Anda di halaman 1dari 53

ASUHAN KEPERAWATAN SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Keperawatan Medikal Bedah yang
diampuh Ns. Gusti Pandi Liputo, M.Kep
Disusun Oleh:

Kelas A Sebagian C

Kelompok 1

1. Ramdan Hunowu (841418015)


2. Abdul Karim Bau (841418096)
3. Ririn Hasan (841418003)
4. Rosida F. Rasyid (841418005)
5. Irma S. Abdullah (841418007)
6. Sumiyati Moo (841418010)
7. Delfiyanti Hasan (841418012)
8. Sutri Dj. Eksan (841418017)
9. Susfiyanti R. Asala (841418019)
10. Lis Sugiarti Yusup (841418024)
11. Rayhan Binti Hasan (841418025)
12. Ratu Rahma S. Ibrahim (841418100)
13. Puspita Ayuba (841418104)
14. Rosita Gobel (841418108)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, t
aufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini. laporan ini terwujud b
erkat partisispasi berbagai pihak. Oleh Karena itu, kami menyampaikan terima kasih yang seb
esar-besarnya.
Kami menyadari laporan ini masih jauh dari harapan, yang mana di dalamnya masih
terdapat berbagai kesalahan baik dari segi penyusunan bahasanya, sistem penulisan maupun
isinya. Oleh karena itu Kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
sehingga dalam Laporan berikutnya dapat diperbaiki serta ditingkatkan kualitasnya. Adapun
harapan kami semoga laporan ini dapat diterima dengan semestinya dan bermanfaat bagi kita
semua dan semoga Allah SWT meridhai kami. Aamiin.

Gorontalo , April 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................2
1.3 Tujuan.......................................................................................2
BAB II KONSEP MEDIS................................................................................3
2.1 Definisi......................................................................................3
2.2 Klasifikasi.................................................................................4
2.3 Etiologi......................................................................................4
2.4 Manifestasi Klinis ....................................................................5
2.5 Patofisiologi..............................................................................5
2.6 Komplikasi ...............................................................................6
2.7 Pemeriksaan Penunjang............................................................7
2.8 Penatalaksanaan........................................................................7
BAB III KONSEP KEPERAWATAN.............................................................9
3.1 Pengkajian.................................................................................9
3.2 Diagnosis...................................................................................12
3.3 Intervensi....................................................................................15
BAB IV PENUTUP..........................................................................................48
5.1 Kesimpulan...............................................................................48
5.2 Saran..........................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................49

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lupus Eritematosus Sistemik (systemic lupus erythematosus) (SLE) merupakan
penyakit inflamasi autoimun kronis dengan etiologi yang belum diketahui serta
manifestasi klinis, perjalanan penyakit dan prognosis yang sangat beragam. Penyakit ini
terutama menyerang wanita usia reproduksi dengan angka kematian yang cukup tinggi.
Faktor genetik, imunologik dan hormonal serta lingkungan diduga berperan dalam
patofisiologi SLE (Cronbach L.L, 2015.). SLE merupakan penyakit autoimun
multisystem yang berat. Pada keadaan ini tubuh membentuk berbagai jenis antibody,
termasuk antibody terhadap antigen nuclear (ANAs) sehingga menyebabkan kerusakan
berbagai organ. Penyakit ini ditandai dengan adanya periode remisi dan episode serangan
akut dengan gambaran klinis yang beragam berkaitan dengan berbagai organ yang
terlibat. Semula SLE digambarkan sebagai suatu gangguan kulit, pada sekitar 1800-an,
dan diberi nama lupus karena sifat ruamnya yang berbentuk ”kupu-kupu”, melintasi
tonjolan hidung dan meluas pada kedua pipi yang menyerupai gigitan serigal. Lupus
discoid adalah nama yang sekarang diberikan pada penyakit ini apabila kelainnanya
hanya terbatas pada gangguan kulit. Tanda dan gejala penyakit ini bisa bermacam-
macam, bersifat sementara, dan sulit untuk didiagnosis.Karena itu angka yang pasti
tentang jumlah orang yang terserang oleh penyakit ini sulit diperoleh.SLE menyerang
perempuan kira-kira delapan kali lebih sering daripada laki-laki.Penyakit ini sering kali
dimulai pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa. Di Amerika Serikat, penyakit ini
menyerang perempuan Afrika Amerika tiga kali lebih sering daripada perempuan
Kaukasia. Jika penyakit ini baru muncul pada usia di atas 60 tahun, biasanya akan lebih
mudah untuk diatasi. (New York State Department of Health, 2018.)
SLE ditandai dengan autoantibodi dalam sirkulasi terhadap asam deoksiribonukleat
(DNA).Kelompok ini meliputi SLE, skleroderma, polimiositis, arthritis rheumatoid, dan
sindrom Sjogren.Gangguan-gangguan ini seringkali memiliki gejala yang saling tumpang
tindih satu dengan yang lainnya dan dapat tampil secara bersamaan, sehingga diagnosis
menjadi semakin sulit untuk ditegakkan secara akurat.SLE dapat bervariasi dari suatu
gangguan ringan sampai suatu gangguan yang bersifat fulminan dan mematikan.Namun,
keadaan yang paling sering ditemukan adalah keadaan eksaserbasi atau hampir remisi
yang berlangsung untuk waktu yang lama.Diagnosa SLE dipastikan dari hasil tes yang

1
positif terhadap faktor antinuclear (ANA) (suatu uji skrining yang berguna) dan uji yang
lebih spesifik untuk anti-DNA. (Diener Ed, 2016.)
Insiden tahuna SLE di amerika serikat sebesar 5,1 per 100.000 penduduk, sementara
prevalensi SLE di amerika dilaporkan 52 kasus per 100.000 penduduk dengan rasio
gemder wanita dan laki-laki antara 9-14:1. Belum terdapat data epidemiologi SLE yang
mencakup semua wilayah Indonesia. Data tahun 2002 di RSUP Cipto Mangunkusumo
(RSCM) Jakarta, didapatkan 1.4% kasus SLE dari total kunjungan pasien di poliklinik
Reumatologi penyakit Dalam, sementara di RS Hasan Sadikin Bandung terdapat 291
pasien SLE atau 10.5% dari total pasien yang berobat ke poliklinik Reumatologi selama
tahun 2010. (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017.)
Manifestasi SLE sangat luas, meliputi keterlibatan kulit dan mukosa, sendi, darah,
jantung, paru, ginjal, susunan saraf pusat (SSP) dan system imun. Dilaporkan bahwa pada
1000 pasien SLE di Eropa yang diikuti selama 10 tahun, manifestasi klinis terbanyak
berturut-turut adalah atritis sebesar 48,1%, ruam malar 31,1%, nefropati 27,9%,
fotosentiviti 22,9%, keterlibatan neurologic 19,4% dan demam 16,6%. Sedangkan
manifestasi klinis yang jarang di jumpai adalah miositis 4,3%, ruam discoid 7,8%,
anemia hemolitik 4,8%, dan lesi subkutaneus akut 6,7% . (New York State Department of
Health, 2018.)
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep medis dari SLE?
2. Bagaimana Konsep Keperawatan dari SLE?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui Konsep Medis dari SLE
2. Mahasiswa dapat mengetahui Konsep Keperawatan dari SLE

2
BAB II
KONSEP MEDIS
2.1 Definisi
Lupus eritematosus sistemik (SLE) adalah penyakit autoimun multisystem di mana
organ, jaringan, dan sel mengalami kerusakan yang dimediasi oleh autoantibodi pengikat
jaringan dan kompleks imun. Gambaran klinis SLE dapat berubah, baik dalam hal aktivitas
penyakit maupun keterlibatan organ. Imunopatogenesis SLE kompleks dan sejalan dengan
gejala klinis yang beragam. Tidak ada mekanisme aksi tunggal yang dapat menjelaskan
seluruh kasus, dan kejadian awal yang memicunya masih belum diketahui. (Maidhof W,2012
dalam Muthusamy Vikneshwaran 2017)
Sistemik Lupus Eritematous (SLE) merupakan suatu penyakit autoimun yang
menyebabkan inflamasi kronis. Penyakit ini terjadi dalam tubuh akibat sistem kekebalan
tubuh salah menyerang jaringan sehat. Penyakit ini juga merupakan penyakit multi-sistem
dimana banyak manifestasi klinis yang didapat penderita, sehingga setiap penderita akan
mengalami gejala yang berbeda dengan penderita lainnya tergantung dari organ apa yang
diserang oleh antibody tubuhnya sendiri. ( Muthusamy Vikneshwaran 2017).
2.2 Klasifikasi
Secara umum LES dan kelainan terkait Lupus (lupus- related disorder) dapat
bermanifestasi dalam beberapa bentuk yaitu:

1. Lupus Eritematosus Sistemik.


            Lupus Eritematosus Sistemik (LES) adalah penyakit autoimun sistemik yang ditandai
dengan adanya autoantibodi terhadap autoantigen, pembentukan kompleks imun, dan
disregulasi sistem imun, menyebabkan kerusakan pada beberapa organ tubuh. LES dapat
menyerang satu atau lebih sistem organ. Pada sebagian orang hanya kulit dan sendinya saja
yang terkena, akan tetapi pada sebagian pasien, lupus lainnya menyerang organ vital seperti
jantung, paru-paru, ginjal, susunan saraf pusat atau perifer. Umumnya tidak ditemukan
adanya dua orang pasien lupus terkena sistemik lupus dengan gejala yang persis sama.
( Muthusamy Vikneshwaran 2017).

2. Lupus Kutaneus
Dapat dikenali dari ruam yang muncul di kulit dengan berbagai tampilan klinis. Pada
Lupus jenis ini dapat didiagnosa dengan menguji biopsi dari ruam dengan gambaran khas

3
berupa infiltrate sel inflamasi pada batas dermoepidermal. ( Muthusamy Vikneshwaran
2017).
3. Lupus Imbas Obat

Lupus imbas obat (Drug-induced lupus) adalah suatu subset lupus yang didefinisikan
sebagai suatu sindroma mirip lupus yang timbul setelah paparan obat dan menghilang setelah
obat dihentikan. Pada lupus jenis ini baru muncul setelah pasien lupus menggunakan jenis
obat tertentu dalam jangka waktu tertentu (lebih dari 1 bulan). Ada lebih dari 80 jenis obat
yang dapat menyebabkan Lupus imbas obat. Salah satu contoh obat yang paling dikenal
menimbulkan Lupus imbas obat adalah akibat penggunaan obat-obatan hydralazine (untuk
mengobati darah tinggi) dan procainamide (untuk mengobati aritmia). Akan tetapi tidak
semua penderita yang menggunakan obat-obatan ini akan berkembang menjadi Lupus imbas
obat, hanya sekitar 4% orang-orang yang menggunakan obat-obatan tersebut yang akan
berkembang menjadi Lupus imbas obat dan gejala akan mereda apabila obat-obatan tersebut
dihentikan. Gejala dari Lupus imbas obat dapat serupa dengan sistemik lupus namun
memiliki profil autoantibody tersendiri dan gejala umumnya akan membaik setelah obat
dihentikan. ( Muthusamy Vikneshwaran 2017).

4. Sindroma Overlap, undifferentiated connective tissue disease  (UCTD), dan mixed


connective tissue disease (MCTD)
Pada sebagian pasien LES ternyata ditemukan juga menifestasi klinis lain yang
memenuhi kriteria diagnostik penyakit autoimun lain seperti arthritis rheumatoid,
scleroderma, atau myositis. Ada pula pasien LES yang juga memiliki gejala penyakit
autoimun lain namun belum lengkap untuk didiagnosis penyakit autoimun tertentu.
Kelompok pasien tersebut dapat dikelompokkan menjadi sindroma overlap (overlap
syndrome), undifferentiated connective tissue disease (UCTD) dan mixed connective tissue
disease (MCTD). ( Muthusamy Vikneshwaran 2017).

2.3 Etiologi
Faktor penyebab terjadinya penyakit LES hingga kini masih belum sepenuhnya
diketahui tetapi pengaruh lingkungan dan faktor genetik, hormon diduga sebagai
penyebabnya.(Kemenkes 2016).
Faktor-faktor tersebut adalah:

4
1. Faktor Genetik: Gen-gen apa saja yang menjadi penyebab penyakit LES belum
diketahui seluruhnya. Sekitar 7 % pasien LES memiliki keluarga dekat (orangtua atau
saudara kandung) yang juga terdiagnosa LES. Untuk kembar identik, kemungkinan
terkena Lupus pada salah satu dari kedua kembar hanya 30%.
2. Faktor lingkungan sangat berperan sebagai pemicu LES, misalnya infeksi, stress,
makanan, antibiotik (khususnya kelompok sulfa dan penisilin), cahaya ultra violet
(matahari) dan penggunaan obat – obat tertentu.
3. Faktor hormonal: Faktor hormonal dapat menjelaskan mengapa kaum perempuan
lebih sering terkena penyakit LES dibandingkan dengan laki-laki. Meningkatnya angka
pertumbuhan penyakit LES sebelum periode menstruasi atau selama masa kehamilan
mendukung keyakinan bahwa hormon, khususnya estrogen menjadi pencetus penyakit
LES. Akan tetapi hingga kini belum diketahui secara lengkap peran hormon apa saja yang
menjadi penyebab besarnya prevalensi LES pada perempuan pada periode tertentu.

2.4 Manifestasi Klinis


Kecurigaan akan penyakit LES perlu dipikirkan bila dijumpai 2 (dua) atau lebih kriteria
sebagaimana tercantum di bawah ini, yaitu :
1. Wanita muda dengan keterlibatan dua organ atau lebih.
2. Gejala konstitusional: kelelahan, demam (tanpa bukti infeksi) dan penurunan berat
badan.
3. Muskuloskeletal: artritis, artralgia, myositis.
4. Kulit: ruam kupu-kupu (butter• ly atau malar rash), fotosensitivitas, lesi membrane
mukosa, alopesia, fenomena Raynaud, purpura, urtikaria, vaskulitis.
5. Ginjal: hematuria, proteinuria, silinderuria, sindroma nefrotik.
6. Gastrointestinal: mual, muntah, nyeri abdomen
7. Paru-paru: pleurisy, hipertensi pulmonal,lesi parenkhim paru.
8. Jantung: perikarditis, endokarditis, miokarditis
9. Retikulo-endotel: organomegali (limfadenopati, splenomegali, hepatomegali)
10. Hematologi: anemia, leukopenia, dan trombositopenia
11. Neuropsikiatri: psikosis, kejang, sindroma otak organik, mielitis transversus,
gangguan kognitif neuropati kranial dan perifer. ( Fajriansyah & Najirman.2019 )

2.5 Komplikasi

5
Ada banyak komplikasi lupus yang harus diperhatikan. Satu dari tiga penderita lupus
biasanya akan mengalami masalah serius ginjal yang disebut nefritis lupus, akibat dari
inflamasi berkepanjangan pada ginjal. Kondisi ini umumnya muncul kurang lebih 5
tahun setelah diagnosis SLE. Gejala nefritis lupus ini antara lain : kaki bengkak, sakit
kepala, darah di dalam air seni, dan sering merasa ingin buang air kecil. Nefritis lupus
dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, yang dapat meningkatkan risiko pasien SLE
untuk menderita penyakit kardiovaskuler. Padahal risiko penderita SLE untuk
menderita penyakit kardiovaskuler sudah meningkat akibat perjalanan penyakitnya.
( Fajriansyah & Najirman.2019 )
Dalam pengobatan lupus, penderita lupus (SLE) sering harus ditekan sistem
pertahanan tubuhnya, yang membuat mereka mudah terkena infeksi. Pemberian
vaksin sebagai pencegahan infeksi merupakan langkah yang disarankan, namun
pemberian vaksin yang berisikan virus hidup yang dilemahkan sebaiknya dihindari.
Karena terapi kortikosteroid memicu osteoporosis dini, maka strategi untuk
menanggulangi osteoporosis perlu dimulai dini pula. Kontrol kondisi-kondisi yang
memperberat risiko penyakit kardiovaskuler seperti merokok, konsumsi alkohol
berlebih, tekanan darah tinggi dan diabetes perlu dilakukan segera, agar mencegah
komplikasi lanjutan. ( Fajriansyah & Najirman.2019 )

Jika tidak ditangani, lupus dapat menyebabkan beragam komplikasi, antara lain:

1) Kerusakan ginjal, salah satunya berujung pada gagal ginjal


2) Gangguan pada sistem saraf atau otak, misalnya kejang
3) Gangguan pada darah, seperti peradangan pembuluh darah (vaskulitis)
4) Gangguan pada paru-paru, seperti pleuritis
5) Gangguan pada jantung, seperti perikarditis
6) Rentan mengalami penyakit infeksi
7) Avaskular nekrosis atau kematian jaringan tulang

Penderita lupus harus berkonsultasi dulu dengan dokter sebelum merencanakan


kehamilan, karena lupus dapat menyebabkan komplikasi dalam kehamilan,
seperti keguguran, kelahiran prematur, preeklampsia, dan gangguan jantung pada janin.
( Fajriansyah & Najirman.2019 )

2.6 Patofisiologi

6
Penyakit SLE secara imunologis ditandai dengan penurunan jumlah limfosit T dan
leukosit atau leukopenia. Limfosit tidak hanya memfagosit bakteri yang merusak tubuh tapi
juga sebagai pembentuk antibodi yang melindungi tubuh terhadap infeksi kronis dan
mempertahankan tingkat kekebalan tubuh. Pada SLE dijumpai kelainan yang menyebabkan
apoptosis pada limfosit T sehingga menyebabkan kapasitas limfosit T autoreaktif meningkat
yang menimbulkan terstimulasinya limfosit B autoreaktif sebagai hasilnya menyebabkan
peningkatan respon terhadap stimulus sitokin dan prostlagandin juga meningkat. Adanya
limfosit T autoreaktif mengalami kesalahan dalam mengenali antigen yang seharusnya
diserang oleh limfosit B yang justru akan menyerang sel, jaringan, dan organ tubuh itu sendiri
seperti ginjal, hati, sendi, otot, sel darah, dan lain-lain (Suselo, dkk, 2016).
2.7 Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan disesuaikan dengan gejala atau organ yang terkena. Berikut ini
pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk membantu diagnosis lupus:

 Pemeriksaan darah: sel darah merah (hemoglobin)/sel darah putih (leukosit)


/trombosit, laju endap darah, fungsi hati (SGOT/SGPT), fungsi ginjal (ureum dan
kreatinin darah), albumin darah, komplemen (C3/C4) serta pemeriksaan autoantibodi
(ANA/antinuclear antibody, anti-dsDNA)
 Pemeriksaan urin lengkap
 Pemeriksaan penunjang lain, misalnya: rontgen dada, CT scan/MRI kepala bila
dicurigai mengenai sistem saraf pusat, EKG dan echocardiografi bila dicurgai
keterlibatan jantung, USG abdomen, serta biopsi (pengambilan jaringan) sesuai organ
yang terkena seperti kulit atau ginjal (Kemenkes 2016)

2.8 Penatalaksanaan
Bagi pasien yang sudah didiagnosa menderita Lupus, berikut adalah hal-hal yang
perlu diperhatikan untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup sehingga
penyandang Lupus/ Odapus dapat hidup normal dan melakukan aktivitas sehari-hari
tanpa hambatan.

 Hindari aktivitas fisik yang berlebihan


 Hindari merokok
 Hindari perubahan cuaca karena memengaruhi proses inflamasi

7
 Hindari stres dan trauma fisik
 Diet khusus sesuai organ yang terkena
 Hindari paparan sinar matahari secara langsung, khususnya UV pada pukul 10.00
hingga 15.00
 Gunakan pakaian tertutup dan tabir surya minimal SPF 30PA++ 30 menit sebelum
meninggalkan rumah
 Hindari paparan lampu UV
 Hindari pemakaian kontrasepsi atau obat lain yang mengandung hormon estrogen
 Kontrol secara teratur ke dokter
 Minum obat secara teratur
Hingga saat ini Lupus  belum dapat disembuhkan. Tujuan pengobatan adalah untuk
mendapatkan remisi panjang, mengurangi tingkat gejala, mencegah kerusakan organ, serta
meningkatkan kesintasan. Berkat teknologi pengobatan Lupus yang terus berkembang,
sebagian penderita Lupus dapat hidup normal atau setidaknya mendekati tahap normal.
Dukungan keluarga, teman, tenaga kesehatan, pemerhati Lupus juga berperan penting dalam
membantu para penyandang Lupus dalam menghadapi penyakitnya.

Lupus merupakan penyakit tidak menular , penyakit ini sendiri dapat dikendalikan sehingga
penderita dapat menjalani kehidupannya secara mandiri. Peranan keluarga dan orang-orang
terdekat merupakan satu hal yang panting untuk disampaikan kepada keluarga ODAPUS
(Orang dengan Lupus).

Untuk meningkatkan penemuan Lupus pada masyarakat dapat dilakukan dengan


sosialisasi SALURI (Periksa Lupus Sendiri) pada saat kunjungan ke fasilitas pelayanan
kesehatan, talk show,  seminar serta penyebarluasan informasi melalui berbagai
platform tentang Lupus agar pemahaman masyarakat meningkat sehingga penanganan dapat
dilakukan sedini mungkin. (Kemenkes 2016)

8
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

A. IDENTITAS KLIEN
Nama : tidak terkaji

Umur :tidak terkaji

Jenis kelamin :tidak terkaji

Alamat : tidak terkaji

Status :tidak terkaji

Agama :tidak terkaji

Suku :tidak terkaji

Pendidikan :tidak terkaji

Pekerjaan :tidak terkaji

Tanggal masuk RS :tidak terkaji

Tanggal pengkajian : tidak terkaji

DX Medis :SLE

B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama :tidak terkaj

Umur : tidak terkaji

Jenis kelamin :tidak terkaji

Alamat :tidak terkaji

Pendidikan :tidak terkaji

Pekerjaan :tidak terkaji

9
C. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama : 
Tidak terkaji

2. Riwayat penyakit sekarang :


Tidak terkaji

3. Riwayat Penyakit dahulu :


Tidak terkaji

4. Riwayat penyakit keluarga : 


Tidak terkaji
5. Riwayat pekerjaan/ kebiasaan :
Tidak terkaji
6. Riwayat Alergi :
Tidak Terkaji

7. Pengkajian Sistem Tubuh :


a. Sistem Pernapasan :
Tidak terkaji
b. Sistem Kardiovaskuler :
Tidak terkaji
c. Sistem Persyarafan :
Tidak terkaji
d. Sistem Perkemihan :
Tidak terkaji
e. Sistem Pencernaan :
Tidak terkaji

f. Sistem Muskuloskeletal :
Pembengkakan sendi dan nyeri
g. Sistim Endokrin :
Tidak ada

h. Sistim sensori persepsi :


Tidak terkaji

10
i. Sistim integument :
Tidak terkaji
j. Sistim imun dan hematologi :
Tidak terkaji
k. Sistim Reproduksi :
Tidak terkaji

8. Pengkajian Fungsional
1. Oksigenasi :
Tidak terkaji
2. Cairan dan Elektrolit :
Tidak terkaji
3. Nutrisi :
Mual dan muntah
4. Aman dan Nyaman :
Kulit memerah pada daerah pipi dan leher
5. Eliminasi :
Tidak terkaji
6. Aktivitas dan Istirahat :
Tidak terkaji
7. Psikososial :
Tidak terkaji

8. Komunikasi :
Terganggu karena sariawan pada mukosa mulut
9. Seksual :
Tidak terkaji
10. Nilai dan Keyakinan :
Tidak terkaji
11. Belajar :
Tidak Terkaji

9. PemeriksaanPenunjang
Hasil Laboratorium : tidak terkaji
Pemeriksaan Diagnostik : tidak terkaji

11
Pemeriksaan Rontgen :tidak terkaji

10. ProgamTerapi : Tidak terkaji

B. Diagnosa
1. Gangguan Integritas Kulit
2. Resiko Penurunan Curah Jantung
3. Keletihan
4. Pola Napas Tidak Efektif
5. Ansietas
6. Resiko Defisit Nutrisi
7. Resiko ketidakseimbangan Elektrolit
8. Resiko Konfusi Akut
9. Intoleransi Ativitas

12
Genetik, kuman, virus lingkungan,
obat-obatan tertentu

Stimulasi antigen

System regulasi kekebalan


tertanggu

Peningkatan antibodi

Fungsi Sel T suppressor abnormal

Produksi antibodi kembali

Menyerang organ tubuh

Penumpukan antibody dan


kerusakan jaringan

SLE

Mencetus penyakit
13 inflamasi pada
organ
Kulit Sendi Paru-paru Ginjal darah jantung hati otak

Reaksi Degradasi Efusi pleura Kerusakan Hb Darah Kerusakan Suplai


tidak sintesa darah ke
fotosensivitas jaringan pada nefron Menurun
terpompa zat-zat otak
dengan tubuh berkurang
O2 turun
Muncul Terbentuk Kesulitan System
nya Detak
kemerahan bernafas filtrasi Nutrisi Resiko
Proses jantung
pada kulit endapan terganggu tidak konfusi
metabolisme tidak
pada sendi dihasilkan akut
terganggu beraturan
Gangguan Pola nafas dengan
tidak efektif Zat yang baik
integritas Terjadi
Resiko
pengapuran dibutuhkan Pembentuka
penuruna Resiko
sendi oleh tubuh n ATP
n curah
terganggu defisit
tidak tersaring jantung nutrisi
dengan baik
Osteoartritis Energy
kurang
Proteinuria
keletihan dan hematuria Merasa lelah

Intoleransi
Resiko aktivitas
Perubahan
ketidakseimbang
keadaan urin
an elektrolit
14

Khawatir dan
cemas
N SDKI SLKI SIKI RASIONAL
O
1 Gangguan Integritas Integritas Kulit dan Perawatan Integritas Kulit Observasi
Kulit/Jaringan (D.0129) Jaringan (L.14125) (I.11353) 1. Gangguan integritas
Kategori : Lingkungan Setelah dilakukan tindakan Definisi kulit adalah dimana
Subkategori : Keamanan keperawatan selama 3x24 Mengidentifikasi dan merawat keadaan individu
dan Proteksi jam masalah gangguan kulit untuk menjaga keutuhan, berisiko mengalami
Definisi integritas kulit dapat teratasi kelembaban dan mencegah kerusakan jaringan
Kerusakan kulit (dermis dengan kriteria hasil : perkembangan epidermis dan dermis
dan/atau epidermis) atau 1. Kerusakan jaringan mikroorganisme Terapeutik
jaringan (membran mukosa, dari skala 1 Tindakan 1. Pijat adalah
kornea, fasia, otot, tendon, meningkat menjadi Observasi istilah umum untuk
tulang, kartilago, kapsul sendi skala 5 menurun 1. Identifikasi penyebab kegiatan member
dan/atau ligamen) 2. Kerusakan lapisan gangguan integrita tekanan pada anggota
Penyebab kulit dari skala 2 kulit (mis. perubahan tubuh terutama
1. Perubahan sirkulasi cukup meningkat sirkusi, perubahan kulit,otot,dan urat
2. Perubahan status nutrisi menjadi skala 4 statu nutrisi, dengan teknik tertentu
(kelebihan atau cukup menurun penurunan 2. Manfaat
kekurangan) kelembaban, suhu petroleum jelly untuk
3. Kekurangan/kelebihan lingkungan ekstrem, merawat dan menjaga
volume cairan penurunan mobilitas kesehatan kulit.

15
4. Penurunan mobilitas Terapeutik 3. Hypoallergenic
5. Bahan kimia iritatif 1. Lakukan pemijatan dan dermatologist
6. Suhu lingkungan yang pada area penonjilan tested mungkin adalah
ekstrem tulang, jika perlu dua istilah yang paling
7. Faktor mekanis (mis. 2. Gunakan produk sering ditemukan pada
penekanan pada berbahan petrolium produk kosmetik.
tonjolan tulang, atau minyak pada kulit Hypoallergenic berarti
gesekan) atau faktor kering kurang bersifat alergik
elektris 3. Gunakan produk dan sering di
(elektrodiatermi, energi berbahan ringan/alami presepsikan sebagai
listrik bertegangan dan hipoalergik pada tidak menyebabkan
tinggi) kulit sensitif alergi oleh banyak
8. Efek amping terapi 4. Hindari produk orang
radiasi berbahan dasar alkohol Edukasi
9. Kelembaban pada kulit kering 1. Pelembab adalah
10. Proses penuaan Edukasi sediaan yang
11. Neuropati perifer 1. Anjurkan diperuntukan untuk
12. Perubahan pigmentasi menggunakan mencegah penguapan
13. Perubahan hormonal pelembab (mis. lotion, air pada kulit.
14. Kurang terpapar serum) 2. Nutrisi atau gizi

16
informasi tentang upaya 2. Anjurkan minum air adalah substansi
mempertahankan/melin yang cukup organic yang
dungi integritas jaringan 3. Anjurkan dibutuhkan organism
Gejala dan Tanda Mayor meningkatkan nutrisi untuk fungsi normal
Subjektif 4. Anjurkan menghindari dari system tubuh,
(tidak tersedia) terpapar suhu ekstrem pertumbuhan,
Objektif pemeliharaan,
1. Kerusakan jaringan kesehatan.
dan/atau lapisan kulit 3. Suhu ekstrem adalah
Gejala dan Tanda Minor suhu terendah yang
Subjektif terjadi dalam suatu
(tidak tersedia) selang waktu
Objektif
1. Nyeri
2. Pendarahan
3. Kemerahan
4. Hematoma
Kondisi Klinis Terkait
1. Imobilisasi
2. Gangguan jantung

17
kongestif
3. Gagal ginjal
4. Diabetes melitus
5. Imunodefisiensi (mis.
AIDS)
2 Resiko Penurunan Curah Curah Jantung (L.02008) Perawatan Jantung Observasi
Jantung (D.0011) Setelah dilakukan tindakan (I.02075) 1. Penurunan curah
Kategori : Fisiologis keperawatan selama 3x24 Definisi jantung merupakan
Subkategori : Sirkulasi jam masalah resiko Mengidentifikasi, merawat suatu keadaan di mana
Definisi penurunan curah jantung dan membatasi komplikasi pompah darah oleh
Beresiko mengalami dapat teratasi dengan akibat ketidakseimbangan jantung yang tidak
pemompaan jantung yang tiak kriteria hasil : antara suplai dan konsumsi adekuat untuk
adekuat untuk memenuhi 1. Kekuatan oksigen miokard mencapai kebutuhan
kebutuhan metabolisme tubuh. nadi perifer dar skala Tindakan metabolisme tubuh,
Faktor Resiko 5 meningkat menjadi Observasi jadi klien mengetahui
1. Perubahan afterload skala 1 menurun 1. Identifikasi tanda gejala dari
2. Perubahan frekuensi 2. Bradikardi tanda/gejala penurunan penurunan curah.
jantung dari skala 1 curah jantung 2. Agar dapat
3. Perubahan irama meningkat menjadi (meliputi dispnea, mengetahui tanda dan
jantung skala 5 menurun kelelahan, edema, gejala agar klien dapat
4. Perubahan kontraktilitas 3. Takikardi ortopnea, paroxysmal melakukan

18
5. Perubahan preload dari skala 1 nocturnal dyspnea, pencegahan atau
Kondisi Klinis Terkait meningkat menjadi peningkatan CVP) antisipasi dengan cara
1. Gagal jantung kongestif skala 5 menurun 2. Identifikasi meningkatkan detak
2. Sindrom koroner akut 4. Ortopnea tanda/gejala sekunder jantung jika tubuh
3. Gangguan katub jantung dari skala 2 cukup penurunan curah mulai merasa tidak
(stenosis/regurgitasi meningkat menjadi jantung (meliputi enak badan agar tidak
aorta, pulmonalis, skala 4 cukup peningkatan berat berbahaya bagi diri
trikuspidalis, atau menurun badan, hepatomegali, sendiri.
mitralis) 5. Suara distensi vena jugulari, 3. Intake cairan yaitu
4. Atrial/venticular septal jantung S3 dan S4 palpitasi, ronkhi basah, jumlah atau volume
defect dari skala 1 oliguria, batuk, kulit kebutuhan tubuh
5. Aritmia meningkat menjadi pucat) manusia akan cairan
6. Penyakit Paru skala 3 sedang 3. Monitor intake dan perhari sedangkan
Obstruktif Kronis output cairan output cairan yaitu
(PPOK) 4. Monitor aritmia jumlah atau volume
7. Gangguan metabolik (kelainan irama dan kehilangan cairan
8. Gangguan frekuensi) pada tubuh manusia
muskuloskeletal 5. Monitor fungsi alat perhari.
pacu jantung 4. Aritmia adalah suatu
6. Periksa tekanan darah tanda atau gejala dari

19
dan frekuensi nadi gangguan detak
sebelum dan sesudah jantung atau irama
aktivitas jantung.
Terapeutik 5. Alat pacu jantung
1. Posisikan pasien semi- adalah alat
fowler atau fowler berkomputer ini yang
dengan kaki ke bawah di tanamkan di bawah
atau posisi nyaman kulit di area dada
2. Berikan diet jantung untuk memonitor
yang sesuai (mis. denyut jantung
batasi asupan kafein, seberapa cepat jantung
natrium, kolesterol, berdenyut dan irama
dan makanan tinggi pola denyut jantung.
lemak) 6. Manfaat dari
3. Gunakan stocking memeriksa tekanan
elastis atau pneumatik darah adalah
intermiten, sesuai membantu mendeteksi
indikasi adanya kemungkinan
Edukasi atau risiko hipertensi.
1. Anjurkan beraktivitas Sedangkan memeriksa

20
fisik sesuai toleransi denyut nadi membantu
2. Ajarkan pasien dan menemukan masalah
keluarga mengukur kesehatan yang sedang
intake dan output klien alami jadi dapat
cairan harian mengetahui apakah
Kolaborasi normal atau tidak
1. Kolaborasi pemberian sebelum klien
antiaritmia, jika perlu melakukan aktivitas.
Terapeutik
1. Pemberian semi
fowler pada pasien di
lakukan sebagai cara
untuk membantu
mengurangi keluhan
pasien.
2. Memberikan makanan
yang cukup dan sesuai
kebutuhan tanpa
memperberat kerja
jantung. Menurunkan

21
berat badan pasien
jika memiliki berat
badan yang berlebih.
3. Agar menciptakan
sirkulasi darah yang
lancar.
Edukasi
1. Aktivitas fisik adalah
kegiatan dalam durasi
waktu tertentu yang
mebutuhkan energi
dan pergerakan otot-
otot kerangka.
2. Agar pasien dan juga
keluarga dapat
mengetahui intake
cairan dan output
cairan mereka perhari.
Kolaborasi
1. Antiaritmia adalah

22
kelompok obat yang
digunakan untuk
menangani kondisi
aritmia. Aritmia
adalah ketika denyut
jantung berdetak
terlalu cepat, terlalu
lambat, atau tidak
teratur.
3 Keletihan (D.0057) Tingkat Keletihan Edukasi Aktivitas/Istirahat Observasi
Kategori : Fisiologis (L.05046) (I.12362) 1. Tujuan informasi
Subkategori : Setelah dilakukan tindakan Definisi adalah pemberitahuan
Aktivitas/Istirahat keperawatan selama 3x24 Mengajarkan pengaturan atau kabar berita yang
Definisi jam masalah Keletihan aktivitas dan istirahat disampaikan baik
Penurunan kapasitas kerja fisik dapat teratasi dengan Tindakan secara langsung
dan mental yang tidak pulih kriteria hasil : Observasi maupun tidak
dengan istirahat. 1. kemampun 1. identifikasi kesiapan langsung
Penyebab melakukan aktivita dan kemampuan Terapeutik
1. Gangguan tidur rutin dari skala 1 menerima informasi 1. Istirahat berarti
2. Gaya hidup monoton menurun menjadi Terapeutik suatu keadaan tenang,
3. Kondisi fisiologis (mis. skala 5 meningkat 1. Sediakan materi dan relaks, tanpa tekanan

23
penyakit kronis, 2. verbalisasi lelah dari media pengaturan emosional, dan bebas
penyakit terminal, skala 5 menurun aktivitas dan istirahat dari perasaan gelisah.
anemia, malnutrisi, menjadi skala 1 2. Jadwalkan pemberian Istirahat merupakan
kehamilan) meningkat pendidikan kesehatan kebutuhan dasar yang
4. Program 3. lesu dari skala 5 sesuai kesepakatan mutlak harus
perawatan/pengobatan menurun menjadi 3. Berikan kesempatan dipenuhi semua oleh
jangka panjang skala 3 sedang pada pien dan keluarga semua orang
5. Peristiwa hidup negatif untuk bertanya 2. Pendidikan
6. Stres berlebihan Edukasi kesehatan adalah
7. Depresi 1. Jelaskan pentingnya profesi yang
Gejala dan Tanda Mayor melakukan aktivitas mendidik masyarakat
Subjektif fisik/olahraga secara tentang kesehatan.
1. Merasa energi tidak rutin Edukasi
pulih walaupun terasa 2. Ajarkan cara 1. Olahraga merupakan
tidur mengidentifikasi obat ajaib yang bisa
2. Merasa kurang tenaga kebutuhan istirahat didapatkan dengan
3. Mengeluh lelah (mis. kelelahan, sesak mudah tanpa biaya
Objektif napas saat aktivitas) mahal, namun
1. Tidak mampu seringkali terabaikan
mempertahankan sehingga

24
aktivitas rutin menimbulkan
2. Tampak lesu baragam keluhan
Gejala dan Tanda Minor kesehatan. Bukti
Subjektif ilmiah membuktikan
1. Merasa bersalah akibat bahw aktivitas fisik
tidak mampu dapat membuat anda
menjalankan tanggung tubuh anda lebih sehat
jawab dan bahagia.
2. Libido menurun 2. Kebutuhan istirahat
Objektif dan tidur merupakan
1. Kebutuhan istirahat kebutuhan dasar yang
meningkat mutlak harus di
Kondisi Klinis Terkait penuhi oleh semua
1. Anemia orang dengan istirahat
2. Kanker yang cukup tubuh
3. Hipotiroidisme/Hipertir baru dapat berfungsi
oidisme secara optimal.
4. AIDS
5. Depresi
6. Menopause
4 Pola Napas Tidak Efektif Pola Napas (L.01004) Manajemen Jalan Napas Observasi

25
(D.0005) Setelah dilakukan tindakan (I.01011) 1. Untuk mengetahui
Kategori : Fisiologis keperawatan selama 3x24 Definisi perkembangan status
Subkategori : Respirasi jam masalah gangguan pola Mengidentifikasi dan kesehatan pasien dan
Definisi napas tidak efektif dapat mengelola kepatenan jalan mencegah komplkasi
Inspirasi dan/atau ekspirasi teratasi dengan kriteria hasil napas lanjutan
yang tidak memberikan : Tindakan 2. Makna 'gargling' atau
ventilasi adekuat 1. Dispnea dari skala 1 Observasi 'gurgling' itu bagaikan
Penyebab meningkat menjadi 1. Monitor pola napas suara ketika
1. Depresi pusat skala 5 menurun (frekuensi, kedalaman, menggelogok
pernapasan 2. Penggunaan otot usaha napas) 3. Wheezing adalah
2. Hambatan upaya napas bantu napas dari 2. Monitor bunyi napas adalah suara
(mis. nyeri saat skala 1 meningkat tambahan (mis. pernapasan frekuensi
bernapas, kelemahan menjadi skala 3 gurgling, mengi, tinggi nyaring yang
otot pernapasan) sedang wheezing, ronkhi terdengar di akhir
3. Deformitas dinding 3. Frekuensi napas dari kering) ekspirasi. Hal ini
dada 1 memburuk 3. Monitor sputum disebabkan
4. Deformitas tulang dada menjadi skala 5 (jumlah, warna, penyempitan saluran
5. Gangguan membaik aroma) respiratorik distal.
neuromuskular Terapeutik 4. Mengi adalah adalah
6. Gangguan neurologis 1. Pertahankan kepatenan istilah untuk

26
7. Imaturitas neurologis jalan napas dengan menggambarkan suara
8. Penurunan energi head-tilt dan chin-lift bernada tinggi saat
9. Obesitas (jaw-thrust jika curiga bernapas. Suara ini
10. Posisi tubuh yang trauma survikal) biasanya terdengar
menghambat ekspansi 2. Posisikan semi-fowler saat mengembuskan
paru atau fowler napas
11. Sindrom hipoventilasi 3. Berikan minuman 5. karekteristik sputum
12. Kerusakan inervasi hangat dapat menunjukkan
diafragma (kerusakan 4. Berikan oksigen, jika barat ringannya
saraf C5 ke atas) perlu obstruksi
13. Cedera pada medula Edukasi 6. sputum adalah adalah
spinalis 1. Anjurkn asupan cairan mukus yang keluar
14. Efek agen farmakologis 2000 ml/hari, jika saat batuk dari saluran
15. Kecemsan tidak kontraindikasi pernapasan atas.
Gejala dan Tanda Mayor 2. Ajarkan teknik batuk Dalam dunia
Subjektif efektif kedokteran, sampel
1. Dispnea Kolaborasi dahak biasanya
Objektif 1. Kolaborasi pemberian digunakan untuk
1. Penggunaan otot bantu bronkodilator , investigasimikrobiolo
pernapasan ekspektoran, gi infeksi pernapasan

27
2. Fase ekspirasi mukolitik, jika perlu dan investigasi
memanjang sitologi sistem
3. Pola napas abnormal pernapasan.
(mis. takipnea,
Terapeutik
bradipnea,
1. hin Lift maneuver
hiperventilasi,
(tindakan mengangkat
kussmaul, cheyne-
dagu)Jaw thrust
stokes)
maneuver (tindakan
Gejala dan Tanda Minor
mengangkat sudut
Subjektif
rahang bawah)Head
1. ortopnea
Tilt maneuver
Objektif
(tindakan menekan
1. pernapasan pursed-lip
dahi)
2. pernapasan cuping
2. semi flower (setengah
hidung
duduk) adalah posisi
3. diameter thoraks
berbaring dengan
anterior-posterior
menaikan kepala dan
meningkat
badan 30-45 deraja.
4. ventilasi semenit
3. Flower adalah posisi
menurun
berbaring dengan

28
5. kapasitas vital menurun menaikan kepala dan
6. tekanan ekspirasi badan 80-90 derajat
menurun ekskursi dada 4. Minuman hangat
berubah berguna untuk
Kondisi Klinis Terkait membantu menjaga
1. Depresi sistem saraf daya tahan tubuh
pusat 5. Oksigen sangat
2. Cedera kepala diperlukan oleh
3. Trauma thoraks mahluk hidup untuk
4. Gullian barre syndrome bernafas
5. Sklerosis multipel
Edukasi
6. Myasthenia gravis
1. Kontraindikasi adalah
7. Stroke
pertentangan dua hal
8. Kuadrifplegia
yang sangat
9. Intoksikasi alcohol
berlawanan atau
bertentangan.
Pemberian osikgen
kurang dari 40%
2. Tehnik batuk efektif
yaitu anjurkan minum

29
air hangat sebelum
memulai latihan batuk
efektif,atur posisi
duduk dengan
mencondongkan
badan ke depan,tarik
nafas dalam melalui
hidung dan
hembuskan melalui
mulut sebanyak 4-5
kali, pada tarikan
nafas dalam yang
terakhir, nafas ditahan
selama 1-2 detik.

Kolaborasi
1. Pemberian
bronkodilator dapat di
gunakan untuk
meredakan gejala
penyakit obstruktif

30
paru kronis,
bronkodilator bekerja
dengan cara
melebarkan bronkus
dan merelaksasi otot-
otot pada saluran
pernafasan
2. Ekspektoran adalah
bahan yang bisa
membantu
melonggarkan lendir
di tenggorokan
3. Mukolitik adalah
golongan obat yang
bekerja dengan cara
memecah ikatan kimia
sehingga dahak
menjadi lebih encer

5 Ansietas (D.0080) Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas (I.09314) Reduksi Ansietas (I.09314)

31
Kategori : Psikologis (L.09093) Definisi Tindakan
Subkategori : Integritas Ego Setelah dilakukan tindakan Meminimalkan kondisi Observasi
Definisi keperawatan selama 3x24 individu dan pengalaman 1. Ansietas adalah reaksi
Kondisi emosi dan pengalaman jam masalah Ansietas dapat subyektif terhadap objek yag dasar jangka pendek
subyektif individu terhadap tertasi dengan kriteria hasil : tidak jelas dan spesifik akibat terhadap sebuah
objek yang tidak jelas dan 1. Perilaku gelisah dari antisipasi bahaya yang situasi.meski
spesifik akibat antisipasi skala dari skala 2 memungkinkan individu demikian, kecemasan
bahaya yang memungkinkan cukup meningkat melakukan tindakan untuk dapat menjadi
individu melakukan tindakan menjadi skala 4 menghadapi ancaman. gangguan mental jika
untuk menghadapi ancaman. cukup menurun Tindakan reaksi kecemasan
Penyebab 2. Perilaku tegang dari Observasi tidak bersifat jangka
1. Krisis situasional skala 1 meningkat 1. Identifikasi saat pendek dan
2. Kebutuhan tidak menjadi skala 3 tingkat ansietas berkelanjutan,bahkan
terpenuhi sedang berubah (mis. kondisi, merasa cemas ketika
3. Krisis maturasional 3. Kosentrasi dari skala waktu, stressor) tidak ada penyebab
4. Ancaman terhadap 1 memburuk 2. Monitor tanda-tanda perasaan tersebut.
konsep diri menjadi skala 5 ansietas (verbal dan 2. Kemampuan adalah
5. Ancaman terhadap membaik nonverbal) sebuah penilaian
kematian 4. Pola tidur dari skala Terapeutik terkini atas apa yang
6. Kekhawatiran 2 cukup memburuk 1. Pahami situasi yang dilakukan seseorang,

32
mengalami kegagalan menjadi skala 4 membuat ansietas dan mengambil
7. Disfungsi sistem cukup membaik 2. Gunakan pendekatan keputusan adalah
keluarga yang tenang dan untuk mencapaitujuan
8. Hubungan oran tua anak meyakinkan melalui pelaksanaan
tidak memuaskan 3. Motivasi atau tindakan.
9. Faktor keturunan mengientifikasi situasi 3. Verbal adalah bentuk
(temperamen mudah yang memicu komunikasi lisan atau
teragitasi sejak lahir) kecemasan tulisan. Nonverbal
10. Penyalahgunaan zat Edukasi adalah proses
11. Terpapar bahaya 1. Anjurkan penyampaian maksud
lingkungan (mis. toksin, mengungkapkan atau tujuan tanpa
polutan dan lain-lain) perasan dan persepsi menggunakan kata-
12. Kurang terpapar 2. Latih teknik rel;aksasi kata baik tertulis atau
inforrmasi Kolaborasi lisan.
Gejala dan Tanda Mayor 1. Kolaborasi pemberian Terapeutik
Subjektif obat antiansietas, jika 1. Situasi adalah suatu
1. Merasa bingung perlu keadaan yang dimana
2. Merasa khawatir dengan tergantung tempat kita
akibat dari kondisi yang berada
dihadapi 2. Untuk meghindari

33
3. Sulit berkonsentrasi ketakutan dan
Objektif menciptakan
1. Tampak gelisah hubungan saling
2. Tampak tegang percaya
3. Sulit tidur 3. Motivasi adalah
Gejala dan Tanda Minor sebuah
Subjektif dorongan,hasrat
1. Mengeluh puing ataupun minat yang
2. Anoreksia begitu besar didalam
3. Palpitasi diri,untuk mencapai
4. Merasa tidak berdaya tujuan yang
Objektif diinginkan
1. Frekuensi napas Edukasi
meningkat 1. Perasaan adalah sebuah
2. Frekuensi nadi homonym karena
meningkat artinya memiliki
3. Tekanan darah ejaan,persepsi yaitu
meningkat tindakan menyusun
4. Diaforesis mengenali,dan
5. Tremor menafsirkan informasi

34
6. Muka tampak pucat sensori guna
7. Suara bergetar memberikan gambaran
8. Kontak mata buruk dan pemahaman
9. Sering berkemih tentang lingkungan.
10. Berorientasi pada masa 2. Relaksasi adalah salah
lalu satu tehnik yang dapat
Kondisi Klinis Terkait digunakan untuk
1. Penyakit kronis mengurangi
progresif (mis. kanker, ketegangan dan
penyakit utoimun) kecemasan.
2. Penyakit akut Kolaborasi
3. Hospitalisasi 1. Adalah obat yang
4. Rencana operasi bekerja dengan
5. Kondisi diagnosis caramemengaruhi
penyakit belum jelas system saraf pusat
6. Penyakit neurologis yang memebrikan efek
7. Tahap tumbuh menenagkan
kembang2

6 Resiko Defisit Nutrisi Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi Observasi


(D.0032) Setelah dilakukan tindakan (I.03119) 1. Status gizi adalah

35
Kategori : Fisiologis keperawatan selama 3x24 Definisi ukuran keberhasilan
Subkategori : Nutrisi dan jam masalah resiko defisit Mengidentifikasi dan dalam pemenuhan
Cairan nutrisi tertasi dengan mengelola asupan nutrisi nutrisi untuk klien
Definisi kriteria hasil : Tindakan yang diindikasikan
Beresiko mengalami aupan 1. Porsi makan yang Observasi dengan berat badan
nutrisi tidak cukup untuk dihabiskan dari skala 1. Identifikasi status dan tinggi badan anak.
memenuhi kebutuhan 1 menurun menjadi nutrisi 2. Alergi adalah ketika
metabolisme skala 3 sedang 2. Identifikasi alergi dan system kekebalan
Faktor Risiko 2. Berat badan dari intoleransi makanan tubuh bereaksi secara
1. Ketidakmampua skala 2 cukup 3. Identifikasi kebutuhan tidak normal terhadap
n menelan makanan memburuk menjadi kalori dan nutrien zat asing. Dan
2. Ketidakmampua skala 4 cukup 4. Monitor asupan Intoleran makanan
n mencerna makanan membaik makanan adalah disebabkan
3. Ketidakmampua 5. Monitor berat badan oleh kurangnya
n mengbsorbsi nutrien 1. Terapeutik laktase, protein yang
4. Peningkatan 2. 1. Lakukan oral hygiene di butuhkan.
kebutuhan metbolisme sebelum makan, jika 3. Kalori adalah suatu
5. Faktor ekonomi perlu unti pengukuran untuk
(mis. finansial tiak 2. Berikan makanan menyatakan jumlah
mencukupi) tinggi serat untuk energy dalam

36
6. Faktor mencegah konstipasi makanan.
psikologis (mis. stress, 3. Berikan makanan 4. Asupan makanan
keengganan untuk tinggi kalori dan tinggi adalah susunan, jenis,
makan) protein dan jumlah pangan
Kondisi Klinis Terkait Edukasi yang di konsumsi
1. Stroke 1. Anjurkan posisi seseorang pada waktu
2. Parkinso duduk, jika mampu tertentu.
n 2. Ajarkan diet yang 5. Berat badan adalah
3. Mobius diprogram cara untuk
syndrome Kolaborasi mempertahankan dan
4. Cerebral 1. Kolaborasi dengan ahli menjaga berat badan
palsy gizi, untuk agar sesuai atau ideal
5. Cleft lip menentukan jumlah Terapeutik
6. Cleft kalori dan jeni nutrien 1. Oral hygiene adalah
palate yang dibutuhkan, jika tindakan untuk
7. Amyotro perlu membersihkan dan
pic lateral sclerosis menyegarkan mulut,
8. Kerusaka gigi, dan gusi
n neuromuskular 2. Serat berguna untuk
9. Luka melancarkan

37
bakar pencernaan karena
10. Kanker dapat mengikat air
11. Infeksi sehingga feses lebih
12. AIDS muda untuk di
13. Penyakit keluarkan.
Crohn’s 3. Makanan tinggi
14. Enteroko protein yaitu untuk
litis memelihara
15. Fibrosis jaringantubuh dan
kistik meningkatkan
kekebalan tubuh
Edukasi
1. Posisi duduk memiliki
manfaat yaitu
mengurangi beban
pada lutut sehingga
mengurangi
kemungkinan cedera.
2. Diet adalah aturan
makanan khusus untuk

38
kesehatan dan
biasanya di lakukan.
Atau sebuah usaha
untuk menurunkan
berat badan dengan
mengatur pola makan
dan mengatur asupan
nutrisi tertentu.
7 Resiko Ketidakseimbangan Keseimbangan Elektrolit Pemantauan Elektrolit Observasi
1. Gangguan elektrolit
Elektrolit (D.0037) (L.03021) (L.03122)
umumnya
Kategori : Fisiologis Setelah dilakukan tindakan Definisi
disebabkan karena
Subkategori : Nutrisi dan keperawatan selama 3x24 Mengumpulkan dan
kehilangan cairan
Cairan jam masalah resiko menganalisis data terkait
tubuh melalui
Definisi ketidakseimbangan regulasi keseimbangan
keringat berlebih,
Beresiko mengalami perubahan elektrolit tertasi dengan elektrolit.
diare atau muntah
kadar serum elektrolit kriteria hasil : Tindakan
yang berlangsung
Faktor Resiko 1. Serum natrium dari Obsevasi
lama.
1. Ketidakseimbangan skala 1 memburuk 1. Identifi
2. Ketidak seimbangan
cairan (mis. dehidrasi menjadi skala 5 kasi kemungkinan
kadar elektrolit bisa
dan intoksikasi air) membaik penyebab
menimbulkan
2. Kelebihan volume 2. Serum kalium dari ketidakseimbangan

39
cairan skala 1 memburuk elektrolit berbagai gangguan
3. Gangguan mekanisme menjadi skala 5 2. Monitor pada fungsi organ
regulasi (mis. diabetes) membaik kadar elektrolit erum dalam tubuh.
4. Efek samping prosedur 3. Serum klorida dari 3. Monitor 3. Mual, muntah, dan
(mis. pembedahan) skala 1 memburuk mual, muntah dan diare umumnya
5. Diare menjadi skala 5 diare disebabkan oleh
6. Muntah membaik 4. Monitor infeksi virus atau
7. Disfungsi ginjal kehilangan cairan, jika bakteri disaluran
8. Disfungsi regulasi perlu pencernaan,
endokrin Terapeutik mungkin sebagian
Kondisi Klinis Terkait 1. Atur interval waktu kecil dapat terjadi
1. Gagal ginjal pemantauan sesuai akibat zat racun,
2. Anoreksia dengan kondisi pasien bahan kimia,
nervosa 2. Dokumentasi hasil maupun reaksi
3. Diabetes melitus pemntauan terhadap obat-obatan
4. Penyakit Chron Edukasi 4. Cairan adalah fluida
5. Gastrointeritis 1. Jelaskan tujuan dan tak termampatkan
6. Pankreatiti prosedur pemantauan yang menyesuaikan
7. Cedera kepala 2. Informasikan hasil dengan bentuk
8. Kanker pemntauan, jika perlu wadahnya tetapi

40
9. Trauma multipel mempertahankan
10. Luka bakar volume yang hamper
11. Anemia sel sabit konstan tidak
3. tergantung pada
tekanan
Terapeutik
1. Interval waktu
adalah jangka waktu
antara awal dan
akhir suatu kejadian
tertentu, interval
waktu menandakan
lamanya suatu
kejadian terjadi.
2. Tujuan dari kegiatan
sebuah dokumentasi
adalah sebagai
memperoleh adanya
informasi,
pengetahuan,
keterangan dan bukti

41
Edukasi
1. Fungsi pemantauan
adalah pemantauan
yang dapat
dijelaskan sebagai
kesadaran tentang
apa yang inggin
diketahui,
pemantauan
berkadar tingkat
tinggi dilakukan agar
dapat membantu
pengukuran melalui
waktu yang
menunjukan
pergerakan kearah
tujuan atau menjauh
dari itu
2. Pemantauan berbasis
hasil adalah proses
berkelanjutan dalam

42
mengumpulkan dan
menganalisa
informasi untuk
membandingkan
bagaimana kinerja
proyek, program
atau kebijakan pada
apa yang
direncanakan

8 Resiko Konfusi Akut (D.0068) Tingkat Konfusi (L.06054) Manajemen Nyeri (I.08238) Manajemen Nyeri (I.08238)
Kategori : Fisiologis Setelah dilakukan tindakan Definisi Tindakan
Observasi
Subkategori : Neurosensori keperawatan selama 3x24 Mengidentifikasi dan
1. Mencari
Definisi jam resiko konfusi akut mengelola pengalaman
lokasi,karakteristik,du
Beresiko mengalami gangguan tertasi dengan kriteria hasil : sensorik atau emosional yang rasi,frekuensi,kualitas,
intensitas nyeri pada
kesadaran, perhatian, kognisi 1. Fungsi kogitif dari berkaitan dengan kerusakan
pasien
dan persepsi yang revensibel skala 1 menurun jaringan atau fungsional 2. skala nyeri adalah
dimana nyeri adalah
dan terjadi dalam periode menjadi skala dengan onset mendadak atau
aktivitas sensorik dan
waktu singkat. sedang lambat dan berintensitas emosional sebagai dari
proses patologis pada
Faktor Risiko 2. Tingkat kesadaran ringan hingga berat dan
tubuh yang kemudian
5. Usia di dari skala 2 cukup konstan memengaruhi saraf

43
atas 60 tahun menurun menjadi Tindakan sensorik dan merusak
jaringan.
6. Perubaha skala 4 cukup Observasi
3. non verbal adalah
n fungsi kongnitif meningkat 1. Identifikasi proses menyampaikan
maksud atau tujuan
7. Perubaha 3. Respon terhadap lokasi, karakteristik,
tanpa menggunakan
n siklus tidur-bangun stimulus dari skala 1 durasi, frekuensi, kata-kata baik tertulis
atau lisan
8. Dehidras memburuk menjadi kualitas, intensitas
4. faktor yang
i skala 5 membaik nyeri memperberat nyeri
ialah seperti alcohol.
9. Demensi 2. Identifikasi
Nyeri sendiri dapat
a skala nyeri diartikan sebagai
aktivitas sensorik dan
10. Riwayat 3. Identifikasi
emosional sebagai dari
stroke respon nyeri non proses patologis pada
tubuh yang kemudian
11. Ganggua verbal
memengaruhi saraf
n fungsi metabolik (mis. 4. Identifikasi sensorik dan merusak
jaringan.
azotemia, penurunan faktor yang
Terapeutik
hemoglobin, memerberat dan 1. Nonfarmaklogis
adalah terapi yang
ketidakseimbangan memperingan nyeri
tidak menggunakan
elektrolit, peningkatan Terapeutik obat-obatan
2. Suhu adalalahbesaran
nitrogen urea darah 1. Berikan
yang menyatakan
[BUN]/kreatinin) teknik derajat panas dingin
suatu
12. Ganggua nonfarmakologis untuk
benda,pencahayaan

44
n mobilitas mengurangi rasa nyeri adalah ukuran dari
berapa banyak flux
13. Penggun (mis. TENS, hipnosis,
cahaya tersebar di
aan restraint yang tidak akupresur, terapi daerah tertentu
Edukasi
tepat musik, biofeedback,
1. Periode adalah waktu
14. Infeksi terapi pijat, yang diperlukan beda
untuk melakukan satu
15. Malnutri aromaterapi, teknik
getaran sempurna
si imajinasi terbimbing, 2. Strategi adalah
perencanaan
16. Nyeri kompres hngat/dingin,
(planning) dan
17. Efek terapi bermain) manajemn untuk
mencapai suatu tujuan
agen farmkologis 2. Kontrol
3. Memonitor adalah
18. Deprivas lingkungan yang memiliki tujuan
khusus yaitu seperti
i sensori memperberat rasa
mengecek,
19. Penyalag nyeri (mis. suhu mencermati,
memantau.
unaan zat ruangan, pencahayaan,
4. Teknik
Kondisi Klinis Terkait kebisingan) nonfarmakologi
adalah teknik yang
1. Cedera kepala Edukasi
tidak mengunakan
2. Stroke 1. Jelaskan penyebab, obat-obatan
Kolaborasi
3. Penyakit alzheimer periode, dan pemicu
1. Analgetik adalah
4. Penyalagunaan zat nyeri senyawa atau obat
yang digunakan pasien
5. Demensia 2. Jelaskan strategi
untuk mengobati atau

45
meredakan nyeri mengurangi rasa nyeri
serta rasa sakit yang
3. Anjurkan memonitor
dialaminya.
nyeri secara mandiri
4. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

46
9 Intoleransi Aktivitas (D.0056) Toleransi Aktivitas Manajemen Energi (I.05178) Observasi
Kategori : Fisiologis (L.05047) Definisi 1. Kelelahan adalah
Subkategori : Setelah dilakukan tindakan Mengidentifikasi dan tidak berenergi, dan
Aktivitas/Istirahat keperawatan selama 3x24 mengelola penggunaan energi cenderung ingin tidur
Definisi jam masalah gangguan untuk mengatasi atau yang mengganggu
Ketidakcukupan energi untuk Intoleransi Aktivitas dapat mencegah kelelahan dan aktivitas normal
melakukan aktivitas sehari-hari teratasi dengan kriteria hasil mengoptimalkan proses sehari-hari
Penyebab : pemulihan 2. Kelelahan fisik adalah
1. Ketidakseimbangan 1. Keluhan lelah dari Tindakan kekurangan energy
antara suplai da skala 1 meningkat Observasi sehingga kurangnya
kebutuhan oksigen menjdi skala 3 1. Identifikasi gangguan konsentrasi yang
2. Tirah baring sedang. fungsi tubuh yang berpengaruh
3. Kelemhan 2. Dispnea saat/setelah mengakibatkan kesehatan fisik
4. Imobilitas aktivitas dari skala 2 kelelahan seseorang dan
5. Gaya hidup monoton cukup meningkat 2. Monitor kelelahan Kelelahan emosional
Gejala dan Tanda Mayor menjdi skala 4 fisik dan emosional adalah suatu perasaan
Subjektif cukup menurun 3. Monitor pola dan jam mosional berlebihan
1. Mengeluh lelah 3. Frekueni nadi dari tidur dan sumber daya
Objektif skala 1 memburuk 4. Monitor lokasi dan emosional seseorang
1. Frekuensi jantung menjadi skala 5 ketidaknyamanan yang telah habis yang
meningkat >20% dari membaik selama melakukan di alirkan oleh kontak

47
48
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Lupus eritematosus sistemik (SLE) adalah penyakit autoimun multisystem di


mana organ, jaringan, dan sel mengalami kerusakan yang dimediasi oleh autoantibodi
pengikat jaringan dan kompleks imun. Gambaran klinis SLE dapat berubah, baik dalam
hal aktivitas penyakit maupun keterlibatan organ. Imunopatogenesis SLE kompleks dan
sejalan dengan gejala klinis yang beragam.
4.2 Saran
Dengan adanya makalah asuhan keperawatan SEL ini, kiranya dapat menambah
wawasan para pembaca terkait Lupus eritematosus baik dalam hal pencegahan maupun
penanganan. Semoga dapat pula dijadikan sebagai referensi ilmu.

49
DAFTAR PUSTAKA

Cronbach, L.L. (2015). Essentials of Psychological Testing. New York: Harper & Row
Publisher, Inc.

Diener, Ed. (2016). Assesing Well-Being:The Colected Works of Ed Diener.New


York:Springer.

New York State Department of Health. (2018). Systemic Lupus Erythematosus.New


York:Author.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). E-Journal online.

Wallace, D.J. (2017). The Lupus Book:Panduan lengkap bagi penderita lupus dan
keluargannya. Yogyakarta: B-First.

Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Pedoman Pengendalian


Penyakit Lupus Eritematosus Sistemik. Jakarta: Kemenkes; 2016.
Fajriansyah & Najirman. 2019. Jurnal Kesehatan Andalas. Laporan Kasus Lupus
Eritematosus Sistemik pada Pria 8(3)
Muthusamy Vikneshwaran. 2017.Responsi Kasus SYSTEMIC LUPUS
ERYTHEMATOUS (SLE) ILMU PENYAKIT DALAM RSUP SANGLAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
Suselo, Y. H., Balgis, & Indarto, D. (2016). Ekspresi CD3 dan CD26 pada Limfosit T
sebagai BiomarkerPotensial Penyakit Systemic Lupus Erythematosus. MKB

50

Anda mungkin juga menyukai