyerang tubuhnya sendiri
Systemic lupus erythematosus (SLE) adalah suatu penyakit autoimun
multisystem dengan manifestasi dan sifat yang sangat berubah – ubah, penuakit
ini terutama menyerang kulitr, ginjal, membrane serosa, sendi, dan jantung.
(Robins, 2007)
B. Tanda dan Gejala
1. Butterfly Rash
Butterfly rash adalah ruam dengan gambaran seperti sayap kupu-kupu.
Ruam ini biasanya timbul di kedua pipi dan hidung pengidapnya.
2. Discoid Rash
Discoid rash adalah ruam berbentuk bulat seperti cakram dengan
bagian tepinya berwarna merah. Ruam ini seringkali meninggalkan bekas
luka, dan biasanya timbul di kulit kepala, wajah, dan leher.
3. Photosensitivity
Pengidap lupus biasanya tidak suka menghabiskan waktu yang lama
di bawah sinar matahari. Sebab, ruam-ruam di wajah dan tubuhnya akan
terasa lebih nyeri jika terkena sinar matahari langsung.
4. Sariawan
Sariawan juga bisa menjadi tanda dan gejala penyakit lupus. Terlebih
jika sariawan yang dialami (baik di lidah maupun rongga mulut) sering
kambuh.
5. Radang Sendi
Radang sendi (arthritis) juga dapat menjadi tanda dan gejala penyakit
lupus. Gejala ini dapat menimbulkan rasa nyeri dan pembengkakan pada
sendi.
6. Serositis
Serositis adalah peradangan pada lapisan dalam paru-paru (pleuritis)
maupun jantung (perikarditis). Peradangan ini dapat menimbulkan nyeri
dada, terutama saat pengidapnya menarik napas.
7. Gangguan Ginjal
Penyakit lupus dapat menyebabkan gangguan ginjal (berupa
kebocoran ginjal) yang ditandai dengan ditemukannya protein dalam urine
(proteinuria).
8. Gangguan Neurologis dan Psikotik
Jika penyakit lupus yang diidap semakin parah, maka, kondisi ini
dapat menyerang jaringan saraf lainnya. Hal inilah yang dapat menyebabkan
gangguan pada sistem kerja otak dan saraf. Gejala yang ditimbulkan berupa
nyeri kepala, gangguan penglihatan, gangguan kejiwaan, bahkan kejang.
9. Kelainan Darah
Gejala ini ditandai dengan penurunan jumlah sel darah merah (anemia),
penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia), dan penurunan sel trombosit
(trombositopenia).
10. Kelainan Imunitas dan Positif ANA
Diagnosis penyakit lupus harus berdasarkan kriteria laboratorium yang
tepat. Salah satu caranya adalah dengan melakukan tes ANA (Antinuclear
Antibodies test/ANA). Tes ini dilakukan untuk mengukur kadar dan pola
aktivitas antibodi pada darah yang melawan tubuh (reaksi autoimun). Hasil
tes ANA yang positif bisa disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya
penyakit lupus.
Lupus dapat menyebabkan peradangan di berbagai organ dan bagian
tubuh. Hal ini menyebabkan gejala lupus bisa sangat beragam dan berbeda
antara satu penderita dengan penderita lain. Meski demikian, terdapat sejumlah
umum yang bisa terjadi, yaitu:
a. Nyeri dan kaku sendi
b. Ruam di kulit, sering terjadi di pipi dan hidung
c. Kelelahan yang tidak diketahui sebabnya
d. Kulit lebih sensitif terhadap sinar matahari
e. Penurunan berat badan
f. Demam tanpa sebab yang jelas
g. Pucat pada jari tangan atau jari kaki
h. Sariawan

C. Penatalaksanaan SLE
Untuk penatalaksanaan pasien SLE dibagi menjadi :
1. Kelompok ringan
Gejala : panas, artritis, perikarditis ringan, efusi pleura/perikard ringan,
kelelahan dan sakit kepala.
Penatalakasanaan untuk SLEderajat ringat :
a. Penyakit yang ringan (ruam, sakit kepala, demam, artritis, pleuritis,
perikarditis) hanya memerlukan sedikit pengobatan.
b. Untuk mengatasi artritis dan pleuritis diberikan obat anti peradangan non
steroid.
c. Untuk mengatasi ruam kulit digunakan krim kartikosteroid
d. Untuk gejala kulit dan atritis kadang digunakan obat anti malaria
(hydroxycloroquine)
e. Bila gagal, dapat ditambah prednison 2,5 – 5 mg/hari
f. Dosis dapat diberikan secara bertahap tiap 1-2 minggu sesuai kebutuhan
g. Jika penderita sangat sensitif terhadap sinar matahari, sebaiknya pada saat
berpergian menggunakan tabir surya, pakaian panjang ataupun kaca mata.
2. Kelompok berat
Gejala : efusi pleura perikard masif, penyakit ginjal, anemia hemolitik,
tromobositopenia, lupus serebral, vaskulitis akut, miokarditis, pneumonitis
lupus, dan perdarahan paru.
Penatalaksanaan untuk SLE derajat berat :
a. Penyakit yang berat atau membahayakan jiwa penderitanya (anemia
hemolitik, penyakit jantung ataupun paru yang meluas, penyakit ginjal,
penyakit sistem syaraf pusat) perlu ditangani oleh ahlinya.
b. Pemberian steroid sistemik merupakan pilihan pertama dengan dosis
sesuai kelainan organ sasaran yang terkena.
c. Untuk mengendalikan berbagai menifestasi dari penyakit yang berat bisa
diberikan obat penekanan sistem kekbalan.
d. Beberapa ahli memberikan obat sitoksik (obat yang menghambat
pertumbuhan sel ) pada penderita yang tidak memberikan respon yang
baik terhadap kartikosteroid atau yang tergantung kepada kartikosteroid
dosis tinggi.
3. Penatalaksanaan khusus :
a. Anemia Hemolitik
Prednison 60-80mg/hari (1-1,5 mg/kg BB/hari), dapat ditingkatkan
sampai 100-200 mg/hari bila dalam beberapa hari sampai 1 minggu
belum ada perbaikan.
b. Trombositopenia Autoimun
Prednison 60-80mg/hari (1-1,5 mg/kg BB/hari). Bila tidak ada repon
dalam 4 minggu, ditambahkan imunoglobulin intravena (IV Ig) dengan
dosis 0,4 mg/kg BB/hari selama 5 hari berturut-turut.
c. Perikarditis Ringan
Obat antiinflamasi non steroid atau anti malaria. Bila tidak efektif dapat
diberikan prednison 20-40 mg/hari
d. Perkarditis Berat (Diberikan prednison 1mg/kg BB/hari
e. Miokarditis
Prednison 1 mg/kg BB/hari dan bila tidak efektif dapat dikombinasi
dengan siklofosfamid.
f. Lupus pneunomitis (prednison 1-1,5 mg/kg BB /hari selama 4-6 minggu)
g. Lupus serebral
Metilprednison 2mg/kg BB/hari untuk 3-5 hari, bila berhasil dilanjutkan
dengan pemberian oral 5-7 hari lalu diturunkan perlahan. Dapat diberikan
metilprednison pulse dosis selama 3 hari berturut-turut.
4. Penatalaksanan Keperawatan
a. Paparan sinar Matahari
Paparan sinar ultraviolet (UV) dapat menyebabkan eksaserbasi
ruam lupus dan juga gejala-gejala sistemik seperti nyeri sendi dan
kelelahan. Ada laporan bahwa pasien yang secara teratur menggunakan
tabir surya (SPF 15 atau lebih) telah secara signifikan lebih rendah
keterlibatan ginjal, trombositopenia dan rawat inap, dan membutuhkan
treatment siklofosfamid yang menurun. Semua anak dengan SLE harus
disarankan untuk memakai tabir surya setiap hari untuk semua kulit yang
terbuka (termasuk telinga), tidak hanya pada hari-hari cerah karena awan
tidak menghilangkan paparan sinar UV (Malleson, Pete; Tekano, Jenny.
2007).
b. Diit dan Latihan
Tidak ada persyaratan khusus diet tetapi karena kortikosteroid-
diinduksi berat badan, makanan tinggi kalori dan garam harus dihindari.
Latihan harus didorong. Cukup banyak anak berpartisipasi di sekolah
penuh waktu, kecuali selama periode penyakit aktif berat. Kegagalan
untuk menghadiri sekolah harus diwaspadai tim kesehatan untuk
kemungkinan masalah psikososial. Komunikasi dengan guru sekolah
diserahkan kepada kebijaksanaan keluarga, dengan keterlibatan tim klinis
jika diminta (Malleson, Pete; Tekano, Jenny. 2007).
c. Fatique dan Tidur
Kelelahan adalah salah satu gejala yang paling umum. Hal ini
biasanya akan membaik sebagaimana perbaikan penyakit. Beberapa
orang tua merasa sulit selama ini untuk memungkinkan anak-anak
mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan. Terapis 18 okupasi dan fisik
dapat sangat membantu dalam membantu untuk mengembangkan
kegiatan yang lebih baik dan perilaku tidur. Beberapa pola tidur anak-
anak bisa berubah pada awal SLE. Hal ini biasanya berhubungan dengan
kortikosteroid. Beberapa anak menjadi hiperaktif dan murung, dan
mengalami kesulitan tidur. Hal ini dapat ditingkatkan dengan mengambil
dosis kortikosteroid sore hari lebih awal. Beberapa anak pada
kortikosteroid dosis tinggi perlu buang air kecil beberapa kali di malam
hari dan bisa sulit untuk jatuh kembali untuk tidur. Keterkaitan dosis dan
kortikosteroid sekali memunculkan sedikit masalah (Malleson, Pete;
Tekano, Jenny. 2007).
D. Pencegahan SLE
Ada beberapa hal yang bisa anda lakukan untuk mencegah diri dari
serangan penyakit lupus, di antaranya :
1. Hindari stres dan terapkan pola hidup sehat
2. Kurangi kontak langsung yang berlebihan dengan sinar matahari terutama
pada siang hari.
3. Berhenti merokok
4. Berolahraga secara teratur
5. Lakukan diet nutrisi
E. Pemerikasaan Penunjang
SLE merupakan suatu penyakit autoimun pada jaringan ikat yang
menujukan berbagai manifestasi, paling sering berupa artitis. Dapat juga timbul
manifestasi dikulit, ginjal dan neorologis. Penyakit ini ditandai dengan
adanya periode aktivitas (ruam) dan remisi. SLE ditegakan atas dasar gambaran
klinis disertai dengan penanda serologis, khususnya beberapa autoantibodi yang
paling sering digunakan adalah antinukelar antibody (ANA, terapi antibody ini
juga dapat ditemukan pada wanita yang tidak menderita SLE. Antibody yang
kurang spesifik adalah antibouble standed DNA antibody (anti DNA),
pengukuran  bermnfaat untuk menilai ruam pada lupus. Anti-Ro, anti-La dan
antibody antipospolipid penting untuk diukur karena meningkatkan resiko pada
kehamilan. Penatalaksanaan SLE harus dilaksanakan secara multidisiplin.
Priode aktifitas penyakit dapat sulit untuk didiagnosa. Keterlibatan ginjal
sering kali disalah artikan dengan preeklamsia, tetapi temuan adanya
peningkatan antibody anti DNA serta penurunan tingkat komplemen membantu
mengarahkan pada ruam.
Antibody pospolipid dapat timbul tanpa SLE tetapi menandakan resiko
keguguran. Temuan pemeriksaan laboratorium :
1. Tes flulorensi untuk menentukan antinuclear antibody (ANA),  positif
dengan titer tinggi pada 98% penderita SLE.
2. Pemeriksaan DNA double standed tinggi, spesifik untuk menentukan SLE.
3. Bila titel antibobel strandar tinggi, spesifik untuk diagnose SLE
4. Tes sifilis bias positif palsu pada pemeriksaan SLE.
5. Pemeriksaan zat antipospolipid antigen (seperti antikardolipin antibody)
berhubungan dengan menentukan adanya thrombosis pada pembuluh arteri,
vena atau pada abortus spontan, bayi meninggal dalam kandungan dan
trombositopeni.

Pemeriksaan laboratorium ini diperiksa pada penderita SLE atau lupus


meliputi darah lengkap, laju sedimentasi darah, antibodyantinuklir (ANA), anti-
AND, SLE, CRP, analyses urin, komplemen 3 dan 4 pada pemeriksaan
diagnosis yang dilakukan adalah biopsy.

F. Asuhan Keperawatan dengan SLE


Pengkajian
1. Anamnesis
a. Penyakit lupus eritematosus sistemik bisa terjadi pada wanita maupun pria,
namun penyakit ini sering diderita oleh wanita, dengan perbandingan
wanita dan pria 8:1
b. Biasanya ditemukan pada ras-ras tertentu seperti negro, cina dan filiphina.
c. Lebih sering pada usia 20-40 tahun, yaitu usia produktif 
d. Faktor ekonomi dan geografis tidak mempengaruhi distribusi penyakit ini.
2. Keluhan utama
Pada umumnya pasien mengeluh mudah lelah, lemah, nyeri, kaku, demam,
anoreksia, dan efek gejala tersebut terhadap gaya hidup serta citra dari pasien.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu dikaji tentang riwayat penyakit dahulu, apakah pernah menderita
penyakit ginjal atau manifestasi SLE yang serius, atau penyakit autoimu
yang lain.
4. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Perlu dikaji yaitu gejala apa yang pernah dialami pasien (misalnya ruam
malar-fotosensitif, ruam discoid, eritematosa menimbulkan : artritis,
demam, kelelahan, nyeri dada pleuritik, bengkak pada pergelangan kaki,
kejang, ulkus dimulut.
b. Mulai kapan keluhan dirasakan
c. Faktor yang memperberat atau memperingan serangan
d. Keluhan-keluhan lain yang menyertai
5. Riwayat Pengobatan
Kaji apakah pasien mendapat terapi dengan klorpromazin, metildopa,
hidralasin, prokainamid, dan insoniazid.
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang pernah mengalami penyakit
yang sama atau penyakit auto imun yang lain.
7. Pemerikasaan Fisik
Dikaji secara sistematis :
a. B1 (Breath)
Irama dan kecepatan nafas, kesimetrisan gerakan nafas, penggunaan otot
nafas tambahan, sesak, suara nafas tambahan, nyeri saat inspirasi,
prosuksi sputum, reaksi alergi. Patut dicurigai terjadi pleuritis atau efusi
pleura.
b. B2 (Blood)
Tanda-tanda vital, apakah ada nyeri dada, suara jantunng (s1, s2, s3),
bunyi systolic click (ejeksi elik pulmonal dan aorta), bunyi mur-mur.
Frietion rup pericardium yang menyertai miokarditis dan efusi pleura.
Lesi eritematous papuler dan purpura yang menjadi nekrosis
menunjukkan gangguan veskuler terjadi di ujung jari tangan, sikuu, jari
kaki dan permukaan ekstensor lengan dibawah atau sisi leteral tengan.
c. B3 (Brain)
Mengukur tingkat kesadaran (efek dari hipoksia) Glasgow Coma Scale
secara kuantitatif dan respon otak :compos mentis sampai coma
(kualitatif), orientasi pasien. Seiring terjadinya depresi dan psikosis juga
serangan kejang-kejang.
d. B4 (Bladder)
Pengukuran urine tampung (menilai fungsi ginjal), warna urine (menilai
filtrasi glomerolus)
e. B5 (Bowel)
Pola makan, nafsu makan, muntah, diare, berat badan dan tinggi badan,
turgor kulit, nyeri tekan, apakah ada hepatomegaly, pembesaran limpa.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan imunitas
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
3. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan.
4. Keletihan berhubungan dengan konaisi fisiologis (peyakit kronis)
Intervensi Keperawatan

No. Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasionalisasi


Dx Hasil
1 Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk
tindakan keperawatan karakteristik, durasi, mengetahui
selama 3x24 jam frekuensi, kualitas, mengenai nyeri
tingkat nyeri menurun intensitas nyeri pada pasien
dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi skala 2. Agar mengetahui
5. Keluhan nyeri nyeri skala nyeri
menurun 3. Fasilitasi istirahat 3. Agar rasa nyeri
6. Meringis menurun dan tidur sedikit berkurang
7. Gelisah menurun 4. Berikan teknik 4. Agar pasien lebih
8. Kesulitan tidur nonfarmakologis relaks dalam
menurun (relaksasi masase menahan nyeri
9. Nafsu makan punggung) 5. Agar klien
membaik 5. Jelaskan penyebab mengetahui
nyeri penyebab nyeri
6. Kolaborasi 6. Agar nyeri
pemberian analgetik berkurang

2 Setelah dilakukan 1. Monitor suhu tubuh 1. Agar mengetahui


tindakan keperawatan 2. Monitor kadar perubahan suhu
selama 3x24 jam elektrolit 2. Agar mengetahui
termoregulasi membaik 3. Basahi dan kipasi kadar elektrolit
dengan kriteria hasil : permukaan tubuh 3. Agar suhu tubuh
1. Kulit merah 4. Lakukan dapat menurun
menurun pendinginan 4. Agar lingkungan
2. Kejang menurun eksternal tidak
3. Suhu tubuh 5. Anjurkan tirah meningkatkn
membaik baring suhu tubuh klien
5. Agar klien tidak
4. Suhu kulit membaik 6. Kolaborasi banyak
pemberian cairan mengeluarkan
dan elektrolit IV energi
6. Agar suhu tubuh
klien menurun

3 Seelah dilakukan 1. Monitor asupan dan 1. Agar seimbang


tindakan keperawatan keluarnya makanan antara input dan
selama 3x24 jam status dan cairan serta output makanan
nutrisi membaik dengan kebutuhan kalori 2. Agar program
kriteria hasil : 2. Rencanakan pengobatan
1. Porsi makan yang program pengobatan berjalan dengan
dihabiskan untuk perawatan di benar
meningkat rumah 3. Agar mengetahui
2. Kekuatan otot 3. Anjurkan membuat tentang perasaan
menelan meningkat catatan harian dan situasi
3. Sariawan menurun tentang perasaan dan pemicu
4. Nafsu makan situasi pemicu 4. Agar target yang
membaik 4. Kolaborasi dengan dicapai benar
5. Membran mukosa ahli gizi tentang
membaik target berat badan,
kebutuhan kalori
dan pilihan makanan

4 Setelah dilakukan 1. Monitor kelelahan 1. Agar mengetahui


tindakan keperawatan fisik dan emosional kondisi klien
selama 3x24 jam 2. Monitor lokasi dan 2. Agar mengetahui
tingkat keletihan ketidaknyamanan ketidknyamanan
menurun dengan selama melakukan klien saat
kriteria hasil : aktivitas beraktivitas
1. Verbalisasi 3. Lakukan latihan 3. Agar terlatih
kepulihan energi rentang gerak pasif bergerak
dan/atau aktif 4. Agar tidak terlalu
tenaga meningkat
4. Fasilitasi duduk banyak bergerak
2. Kemampuan
ditempat tidur 5. Agar bergerak
melakukan aktivitas
5. Anjurkan seecara bertahap
rutin meningkat
melakukan aktivitas 6. Agar kelelahan
3. Verbalisasi lelah
secara bertahap klien berkurang
menurun
6. Ajarkan strategi
4. Lesu menurun
koping untuk
mengurangi
kelelahan

Implementasi Keperawatan

No. Hari/Tanggal Jam Implementasi Paraf


Dx
1. Jumat, 15-01- 09:00 1. Mengidentifikasi lokasi,
2021 karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2. Mengidentifikasi skala
nyeri
3. Memfasilitasi istirahat dan
tidur
4. Memberikan teknik
nonfarmakologis (relaksasi
masase punggung)
5. Menjelaskan penyebab
nyeri
6. Mengkolaborasi pemberian
analgetik
2. Jumat, 15-01- 10:00 1. Memonitor suhu tubuh
2021 2. Memonitor kadar elektrolit
3. Membasahi dan kipasi
permukaan tubuh
4. Melakukan pendinginan
eksternal
5. Menganjurkan tirah baring
Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit IV
3. Jumat,15-01- 1. Memonitor asupan dan
2021 keluarnya makanan dan
cairan serta kebutuhan
kalori
2. merencanakan program
pengobatan untuk
perawatan di rumah
3. menganjurkan membuat
catatan harian tentang
perasaan dan situasi
pemicu
4. mengkolaborasi dengan
ahli gizi tentang target
berat badan, kebutuhan
kalori dan pilihan makanan

4. Jumat, 15-01- 1. Memonitor kelelahan fisik


20021 dan emosional
2. Memonitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
3. Melakukan latihan rentang
gerak pasif dan/atau aktif
4. Memfasilitasi duduk
ditempat tidur
5. Menganjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
6. Menganjurkan strategi
koping untuk mengurangi
kelelahan

Evaluasi Keperawatan

No Hari/Tanggal Jam Evaluasi paraf


Dx
1. Jumat /15-01- 14:00 Subjektif :
2021 1. Klien mengatakan
nyeri sudah
berkurang.
2. Klien mengatakan
nyaman pada saat
melakukan teknik
relaksasi
Objektif :
1. Klien tampak lebih
relaks dari sebelumnya
Analisa :
Masalah teratasi
Perencanaan :
Intervensi dihentikan
2. Jumat /15-01- 14:00 Subjektif :
2021 1. Pasien mengatakan
panas yang dirasakan
sudah berkurang
2. Pasien mengatakan
pendinginan ruangan
dan membasahi badan
klien merasa lenih
enak.

Objektif :
1. Kemerahan di kulit
klien sudah berkurang
dan suhu kulit klien
sudah menurun
Analisa :
Masalah teratasi
Perencanaan :
Intervensi dihentikan
3. Jumat /15-01- 14 : 00 Subjektif :
2021 1. Klien mengattakan
sudah mulai bisa
menelan makanan
Objektif :
2. Klien tampak sudah
mulai menghabiskan
porsi makanannya
Analisa :
Masalah teratasi
Perencanaan :
Intervensi dihentikan
4. Jumat /15-01- 14:00 ubjektif :
2021 1. Klien mengatakan
lelah sudah berkurang
2. Klien mengatakan
sudah mulai bisa
melakukan latihan
gerakan pasif dan aktif
Objektif :
1. Bekerja sama dengan
baik pada tenaga
kesehatan yang terkait
Analisa :
Masalah teratasi
Perencanaan :
Intervensi dihentikan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lupus eritematosus sistemik (SLE) adalah radang kronis yang disebabkan
oleh penyakit autoimun (kekebalan tubuh) di mana sistem pertahanan tubuh
yang tidak normal melawan jaringan tubuh sendiri. Antara jaringan tubuh dan
organ yang dapat terkena adalah seperti kulit, jantung, paru-paru, ginjal, sendi,
dan sistem saraf.
Diagnosa keperawatan yang angkat pada makalah ini yaitu Nyeri kronis
berhubungan dengan gangguan imunitas, hipertermia berhubungan dengan
proses penyakit, risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
menelan makanan, dan keletihan berhubungan dengan konaisi fisiologis (peyakit
kronis).

B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini penulis mengharapkan agar seluruh
pembaca dapat menelaah dan memahami apa yang telah penulis susun untuk
kemajuan penulisan makalah yang selanjutnya. Kemudian kepada perawat dan
mahasiswa disarankan agar lebih memahami tenang penyakit SLE sehingga
dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik dan sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

Adela.2017.https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/3bd26
838561de03985bfae69c574e734.pdf

Muthusamy,v.2017.https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_di
r/4b5af7f9d2503f55a347e689e5d7f2ab.pdf

Pokja tim SDKI DPP PPNI.(2018).Standar Diagnosa Keperawatan


Indonesia.Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Pokja tim SIKI DPP PPNI.(2018).Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia.Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Pokja tim SLKI DPP PPNI.(2018).Standar Luaran Keperawatan


Indonesia.Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Tarigan,D,R.2019.https://www.academia.edu/38153971/ASKEP_SLE_KMB_doc

Anda mungkin juga menyukai