Seorang laki-laki berumur 23 tahun dibawa kerumah sakit jiwa karena melakukan bunuh diri
dengan menyayat pergelangan tangannya. dari hasil pengkajian didapatkan data pasien tampak
murung dan sedih, rambut tidak tersisir rapi, baju tampak kusut , dan tercium bau yang tidak
enak, terlihat menyendiri, menolak berinteraksi, kontak mata (-). Afek datar, menurut keluarga
klien telah mengalami droup out dari kuliah dan 1 bulan yang lalu pacarnya telah memutuskan
apakah core problem kasus tersebut,
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. G Tanggal Pengkajian : 7 juli 2020
Umur :23 tahun RM No. : xxxxxx
Informan: Keluarga Tanggal Masuk RS : xxxxxx
Penolakan ( - ) ( - ) ( - ) ( - ) ( - ) ( - )
Tindakan kriminal ( - ) ( - ) ( - ) ( - ) ( - ) ( - )
Jelaskan : berdasarkan informasi yang didapatkan dari keluarga klien, klien tidak
memiliki riwayat gangguan jiwa sebelumnya, keluarga mengatakan klien telah
mengalami droup out dari kuliah dan 1 bulan yang lalu
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ( ) Ya ( √ ) Tidak
Hubungan keluarga, Gejala, Riwayat, pengobatan/perawatan
IV. FISIK
1. Tanda Vital : TD:120/84 mmhg N: 88 x/m S:36oC RR: 17 x/m
2. Ukur : TB :168 cm BB : 60 kg
3. Keluhan fisik : ( ) Ya ( √ ) Tidak
Jelaskan : Tanda vital dalam batas normal, keadaan umum normal
MasalahKeperawatan :
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
23
Keterangan :
: Laki – laki : Klien
: Perempuan : Tinggal serumah
Jelaskan : Klien anak pertama dari 3 bersaudara, klien tinggal dengan orang tua nya
komunikasi dengan keluarga kurang, setelah klien mengalami droup out dari kuliah klien
menjadi pribadi yang cenderung menyendiri, menolak berinteraksi, kontak mata (-) afek
datar,
3. Hubungan Sosial :
a. Orang yang berarti :
Klien mengatakan orang yang paling berarti yaitu ibu klien, karena ibu nya yang paling
mengerti tentang klien.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Klien tidak pernah mengikuti kegiatan kemasyarakatan dilingkungan tempat tinggalnya,
klien lebih sering murung dan sedih, terlihat menyendiri, seta menolak berinteraksi,
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien menolak berinteraksi dengan orang lain lebih memilih menyendiri.
Masalah Keperawatan : Isolasi social
2. Spiritual :
a. Nilai dan keyakinan :
Klien mengatakan merasa tidak berarti dalam kehidupanya, merasa hampa serta kehilangan
arah karena belum dapat mencapai apapun sampai detik ini.
b. Kegiatan ibadah :
Klien mengatakan sudah mulai malas sholat dan berdoa kepada Allah SWT, selama
dirumah sakit klien juga tidak pernah sholat
Masalah Keperawatan : Distress spiritual
7. Persepsi
( - ) Halusinasi Pendengaran ( - ) Halusinasi Penglihatan
( - ) Halusinasi Perabaan ( - ) Halusinasi Pengecapan
( - ) Halusinasi Penghidu
Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
8. Proses pikir
( - ) Sirkumstansial ( - ) Tangensial
( - ) Kehilangan asosiasi ( - ) Flight of ideas
( - ) Blocking ( - ) Pengulangan pembicaraan/perseverasi
Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
9. Isi Pikir
( - ) Obsesi ( - ) Fobia ( - ) Hipokondria ( - ) Depersonalisa
( - ) Ide yang terkait ( - ) Pikiran magis ( - ) Waham ( - ) Agama
1. Kemampuan Penilaian
( - ) Gangguan ringan ( - ) Gangguan bermakna
Jelaskan : Klien mampu menentukan satu pilihan dari dua kegiatan yang harus
didahulukan seperti klien memilih cuci tangan sebelum makan
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
2. Daya tilik diri
( - ) Mengingkari penyakit yang diderita
( - ) Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
6. Penggunaan obat
( √ ) Bantuan minimal ( - ) Bantuan total
7. PemeliharaanKesehatan
Ya Tidak
Perawatan lanjutan (√) (-)
Sistem pendukung (√) (-)
(……………………….)
ANALISA DATA
Isolasi Sosial
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko Bunuh Diri
2. Resiko perilaku kekerasan
3. Isolasi social: menarik diri
4. Harga Diri Rendah
5. Deficit perawatan diri
6. Mekanisme koping keluarga tidak efektif
7. Distress spiritual
INTERVENSI
DX Perencanaan Pr
f
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Tujuan umum: - Ekspresi wajah Bina hubungan saling percaya Dengan membina
Resiko Klien tidak bersahabat dengan menggunakan prinsip hubungan saling
Bunuh mencederai - Menunjukkan rasa komunikasi terapeutik : percaya di
Diri diri. senang, 1. Sapa klien dengan nama baik harapkan klien
- Ada kontak mata, verbal maupun non verbal. dapat menjadi
mau berjabat 2. Perkenalkan diri dengan sopan. lebih terbuka dan
.
tangan,mau 3. Tanyakan nama lengkap klien dapat
TUK 1 menyebutkan dan nama panggilan yang mengungkapkan
nama, mau disukai klien. perasaan yang di
Klien dapat menjawab salam, 4. Jelaskan tujuan pertemuan alaminya.
membina - Mau duduk 5. Jujur dan menepati janji
hubungan berdampingan 6. Tunjukkan sikap empati dan
saking dengan perawat, menerima klien apa adanya.
percaya. - Mau mengutara- 7. Berikan perhatian kepada klien
kan masalah yang dan perhatikan kebutuhan
dihadapi dasar
B. Strategi komunikasi
1. Fase orientasi
a) Salam terapeutik
Assalamu’alaikum Bapak G kenalkan saya adalah perawat N yang bertugas di ruang ini,
saya dinas pagi dari jam 7 pagi sampai 2 siang.”
b) Evaluasi validasi
Bagaimana perasaannya hari ini ? Apakah Bapak ada keluhan hari ini?
c) Kontrak
(1) Topik
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang Bapak rasakan selama ini?”.
(2) Waktu
Bapak ingin berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit?
(3) Tempat
Bapak ingin dimana tempatnya? Bagaimana diruangan ini?
(4) Tujuan
Agar Bapak mampu mengendalikan dorongan untuk bunuh diri
2. Fase kerja
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Apakah ini Bapak merasa paling menderita di dunia
ini? Kenapa bapah merasa seperti itu? Apakah Bapak kehilangan kepercayaan diri? Apakah
Bapak merasa tak berharga atau bahkan lebih rendah daripada orang lain? Apakah Bapak
merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah Bapak berniat untuk menyakiti
diri sendiri, ingin bunuh diri atau berharap Bapak mati? Apakah bapak pernah mencoba untuk
bunuh diri? Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang Bapak rasakan saat itu sehingga
berniat bunuh diri?”
Jika pasien telah menyampaikan ide bunuh dirinya, dilanjutkan dengan tindakan keperawatan
untuk melindungi pasien dari tindakan bunuh diri, misalnya dengan mengatakan:
“Apakah bapak merasa dengan bunuh diri masalah bapak telah selesai? Meurut Bapak apakah
ayah, ibu dan adik bapak tidak akan sedih jika Bapak mati? Menurut bapak apa yang baiknya
bapak lakukan? Nah itu Bapak tahu kalau bisa begitu Bapak masih ingin bunuh diri?” ” baik
lah karena tampaknya Bapak masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup
saya akan mengajarakan Bapak apa yang harus dilakukan kalau keinginan bunuh diri itu
muncul ? Kalau keinginan itu muncul, maka untuk mengatasinya Bapak harus langsung minta
bantuan kepada perawat di ruangan ini dan juga keluarga atau teman yang sedang besuk. Jadi
Bapak jangan sendirian ya, katakan pada perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan
untuk mengakhiri kehidupan usahakan Bapak jangan sering melamun sendirian”. ”Saya
percaya Bapak dapat mengatasi masalah?” ”lalu saya juga perlu memeriksa seluruh isi kamar
Bapak ya untuk memastikan tidak ada benda-benda yang membahayakan Bapak”
3. Fase terminasi
”Coba Bapak sebutkan lagi cara tersebut”
”Saya akan menemani Bapak sampai keinginan bunuh diri itu hilang”
( jangan meninggalkan pasien )
a. Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan Bapak setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin bunuh
diri?
b. Evaluasi objektif
Ayo Bapak sebutkan lagi cara tersebut. Wahh bagus sekali Bapak bisa menceritakan dan
menyebutkannya.
c. Rencana tindak lanjut
Bapak, jika dorongan ingin bunuh diri itu muncul kembali Bapak segera katakan
pada perawat, keluarga atau teman ya.
d. Kontrak yang akan datang
(1) Topik
Bapak besok kita akan berbincang-bincang lagi ya, kita akan berbincang
tentang aspek positif Bapak dan mendorong Bapak untuk berfikir positif.
(2) Tempat
Mau dimana kita berbincang-bincangnya? Bagaimana kalu disini saja?
(3) Waktu
Bapak mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 90.30 WIB
Baik Bapak kalau begitu sampai jumpa besok ya, assalamu’alaikum…