KEPERAWATAN BEDAH II
Disusun Oleh :
Fanny Fatmawaty
2020/2021
KEGIATAN BELAJAR VI:
Tugas Membaca: Bagaimanakah proses pengkajian neurovaskuler pada pasien dengan cedera
musculoskeletal.
JAWAB :
Pengkajian neurovaskuler sangat diperlukan untuk klien dengan cedera muskuloskeletal. hal
yang disebabkan iskemia, deformitas, atau kehilangan fungsi pada ekstremitas yang
terpengaruh. Pengkajian yang dilakukan pada neurovaskuler dengan cedera muskuloskeletal
yaitu
1. Nyeri
2. Palor
3. Denyut nadi
4. Suhu
6. Parestesia
Tujuan dilakukannya pengukuran skala nyeri yaitu untuk mengetahui peningkatan intensitas
yang mungkin terjadi sebagai akibat dari cedera atau kompresi saraf.
pemeriksaan denyut nadi, dan pengisian kapiler (capillary refill) secara bilateral untuk
mengetahui suplai darah adekuat.
Kehilangan sensasi dan perubahan dalam fungsi motorik pada ekstremitas dapat
mengidentifikasi cedera saraf. jika salah satu perubahan ini terjadi secara tiba-tiba dokter
harus diberitahu.
2
KEGIATAN BELAJAR VII:
Tugas Membaca: Jelaskan secara spesifik proses pengkajian komplikasi akut dan kronik
fraktur
JAWABAN :
komplikasiawaldanlamayaitu:
a. Komplikasi akut
1) Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun,
sianosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstremitas yang
disebabkan oleh tindakan emergency splinting,perubahan posisi padayang sakit,
tindakanr eduksi dan pembedahan.
2) Kompartemen syndrom.
3) Fatembolismsyndrom
Kompilasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi
karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan
menyebabkan tingkat oksigen dalam darah yang ditandai dengan gangguan
pernafasan,takikardi,hipertensi,takipneu dan demam.
4) Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedik
infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk kedalam. Ini biasanya terjadi pada
kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena pengunaan bahan lain dalam pembedahan
seperti pin dan plat.
3
5) Avaskulernekrosis
Avaskuler Nekrosis (AV) terjadi karena aliran daarah ke tulang rusak atau terganngu
yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman Ischemia.
6) Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler
yang bisa menyebakan menurunnya oksigenasi.
b. Komplikasi kronis.
Biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun setelah terjadinya fraktur paada pasien
yang telah menjalani proses pembedahan. Menurut kutipan dari Smeltzer dan Bare (2013),
1) Komplikasi pada sendi seperti kekakuan sendi yang menetap dan penyakit
degenerative sendi pasca trauma.
2) Komplikasi pada tulang seperti penyembuhan fraktur yang tidak normal(delaye
dunion,malunion,nonunion).
3) Komplikasi pada otot seperti atrofi otot dan rupture tendon lanjut.
4) Komplikasi pada syaraf seperti tardy nerve palsy yaitu saraf menebal akibat adanya
fibrosisintraneural.
4
Tugas Membaca: Apa saja yang harus di monitor pada pasien yang dilakukan operasi internal dan
eksternal fiksasi (kasus fraktur)
JAWAB :
Pengkajian yang dilakukan untuk fiksasi eksternal dapat digunakan Setelah cedera jaringan lunak
yang luas, kemungkinan terjadi defisit neurologis atau sindroma kompartemen cukup tinggi.
Walaupun fiksator eksternal dapat digunakan untuk menangani fraktur terbuka, sindroma
kompartemen dapat berlanjut pada kompartemen lain dari tungkai yang sama. Pengkajian
neurovaskuler berkelanjutan sangat penting. Pada pemeriksaan data awal, pada tungkai yang
terkena dibandingkan dengan tungkai yang tidak sakit. Pasien dapat melaporkan apakah ada
perubahan agar dapat diatasi dengan cepat.
Nyeri harus dikaji secara secara komplit dan teratur. harus dikaji, dan efek yang kurang kuat harus
segera dilaporkan ke dokter bedah karena mungkin diperlukan peningkatan dosis atau pergantian
obat. Waspada nyeri dan pada keluhan nyeri yang progresif atau nyeri di luar proporsi normal
terhadap cedera atau terapinya.
Lokasi pin dan luka harus dikaji secara rutin terhadap tanda-tanda infeksi, dan PIN harus
diperiksa dari adanya kelonggaran. Dapat ditemukan sedikit perdarahan segera setelah
memasukkan pin dan dapat diatasi dengan perban tekan kecil namun perdarahan yang
berkaitan lebih dari 24 jam harus menjadi perhatian dokter bedah. Proses penyembuhan
tulang harus dikaji dan didokumentasikan dengan hati-hati sejarah terhadap jaringan
adiposa pada lokasi pin dapat menghasilkan drainase lemak yang menyerupai pus. Tanda-
tanda infeksi yang spesifik, instabilitas pin, drainase dengan bau dan warna, dan tegangan
kulit pada lokasi insersi (tenting) Jika Penting terjadi, dokter bedah harus dikasih tahu
sehingga luka dapat diperluas.
Status nutrisi klien sangat mempengaruhi penyembuhan tulang dan luka, Lihat apakah ada
tidaknya ketidakmampuan kalian untuk mengunyah dan menelan, keluhan mual atau
muntah. Periksa untuk nilai laboratorium Apakah ada ketidak normalan untuk
menghindari kemungkinan dari nutrisi yang buruk.
5
Jika kalian merokok, kajilah keinginan untuk berhenti dari merokok. harus ditekankan
bahwa merokok menghambat dalam proses penyembuhan tulang setelah pembedahan
maupun trauma.
Kaji secara sering jenis, lokasi, dan keparahan nyeri. laporkan nyeri yang meningkat
dalam hal keparahan, tidak diharapkan, atau tidak mereda dengan analgesia yang
diprogramkan. lakukan pengkajian neurovaskuler secara sering, cara cepat laporkan
semua perubahan nadi, warna, suhu, capillary refill, gerakan, atau sensasi pada
ekstremitas yang terkena.
Kaji Jumlah, warna, bau drainase pada balutan dan pada alat brainly luka. bising usus.
suara paru.
Pada fraktu enggak pakai itur pinggul, Letakkan bantal abduktor antara tungkai pasien
untuk mencegah dislokasi sendi pinggul.
Anjurkan mobilisasi Dini, batuk, dan nafas dalam, sesuai kebutuhan untuk membantu
mencegah komplikasi.
6
KEGIATAN BELAJAR IX:
Tugas Membaca: Jelaskan bagaimana menejemen dan pencegahan komplikasi pada pasien tumor otak
JAWAB :
1) Berkonsultasi dengan dokter terkait cara mengurangi risiko meningioma ketika akan
menjalani radioterapi di kepala
2) Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin jika menderita penyakit sistem saraf
3) Menjaga berat badan agar tetap ideal
Sementara pada tumor yang menimbulkan gejala dan tumbuh cukup cepat, pengobatan yang
diberikan dokter dapat berupa:
1. Operasi
Tindakan operasi bertujuan untuk mengangkat tumor. Namun, jika tumor tumbuh di
daerah yang sulit terjangkau, tumor mungkin tidak bisa diangkat seluruhnya. Dalam hal
ini, dokter hanya akan mengangkat tumor yang masih mungkin untuk diangkat dan
menggunakan metode lain untuk menghilangkan sisa tumor.
2. Embolisasi endovaskular
Embolisasi endovaskular dapat dilakukan jika tindakan operasi tidak dapat mengangkat
seluruh tumor yang ada. Pengobatan ini bertujuan untuk menghentikan aliran darah ke
meningioma agar ukurannya menyusut.
Dalam prosesnya, dokter akan memasukkan kateter ke pembuluh darah yang menyuplai
meningioma, lalu memasukkan lilitan atau lem khusus untuk menghalangi aliran darah ke
tumor.
3. Radioterapi
Selain embolisasi endovaskular, radioterapi juga dapat dilakukan ketika tindakan operasi
tidak bisa mengangkat tumor seluruhnya. Pengobatan ini menggunakan energi radiasi dari
sinar-X untuk menghancurkan sel meningioma yang tersisa dan mengurangi risiko
kambuhnya meningioma setelah dioperasi.
4. Kemoterapi
Kemoterapi dapat dilakukan pada meningioma yang tidak membaik setelah ditangani
dengan operasi dan radioterapi. Pengobatan ini bertujuan untuk membunuh sel kanker
dengan obat-obatan
7
KEGIATAN BELAJAR X:
Buatlah rangkuman pemeriksaan Neurologi Dasar berdasarkan beberapa referensi yang saudara baca.
(Pemeriksaan kesadaran, fungsi luhur, rangsang meningeal, 12 syaraf kranialis, pemeriksaan motoric,
reflek fisiologis dan patologis). Uraikan cara pemeriksaan pada masing-masing procedure.
1. Fungsi Kesadaran
Pemeriksaan tingkat kesadaran yang sekarang dipakai adalah skala dari GLASGOW
(Glasgow Coma Scale disingkat GCS) yang lebih praktis untuk dokter umum maupun
perawat karena patokan/kriteria yang lebih jelas dan sistematis. Skala dari Glasgow
ini di samping untuk menentukan tingkat kesadaran, juga berguna untuk menentukan
prognosis perawatan suatu penyakit
B. VERBAL RESPONSE 1 2 3
1 Berorientasi baik 5
2. Bingung (confused) 4
3. Tidak tepat 3
8
Dapat mengucapkan kata-kata, namun
4 Mengerang 2
3. Reaksi menghindar. 4
5 Extensi spontan 2
9
2 Koma (comatose): GCS ≤ 8 Sedang GCS 9-12
Skor GCS:
2. Rangsangan Meningeal
Rangsangan selaput otak adalah gejala yang timbul akibat peradangan pada selaput
otak (meningitis) atau adanya benda asing pada ruang subarachnoid (darah), zat
kimia (kontras) dan invasi neoplasma (meningitis carcinoma). Manifestasi subyektif
adalah sakit kepala, kuduk kaku, fotofobia.
KAKU KUDUK 1 2 3
KERNIG’S SIGN
10
135 derajat atau terdapat rasa nyeri (kernig’s sign positif).
BRUDZINSKI I
BRUDZINSKI II
3 Interpretasi : tanda ini positif bila tungkai yang satu terjadi fleksi
involunter pada sendi panggul dan lutut kontraleteral.
BRUDZINSKI III
2. Tekan os zygomatikus.
BRUDZINSKI IV
11
3. Fungsi Luhur
Pemeriksaan status mental merupakan evaluasi fungsi kognitif dan emosi yang harus
dilakukan secara runtut dan sitematis. Mulai dengan fungsi dasar tingkat kesadaran,
kemudian fungsi kognitif dasar seperti berbahasa dan pemeriksaan yang lebih
kompleks seperti berhitung, pertimbangan dsb.
I. ORIENTASI 1 2 3
II. REGISTRASI
III. ATENSI/KALKULASI
V. BAHASA
12
VI. KONSTRUKSI
4. Pemeriksaan Motorik
Gangguan pergerakan meliputi kelainanan yang bersifat primer misalnya pada lesi
UMN atau LMN dan sekunder misalnya pada ganglia basalis dan serebellum. Klien
sering datang ke dokter karena tubuh bagian tertentu tidak bisa bekerja dengan baik.
A. UKURAN OTOT 1 2 3
B. TONUS OTOT 1 2 3
3. Angkatlah lengan klien dalam posisi fleksi pada siku dan tangan secara
pasif, kemudian jatuhkanlah lengan tersebut.
13
6. Periksalah tonus otot (normal atau abnormal: spastic, flaccid, rigid).
C. KEKUATAN OTOT 1 2 3
1. Cara 1 :
Cara 2
14
KETERAMPILAN MEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS
NO. LANGKAH / KEGIATAN KASUS
2. Fleksikanlah lengan klien dan lengan bawah dalam posisi antara fleksi
dan ekstensi serta sedikit pronasi
4. Letakkanlah ibu jari pemeriksa pada tendo biseps klien lalu pukullah
tendo tersebut dengan refleks hammer
15
3. Peganglah paha bagian distal dengan satu tangan dan dengan tangan
yang lain pukullah tendo patella dengan cepat menggunakan hammer.
16
ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah.
Positif: dorsofleksi
3. Gunakalah ibu jari untuk menggores dengan kuat ujung jari tengah
klien (Snap)
Seorang laki-laki usia 72 tahun dirawat dengan Stroke Iskemik. Hasil pengkajian didapatkan, pasien
tiba-tiba lemas saat bangun tidur, mulut tidak simetris, gigi dan rambut tampak kotor, kebutuhan
personal hygiene dibantu keluarga. Memiliki riwayat DM sejak 5 tahun yang lalu dan tidak terkontrol.
Hasil pemeriksaan fisik kesadaran compos mentis, GCS E 4 M6 V5, TD 150/90 mmHg, HR 100 x/mnt,
irama sinus rithm, RR 20 x/mnt, reguler, wheezing Θ, Ronchi Θ/Θ, menggunakan oksigen 2 lt/mnt,
suhu 36,5° C, vomitus Θ.Kekuatan otot motorik ekatremitas atas 1111 / 2222, ekstremitas bawah
1111 / 2222. Sensorik: kesan hemihipestesi Θ. Reflek fisiologis ekstremitas atas +2 / +2, ekstremitas
bawah +2/ +2. Hasil CT Scan: Multiple infark di basal ganglia kanan, lobus temporal kiri, ponsdan
cerebellum kiri sertain farklakuner di corona radiata kanan. Atropi cerebri
Tugas Mahasiswa: Buatlah patofisiologi sampai dengan identifikasi masalah keperawatan berdasarkan
kasus tersebut.
JAW
17
Masalah Keperawatan :
18
KEGIATAN BELAJAR XII:
SKENARIO:
Seorang perempuan usia 65 tahun masuk ke UGD diantar oleh keluarga dengan diagnosis
stroke non hemoragik dengan hemiparise dekstra, afasia, nyeri kepala berat, disorientasi, saat
dirumah klien bicara ngawur, klien jalan seperti robot. Saat pengkajian keadaan umum klien
masih lemah kesadaran apatis GCS= 12 E4 V4 M 4, terpasang kateter, infuse asering 20
Tpm/12jam, Hasil rontgen thorax kesan : HHD CTR + 57%, apek tak terangkat LVH, aorta
lebar, sinus / diafragma baik, tampak infiltrat dan massa. Hasil ct-scan : hematom (Hygroma)
frontotemporoparietal bila teral dominal sisi kiri, subfalcial kekanan ± 1,5 cm, hipodens
subdural di daerah frontotemporoparietal kanan dan kiri dominan kiri, hasil laboratorium
normal.
Keluarga mengatakan Klien sudah 2 hari merasakan sakit kepala dan pusing, saat bangun
tidur ingin sholat tiba-tiba Ny. N mendadak mengalami nyeri kepala berat, dan penurunan
19
kesadaran, bicara ngawur, jalan seperti robot, klien merasakan kekakuan pada tangan dan
kaki sebelah kanan, tidak mengenal siapa-siapa saat dipanggil oleh keluarga, keluarg
amengatakan penyebab stroke klien adalah hipertensi yang tidak terkontrol, kemudian
keluarga membawa ke UGD
Keadaan umum lemah, kesadaran apatis, BB 66 kg, penurunan berat badan dalam 3 bulan terakhir
1kg, TB 175cm, tanda - tanda vital Td:150/100Mmhg N : 92x/menit S : 37°C R : 29x/menit.
Penatalaksanaan
b. Obat oral :Captopril 25Mg3x1: ( pagi, sore, malam) 08: 00, 18 : 00, 04 : 00
c. Obat injeksi:
Vit k 1 ampul 3 x 1:(malam, pagi, sore) 01: 00, 09: 00, 17 : 00
Asam transamin 1 ampul 3x1 : (pagi, sore, malam) 09: 00 , 17 : 00, 01: 00
Ranitidine 50Mg 2x1 : (pagi, sore) 08 : 00, 18 :00
d. Obatlainnya
Manitol 250cc/6 jam 4x125
e. Diet yang diberikan Bubur saring
f. Terpasang kateter
g. Terpasang infus asering tpm/12jam.
Tugas Mahasiswa:
20
2. Buat masalah keperawatan sesuai kasus dan justifikasi mengapa masalah tersebut muncul
JAWAB :
1. Klien sudah 2 hari merasakan sakit kepala dan pusing, saat bangun tidur ingin sholat
tiba-tiba Ny. N mendadak mengalami nyeri kepala berat, dan penurunan kesadaran,
bicara ngawur, jalan seperti robot, klien merasakan kekakuan pada tangan dan kaki
sebelah kanan, tidak mengenal siapa-siapa saat dipanggil oleh keluarga, keluarg
amengatakan penyebab stroke klien adalah hipertensi yang tidak terkontrol, kemudian
keluarga membawa ke UGD pasien memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol
hasil pemeriksaan di peroleh TD :150/100 mmHg. Hasil ct-scan : hematom (Hygroma)
frontotemporoparietal bila teral dominal sisi kiri, subfalcial kekanan ± 1,5 cm, hipodens
subdural di daerah frontotemporoparietal kanan dan kiri dominan kiri,
2. Masalah Keperawatan
a) Gangguan perfusi jaringan serebral b.d O2 otak menurun
Ds : Klien sudah 2 hari merasakan sakit kepala, Nyeri Kepala berat, penurunan
kesadaran
21
b) Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot
Ds : Jalan seperti robot, klien merasakan kekakuan pada tangan dan kaki sebelah
kanan
Do : Tanda-tanda vital Td:150/100Mmhg N : 92x/menit S : 37°C R : 29x/menit.
hemiparise dekstra
Tujuan (NOC): Klien diminta menunjukkan tingkat mobilitas, ditandai dengan indikator
berikut (sebutkan nilainya 1 – 5) : ketergantungan (tidak berpartisipasi) membutuhkan
bantuan orang lain atau alat membutuhkan bantuan orang lain, mandiri dengan pertolongan
alat bantu atau mandiri penuh)
Kriteria Evaluasi :
a) Menunjukkan penggunaan alat bantu secara benar dengan pengawasan.
b) Meminta bantuan untuk beraktivitas mobilisasi jika diperlukan.
c) Menyangga BAB
d) Menggunakan kursi roda secara efektif
Intevensi (NIC) :
1. Terapi aktivitas, ambulasi
2. Terapi aktivitas, mobilitas sendi.
3. Perubahan posisi
Aktivitas Keperawatan :
1. Ajarkan klien tentang dan pantau penggunaan alat
2. Bantu mobilitas
3. Ajarkan dan bantu klien dalam proses perpindahan.
4. Berikan penguatan positif selama beraktivitas.
5. Dukung teknik latihan ROM
6. Kolaborasi dengan tim medis tentang mobilitas klien
22
c) Pembicaraan pasien dapat dipahami
Intervensi (NIC) :
1. Lakukan komunikasi dengan wajar, bahasa jelas, sederhana dan bila perlu diulang
2. Dengarkan dengan tekun jika pasien mulai berbicara
3. Berdiri di dalam lapang pandang pasien pada saat bicara
4. Latih otot bicara secara optimal
5. Libatkan keluarga dalam melatih komunikasi verbal pada pasien
6. Kolaborasi dengan ahli terapi wicara
DAFTAR PUSTAKA
23
24