Anda di halaman 1dari 15

Makalah Kewarganegaraan

NEGARA DAN KONSTITUSI

OLEH
KELOMPOK V
MEITY DELANI DAUD (621419013)

*FIKRAM LODIK (621419031)

MUH. PRAYOGA AZIZ UMAR (6214190

MARWAN S. BAKAR (6214190

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN PETERNAKAN
TAHUN 2020
KATA PENEGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya. Adapun tujuan Penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok
mengenai mata kuliah pendidikan Kewarganegaraan, dengan judul “ NEGARA DAN
KONSTITUSI”

Dengan makala ini kami berharap mahasiswa mampu memahami makna dari Negara
dan Konstitusi di indonesia. Dengan demikian, kami sadar makalah ini terdapat banyak
kekurangan. Oleh karen itu, kami berharap adanya kritik dan saran yang bersifat membangun
dari berbagai pihak, agar bisa menjadi lebih baik lagi.

Kami harap semoga makalah ini dapat memberi informasi yang membangun bagi
pembacanya, terutama mahasiswa, supaya bisa memahami pengertian negra dan konstitusi,
karna kita adalah penerus Bangsa Indonesia.

Kabila, 08 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Negara dan Kostitusi


2.1 Pengertian negara
2.2 Konstitusionalisme
2.3 Konstitusi indonesia
1. Pengantar
2. Hukum dasar tertulis (Undang-undang Dasar)
3. Hukum dasar tidak tertulis (Covansi)
4. Konstitusi
5. Sistem pemerintah negara menurut (UUD 1945 hasil amandemen 2020)
6. Negara indonesia adalah negara hukum

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULIAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh diubah kini telah
mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan terhadap UUD 1945 itu pada
hakekatnya merupakan tuntutan bagi adanya penataan ulang terhadap kehidupan berbangsa
dan bernegara. Atau dengan kata lain sebagai upaya memulai “kontrak sosial” baru antara
warga negara dengan negara menuju apa yang dicita-citakan bersama yang dituangkan dalam
sebuah peraturan dasar (konstitusi). Perubahan konstitusi ini menginginkan pula adanya
perubahan sistem dan kondisi negara yang otoritarian menuju kearah sistem yang demokratis
dengan relasi lembaga negara yang seimbang. Dengan demikian perubahan konstititusi
menjadi suatu agenda yang tidak bisa diabaikan. Hal ini menjadi suatu keharusan dan amat
menentukan bagi jalannya demokratisasi suatu bangsa. Realitas yang berkembang kemudian
memang telah menunjukkan adanya komitmen bersama dalam setiap elemen masyarakat
untuk mengamandemen UUD 1945. Bagaimana cara mewujudkan komitmen itu dan siapa
yang berwenang melakukannya serta dalam situasi seperti apa perubahan itu terjadi,
menjadikan suatu bagian yang menarik dan terpenting dari proses perubahan konstitusi itu.
Karena dari sini akan dapat terlihat apakah hasil dicapai telah merepresentasikan kehendak
warga masyarakat, dan apakah telah menentukan bagi pembentukan wajah Indonesia
kedepan. Wajah Indonesia yang demokratis dan pluralistis, sesuai dengan nilai keadilan
sosial, kesejahteraan rakyat dan kemanusiaan. Dengan melihat kembali dari hasil-hasil
perubahan itu, kita akan dapat dinilai apakah rumusan-rumusan perubahan yang dihasilkan
memang dapat dikatakan lebih baik dan sempurna. Dalam artian, sampai sejauh mana
rumusan perubahan itu telah mencerminkan kehendak bersama. Perubahan yang menjadi
kerangka dasar dan sangat berarti bagi perubahan-perubahan selanjutnya. Sebab dapat
dikatakan konstitusi menjadi monumen sukses atas keberhasilan sebuah perubahan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah pengertian negara itu?

1.2.2 Apa itu konstitusionalisme itu?

1.2.3 Apa itu konstitusi indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari negara.

1.3.2 Untuk mengetahui apa itu konstitusionalisme.

1.3.2 Untuk mengetahui apa itu konstitusi indonesia.


BAB II
PEMBAHASAN

A. NEGARA DAN KONSTITUSI 

2.1 Pengertian Negara 

Secara historis pengertian negara senantiasa berkembang sesuai dengan kondisi masyarakat
ada saat itu. Pada zaman Yunani Kuno para ahli filsafat negara merumuskan pengertian
secara beragam. Aristoteles yang hidup pada tahun 384-322 S.M., merumuskan negara dalam
bukunya Politica , yang disebutnya sebagai  negara polis, yang pada saat itu masih dipahami
negara masih dalam satu wilayah yang kecil. Dalam pengertian itu negara disebut sebagai
negara hukum, yang di dalamnya terdapat sejumlah warga negara yang ikut dalam
permusyawaratan (ecclesia). Oleh karena itu menurut Aristoteles keadilan merupakan syarat
mutlak bagi terselenggaranya negara yang baik, demi terwujudya cita-cita seluruh warganya. 

      Pengertian lain tentang negara dikembangkan oleh Agustinus, yang merupakan tokoh
Katolik. Ia membai negara dalam dua pengertian yaitu Civitas Dei yang artinya negara
Tuhan, dan Civitas Terrena atau  Civitas Diaboki yang artinya negara duniawi. Civitas
Terrena ini ditolah oleh Agustinus, sedangkan yang dianggap baik adalah negara Tuhan atau
Civias Dei. Negara Tuhan bukanlah negara dari dunia ini, melainkan jiwanya yang dimiliki
oleh sebagian atau beberapa orang didunia ini untuk mencapainya. Dapun yang
melaksanakan negara adalah Gereja yang mewakili negara Tuhan. Meskipun demikian bukan
berarti apa yang di luar Gereja itu tersaing sama sekali dari Civitas Dei (Kusnardi, 1995). 

      Berbeda dengan konsep penegrtia Negara menurut kedua tokoh pemikir negara tersebut,
Nicollo Machiavelli (1469-15277), yang merumuskan Negara sebagai negara kekuasaan,
dalam bukunya 'Il Principle'  yang dahulu merupakan buku referensi pada raja. Machiavelli
memandang negara dari sudut kenyataan bahwa dalam suatu negara harus ada suatu
kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpinnegara atau raja. Raja sebagai pemegang
kekuasaan negara tidak mungkin hanya mengandalkan kekuasaan hanya pada suatumoralitas
atau kesusilaan. Kekacauan timbul dalam suatu negara karena lemahnya kekuasaan negara.
Bahkan yang lebih terkenal lagi ajaran Machiavelli tentang tujuan yang dapat menghalalkan
segala cara. Akibat ajaran ini muncullah berbagai praktek pelaksanaan kekuasaan negara
yang otoriter, yang jauh dari nilai-nilai moral. 

      Teori negara menurut Machiavelli tersebut mendapat tantangan dan reaksi yangkuat dari
filsuf lain sepertiThomas Hobbes (1588-1679), John Locke (1632-1704) dan Rousseau
(1712-1778).mereka mengartika negara sebagai suatu badan atau organisasi hasil dari
perjanjiam msayarakat secara bersama. Menurut mereka, manusia sejak dilahirkan telah
membawa hak-hak asasinya seperti untu hak hidup, hak milik serta hak kemerdekaan. Dalam
keadaan alamiah sebelum terbentuknya negara, hak-hak tersebut belum ada yang menjamin
perlindungannya, dalam satu naturalis, yaitu sebelum terbentuknya negara, hak-hak itu akan
dapat didengar. Konsekuensinya dalam kehidupan alamiah tersebut terjadilah pembenturan
kepentingan berkaitan dengan hak-hak masyarakat tersebut. Dalam keadaan naturalis
sebelum terbentuknya negara, menurut Hobbes akan terjadi homo homini lupus, yaitu
manusia menjadi serigala bagi manusia lain, dan akan timbul suatu perang semesta yang
disebut sebagai belum omnium contre omnes dan hukum yang berlaku adalah hukum rimba. 
      Berikut ini konsep pengertian negara modern yang dikemukakan oleh para tokoh antara
lain:         Berikut ini konsep pengertian negara modern yang dikemukakan oleh para tokoh
antara lain: Roger h. Soltau, mengemukakan bahwa negara adalah sebagai alat egency atau
wewenang / authority yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas
nama masyarakat (Soltau, 1961). Sementara itu menurut Harorl J. Lasky, bahwa negara
adalah merupakan suatu masyarakat yang diintegrasikan kerena mempunyai wewenang yang
bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung daripada individu atau kelompok, yang
merupakan bagian dari masyarakat itu. Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang
hidup dan bekerjasama untuk tercapainya suatu tujuan bersama. Masyarakat merupakan suatu
negara manakala cara hidup yang harus diataai baik oleh individu maupun kelompok-
kelompok, ditentukan suatu wewenang yang bersifat memaksa dan mengikat (Lasky, 1947:
8-9). Max Weber mengemukakan pemikirannya bahawa Negara adalah suatu masyarakat
yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dlam suatu wilayah
(Weber, 1958: 78). Mae Iver,  menjelaskan bahwa negara adalah suatu yang
menyelenggarakan penertiban di dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah dengan
berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemeritah yang demi maksud
tersebut diberi kekuasaan memaksa (Iver, 1955 22). Sementara itu Miriam Budiarjo Guru
Besar Ilmu Politik Indonesia mengemukakan, bahwa negara adalah suatu daerah teritorial
yang rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah pejabat dan berhasil menuntut dari
warga negaranya ketaatan pada peraturan perundang-undangannya melalui penguasaan
(kontrol) monopolistis dari kekuasaan yang sah (Budiarjo, 1985: 40-41). 

Negara Indonesia
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh berbagai filsuf serta para sarjana
tentang negara, maka dapat disimpulkan bahwa semua negara memiliki unsur-unsur yang
mutlak harus ada. Unsur-unsur negara adalah meliputi: wilayah atau daerah teritorial yang
sah, rakyat yaitu suatu bangsa sebagai pokok negara da tidak terbatashanya pada salah satu
etnis saja, serta pe,erintahan yang sah diakui dan berdaulat. Negara Indonesia 

      Meskipun ditinjau berdasarkan unsur-unsur yang membentuk negara, hampir semua


negara memiliki kesamaan, namun ditinjau dari segi tumbuh dan terbentuknya negara serta
susunan negara, setiap negara di dunia ini memiliki spesifikasi serta ciri khas masing-masing.
Negara Inggris tumbuh dan berkembang berdasarkan ciri khas bangsa serta wilayah bangsa
Inggris. Mereka tumbuh dan berkembang dengan dilatarbelakangi oleh megahnya kekuasaan
kerajaan, sehingga negara Inggris tumbuh dan berkembang senantiasa terkait dengan
eksistensi kerajaan. Negara Amerika tumbuh dan berkembang dari penduduk imigran yang
bertualang menjelajahi benua, meskipun bangsa yang dimaksud adalah bangsa Inggris, yang
kemudian disusul oleh berbagai etnis di dunia seperti dari China dan bangsa Asia lainnya,
Perancis, Sepanyol, Amerika Latin dan lain sebagainya. Oleh karena itu Negara Amerika
terbentuk melalui intregasi antar etnis di dunia. Demikian pula negara-negara lain di dunia
tumbuh dan berkembang degan ciri khas dan sejarahnya masing-masing. 

      Demikian pula bangsa dan Negara Indonesia tumbuh dan berkembnag dengan dilatar
belakangi oleh kekuasaan dan penindasan bangsa asing seperti penjajah Belanda serta Jepang.
Oleh karena itu bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dilatar belakangi oleh adanya
kesatuan nasib, yaitu bersama-sama dalam penderitaan dibawah penjajahan bangsa asing
serta berjuang merebut kemerdekaan. Selain itu yang sangat khas bagi bangsa Indonesia
adalah unsur-unsur etnis yang membentuk bangsa itu sangat beraneka ragam, baik latar
belakang budaya seperti bahasa, adaykebiasaan serta nilai-nilai yang dimilikinya. Oleh
karena itu erbentuknya bangsa dan negara Indonesia melalui suatu proses yang cukup
panjang. Sejak masa sebelum bangsa asing menjajah Indonesia, serta masa kejayaan kerajaan
Kutai, Sriwijaya, Majapahit, dan kerajaan-kerajaan lainnya. Kemudian datanglah bangsa
asing ke Indonesia maka bangsa Indonesia saat itu bertekad untuk membentuk suatu
persekutuan hiduo yang disebut bangsa, sebagai unsur pokok negara melalui Sumpah Pemuda
28 Oktober 1928. Isi sumpah itu merupakan suatu tekad untuk mewujudkan unsur-unsur
negara yaitu satu nusa (wilayah) negara, satu bangsa (rakyat), dan satu bahasa, sebagai
bahasa pengikat dan komunkasi antar warga negara, dan dengan sendirinya setelah
kemerdekaan kemudian terbentuklah suatu pemerintahan negara. 

      Prinsip-prinsip negara Inddonesia dapat dikaji melalui makna yang terkandung di dalam
Pembukaan UUD 1945 Alenia I, menjelaskan tentang latar belakang terbentuknya negara dan
bangsa Indonesia, yatu tentang kemerdekaan adalah hak kodrat segala bangda di dunia, dan
penjajahan itu tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan oleh karena itu harus
di ha-puskan. Alenia ke II, menjelaskan tentang perjalanan perjuangan bangsa Indonesia
dalam memperjuangkan kemerdekaan, alenia III menjelaskan tentang kedudukan kodrat
manusia Indonesia sebagai bangsa yang religius yang kemudian pernyataan kemerdekaan.
Adapun Alenia IV menjelaskan tentang terbentuknya bangsa dan negara Indonesia yang
disusun berdasarkan Undang-Undang Dasar negara, Wilayah negara serta dasar filosofis
negara ya-itu Pancasila (Notogoro, 1975). 

2.2 Konstitusionalisme

      Setiap negara modern dewasa ini senantiasa memerlukan suatu sistem pengaturan yang
dijabarkan dalam suatu konstitusi. Oleh karena itu konstitusionalisme mengacu kepada
pengertian sistem institusionalisasi secara efektif dan teratur terhadap suatu pelaksanaan
pemerintahan. Dengan lain perkataan untuk menciptakan suatu tertib pemerintahan
diperlukan pengaturan sedemikian rupa,sehingga dinamika kekuasaan dalam proses
pemerintahan dapat dibatasi dandikendalikan (Hamilton, 1931 255). Gagasan mengatur dan
membatasi kekuasaan ini secara alamiah muncul karena adanya kebutuhan untuk merespon
perkembangan peran relatif kekuasaan umum dalam suatu kehidupan umat manusia. 

      Ketika negara-negara bangsa (nation states) mendapatkan bentuknya yang sangat kuat,
sentralis dan sangat berkuasa selama abad ke-16 dan ke-17, berbagai teori poitik berkembang
untuk memberikan penjelasan mengenai perkembangan sistem yang kuat tersebut. 

      Basis pokok konstusionalisme adalah kesempatan umum atau persetujuan (consensus) di


antara mayoritas rakyat mengenai bangunan yang didealkan berkaitan dengan negara.
Organisasi negara itu diperlukan oleh warga masyarakat politik agar kepentingan mereka
bersama dapat dilindungi atau dipromosikan melalui pembentukan dan penggunaan
mekanisme yang disebut negara )Andrews, 1968: 9). Oleh karena itu kata kuncinya ialah
konsensus general agreement. Jika kesepakatan itu runtuh, maka runtuh pula legitimasi
kekuasaan negara yang bersangkutan, dan pada gilirannya dapat terjadi civil war atau perang
sipil, atau dapat pula suatu revolusi. Dalam sejarah perkembangan negara di dunia peristiwa
tersebut terjadi di Perancis tahun 1789, di Amerika tahun 1776, di Rusia 1917, bahkan di
Indonesia terjadi pada tahun 1945, 1965, 1998. 

      Konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme di zaman modern dewasa ini


pada umumnya dipahami berdasar pada tiga elemen kesepakatan atau konsensus, sebagai
berikut: 
1. Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama (the general goals of society or
general acceptance of the same philosophy of goverment). 
2. Kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan pemerintahan atau
penyelenggaraan negara (the basis of goverment).
3. Kesepakatan tentang bentuk insitusi-institusi dan prosedur-prosedur ketatanegaraan
(the of form institusions and procedures).  (Andres 1968: 12). 

Kesepakatan pertama yaitu berkenaan dengan cita-cita bersama yang sangat menentukan


tegaknya konstitusionalisme dan konstitusi dalam suatu negara. Karena cota-cita bersama
itulah yang pada puncak abstraksinya paling mungkin mencerminkanbahkan melahirkan
kesamaan-kesamaan kepentingan di antara sesama warga masyarakat yang dalam
kenyataannya harus hidup di tengah-tengah pluralisme atau kemajemukan. Oleh karena itu,
pada suatu masyarakat untuk menjamin kebersamaan dalam kerangka kehidupan bernegara,
diperlukan perumusan tentang tujuan-tujuan atau cita-cita bersama yang biasa juga disebut
sebagai falsafah kenegaraan atau staatside (cita Negara) yang berfungi sebagai
philosofhiscegronslaag  dan comon platforms, diantara sesama warga masyarakat dalam
konteks kehidupan bernegara. 

      Bagi bangsa Indonesia dsara filosofis yang dimaksud adalah dasar filsafat negara
Pancasila. Lima prinsip dasar yang merupakan dasar filosofis bangsa Indonesia tersebut
adalah: (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, (2) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, (3)
Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, dan (5) Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Kelima prinsip dasar yang merupakan dasar filsafat negara Pancasila merupakan dasar
filosofis-ideologis untuk mewujudkan cita-cita ideal dalam bernegara yaitu: (1) mekindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, (2) meningkatkan (memajukan)
kesejahteraan umum, (3) mencerdaskan kehidupam bangsa, dan (4) ikut melaksanaan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. 

      Kesepakatan Kedua, adalah kesepakatan bahwa basis pemerintahan didasarkan atas


aturan hukum dan konstitusi. Kesepakatan kedua ini juga sangat prinsipipal, karena dalam
setiap negara harus ada keyaknan bersama dalam bahwa segala hal dalam penyelenggaraan
negara harus didasarkan atau rule of law. Bahkan di Amerika dikenal istilah The Rule Of
Law, and not role of man, untuk menggambarkan pengertian bahwa hukumlah yang
sesungguhnya memerintah atau memimpin dalam suatu negara, bukan manusia.  

      Kesepakatan Ketiga adalah berkenaan dengan (a) bangunan organ negara dan prosedur-
prosedur yang mengatur kekuasaan, (b) hubungan-hubungan antar organ negara itu satu sama
lain, serta (c) hubungan antara organ-organ negara itu dengan warga negara. Dengan adanya
kesepakatan tersebut, maka isi konstitusi dapat dengan mudah dirumuskan karena benar-
benar mencerminkan keinginan bersama, berkenaan dengan institusi kenegaraan dan
mekanisme ketatanegaraan yang hendak dikembangkan dalam kerangka kehidupan negara
berkonstitusi (konstituasion state). Kesepakatan itulah yang dirumuskan dalam dokumen
konstitusi yang diharapkan dijadikan pegangan bersama dalam kurun waktu yang cukup
lama. Para perancang dan perumus konstitusi tidak seharusnya membayangkan bahwa
konstitusi akan diubah dalam waktu dekat. Konstitusi tidak sama dengan dengan Undang-
Undang yang dapat lebih mudah diubah. Karena itulah mekanisme perubahan Undang-
Undang Dasar  meman sudah seharusnya tidak diubah semudah mengubah undang-undang.
Meskipun demikian seharusnya konstitusi tidak disakralkan dari kemungkinan perubahan
seperti yang terjadi tatkala Orde Baru. 
      keseluruhan kesepakatan itu pada intinya menyangkut prinsip pengaturan dan pembatasan
kekuasaan. Atas dasar pengertian tersebut maka sebenarnya prinsip konstitusionalisme
modern adalah menyangkut prinsip pembatasan kekuasaan atau yang lazim disebut sebagai
prinsip limited goverment. Dalam pengertian inilah maka konstitusionalisme mengatur dua
hubungan yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu: pertama, hubungan antara
pemerintahan dengan warga negara; dan  kedua,  hubungan antara lembaga pemerintahan
yang satu dnegan lainnya.

2.3 Konstitusi Indonesia

1 Pengantar 
Dalam proses reformasi hukum dewasa ini berbagai kajian ilmiah tentang UUD 1945,
banyak yang melontarkan ide untuk melakukan amandemen terhadap UUD 1945,
memang amandemen tidak dimaksudkan untuk mengganti sama sekali UUD 194, akan
tetapi merupakan prosedur penyempurnaan terhadap UUD 1945 tanpa harus langsung
mengubah UUD-nya itu sendiri, amanndemen lebih merupakan perlengkapan dan rincian
yang dijadikan lampiran otentik bagi UUD tersebut (Mahfud, 1999: 64). Dengan
sendirinya amandemen dilakukan dengan melakukan berbagai perbahan pada pasal-pasal
maupun memberikan tambahan-tambahan.           

Ide tentang amandemen terhadap UUD 1945 tersebut didasarkan pada suatu
kenyataan sejarah selama masa Orde Lama dan Orde Baru, bahwa penerapan terhadap
pasal-pasal UUD memiliki sifat 'multi interpretable" atau dengan kata lain berwayuh arti;
sehingga mengakibatkan adanya sentralisasi kekuasaan terutama kepada presiden. Karena
latar belakang politik inilah maka  masa Orde Baru berupaya untuk melestarikan UUD
1945 seakan-akan bersifat keramat yang tidak dapat diganggu gugat.           

Suatu hal yang sangat mendasar bagi pentingnya amandemen UUD 1945 adalah tidak
adanya sistem kekuasaan dengan "checks and balances" terutama terhadap kekuasaan
eksekutif. Oleh karena itu bagi bangsa Indonesia proses reformasi terhadap UUD 1945
adalah merupakan suatu keharusan, karena hal itu akan mengantarkan bangsa Indoesia ke
arah tahapan baru melakukan penataan terhadap ketatanegaraan.           

Demikianlah bangsa Indonesia memasuki suatu babakan  baru dalam kehidupan


ketatanegaraan yang diharapkan membawa ke arah perbaikan tingkat kehidupan rakyat.
UUD 1945 hasil amandemen 2002 dalam mengambil keputusan politik, sehingga
diharapkan struktur kelembagaan negara yang lebih demokratis ini akan meningkatkan
kesejahteraan rakyat.

2. Hukum Dasar Tertulis (Undang-Undang Dasar)  

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa pegertian hukum dasar meliputi dua maca yaitu,
hukum dasar tertulis (convensi). Oleh karena itu sifatnya yang tertulis, maka UUD itu
rumusannya tertulis dan tidak mudah berubah. Secara umum menurut E.C.S.
Wade dalam bukunya Constitusional Law, UUD menurut sifat dan fungsinya adalah
suatu naskah yang memaparkan kerangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan
pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan-badan
tersebut. 
      Jadi pada prinsipnya mekanisme dan dasar dari setiap sistem pemerintahan diatur
dalam Undang-Undang Dasar. Bagi mereka yang memandang negara dari sudut
kekuasaan dan menganggapnya sebagai suatu organisasi kekuasaan, maka Undang-
Undang Dasar dapat dipandang sebagai lembaga atau sekumpulan asas yang menetapkan
bagaimana kekuasaan tersebut diabagi antara Badan Legislatif, Eksekutif dan Badan
Yudikatif. 

      Undang-Undang Dasar menentukan cara-cara bagaimana pusat-pusat kekuasaan ini


bekerjasama dan menyesuaikan diri satu sama lain. Undang-Undang Dasar merekam
hubungan-hubungan kekuasaan dalam suatu negara (Budiarjo, 1981:95,96). 

      Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Undang-Undang


Dasar 1945 bersifat dan supel. Undang-Undang Dasar 1945 hanya memiliki 27 pasal,
adapun pasal-pasal lain hanya memuat aturan peralihan dan aturan tambahan. Hal ini
mengandung makna:

(1) Telah cukup jikalau UUD hanya memuat aturan-aturan pokok, hanya membuat
garis-garis besar instruksi kepada pemerintah pusat dan lain-lain penyelenggara
negara untuk menyelenggarakan negara, untuk menyelenggarakan kehidupan negara
dan kesejahteraan sosial.

(2) Sifatnya yang supel (elastic) dimaksudkan bahwa kita senantiasa harus ingat bahwa
masyarakat itu harus terus berkembang, dinamis. Negara Indonesia akan terus
tumbuh berkembang seiring dengan perubahan zaman. Berhubung dengan itu
janganlah terlalu tergesa-gesa memberikan kristalisasi, memberikan bentuk kepada
pikiran-pikiram yang masih berubah. Memang sifat aturan yang tertulis itu bersifat
mengikat, oleh karena itu makin supel sifatnya aturan itu makin baik. Jadi kita harus
menjaga agar supaya sistem dalam Undang-Undang Dasar itu jangan ketinggala
zaman. 

Menurut Padmowahyono, seuruh kegiatan negara dapat dikelompokkan menjadi dua macam
yaitu: 

(1) Oleh karena itu sifatnya tertulis maka rumusnya jelas, merupakan suatu hukum positif
yang mengikat pemerintah sebagai penyelenggara negara, maupun mengikat bagi
setiap warga negara.
(2) Sebagimana tersebut dalam penjelasan UUD 1945 bahwa UUD 1945 bersifat singkat
dan supel, memuat aturan-aturan yaitu memuat aturan-aturan pokok yang setiap kali
harus dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman, serta memuat hak-hak
asasi manusia.
(3) Memuat norma-norma, atura-aturan serta ketentuan-ketentuan yang dapat dan harus
dilaksanakan secara konstutusional.
(4) UUD 1945 dalam tertib hukum Indonesia merupakan peraturan hukum positif yang
tertinggi, di samping itu sebagai alat kontrol terhadap norma-norma hukum positif
yang lebih rendah dalam hierarkhi tertib hukum Indonesia.

3. Hukum Dasar yang Tidak Tertulis (Convensi) 


Convensi adalah hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan dasar yang timbul
dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara meskipun sifatnya tiak tertulis.
Convensi ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: 

(1) Merupakan kebiasaan yang berulang kali dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan negara.
(2) Tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar dan berjalan sejajar.
(3) Diterima oleh seluruh rakyat.
(4) Bersifat sebagai pelengkap, sehingga memungkinkan sebagai aturan-aturan dasar yang
tidak terdapat dalam Undang-Undang Dasar. 

Contoh-contoh Convensi antara lain sebagai berikut: 

(1) Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah mufakat. Menurut pasal 37 ayat (1)
dan (4) UUD 1945, segala keputusan MPR diambil berdasarkan suara terbanyak.
Akan tetapi sistem ini dirasa kurang jiwa kekeluargaan sebagai kepribadian bangsa,
karena itu dalam praktek-praktek penyelenggaraan negara selalu diusahakan untuk
mengambil keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat, dan ternyata hampir
selalu berhasil. Pungutan suara baru ditempuh, jikalau usaha musyawarah untuk
mufakat sudah tidak dapat dilaksanakan. Hal yang demikian ini merupakan
perwujudan dari cita-cita yang terkandung dalam Pokok Pikiran Ke-rakyatan dan
Permusyawaratn/Perwakilan.
(2) Praktek-praktek penyelenggaraan negara yang sudah menjadi hukum dasar tidak
tertulis antara lain:
(a) Pidati kenegaraan Presiden Republik Indonesia setiap tanggal 16 Agustusdi
dalam sidang Dewan Perwakilan Rakyat.
(b) Pidato Presiden yang diucapkan sebagai keterangan pemerintah tentang Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja negara pada minggu pertama bulan Januari
setiap tahunnya. 

Ketiga hal tersebut dalam batinnya secara tidak langsung adalah merupakan
realisasi dan Undang-Undang Dasar (meruapakan pelengkap). Namun perlu digaris
bawahi blamana convensi ingin dijadikan menjadi rumusan yang bersifat tertulis, maka
yang berwenang adalah M PR, dan rmusannya bukanlah merupakan suatu hukum dasar
melainkan tertuang dalam ketetapan MPR. 

Jadi convensi bilamana dikehendaki untuk menjadi suatu aturan dasar yang tertulis,
tidak secara otomatis setingkat dengan UUD, melainkan sebagai suatu ketetapan MPR. 

4. Konstitusi 

Disamping pengertian UUD, dipergunakan juga istilah lain yaitu "Konstitusi".


Istilah berasal dari bahasa Inggris "Constitution" atau dari bahasa Belanda
"Constitutue". Terjemahan dari istilah tersebut adalah UUD, dan hal ini memang
sesuai dengan kebiasaan orang Jerman dan Belanda, yang dalam percakapan sehari-
hari memakai kata "Grondwet" (Grond=dasar, wet=undang-undang) yang
menunjukkan naskah tertulis. 

      Namun pengertian konstitusi dalam praktek ketatanegaraan umumnya mempunyai arti: 


1. Lebih luas dari Undang-Undang Dasar atau
2. Sama dengan pengertian Undang-Undang. 

Kata konstitusi dapat mempunyai arti lebih luas daripada pengertia Undang-Undang
Dasar, karena pengertian Undang-Undang Dasar hanya meliputi konstitusi tertulis saja
dan selain itu masih terdapat konstitusi tertulis saja, dan selain itu masih terdapat
konstitusi tidak tertulis yang tidak tercakup dalam Undang-Undang Dasar. 

            Dalam praktek ketatanegaraan negara Republik Indonesia pengertian konstitusi adalah


sama dengan pengertian Undang-Undang Dasar. Hal ini terbukti dengan disebutnya
istilah Konstitusi Republik Indonesia Serikat bagi Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Serikat (Totopandoyo,19981:26,16) 

5. Sistem Pemerintahan Negara Menurut UUD 1945 Hasil Amandemen 2002

Sistem pemerintahan negara Indonesia sebelum dilakukan amandemen dijelaskan


secara terinci dan sistematis dalam penjelasan UUD 1945. Sistem pemerintahan
negara Indonesia ini dibagi atas tujuh yang secara sistematis merupakan
pengejawantahan keda

pemerintahan negara ini dikeluarkan dengan tujuh kunci  pokok sistem pemerintahan
negara yang dirinci sebgai berikut. Walaupun tujuh kunci pokok tersebut mengalami
perubahan. Oleh karena itu sebagai studi komparatif, sistem pemerintahan negara
menurut UUD 1945 setelah amandemen, dijelaskan sebagai berikut.

a. Indonesia adalah Negara Yang Berdasarkan Atas Hukum (Rechstaat)

Negara indonesia berdasarkan atas hukum (Rechsstaat) tidak mendasar atas


kekuasaan belaka (machtsstaar). Hal ini mengandung bahwa negara, termasuk di
dalamnya pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya melaksanakan tindakan-
tindakan apapu, harus dilandasi oleh peraturan hukum atau harus dapat di psertanggung
jawabkan secara hukum. Tekanan pada hukum (recht) disini dihadapkan pada
kekuasaan (macht). Prinsip dari sistem ini disamping akan tampak dalam rumusnya
dalam pasal-pasalnya, juga akan sejalan dam merupakan pelaksanaan dari poko-pokok
pikiran yang terkandung dalam UUD 1945 yang di wujudkan oleh cita-cita hukum
(rechtsidee) yang menjiwayi UUD 1945 dan hukum dasar yang tidak tertulus.

b. Sistem Konstitusional
Pemerintah berdasarkan atas sistem kostitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolut
(kekuasaan yang tidak terbtas). Sistem ini memberikan penegasan bahwa cara
pengendalian pemerintah dibatasi oleh ketentuan-ketentuan konstitusi, yang dengan
sendirinya juga oleh ketentun-ketentuan hukum lain merupakan produk
konstitusional, ketetapan MPR, Undang-Undang dan lainnya. Dengan demikian
sistem ini memperkuat dan menegaskan lagi sistem negara hukum seperti dikemukkan
di atas.

c. Kekuasaan Negara yang Tertinggi di Masyarakat


Sistem kekuasaan tertinggi sebelum dilakukan amandemen dinyatakan dalam
penjelasan uud 1945 sebagai berikut: “ kedudukan rakyat dipegang oleh satu badan,
bernama MPR, sebagai penjelmaan seluruh rakyat indonesia (vertretungorgatan des
willens des statsvolks). Menjelaskan ini menetapkan UUD dan menetapkan garis-garis
besar haluan negara, majelis ini mengangkat kepala negara (presiden) dan wakil
negara (wakil presiden) majelis ini yang memegang kekuasaan negara yang tertinggi,
sedangkan presiden menjalankan haluan negara menuru garis-garis besar yang telah di
tetapkan oleh majelis.

d. Presiden ialah Penyelenggara Pemerintah Negara yang Tertinggi di Samping


MPR dan DPR
kekuasaan presiden menurut UUD 1945 di hasil amandemen, dinytakan dalam
penjelasan Undang-undang Dasar 1945, sebagai berikut:
Berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen 2002, presiden merupakan
penyelenggara pmerintah di smping MPR dan DPR, karena presiden di pilih langsug
oleh rakyat UUD 1945 pasan 6A ayat (1). Jadi menurut UUD 1945 ini tidak lagi
merupakan mandataris MPR melinkan dipilih langsung oleh rakyat.

e. Presiden Tidak Bertanggungjawab Kepada DPR


Disamping presiden adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Presiden harus
manadapat persetujuan DPR untuk membntuk undang-undang (gezetzgebung) pasal
5 ayat (1) dan untuk menetapkan anggaran pendapatan dan belanja negara sesuai
dengan pasal 23.artinya kedudukan presiden tidak tergantung jewan.

f. Menteri Negara ialah Pembatu presiden, mentri negara tidak bertanggung


jawab kepada dewan perwakilan rakyat.
Presiden dalam melaksanakan tugas pemerintahannya dibantu oleh menteri-
menteri negara (pasal 17 ayat (1) UUD 1945 Hasil Amandemen), presiden
mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri negara (pasal 17 ayat (2) UUD
1945 hasil amandemen 2002). Menteri-menteri negara tidak bertanggung jawab
kepeda dewan perwakilan rakyat.

g. Kekuatan Kepala Negara Tidak Tak-Terbatas


Meskipun Kepala Negara tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perakilan Rakyat,
ia bukan “Diktator”, artiny kekuasaan tidak tak-terbatas. sudah di tegaskan ia bukan
Madataris permusyawaratan rakyat, namun demikan ia tidak dapat membubarkan
DPR atau MPR kecuali ia harus memperhatikan sungguh-sunggu suara dewan
perwakilan rakyat.

6. Negara Indonesia Adalah Negara Hukum.


Menurut penjelasan UUD 1945, negara indonesia adalah negara hukum, negara
hukum yang berdasarkan pancasila dan bukan berdsarkan atas kekuasaan. Sifat negara
hukum hanya dapat ditunjukkan jikalau alat-alat perlengkapan bertindak menurut dan
terikan kepada aturan-aturan yang di tentukan lebih dahulu oleh alat-alat perlengkapan
yang dikuasai untuk mengadakan aturan-aturan itu.
Ciri-ciri suatu negara hukum adalah:
a. Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi yang mengandung persamaan
dalam bidang politik, hukum, sosial, ekonomi, dan kebudayaan.
b. Peradilan yang bebas dari suatu pengaruh kekuasaan atau kekuatan lain dan
tidak memihak.
c. Jaminan kepastian hukum, yaitu jaminan bahwa ketentuan hukumnya dapat di
pahami dapat dilaksanakan dan aman dalam melaksanakannya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan 

Berdasarkan uraian pada pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 

1. Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa kelompok


manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah (territorial) tertentu dengan
mengakui adanaya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan
sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang ada di wilayahnya. 

2. Konstitusi diartikan sebagai peraturan yang mengatur suatu negara, baik yang tertulis
maupun tidak tertulis. Konstitusi memuat aturan-aturan pokok (fundamental) yang menopang
berdirinya suatu negara. 

3. Antara negara dan konstitusi mempunyai hubungan yang sangat erat. Karena
melaksanakan konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan dasar negara. 

4. Pancasila merupakan filosofische grondslag dan common platforms atau kalimatun sawa.
Pancasila sebagai alat yang digunakan untuk mengesahkan suatu kekuasaan dan
mengakibatkan Pancasila cenderung menjadi idiologi tertutup, sehingga pancasila bukan
sebagai konstitusi melainkan UUD 1945 yang menjadi konstitusi di Indonesia.  

3.2 Saran 

Kepada para pembaca kami menyarankan agar lebih banyak membaca buku yang berkaitan
dengan Negara atau Konstitusi agar lebih memahami kedua hal tersebut. Agar masyarakat
mengetahui tentang Negara dan Konstitusi di negara kita.dan juga diharapkan informasi ini
dapat tersebar luas ke masyarakat agar terbentuk jiwa nasionalisme sebagai tonggak
kemajuan Negara  

  
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan, 2006. Pendidikan Kewarganegaran. Yogyakarta: paradigma.ss

Anda mungkin juga menyukai