SNNT (STRUMA
NODUSA NONTOKSIK)
Created by
MAYA
DEFINISI
Struma adalah pembesaran pada kelenjar
tiroid yang biasanya terjadi karena folikelfolikel terisi koloid secara berlebihan. Setelah
bertahun-tahun sebagian folikel tumbuh
semakin besar dengan membentuk kista dan
kelenjar tersebut menjadi noduler.
Struma nodosa non toksik adalah
pembesaran kelenjar tyroid yang
secara klinik teraba nodul satu atau
lebih tanpa disertai tanda-tanda
hypertiroidisme.
KLASIFIKASI
Struma nodosa dapat diklasifikasi berdasarkan
beberapa hal, yaitu:
1. Berdasarkan jumlah nodul; bila jumlah nodul
hanya satu disebut struma nodosa soliter
(uninodosa) dan bila lebih dari satu disebut
struma multinodosa.
2. Berdasarkan kemampuan menangkap
yodium radioaktif dikenal 3 bentuk nodul tiroid
yaitu : nodul dingin, nodul hangat dan nodul
panas.
3. Berdasarkan konsistensinya; nodul lunak,
kistik, keras dan sangat keras.
ETIOLOGI
Adanya gangguan fungsional dalam
pembentukan hormon tyroid
merupakan faktor penyebab
pembesaran kelenjar tyroid antara
lain :
1. Defisiensi yodium
2. Kelainan metabolik kongenital yang
menghambat sintesa hormon tyroid.
3. Hiperplasi dan involusi kelenjar
MANIFESTASI KLINIK
Tyroid membesar dengan lambat.
Awalnya kelenjar ini membesar secara
difus dan permukaan licin.
Jika struma cukup besar, akan menekan
area trakea yang dapat mengakibatkan
gangguan pada respirasi dan juga
esofhagus tertekan sehingga terjadi
gangguan menelan.
Klien tidak ada keluhan krn tdk ada hipo
atau hipertyroid
Benjolan di leher.
Peningkatan metabolism karena klien
hiperaktif dengan meningkatnya denyut
nadi.
Peningkatan simpatis seperti ; jantung
menjadi berdebar-debar, gelisah,
berkeringat, tidak tahan cuaca dingin,
diare, gemetar, dan kelelahan.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Pada palpasi teraba batas yang jelas,
bernodul satu atau lebih, konsistensinya
kenyal.
2. Human thyrologlobulin( untuk keganasan
thyroid)
3. Pada pemeriksaan laboratorium,
ditemukan serum T4 (troksin) dan T3
(triyodotironin) dalam batas normal. Nilai
normal T3=0,6-2,0 , T4= 4,6-11
PENATALAKSANAAN
1. Dengan pemberian kapsul minyak
beriodium terutama bagi penduduk di
daerah endemik sedang dan berat.
2. Edukasi
Program ini bertujuan merubah prilaku
masyarakat, dalam hal pola makan dan
memasyarakatkan pemakaian garam
beriodium.
3. Penyuntikan lipidol
Sasaran penyuntikan lipidol adalah
penduduk yang tinggal di daerah endemik
diberi suntikan 40 % tiga tahun sekali
dengan dosis untuk orang dewasa dan
anak di atas enam tahun 1 cc, sedang
kurang dari enam tahun diberi 0,2 cc 0,8
cc.
KOMPLIKASI
1. Gangguan menelan atau bernafas
2. Gangguan jantung baik berupa gangguan
irama hingga penyakit jantung kongestif
( jantung tidak mampu memompa darah
keseluruh tubuh)
3. Osteoporosis, terjadi peningkatan proses
penyerapan tulang sehingga tulang
menjadi rapuh, keropos dan mudah
patah.
Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Identifikasi klien.
b. Keluhan utama klien.
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Riwayat psikososial
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Kepala dan leher
Sistim
pernafasan
Sistim Neurologi
Sistim
gastrointestinaL
Aktivitas/istirahat
Eliminasi
Integritas ego
Makanan/cairan
Rasa
nyeri/kenyamanan
Keamanan
Seksualitas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
I. Resiko tinggi terjadi ketidakefektifan
bersihan jalan nafas b.d obstruksi trakea,
pembengkakan, perdarahan dan spasme
laringeal.
II. Gangguan komunikasi verbal b.d cedera
pita suara/kerusakan laring, edema
jaringan, nyeri, ketidaknyamanan.
Lanjutan DX KEPERAWATAN
III. Resiko tinggi terhadap cedera/tetani
berhubungan dengan proses
pembedahan, rangsangan pada sistem
saraf pusat.
IV. Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan dengan tindakan
bedah terhadap jaringan/otot dan edema
pasca operasi.
Lanjutan DX KEPERAWATAN
V. Kurangnya pengetahuan yang
berhubungan dengan salah interprestasi
yang ditandai dengan sering bertanya
tentang penyakitnya.
VI. Risiko terjadinya perdarahan
berhubungan dengan terputusnya
pembuluh darah sekunder terhadap
pembedahan.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Resti terjadi ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
1. Tujuan:
Jalan nafas klien efektif
2. Kriteria:
Tidak ada sumbatan pada
trakhea
3. Rencana tindakan:
Monitor pernafasan dan kedalaman dan
kecepatan nafas.
Dengarkan suara nafas, barangkali ada
ronchi.
Observasi kemungkinan adanya stridor,
sianosis.
Atur posisi semifowler
Bantu klien dengan teknik nafas dan batuk
efektif.
Melakukan suction pada trakhea dan mulut.
Perhatikan klien dalam hal menelan apakah
ada kesulitan.
4. Rasional
Mengetahui perkembangan dari gangguan
pernafasan.
Ronchi bisa sebagai indikasi adanya sumbatan jalan
nafas.
Indikasi adanya sumbatan pada trakhea atau laring.
Memberikan suasana yang lebih nyaman.
Memudahkan pengeluaran sekret, memelihara
bersihan jalan nafas.dan ventilsassi
Sekresi yang menumpuk mengurangi lancarnya
jalan nafas.
Mungkin ada indikasi perdarahan sebagai efek
samping opersi.
4. Rasionalisasi:
Suara parau dan sakit pada tenggorokan
merupakan faktor kedua dari odema
jaringan / sebagai efek pembedahan.
Mengurangi respon bicara yang terlalu
banyak.
Mengurangi kecemasan klien
Klien dapat mendengar dengan jelas
komunikasi antara perawat dan klien.
3. Rencana tindakan/intervensi
Pantau tanda-tanda vital dan catat adanya
peningkatan suhu tubuh, takikardi (140 200/menit),
disrtrimia, syanosis, sakit waktu bernafas
(pembengkakan paru).
Evaluasi refleksi secara periodik. Observasi adanya
peka rangsang, misalnya gerakan tersentak, adanya
kejang, prestesia.
Pertahankan penghalang tempat tidur/diberi
bantalan, tempat tidur pada posisi yang rendah.
Memantau kadar kalsium dalam serum.
Kolaborasi
Berikan pengobatan sesuai indikasi (kalsium/glukonat,
laktat).
4. Rasional
Manipulasi kelenjar selama pembedahan dapat
mengakibatkan peningkatan pengeluaran hormon
yang menyebabkan krisis tyroid.
Hypolkasemia dengan tetani (biasanya sementara)
dapat terjadi 1 7 hari pasca operasi dan merupakan
indikasi hypoparatiroid yang dapat terjadi sebagai
akibat dari trauma yang tidak disengaja pada
pengangkatan parsial atau total kelenjar paratiroid
selama pembedahan.
Menurunkan kemungkinan adanya trauma jika terjadi
kejang.
Kalsium kurang dari 7,5/100 ml secara umum
membutuhkan terapi pengganti.
Memperbaiki kekurangan kalsium yang biasanya
sementara tetapi mungkin juga menjadi permanen.
3. Rencana tindakan
Atur posisi semi fowler, ganjal kepala /leher
dengan bantal kecil
Kaji respon verbal /non verbal lokasi,
intensitas dan lamanya nyeri.
Intruksikan pada klien agar menggunakan
tangan untuk menahan leher pada saat alih
posisi .
Beri makanan /cairan yang halus seperti es
krim.
Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgesik.
4. Rasionalisasi
Mencegah hyperekstensi leher dan
melindungi integritas pada jahitan pada
luka.
Mengevaluasi nyeri, menentukan
rencana tindakan keefektifan terapi.
Mengurangi ketegangan otot.
Makanan yang halus lebih baik bagi klien
yang menjalani kesulitan menelan.
Memutuskan transfusi SSP pada rasa
nyeri.
3. Rencana tindakan:
Diskusikan tentang keseimbangan nutrisi.
Hindari makanan yang banyak mengandung
zat goitrogenik misalnya makanan laut, kedelai,
Lobak cina dll.
Konsumsikan makanan tinggi calsium dan
vitamin D.
4. Rasionalisasi:
Mempertahankan daya tahan tubuh klien.
Kontraindikasi pembedahan kelenjar thyroid.
Memaksimalkan suplai dan absorbsi kalsium.
3. Rencana tindakan:
Observasi tanda-tanda vital.
Pada balutan tidak didapatkan tandatanda basah karena darah.
Dari drain tidak terdapat cairan yang
berlebih.( > 50 cc).
4. Rasionalisasi:
Dengan mengetahui perubahan tandatanda vital dapat digunakan untuk
mengetahui perdarahan secara dini.
Dengan adanya balutan yang basah
berarti adanya perdarahan pada luka
operasi.
Cairan pada drain dapat untuk
mengetahui perdarahan luka operasi.
IMPLEMENTASI SESUAI
RENCANA TINDAKAN DAN
EVALUASI SESUAI DENGAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
SELAMAT
BELAJAR!