11 bulan lalu
Advertisements
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang
menyerang burung / manusia. Salah satu jenis yang diwaspadai adalah yang disebabkan
oleh influenza dengan kode genetik H5N1 (H: hematuglutinin, N:
neuramidase). (Nurarif, 2015, p. 1)
1. Batasan Masalah
Pada pembahasan ini hanya membahas konsep dan melaksanakan Asuhan keperawatan
pada pasien dengan penyakit flu burung.
1. Rumusan Masalah
2. Bagaimana konsep penyakit flu burung?
3. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien flu burung?
4. Tujuan
5. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
3. Agar siswa mengetahui dan memahami resolusi flu burung.
4. Agar siswa mengetahui dan memahami penyebab atau penyebab dari flu burung.
5. Agar siswa mengerti dan memahami tanda dan gejala dari flu burung.
6. Agar mahasiswa dapat mempelajari dan memahami patofisiologi dari flu burung.
7. Agar siswa mengetahui dan memahami klasifikasi dai flu burung.
8. Agar siswa dapat memahami dan memahami komplikasi dari flu burung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang
menyerang burung / manusia. Salah satu jenis yang diwaspadai adalah oleh influenza
dengan kode genetik H5N1 (H: Haemagglutinin, N: Neuramidase). (Nurarif, 2015, p. 1)
Influenza burung, atau avian influenza merupakan penyakit infeksi akibat virus
influenzatipe A yang biasa mengenai unggas. Virus influenza sendiri termasuk dalam
family orthomyxoviruses yang terdiri dari 3 tipe yaitu, A, B, dan C. (Setiati, 2014, p.
721)
2. Etiologi
Pada saat ini dikenal 3 tipe virus influenza yakni A, B, dan C. Ketiga tipe ini dapat
dibedakan dengan complement fixation test. H5N1 merupakan virus influenza tipe A,
termasuk dalam famili orthomyxoviruses dengan penyebaran melalui udra (droplet
infection) dan dapat berubah-ubah bentuk. Virus ini terdiri dari hemaglutinin (H)
Neuromidase (N). Kedua huruf digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung
yang banyak jenisnya. Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H3N3, H5N1, H9N2,
H7N7, sedangkan pada binatang H1H5 dan H1N9. Strain yang sangat virulen /ganas
dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1 dan virus tersebut dapat
bertahan di air sampai 4 hari pada suhu 22˚C dan lebih dari 30 hari pada 0˚C. Virus akan
mati pada pemanasan 60˚C selama 30 menit / 56˚C selama 3 jam dan denan detergen,
desinfektan misal formalin cairan yang mengandung iodine (Nurarif, 2015, p. 1)
Struktur antigenic virus influenza meliputi antara lain tiga bagian utama berupa antigen
S (atau soluble antigen), hemaglutinin dan neuramidase. Antigen S yang merupakan
suatu inti partikel virus yang terdiri atas ribonunukleu protein. Antigen ini spesifik untuk
masing-masing tipe. Hemaglutinin menonjol keluar dari selubung virus dan memegang
peran pada imunitas terhadap virus. Neuramidase juga menonjol keluar dari selubung
inti virus dan hanya memegang peran yang minim pada imunitas. Selubung inti virus
berlapis matriks protein sebelah dalam dan membrane lemak disebelah luarnya.
(Nelwan, 2014, p. 725)
4. Patofisiologi
Virus influensa A suptipe H5N1 masuk kedalam tubuh manusia karena adanya kontak
dengan unggas atau produk (lendir, kotoran, darah dan lain sebagainya) yang terinfeksi
virus flu burung infekai virus masuk ke dalam saluran pernafasan, dan terjadilah
replikasii virus sangat cepat. Terjadinya replikasi virus yang cepat merangsang
pembentukan sitokinin termasuk IL-I, IL-6 TNF Alfa yang kemudian masuk sirkulasi
sistemik yang menimbulkan gejala demam, malaise, myalgia dan sebagainya. Seseorang
yang mengalami penurunan daya tahan tubuh maka virus masuk sirkulasi darah sistemik
dan organ tubuh lain. Pembentukan sitokinin akibat replikasi virus tersebut juga akan
merusak jaringan paru yang luas dan berat yang bisa menyebabkan pneumonia
intertitial. Proses berlanjut dengan terjadinya eksudasi dan edema intraalveolar,
pembentukan hyalin dan fibroblas sel radang akan memproduksi banyak sel mediator
peradangan, keadaan ini akan menyebabkan difusi oksigen terganggu, terjadilah
hipoksia/anoksia yang dapat merusak organ lain, keadaan ini bisa terjadi dengan cepat
yang dapat mengakibatkan kematian secara mendadak karena proses yang irreveraible
(Tamher, 2009, p. 6)
Pathway
Melalui udara, air, makanan unggas yang terinjeksi, kontak dg kotoran unggas,kontak dg unggas yg
sakit,menyentuh produk unggas yg terinfeksi flu burung
malaise
Kelemahan
Mual muntah
myalgia
Nyeri
Hipertermia
Demam
evaporasi
Teremogulasi hipotalamus
(Nurarif, 2015, p. 7)
5. Klasifikasi
Virus influenza termasuk dalam family orthomyxoviruses yang terdiridari tiga tipe yaitu:
1. Virus influenza tipe B dan C dapat menyebabkan penyakit pada manusia dengan gejala yang
ringandan tidak fatal sehingga tidak terlalu menjadi masalah.
2. Virus influenza A dibedakan menjadi banyak subtype berdasarkan petanda berupa tonjolan
protein pada permukaan sel virus. Ada 2 protein petanda virus influenza A yaitu protein
hemaglutinin dilambangkan dengan H dan protein neuramidase dilambangkan dengan N.
(Pohan, 2014, p. 721)
3. Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan penyakit flu burung adalah pneumonia, gagal napas dan
dapat menimbulkan ARDS. (Pohan, 2014, p. 721)
Umur
Flu burung biasanya menyerang sekelompok entitas (orang-orang jompo dan paling
banyak didominasi oleh anak-anak. (Akoso, 2013, p. 3)
Suku Bangsa
Kasus terbanyak dari Vietnam, thailand, kamboja, dan terakhir indonesia (J.Kunoli,
2012, p. 164)
Pekerjaan
Flu burung berisiko tinggi menyerang pada pekerja pertenakan unggas (Akoso, 2013, p.
12)
Keluhan utama
Keluhan utama yang terjadi adalah sesak nafas yang merupakan salah satu tanda terjadi
infeksi di paru-paru (pneumoni), batuk, pilek, nyeri otot, peningkatan suhu tubuh dan
sakit tenggorokan. (Wahid, 2013, p. 194)
Biasanya pasien mengalami myalgia, demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot, pilek,
batuk, dan gangguan pernapasan. (Wahid, 2013, p. 194)
Riwayat penyakit sekarang ditemukannya demam (suhu >38˚C) sesak nafas, sakit
tenggorokan, batuk, pilek dan diare. (Nurarif, 2015, p. 1)
Mengkaji apakah ada riwayat sakit paru-paru atau tidak. Serta mengkaji riwayat
perjalanan dalam waktu 7 hari sebelumnya apakah melakukan kunjungan ke daerah atau
tempat tinggal diwilayah yang terjangkit flu burung, mengkonsumsi unggas sakit,
kontak dengan unggas atau orang yang positif flu burung. (Wahid, 2013, p. 194)
Penyakit flu burung tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan apakah penyakit
ini pernah dialami oleh anggota keluarga yang lainnya sebagai factor predisposisi
penularan didalam rumah. (Wahid, 2013, p. 195)
Riwayat pengobatan
Dosis oseltavimir 75 mg per oral sekali sehari selama 1 minggu. Bila dibersihkan
dengan kreatinin 10-30 ml/menit, oseltavimir diberikan setiap 2 hari sekali. (Nelwan,
2014, p. 727)
1. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
1. Kesadaran
1. Tanda-tanda Vital
RR : melebihi normal
Body system
1. Sistem Pernafasan
Palpasi : tidak teraba adanya pembesaran kelenjar limfe, Tidak adanya pembesaran
kelenjar tiroid.
1. Sistem persyarafan
Inspeksi : Pada penderita flu burung pasien tampak lemah, tidak bisa bangun dan
beriteraksi dengan baik serta pasien tidak mau disentuh karena sakit saat disentuh.
(Nurarif, 2015, p. 1)
1. Sistem pengindraan
1. Pemeriksaan mata
1. Pemeriksaan telinga
Inspeksi : amati bentuk tulang hidung dan posisi septum nasi (adakah pembengkokan
atau tidak,) terdapat secret atau tidak,
1. Pemeriksaan mulut
1. Sistem kardiovaskular
1. Sistem pencernaan
Palpasi : lakukan palpasi abdomen untuk menentukan lemah, keras atau distensi, adanya
nyeri tekan, dan adanya massa atau asites
Gangguan pada gaster yang menyebabkan mual dan muntah serta diare pada penderita
flu burung. (Wahid, 2013, p. 196)
1. Sistem endokrin
Tidak ada perubahan pada sistem endokrin pasien flu burung. (Pohan, 2014, p. 722)
1. Sistem perkemihan
Inspeksi : sebagian besar penderita flu burung mengalami gangguan ginjal berupa
peningkatan ureum dan kreatinin. (Wahid, 2013, p. 196)
1. Sistem muskuluskletal
Inspeksi dan Palpasi : Terjadi kelemahan otot karena kurangnya daya dahan tubuh dan
mengalami nyeri. (Nurarif, 2015, p. 1)
1. Sistem integumen
1. Sistem imun
1. Sistem reproduksi
Tidak ada perubahan pada sistem reproduksi pasien flu burung. (Wahid, 2013)
1. Pemeriksaan penunjang
Albumin, globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin Kinase, Analisis gas darah.
Umumnya dijumpai penurunan albumin, peningkatan SGOT dan SGPT, peningkatan
ureum dan kreatinin, peningkatan kreatin kinase. Analisis Gas Darah dapat normal atau
abnormal. Kelainan laboratorium sesuai dengan perjalanan penyakit dan komplikasi
yang ditemukan.
Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan foto toraks PA dan lateral harus dilakukan pada setiap tersangka flu
burung. Gambaran infiltrat di paru menunjukkan bahwa kasus ini adalah penumonia.
Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan CTScan untuk kasus dengan
gejala klinik flu burung tetapi hasil foto toraks normal sebagai langkah diagnostik dini.
Pemeriksaan Post Mortem
Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung tertegakkan, dianjurkan
untuk mengambil sediaan postmortem dengan jalan biopsi pada mayat (necropsi),
specimen dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi dan PCR.
1. Penatalaksanaan
2. Fasilitas Pelayanan kesehatan non rujukan
Pasien suspek flu burung langsung diberikan oseltavimir 2 x 75 mg (jika anak, sesuai dengan
berat badan) lalu dirujuk ke RS flu burung.
Untuk puskesmas terpencil pasien diberi pengobatan oseltavimir sesuai skoring dibawah ini,
sementara paa puskesmas yang tidak terpencil langsung dirujuk ker RS rujukan. Kriteria
pemberian oseltavimirdengan system skoring, dimodifikasi dari hasil pertemuan workshop
“case management” & dan pengembangan laboratorium regional avian influenza, Bandung
20-23 april 2006
Skor/ gejala 1 2
RR N >N
Skor:
<2bl = >60x/menit
5 th – 12 th = >30x/menit
>13 = >20x/menit
Jika tidak terdapat fasilitas pemeriksaan leukosit maka pasien dianggap sebagai
leukopeni (skor=2)
Pasien ditangani sesuai dengan kewaspadaan standar(Nurarif, 2015, p. 2)
Perhatikan : keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi
napas, dan suhu), bila fasilitas tersedia, pantau saturasi oksigen dengan alat pulse oxymetry.
Terapi suportif : oksigen, cairan, dll. (Nurarif, 2015, p. 3)
Petugas kesehatan yang kontak erat dengan pasien suspek atau konfirmasi H5N1 misalnya
pada saat intubasi atau melakukan suction trakea, memberikan obat dengan menggunakan
nebulisasi, atau menangani cairan tubuh tanpa APD yang memadai.Termasuk petugas LAB
yang tidak menggunakan APD dalam menangani sampel virus
Anggota keluarga yang kontak erat dengan pasien konfirmasi terinfeksinya H5N1. Dasar
pemikirannya adalah kemungkinan mereka terpajan terhadap lingkungan atau unggas yang
menularkan penyakit.
4. Antiviral
5. Pengobatan
>40 kg : 75 mg 2x/hari
2. Profilaksis
Profilaksis 1×75 mg diberikan pada kelompok resiko tinggi terpajan sampai 7-10 hari
dari pajanan terakhir. Penggunaan profilaksis jangka panjang dapat diberikan maksimal
6-8 minggu sesuai dengan profilaksis pada influenza musiman. (Nurarif, 2015, p. 4)
5. Pengobatan lain
6. Antibiotic spectrum luas yang mencakuo kuman tipikal dan atipikal.
7. Metilprednisolon 1-2 mg/kg BB IV diberikan pada pneumonia berat, ARDS atau pada syok
sepsis yang tidak respons terhadap obat-obat vasopressor.
8. Terapi lain seperti simptomatik, vitamin, dan makanan bergizi.
9. Rawat di ICU sesuai indikasi
10. Perawatan intensif
1. Gagal nafas
Jika terjadi gangguan ventilasi dan perfusi, maka pada pemeriksaan AGD( analisis gas
darah) ditemukan:
PaCO,60 torr
Ratio PaO,/FiO,;
PEEP>5Cm H20
FiO2:1.0 (100%)
Maaka harus dilakukan pemeriksaan AGD 30 menit setelah setting awal. Sasaran yang
ingin dicapai adalah mempertahankan PaO2 diatas 100 torr dan sat o2 diatas 95%
dengan Fio2 dibawah 60%.
2. Diagnosa
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berdasarkan obstruksi jalan napas dengan ditandai
dispnea, saat diaskultasi terdengar ronci, klien mengeluh batuk yang berdahak.
Batasan Karakteristik
Subjektif
dispnea
Objektif
Suara napas yang bertambah (misalnya, rale, crackle, ronki dan mengi )
Perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan.
Batuk tidak terdengar atau tidak efektif
Sianosis
Kesulitan untuk bicara
Penurunan suara napas
Ortopnea
Gelisah
Obstruksi jalan napas : terhambat jalan napas, retensi sekret, mukus berlebihan.
1. Hipertermia berdasarkan proses penyakit ditandai dengan peningkatan suhu tubuh 37,50C,
akral teraba panas, takipnea
Batasan Karakteristik
Objektif
Kulit merah
Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal
Dehidrasi
Suatu Penyakit atau trauma.(Wilkinson, 2015, pp. 390-391)
Batasan Karakteristik
Subjektif
Haus
Objektif
Definisi : ekspirasi dan atau inspirasi yang tidak memberi ventilasi yang adekuat.
Batasan Karaketristik
Subjektif
Dispnea
Objektif
Posisi tubuh
Diformitas dinding
Definisi : inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi yang adekuat.
Batasan Karaketristik
Subjektif
Dispnea
Objektif
Posisi tubuh
Diformitas dinding
1. Nyeri akut berdasarkan agen cedera biologis ditandai dengan klien mengeluh nyeri otot
(myalgia), takipnea
Definisi : pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Batasan Karaketristik
Subjetif
Objektif
Agen penyebab (biologis, kimia, fisik dan psikologis). (Wilkinson, 2015, pp. 530-537)
1. Hambatan mobilitas fisik berdasarkan stadium penyakit ditandai dengan klien tanpak lelah.
Definisi : keterbatasan dalam, pergerakan fisik mandiri dan terarah pada tubuh.
Batasan Karaketristik
Objektif
Ketidaknyamanan
Gangguan muskuloskletal
1. Gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan adanya mual dan muntah.
Definisi : pola asupan nutrisi yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolic
dan dapat digunakan.
Batasan karakteristik
Subjektif
Objektif
Mengikuti standar asupan yang sesuai (mis., panduan piramida makanan atau asosiasi
diabetes amerika)
3. Intervensi
4. Ketidakefektifan besihan jalan napas berdasarkan obstruksi jalan napas ditandai dengan
dispnea, saat diaskultasi terdengar ronci, klien mengeluh batuk berdahak.
Kriteria Hasil :
Aktivitas keperawatan
Kriteria Hasil :
1. Pasien dan keluarga akan menunjukkan metode yang tepat untuk mengukur suhu.
2. Menjelaskan tindakan untuk mencegah atau meminimalkan peningkatan suhu tubuh
3. Melaporkan tanda dan gejala dini hipertermia. (Wilkinson, 2015, p. 391)
Aktivitas Keperawatan
Kriteria Hasil :
Aktivitas Keperawatan
Kriteria hasil :
1. Pasien aka menunjukkan pernapasan optimal pada saat terpasang ventilator mekanis.
2. Mempunyai kecepatan dan irama pernapasan dalam batas normal
3. Mempunya fungsi paru dalam batas normal untuk pasien. (Wilkinson, 2015, p. 101)
Aktivitas Keperawatan
Kriteria hasil :
1. Pasien aka menunjukkan pernapasan optimal pada saat terpasang ventilator mekanis.
2. Mempunyai kecepatan dan irama pernapasan dalam batas normal.
3. Mempunya fungsi paru dalam batas normal untuk pasien. (Wilkinson, 2015, p. 101)
Aktivitas Keperawatan
1. Penyuluhan untuk pasien/keluarga
2. Informasikan kepada pasien dan kelurga tentang relaksasi untu memperbaiki pola
pernapasan.
3. Anjurkan teknik batuk efektif.
4. Instruksikan kepada pasien dan keluarga bahwa mereka harus memberitahu perawat pada
saat terjadi ketidak efektifan pola pernapasan. (Wilkinson, 2015, p. 103)
5. Aktivitas lain
6. Bantu pasien untuk mengguanakan spirometer intensif
7. Tenangkan pasien selama periode gawat napas
8. Anjurkan napas dalam melalui abdomen
9. Atur posisi pasien untuk mengoptimalkan pernapasan.
10. Sinkronisasikan antara pola pernapasan klien dan kecepatan ventilasi. (Wilkinson, 2015, p.
104)
11. Aktivitas kolaboratif
12. konsultasi dengan ahli terapi pernapasan untuk memastikan keadekuatan fungsi ventilator
mekanis.
13. Berikan obat
14. Berikan terapi nebulizer
15. Berikan obat nyeri untuk mengoptimalkan pernapasan. (Wilkinson, 2015, p. 103)
16. Nyeri akut berdasarkan agen cedera biologis ditandai dengan klien mengeluh nyeri otot
(myalgia), takipnea
Kriteria hasil :
1. Pasien akan memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai
kenyamanan
2. Mempertahankan tingkat nyeri pada atau kurang (dengan skala 0-10)
3. Melaporkan nyeri kepada penyedia layanan kesehatan
4. Mengunakan tindakan meredakan nyeri dengan analgesik dan non analgesik secara tepat
5. Tidak mengalami gangguan dalam frekuensi pernapasan, frekuensi jantung atau tekanan
darah.
6. Melaporkan pola tidur yang baik. (Wilkinson, 2015, p. 535)
Aktivitas Keperawatan
Kriteria hasil :
Aktivitas Keperawatan
Kriteria hasil
Aktifitas keperawatan
1. Penyuluhan kepada pasien dan keluarga
Berikan informasi mengenai sumber dikomunitas yang tersedia, seperti konseling diet,
program latihan fisik, kelompok swabantu
Tekanan factor kebiasaan, kebudayaan, dan factor keturunan yang dapat mempengaruhi
berat badan
Diskusikan pentingnya untuk mempertahankan berat badan yang sehat
Berikan informasi mengenai bagaimana membeli, mengolah, dan menyimpan makanan yang
bergizi
Bantu dalam mengembangkan perencanaan makanan sehat
Konseling Nutrisi (NIC) :
Diskusikan pengetahuan pasien mengenai empat kelompok makanan dasar, dan persepsi
terhadap modifikasi diet yang diperlukan
2. Aktifitas lain
Berikan dengan sering penggunaan yang positif terhadap nutrisi yang baik. (Wilkinson,
2015, p. 524)
DAFTAR PUSTAKA
Setiati, S. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II. jakarta: internaPublishing.
Tamher. (2009). Flu Burung: Aspek Klinis dan Epidemiologis. jakarta: SalembaMedika.
Leave a Comment
Nursing Science