Disusun Oleh :
344070180064
3.A
FAKULTAS KEDOKTERAN
TAHUN 2020
KASUS 1
Seorang wanita 50 tahun terpasang kateter setelah post operasi PCNL hari ke-1, operasi
dilakukan atas indikasi batu ginjal kanan. Pasien mengeluh nyeri di area operasi, skala nyeri 6.
Hasil pengkajian diperoleh data: pasien tampak lemas belum mampu turun ke kamar mandi, TD
110/80 mmHg, nadi 78 x/mt, RR 20 x/mt, suhu 37,30C, terpasang kateter, urin berwarna
kemerahan 300 cc/5 jam.
Soal:
Ruang/Kelas/ RS : Flamboyan/3/RSUD
A. Identitas Klien
Nama : Ny. A
Tempat/tanggal lahir : 1 Januari 1970
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa, Indonesia
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT (Ibu Rumah Tangga)
Alamat Rumah : Pandeglang
Sumber Biaya : Keluarga
Sumber Informasi : Internet
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri di area operasi
o Citra tubuh : pasien menyadari bahwa dirinya sedang sakit dirawat di RS,pasien
bersyukur masih diberi sakit.
o Indentitas diri : pasien seorang perempuan yang berumur 50 th dan seorang istri serta ibu
o Peran : pasien mengatakan peranya sebagai istri,ibu bagi anak-anak nya,dan nenek oleh
cucunya
o Ideal diri : pasien ingin cepat sembuh dan ingin dapat beraktivitas dengan normal
o Harga diri : pasien mengatakan ingin lebih diperhatikan lagi
Riwayat Spiritual
Pasien adalah seorang muslim. Pasien sebelumnya masih bisa melaksankan sholat 5
waktu dengan semestinya setelah di operasi pasien hanya bisa sholat dengan cara berbaring di
tempat tidur.
Minuman : Minuman :
-Air putih 6-10 gelas, tapi lebih -Air putih ±5 gelas
sering minuman berasa dan
manis
Pola Eliminasi -Frekuensi 4-5 sehari -±300cc/ 5 jam
-warna kuning, bau pesing -warna kemerahan
-Terpasang kateter
Pola Tidur 8 jam 5 jam
Pola Personal Hygiene -Mandi 2 x sehari - Belum mandi dan mencuci
-Menuci rambut 1x sehari rambut
Pola Aktifitas dan -Beraktivitas seperti biasa -Tidak dapat beraktivitas
Latihan (belum mampu ke kamar
mandi)
7. Pengkajian kognitif Klien dan keluarga (Pengetahuan terhadap penyakitnya)
A. Sistem Persyarafan
GCS : E4 V5 M6 = 15
Kepala :
Rambut : Rambut tampak beruban, berminyak, tidak ada ketombe, berbau, tidak rontok
dan rambut tidak mudah di cabut.
Mata : Tampak simetris kiri-kanan, mata klien tampak cekung, sclera tidak ikterik,
konjungtiva anemis, tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan, mata bersih,dan
klien tampak tidak memakai alat bantu penglihatan.
Hidung : Tampak simetris, bersih, tidak ada secret, tidak ada polip, tidak ada perdarahan,
tidak terpasang slang O2.
Telinga : Tampak simetris kiri-kanan, bersih, tidak ada gangguan pendengaran.
Mulut/Gigi : Tampak simetris, mukosa bibir tampak kering, tidak ada gangguan menelan,
gigi sudah tidak lengkap.
Leher : Tampak simetris, tidak tampak pembengkakan kelenjar tiroid dan kelenjar getah
bening, tidak ada perlukaan, vena jugularis tidak terlihat tapi teraba.
B. Sistem Pernafasan
Paru – paru
Inspeksi : Simetris kiri-kanan, pengembangan/pergerakan dinding dada simetris, tidak tampak
adanya pembengkakan, tidak tampak adanya perlukaan
Palpasi : Tidak teraba adanya pembengkakan, tidak ada nyeri tekan, pergerakan dinding dada
teraba, taktil fremitus teraba sama kuat pada lapang paru kiri dan kanan.
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler dan tidak ada suara nafas tambahan.
C. Sistem Kardiovaskuler
a. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Iktus kordis tidak kuat angkat pada ICS IV linea Medio Clavicularis sinistra, tidak ada
nyeri tekan.
Perkusi : Batas jantung kanan atas : ICS II Linea Para Sternalis Dextra. Batas jantung kanan
bawah : ICS IV Linea Para Sternalis Dextra. Batas jantung kiri atas : ICS II Linea Para Sternalis
Sinistra. Batas jantung kiri bawah : ICS IV Linea Medio Clavicularis Sinistra.
Auskultasi :Terdengar pada ICS IV linea Medio Clavicularis sinistra.
Bunyi jantung I : Lup,
Bunyi jantung II : Dup.
Tidak ada bunyi jantung tambahan
D. Sistem Pencernaan
a. Abdomen
Inspeksi :Tampak simetris, tidak tampak pembesaran yang abnormal, tidak tampak adanya
perlukaan.
Auskultasi :Bising usus 10 kali/menit.
Palpasi :Tidak teraba adanya pembengkakan, terdapat nyeri tekan pada daerah Abdomen
kuadran atas sinistra.
Perkusi :Timpani
b. Punggung
Tidak tampak adanya kelainan pada tulang punggung, tidak teraba adanya pembengkakan, dan
tidak ada perlukaan.
c. Pinggang
Terdapat luka post operasi di pinggang sebelah kanan ± 2 cm
E. Sistem Muskuloskeletal
a. Ekstrimitas
- Atas
Inspeksi :Simetris kiri dan kanan, warna kulit kuning lansat, kulit tampak kering, dan terpasang
infus pada tangan sebelah kiri (Sodium Chlorium 20 tetes per menit).
Palpasi :Tidak ada pembengkakan dan tidak ada fraktur.
- Bawah
Inspeksi :Simetris kiri dan kanan, warna kulit kuning lansat, kulit tampak kering, tidak ada
pembengkakan.
Palpasi :Tidak ada pembengkakan dan tidak ada fraktur.
F. Sistem Urogenital
Inspeksi : Genitalia klien bersih, tidak terdapat kelainan pada genital klien, dan klien terpasang
kateter (urin kemerahan)
G. Sistem Integumen
Pemeriksaan Diagnostik :
Laboraturium
E. Penatalaksanaan Medis
a. Keperawatan
1) Pengurangan nyeri
Morfin atau meperiden untuk mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang luar biasa, mandi air
panas atau hangat di area panggul, pembarian cairan kecuali untuk pasien muntah atau menderita
gagal jantung kongestif. Pemberian cairan dibutuhkan mengurangi konsentrasi kristoid urin,
mengecerkan urin, dan menjamin haluaran yang besar serta meningkatkan tekanan hidrostatik
pada ruang dibelakang batu sehingga mendorong massase batu kebawah.
2) Pengakatan batu
Pemeriksaan sitoskopik dan passase ureter kecil untuk menghilangkan batu yang obstruktif. Jika
batu tersangkut,dapat dilakukan analisa kimiawi untuk menentukan kandungan batu.
Tujuan terapi adalah membuat pengeceran dimana batu sering terbentuk dan membatasi
makanan yang memberikan kontribusi pada pembentukan batu serta anjurkan klien untuk
bergerak agar mengurangi pelepasan kalsium dari tulang. Tujuan pemberian terapi diit rendah
protein, rendah garam adalah pembatu memperlambat pertumbuhan batu ginjal atau membatu
mencengah pembentukan batu ginjal.
b. Medis
Merupakan salah satu tindakan minimal invasif di bidang urologi yang bertujuan mengangkat
batu ginjal dengan menggunakan akses perkutan untuk mencapai sistem pelviokalises. Prosedur
ini sudah diterima secara luas sebagai suatu prosedur untuk mengangkat batu ginjal karena relatif
aman, efektif, murah, nyaman, dan memiliki morbiditas yang rendah, terutama bila dibandingkan
dengan operasi terbuka. :
F. Analisa Data
Do:
Adanya luka insisi bedah
Pasien tampak
meringis
Pasien tampak
Inconuitas jaringan kulit
memegang pinggang
sebelah kanan
Skala nyeri 6
TD : 110/80 mmHg
Jaringan mengeluarkan zat
N : 78 kali/menit
kimia (bradikinin, serotonin,
RR : 20 kali/menit
histamin)
S : 37,3°C
Saraf afferent
Thalamus
Saraf efferent
Dipersepsikan nyeri
Nyeri Akut
Do :
Gangguan mobilitas fisik
Pasien tampak
lemah dan
merasakan nyeri
Skala nyeri 6
TD : 110/80 mmHg
N : 78 kali/menit
RR : 20 kali/menit
S : 37,3°C
nyeri
Do : Resti Infeksi
Terdapat ada balutan
luka di pinggang
sebelah kanan
Skala nyeri 6
TD : 110/80 mmHg
N : 78 kali/menit
RR : 20 kali/menit
S : 37,3°C
H. Asuhan Keperawatan
Terapeutik
Edukasi
Edukasi
Kaloborasi
pasien dalam
A;
meningkatkan
Masalah belum teratasi
pergerakan
P:
Menjelaskan tujuan
Intervensi dilanjutkan
dan prosedur
mobilisasi
Menganjurkan
melakukan mobilisasi
dini
Mengajarkan
mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan.
J. Catatan Perkembangan
2 November 2020, pukul 09:00
Skala nyeri 5
TD : 110/80 mmHg
RR : 20 kali/menit
N : 85 kali/menit
S : 36,5°C
A;
Nyeri Akut
P:
Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas
intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Berikan teknik non
farmakologis
Fasilitasi istirahat dan
tidur
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Kolaborasi pemberian
analgetik
I:
Mengidentifikasi
lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas intensitas
nyeri
Identifikasi skala nyeri
Memberikan teknik
non farmakologis
Memfasilitasi istirahat
dan tidur
Menjelaskan strategi
meredakan nyeri
Mengkolaborasi
pemberian analgetik
E:
Pasien masih merasakan nyeri
di area luka operasi
R:
Intervensi dilanjutkan
Gangguan mobilitas fisik S: Muslimah fitri
berhubungan dengan nyeri
Pasien mengtakan belum
mampu bergerak ke kamar
mandi
O:
Tampak lemas dan
merasakan nyeri
Skala nyeri 5
TD : 110/80 mmHg
RR : 20 kali/menit
N : 85 kali/menit
S : 36,5°C
A:
P:
Identifikasi adanya
nyeri atau keluhan
fisik lainnya
Identifikasi toleransi
fisik melakukan
pergerakan
Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu
Fasilitasi melakukan
pergerakan
Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan.
I:
Mengidentifikasi
adanya nyeri atau
keluhan fisik lainnya
MengIdentifikasi
toleransi fisik
melakukan pergerakan
Memfasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu
Memfasilitasi
melakukan pergerakan
Melibatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Menganjurkan
melakukan mobilisasi
dini
Mengajarkan
mobilisasi sederhana
yang harus dilakuk
E:
R : Intervensi dilanjutkan
Peralatan
Pra Interaksi 1. Verifikasi/validasi pasien* yang akan dilakukan
manajemen nyeri relaksasi
Keterangan.
5 : Mandiri
100
REFLEKSI NAMA
MAHASISWA
PENGUJI :
TANDA TANGAN :
: https://youtu.be/TPIEEQtAUjg
https://youtu.be/Zq2zjfYS4tM
Referensi
Fitri,yulia nengsih.(2018). Asuhan keperawatan pada ny.z dengan post pcnl atas indikasi batu
ginjal pdf diunduh melalui http;//repo.stikes.ac.id pada tanggal 30.oktober 2020
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Edisi 1. Jakarta: DPP
PPNI.