Anda di halaman 1dari 22

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KATARAK

Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I


Dosen Pengampu Ns. Tuti Sulastri, S.Kep., M.Kep.

Disusun Oleh :
Kelompok 16
Nama anggota : 1. Alfina Alief Puspasari
2. Kurniawati
Tingkat/Semester : II A/3

DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUTAN AGENG TIRTAYASA
2019/2020
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-
Nya dapat menyelesaikan makalah “Konsep Asuhan Keperawatan Pada Katarak”. Penulisan
makalah ini untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Ns. Tuti Sulastri, S.Kep., M.Kep.
selaku dosen Pembimbing Keperawatan Medikal Bedah I serta teman-teman yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.

Penunjang isi makalah ini, penulis melakukan studi kepustakaan dengan mendapatkan
data dari buku-buku dan internet. Penulis telah berusaha membuat makalah ini sebaik-
baiknya. Apabila ada kekurangan penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan
makalah. Semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Serang, September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Tujuan Penulisan.............................................................................................................1

C. Ruang Lingkup Penulisan...............................................................................................2

D. Sistematika Penulisan......................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORITIS................................................................................................3

1. Kosep Penyakit Katarak..................................................................................................3

A. Pengertian Katarak......................................................................................................3

B. Etiologi Katarak...........................................................................................................3

C. Manifestasi Klinis........................................................................................................4

D. Patofisiologi.................................................................................................................5

E. Data penunjang............................................................................................................6

2. Konsep Asuhan Keperawatan.........................................................................................7

I. PENGKAJIAN FOKUS..............................................................................................8

ii
II. ANALISA DATA.....................................................................................................11

III. MASALAH KEPERAWATAN................................................................................16

IV. NCP (Nursing Care Planning)...................................................................................16

BAB III PENUTUP..................................................................................................................17

A. Kesimpulan...................................................................................................................17

B. Saran..............................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat kedua-
duanya (Ilyas, 2014). Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya yang melewati
lensa sehingga pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab
utama katarak adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti trauma,
toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter. Berdasarkan studi
potong lintang prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini
meningkat hingga 70% pada usia lebih dari 75 tahun.
Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat
mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada tahun 2002 katarak merupakan penyebab
kebutaan yang paling utama di dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan di dunia.
Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di dunia menderita kebutaan akibat katarak.
Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil survey kesehatan indera 1993-1996, katarak juga
penyebab kebutaan paling utama yaitu sebesar 52%.
Katarak memang dianggap sebagai penyakit yang lumrah pada lansia. Akan
tetapi, ada banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya katarak. Faktor-faktor
ini antara lain adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan terutama pada negara
tropis, paparan dengan radikal bebas, merokok, defesiensi vitamin (A, C, E, niasin,
tiamin, riboflavin, dan beta karoten), dehidrasi, trauma, infeksi, penggunaan obat
kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, genetik dan
myopia.

B. Tujuan Penulisan
a) Mampu Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

1
C. Ruang Lingkup Penulisan
Ruang lingkup penulisan makalah ini hanya membahas tentang Katarak.

D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari Bab I Pendahuluan, berisi : latar
belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup dan sistematika penulisan ; Bab 2 Tinjauan
Tiori, berisi:  Katarak.  dan Bab 3 Tinjauan Kasus, berisi: Kasus : Bab 4 Penutup  berisi :
kesimpulan dan saran.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1. Kosep Penyakit Katarak


A. Pengertian Katarak
Katarak adalah kekeruhan pada lensa titik berapa tingkatan katarak dapat
ditemukan pada kebanyakan lansia berkisar 50% pada individu usia 65-74, meningkat
menjadi sekitar 70% bagi mereka yang berusia di atas 75 tahun. Katarak merupakan
penyebab penurunan penglihatan dan kebutaan diseluruh dunia. [ CITATION Bla14 \l
1057 ]
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya
terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak
kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul,
penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis, pemajanan radiasi,
pemajanan sinar matahari yang lama, atau kelainan mata yang lain (seperti uveitis
anterior). [ CITATION Ily14 \l 1057 ]

B. Etiologi Katarak
Katarak bisa disebabkan karena kecelakaan atau trauma.Sebuah benda asing
yang merusak lensa mata bisa menyebabkan katarak.Namun, katarak paling lazim
mengenai orang-orang yang sudah berusia lanjut. Biasanya kedua mata akan terkena
dan sebelah mata lebih dulu terkena baru mata yang satunya lagi.
Katarak juga bisa terjadi pada bayi-bayi yang lahir prematur atau baru
mendapatkannya kemudian karena warisan dari orang tuanya. Namun kembali lagi,
katarak hanya lazim terjadi pada orang-orang yang berusia lanjut. Coba perhatikan
hewan yang berumur tua, terkadang bisa kita melihat pengaburan lensa di matanya.
Semua ini karena faktor degenerasi.

Berikut penyebab katarak yang lazim:


· Trauma atau cedera pada mata (luka/terbentur)
· Penyakit lain pada mata dan penyakit lainnya seperti diabetes dan hipertensi
· Mata sering terpapar cahaya langsung sinar matahari (ultraviolet)

3
· Radiasi bahan kimia
· Faktor genetik
· Akibat mengonsumsi obat-obatan tertentu dalam waktu yang lama seperti
(kortikosteroid dan seroquel)

Katarak akan berkembang secara perlahan-lahan. Orang-orang tua yang hidup


sendiri (sedikit orang-orang disekitarnya/kurang dirawat) lebih sering terkena
katarak.Karena kebanyakan dari mereka kurang minum air atau cairan lainnya guna
menjaga peredaran darahnya tetap mengalir sebagaimana mestinya.

C. Manifestasi Klinis
Penglihatan kabur, kadang diplopia, monokular (penglihatan ganda),
potophobia (sensitif terhadap cahaya), dan hal terjadi karena opasitas lensa
menghalangai penerimaan cahaya dan bayangan oleh retina. Klien biasanya melihat
lebih baik pada cahaya yang remang-remang ketika pupil dalam keadaan dilatasi yang
menyebabkan cahaya dapat menembus sekeliling opasitas lensa. Nyeri sering kali
dikeluhkan. Lensa keruh sering dapat dikenali.
Katarak sebaiknya diduga ketika refleks berwarna kemerahan pada
pemeriksaan oftalmoskop mulai tampak tidak cemerlang atau menghilang. Walaupun
katarak dapat diidentifikasi dengan mudah pada pemeriksaan oftalmoskop. Direk,
perlu ditentukan, determinasi tipe katarak dan tahap perubahan lensa dengan
pemeriksaan slit-lamp

D. Patofisiologi
Pembentukan katarak ditandai secara kimiawi dengan pengurangan ambilan
oksigen dan peningkatan kadar air yang diikuti dengan dehidrasi lensa. Kadar sodium
dan kalsium meningkat, potasium, dan protein menurun. Protein lensa mengalami
beberapa perubahan terkait usia seperti menguning karna pembentukan komponen
floureseen (menyerap radiasi) dan perubahan molekuler. Perubahan ini bersama
dengan fotoabsorbsi radiasi sinar ultraviolet sepanjang hidup mendukung teori bahwa
katarak dapat disebabkan karena proses fotokimiawi.
Kemajuan katarak merupakan pola yang dapat diprediksi. Katarak dimulai dari
kondisi katarak immatur yang memiliki gambaran lensa tidak sepenuhnya opak

4
(bayangan putih) dan beberapa cahaya masih diteruskan sehingga penglihatan masih
memadai.

5
E. Data penunjang
Selain uji mata yang biasanya dilakukan menggunakan kartu snellen, keratometri,
pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopi, maka :
a. scan ultrasound
(echography) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik,
khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel
endotel 2000 sel/mm3, pasien ini merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan
fakoemulsifikasi dan implantasi IOL.
b. kartu mata snellen chart (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan)
c. lapang penglihatan : penurunan mungkin di sebabkan oleh glukoma
d. pengukira tonograpi (mengkaji TIO,N 12-25 mmHg)
e. pengukuran gonoskopi : membantu membedakan sudut terbuka dari sudut
tertutup glukoma
f. pemeriksaan oftalmologis : mengkaji struktur internal okuler, pupil oedema,
perdarahan retina, dilatasi & pemeriksaan.belahan lampu memastikan Dx
Katarak

F. Penatalaksanaan
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat  dibantu
dengan menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau
kacamata yang dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan
operasi.
Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh.
Obat antikatarak yang sedang diteliti diantaranya beberapa agen yang diduga dapat
memperlambat pertumbuhan katarak yaitu penurunan kadar sorbitol, aspirin, agen
glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E.
Tindakan operasi bisa dilakukan jika belum terjadi kekeruhan maksimal maka
dapat dilakukan operasi dengan hanya mengangkat pecahan keruh lensa dengan
gelombang ultrasound. Tetapi jika ditemukan katarak yang berat dengan kekeruhan
maksimal, perlu tindakan operasi yang lebih kompleks dengan mengangkat lensa
secara utuh dan digantikan dengan lensa baru.

6
1. Terapi Pencegahan Katarak

Cara pencegahan penyakit katarak ini dapat dilakukan dengan mengurangi terpaparnya mata
telanjang terhadap sinar ultraviolet, yaitu dengan selalu menggunakan sunglass apabila berada di
tempat yang berpotensi menyebabkan kerusakan mata. Selain menggunakan kacamata, dapat
juga dengan cara mengobati penyakit sistemik yang memicu perkembangan katarak.

2. Terapi Bedah

o Operasi Katarak

Operasi ini adalah jenis operasi umum yang dilakukan dengan mengangkat lensa yang
keruh dan menggantinya dengan lensa bening yang baru. Pemulihan pasca operasi ini
adalah dua minggu sejak melakukan operasi, selain itu diperlukan juga kacamata untuk
membantu penglihatan jauh ataupun dekat. Biaya operasi katarak ini berbeda - beda
tergantung dari rumah sakit Anda, tetapi operasi ini berkisar dari 12 juta hingga 23 juta
rupiah per mata.

Jumlah penderita katarak yang terdapat di Indonesia dapat terbilang sangat tinggi dan
semakin meningkat, akan tetapi tidak semua dapat melakukan operasi katarak, karena
biayanya yang sangat mahal. Hal tersebut menjadi alasan utama bagi berbagai badan sosial
untuk mengadakan bakti sosial operasi katarak gratis bagi orang yang tidak mampu untuk
mengurangi penderita katarak dan jumlah kebutaan di Indonesia.

o Operasi Laser Katarak

Operasi jenis ini merupakan operasi dengan teknologi terbaru yaitu dengan menggunakan
sinar laser yang memiliki kemampuan memotong sangat akurat dibandingkan teknologi
laser lainnya dan dengan tingkat panas yang sangat rendah. Operasi ini
dinamakan Bladeless Laser Cataract Surgery. Operasi jenis ini tidak lagi menakutkan
karena tidak menggunakan pisau bedah dan lebih aman dibandingkan operasi katarak biasa.

Proses operasi ini berlangsung hingga 10 menit tanpa adanya resiko infeksi pasca operasi.
Teknologi ini terdapat di RS mata Jakarta Eye Centre di Kedoya dan biaya operasi nya
adalah 22 juta hingga 29 juta rupiah per mata.

7
2. Konsep Asuhan Keperawatan

I. PENGKAJIAN FOKUS
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama
dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit
maupun selama pasien dirawat di rumah sakit.

a. Biodata
Identitas klien : nama, umur (ditemukan pada kebanyakan lansia berkisar
50% pada individu usia 65-74, meningkat menjadi sekitar 70% bagi mereka yang
berusia di atas 75 tahun), jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.

b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan
masalah primer pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur,
pandangan ganda, atau hilangnya daerah penglihatan soliter. Perawat harus
menemukan apakah masalahnya hanya mengenai satu mata atau dua mata
dan berapa lama pasien sudah menderita kelainan ini. Riwayat mata yang
jelas sangat penting. Apakah pasien pernah mengalami cedera mata atau
infeksi mata, penyakit apa yang terakhir diderita pasien.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia
mengenakan kacamata atau lensa kontak?, apakah pasien mengalami
kesulitan melihat (fokus) pada jarak dekat atau jauh?, apakah ada keluhan
dalam membaca atau menonton televisi?, bagaimana dengan masalah
membedakan warna atau masalah dengan penglihatan lateral atau perifer?
4. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau
kakek-nenek.

8
c. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan
pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Katarak terlihat
tampak hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa dengan oftalmoskop
direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci
dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya
terletak didaerah nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi steroid
umumnya terletak di subkapsular posterior. Tampilan lain yang menandakan
penyebab okular katarak dapat ditemukan, antara lain deposisi pigmen pada lensa
menunjukkan inflamasi sebelumnya atau kerusakan iris menandakan trauma mata
sebelumnya.

d. Perubahan pola fungsi


Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon) adalah sebagai
berikut :
a) Persepsi tehadap kesehatan
Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan, adakah
kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol,dan apakah pasien mempunyai
riwayat alergi terhadap obat, makanan atau yang lainnya.
b) Pola aktifitas dan latihan
Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas atau perawatan
diri, dengan skor : 0 = mandiri, 1= dibantu sebagian, 2= perlu bantuan
orang lain, 3= perlu bantuan orang lain dan alat, 4= tergantung/ tidak
mampu. Skor dapat dinilai melalui : Aktifitas 0 1 2 3 4
c) Pola istirahat tidur
Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti
insomnia atau masalah lain. Apakah saat tertidur sering terbangun.
d) Pola nutrisi metabolik
Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa yang
telah diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah sakit

9
mengalami perubahan atau tidak, adakah keluhan mual dan muntah,
adakah penurunan berat badan yang drastis dalam 3 bulan terakhir.

e) Pola eliminasi
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau
kesulitan. Untuk BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk
BAB kaji bentuk, warna, bau dan frekuensi.
f) Pola kognitif perseptual
Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara,
mendengar, melihat, membaca serta kemampuan pasien berinteraksi.
Adakah keluhan nyeri karena suatu hal, jika ada kaji kualitas nyeri.
g) Pola konsep diri
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti harga
diri, ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan
dirinya.
h) Pola koping
Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima dan
menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit
hingga setelah sakit.
i) Pola seksual reproduksi
Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan
adakah masalah saat menstruasi.
j) Pola peran hubungan
Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, sistem pendukung
dalam menghadapi masalah, dan bagaiman dukungan keluarga selama
pasien dirawat di rumah sakit.
k) Pola nilai dan kepercayaan
Apa agama pasien, sebagai pendukung untuk lebih mendekatkan diri
kepada Tuhan atas sakit yang diderita.

e. Pemeriksaan Diagnostik
Selain uji mata yang biasanya dilakukan menggunakan kartu snellen, keratometri,
pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopi, maka :
1) scan ultrasound

10
(echography) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik,
khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan
hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien ini merupakan kandidat yang baik
untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi IOL.
2) kartu mata snellen chart (tes
3) ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan)
4) lapang penglihatan : penurunan mungkin di sebabkan oleh glukoma
5) pengukira tonograpi (mengkaji TIO,N 12-25 mmHg)
6) pengukuran gonoskopi : membantu membedakan sudut terbuka dari sudut
tertutup glukoma
7) pemeriksaan oftalmologis : mengkaji struktur internal okuler, pupil oedema,
perdarahan retina, dilatasi & pemeriksaan.belahan lampu memastikan Dx
Katarak

II. ANALISA DATA


NO. DATA ETILOGI MASALAH

11
1. DS: Proses penuaan Resiko cedera
-klien mengatakan pusing dan
penglihatannya kabur,
penglihatan kabur dirasakan Nukleus
sejak kurang lebih 1 tahun mengalami
yang lalu. perubahan warna
-klien mengatakan bahwa menjadi coklat
dokter menyarakan untuk kekuningan
dilakukan tindakan yaitu
dikoreksi dengan dilator pupil.
DO: Perubahan fisik
- Pupil berwarna putih dan ada ( perubahan pada
dilatasi pupil serabut halus
-nucleus pada lensa menjadi multiple (zunula)
coklat kuning, lensa menjadi yang memanjang
opak, retina sulit dilihat dari badan silier
kesekitar daerah
lensa

Hilangya
tranparansi lensa

Perubahan kimia
dalam protein
lensa

Koagulasi

Mengabutkan
12
pandangan

Gangguan
penerimaan
sensori/status
organ indera

Resiko cedera

2. DS: Proses penuaan Gangguan sensori


-klien mengatakan mengalami persepsi(penglihatan)
penglihatan kabur.
-Klien mengatakan Nukleus
mengalami penglihatan kabur, mengalami
kesulitan melihat dari jarak perubahan warna
jauh ataupun dekat menjadi coklat
DO: kekuningan
- pupil berwarna putih dan ada
dilatasi pupil, nucleus pada
lensa menjadi coklat kuning, Perubahan fisik
lensa menjadi opak, retina ( perubahan pada
sulit dilihat serabut halus
gangguan penerimaan multiple (zunula)
sensori/status organ indra yang memanjang
penglihatan dari badan silier
Gangguan sensori kesekitar daerah
persepsi(penglihatan) lensa

Hilangya

13
tranparansi lensa

Perubahan kimia
dalam protein
lensa

Koagulasi

Mengabutkan
pandangan

Gangguan
penerimaan
sensori/status
organ indera

Menurunnya
ketajaman
penglihatan

Gangguan
persepsi sensori –
perseptual
penglihatan

14
III. MASALAH KEPERAWATAN
  Resio tinggi terhadap cidera b/d Gangguan penerimaan sensori/status organ
indera
  Gangguan sensori persepsi (penglihatan) b/d Menurunnya ketajaman penglihatan

IV. NCP (Nursing Care Planning)

KRITERIA
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
HASIL
Resio tinggi Setelah dilakukan Menunjukkan Mandiri :
cidera  berhubungan intervesi  selama perubahan 1.   1. Diskusikan apa yang  terjadi
dengan perdarahan 3x24 jam perilaku, pola pada pasca dikoreksi tentang nyeri,
intra okuler diharapkan hidup untuk pembatasan aktivitas, penampilan
perdarahan intra menurunka dan balutan mata
okuler dapat faktor resiko dan2. 2. Batasi aktivitas seperti
segera diatasi untuk  melidung megerakkan kepala tiba-tiba,
i diri dari cedera. menggaruk mata, membongkok

3. 3. Dorong napas dalam batuk untuk


bershan nafas berihan paru

4. 4. Pertahankan perlindungan mata


sesuai indikasi

5. 5. Minta pasien untuk membedakan


antara ketidakyamanan dan nyeri
mata tajam tiba-tiba, selidiki
kegelisaan,disorientasi, gangguan
balutan
Kolaborasi:
1.berikan obat sesuai indikasi
·  1. antiemetik contoh proklorprazin
·  2. asetazolamid(diomox)

15
·      analgesik contoh empirin dengam
kodein, asetaminofen(tynol)

Gangguan sensori Setelah dilakukan-   Dapat Mandiri


persepsi(penglihatan) intervesi  selama meningkatkan 1. 1. Tentukann ketajaman
berhubungan dengan 3x24 jam ketajaman penglihatan, catat apakah 1 atau 2
gangguan penerimaan diharapkan penglihatan mata terlibat
sensori/status organ gangguan sensori batas situasi
indra penglihatan persepsi dapat individu 2. Orientasikan pasien terhadap
diatasi -      lingkungan,stap, orang lain di area
Memperbaiki nya
potensi bahaya
dalam lingkun 3 3. Observasi tanda-tanda dan gejala-
gejala disorientasi, pertahankan
pagar tempat tidur sampai benar-
benar senbuh dari anastesia

4 4. Pendekatan dari sisi yang tak


dioperasi , bicara, dan menyentuh
sering, dorong orang terdekat
tinggal dengan pasien

5 5. Perhatikan tentang suram atau


penglihatan kabur dan iritasi mata

6.6.  Ingatkan pasien menggunakan


kacamata katarakyang tujuannya
memperbesar kurang lebih 25%
penglihatan perifer hilang dan buta
titik mungkin ada

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan
pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti melihat
air terjun, menjadi kabur atau redup mata silau yang menjengkelkan dengan distorsi
bayangan dan susah melihat.
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien melaporkan
penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat
tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Pemuan objektif biasanya
meliputi pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan
tampak dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pendangan saat di malam hari, pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau
putih.

B. Saran
Saran kami yang harus dilakukan pasca operasi katarak biasanya sebelum pasien
pulang dari operasi, dokter akan memberikan obat tetes mata, serta obat lain jika
dibutuhkan. Obat-obat ini gunanya untuk mencegah infeksi, peradangan, dan mengontrol
tekanan mata. Kacamata atau pelindung mata juga dapat disarankan untuk menambah
proteksi pada mata yang telah dioperasi.
Setelah pulang, disarankan untuk tetap mengistirahatkan mata atau “tidur siang”.
Dalam hitungan jam pasca operasi, pasien sudah dapat menggunakan mata “baru” nya
untuk menonton televisi atau melihat layar gadget dengan catatan, tidak lama-lama.
Dan dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa keperawatan
dapat mengerti dan memahami serta menambah wawasan tentang Asuhan keperawatan
pada klien dengan Katarak.

17
DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M. & Jane H. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Singapore: Elsevier.
Ilyas, Sidarta. 2014. Ilmu Penyakit Mata edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

18

Anda mungkin juga menyukai