Anda di halaman 1dari 24

MODEL KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN

MARTHA E. ROGERS
Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Keluarga
Dosen Pengampu Hj. Ernawati Umar, S. Kep., Ns., M.Kes., DNM.

Disusun Oleh :
Kelompok V
Desi Christin Millenia (344070180081)
Ghalih Rahmawan (344070180084)
Siti Juleha (344070180088)
Nilawati (344070180094)
Aninda Zhafira (344070180095)
Dimas Faiz (344070180099)
Almah Yuliyani (344070180102)
Haryati (344070180070)
Muslimah Fitriatul ( 344070180064)
3A / Semester V
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
FK - UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG - BANTEN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.Makalah ini disusun berdasarkan beberapa literatur
yang kami ambil, selain itu makalah ini kami susun supaya dapat memberikan
manfaat untuk pembaca dalam memahami dan mempelajari Keperawatan Keluarga
tentang Model Konsep dan Teori Keperawatan Martha E. Rogers.
Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Hj.
Ernawati Umar, S. Kep., Ns., M.Kes., DNM. selaku dosen mata kuliah Keperawatan
Keluarga yang sudah memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan
tugas ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, kami berharap semoga makalah ini bisa
menambah pengetahuan dan wawasan para pembaca. Namun kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
demi perbaikan makalah ini.
Serang, 14 September 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................

Daftar Isi...............................................................................................................

Bab 1 Pendahuluan..............................................................................................

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

Bab II Tinjauan Teori

2.1 Definisi Keperawatan Martha E. Rogers

2.2 Asumsi Dasar Martha E. Rogers

2.3 Prinsip Homeodinamika Martha E. Rogers

2.4 Kegunaan Prinsip Martha E. Rogers Dalam Proses Keperawatan

2.5 Kelemahan Teori Martha E. Rogers Tentang Homeodinamik

Bab III Studi Kasus dan Pembahasan

3.1 Studi Kasus

3.2 Pembahasan

3.2.1 Pengkajian

3.2.2 Diagnosa

3.2.3 Intervensi
3.2.4 Implementasi

3.2.5 Evaluasi

Bab IV Penutup

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Teori-teori keperawatan berpengaruh secara sigifikan dalam


mamperbaiki praktek keperawatan , melalui riset keperawatan, dan praktek
keperawatan memberikan fenomena yang perlu dilakukan roset untuk
memperoleh teori keperawatan. Teori-teori keperawatan yang disusun secara
jelas meningkatkan pemahaman terhadap fenomena keperawatan yang ada
dan mengarahkan perkembangan ilmiah dari ilmu dan praktek keperawatan iti
sendiri.
Teori keperawatan berkembangan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari perkembangan pemikiran dan ide-ide yang dituangkan ahli
keperawatan berdasarkan filosofi, paradigm, serta latar belakan pendidikan
dan kehidupan para ahli tersebut, sehingga masing-masing teori mempunyai
perbedaan asumsi terhadap praktek keperawatan. Akan tetapi pada dasarnya
semua teori keperawatan yang ada mempunyai apresiasi yang sama yaitu
terhadap proses pemberian asuhan keperawatan, dimana klien diberikan
kesempatan dan ruang untuk dapat berkembang secara mandiri dalam
memenuhi kebutuhan kesehatannya selama rentang kehidupan.
Penerapan teori keperawatan dalam praktek layanan kepawaratan
memberikan dasar keja dan memberikab kerangka kerja perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan. Teori keperwatan sekarang ini sedang
berkembang pesat untuk menjadi sebuah sain keperawatan mulai dari teori
pada ranah filosofi, grand theory, middle range theory maupun practice
theory, dalam makalah ini akan dibahas tentang grand theory menurut
McEwen & Wills (2006) yang termasuk dalam grand theory adalah Myra E.
Levine: the conversation model, Martha E. Roger: Unitary of humen being,
dorothea E. Orem: self care deficit theory of nursing, Imogene king: intracting
system framwork and Middle range theory of goal Attainment, Betty
Neumen: sesytem model , sister calista roy: adaptaion model, Dorothy E,
Johnson: Behavior system model, Anne Boykin & Savina O.S: Nursing as
caring : A Model For Transporming Practic. Salah satu teori keperawatan
yang dapat diterapkan oleh perawat dalam pemberian asuhan keperawatan
kepada pasien adalah teori dari Martha E. Rogers tentang “ unitary human
being” menurut Rogers dalam teorinya berpendapat baha manusia merupakan
individu yang holistic, saling memberikan timbal balik dengan individu yang
laindan lingkungan disekitarnya. Rogers memandang keempat dalam
paradigm keperawatan yang terdiri dari manusia, lingkungan, kesehatan, dan
keperawatan merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling mempengaruhi
satu dengan yang lainnnya. Perawat sebagai pemberi layanan keperawatan
seyogyanya mampu memberikan asuhan keperawatan yang komperhensif,
disesuaikan dengan situasi dan kondisi individu yabg dirawat maupun
lingkungan yang mempengaruhi individu tersebut. Perawat harus mempunyai
landasan teori keperawatan yang memadai agar dapat memilih dan
menerapkan teori yang tepat dan sesuai denga kondisi lingkungan dan instansi
pelayanan kesehatan. Berdasarkan hal tersebut, maka kelompok akan
menganalisa dan membahas teori rogers dan penerapannya agar perawat dapat
menggunakan suatu kerangka kerja dalam asuhan keperawatan kepada pasien
berdasarkan teori ini, olrh karena itu teori Martha E. rogers serta
penerapannya dilapangan sangat diperukan dibahas dan disajikan, sehingga
pada akhirnya perawat diharapkan dapat meningkatkan kualitas layanan
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada suatu teori
keperawatan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang yang kita temukan maka rumusan masalah yang
dapat kita simpulkan adalah : “ Bagaimana Model Konsep dan Teori Keperawatan
Martha E. Rogers ? “

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan Umum :
Untuk mengetahui dan memahami mata kuliah keperawatan keluarga tentang model
konsep dan teori keperawatan Martha E.Rogers
Tujuan Khusus :
1. Untuk Mengetahui dan Memahami Definisi Keperawatan Martha E. Rogers
2. Untuk Mengetahui dan Memahami Asumsi Dasar Martha E. Rogers
3. Untuk Mengetahui dan Memahami Prinsip Homeodinamika Martha E. Rogers
4. Untuk Mengetahui dan Memahami Kegunaan Prinsip Martha E. Rogers
Dalam Proses Keperawatan
5. Untuk Mengetahui dan Memahami Kelemahan Teori Martha E. Rogers
Tentang Homeodinamik
6. Untuk Mengetahui dan Memahami Studi Kasus dan Pembahasan Teori
Martha E. Rogers
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Keperawatan Menurut Martha E. Rogers

Keperawatan adalah ilmu humanistis atau humanitarian yang menggambarkan


dan memperjelas bahwa manusia dalam strategi yang utuh dan dalam perkembangan
hipotesis secara umum dengan memperkirakan prinsip-prinsip dasar untuk ilmu
pengetahuan praktis. Ilmu keperawatan adalah ilmu kemanusiaan, mempelajari
tentang alam dan hubungannya dengan perkembangan manusia. Rogers
mengungkapkan bahwa aktivitas yang di dasari prinsip – prinsip kreatifitas, seni dan
imaginasi. Aktifitas keperawatan dinyatakan Rogers merupakan aktifitas yang
berakar pada dasar ilmu pengetahuan abstrak, pemikiran intelektual, dan hati nurani.
Rogers menekankan bahwa keperawatan adalah disiplin ilmu yang dalam aktifitasnya
mengedepankan aplikasi keterampilan, dan teknologi. Aktivitas keperawatan meliputi
pengkajian, intervensi, dan pelayanan rehabilitatif senantiasa berdasar pada konsep
pemahaman manusia atau individu seutuhnya.

2.2 Asumsi Dasar Martha E. Rogers

Dasar teori Rogers adalah ilmu tentang asal usul manusia dan alam
semesta seperti antropologi, sosiologi, agama, filosofi, perkembangan sejarah dan
mitologi. Teori Rogers berfokus pada proses kehidupan manusia secara utuh.
Ilmu keperawatan adalah ilmu yang mempelajari manusia, alam dan
perkembangan manusia secara langsung. Berdasarkan pada kerangka konsep yang
dikembangkan oleh Rogers (1970) ada lima dasar asumsi tentang manusia, yaitu:

1. Manusia adalah satu kesatuan, proses integritas individu dan mewujudkan


karakteristik yang lebih dan perbedaan dari jumlah bagian-bagiannya.
Manusia kelihatan seperti bagian terkecil dan menghilang lenyap dari
pandangan. Karena kesatuan ini menghasilkan variabel dan secara konstan
mengubah pola ini. Manusia merupakan makhluk yang memiliki kepribadian
unik, antara satu dan lainnya berbeda di beberapa bagian. Secara signifikan
mempunyai sifat-sifat yang khusus jika semuanya jika dilihat secara bagian
perbagian ilmu pengetahuan dari suatu subsistem tidak efektif bila seseorang
memperhatikan sifat-sifat dari sistem kehidupan manusia. Manusia akan
terlihat saat bagiannya tidak dijumpai.
2.    Individu dan lingkungan terus mengalami perubahan materi dan energi.
Berasumsi bahwa individu dan lingkungan saling tukar-menukar energi dan
material satu sama lain. Beberapa individu mendefenisikan lingkungan
sebagai faktor eksternal pada seorang individu dan merupakan satu kesatuan
yang utuh dari semua hal.

3.    Mempercayai bahwa proses hidup manusia tidak dapat diulang dan tidak
dapat diprediksi sepanjang ruang dan waktu. Individu tidak pernah dapat
mundur atau jadilah sesuatu ia atau dia sebelumnya. Bahwa proses kehidupan
manusia merupakan hal yang tetap dan saling bergantung dalam satu kesatuan
ruang waktu secara terus menerus. Akibatnya seorang individu tidak akan
pernah kembali atau menjadi seperti yang diharapkan semula.

4. Perilaku pada individu merupakan suatu bentuk kesatuan yang inovatif.


Mengidentifikasi pola manusia dan mencerminkan keutuhan yg inovatif, pola
teladan ini mempertimbangkan pengaturan diri, ritme, dan teori pengaruh
energi. Mereka memberi kesatuan keanekaragaman dan mencerminkan suatu
alam semesta yang kreatif dan dinamis.
5.    Individu dicirikan oleh kapasitas abstraksi dan citra, bahasa dan berpikir,
sensasi dan emosi. Hanya manusia yang mampu untuk berfikir menjadi siapa
dan keluasan dari alam semesta ini. Dari seluruh bentuk kehidupan di dunia
hanya manusia yang mampu berfikir dan menerima dan mempertimbangkan
luasnya dunia.

Berdasarkan pada asumsi-asumsi, terdapat 4 batasan utama yang


ditunjukkan oleh Martha E. Roger :

1.      Sumber energi

2.      Keterbukaan

3.      Pola-pola perilaku

4.      Ukuran-ukuran 4 dimensi

Disini terdapat elemen-elemen yang saling berhubungan pada ini adalah


manusia dan lingkungannya. Sebagai sistem hidup dan sumber energi, individu
mampu mengambil energi dan informasi dari lingkungan dan menggunakan
energi dan informasi untuk lingkungan. Karena pertukaran ini individu adalah
sistem terbuka yang mendasari dan membatasi asumsi-asumsi utama Martha E.
Roger. Terdapat persamaan kekuatan antara anggapan dasar Roger dan sistem
teori umum lainnya. Menurut von Bertalanffy (1968), sebuah sistem adalah
kumpulan dari elemen-elemen yang dihubungkan, wujud manusia dan
lingkungannya. Seperti sebuah sistem hidup dan energi dasar, individu memiliki
kecakapan dalam memanfaatkan energi dan informasi dari lingkungan dan energi
bebas dan informasi kepada lingkungan.

Martha E. Roger mengemukakan empat konsep besar tersebut dan


menghadirkan lima asumsi tentang manusia. Tiap orang dikatakan sebagai suatu
yang individu utuh. Manusia dan lingkungan selalu saling bertukar energi. Proses
yang terjadi dalam kehidupan seseorang tidak dapat diubah dan berhubungan satu
sama lain pada dimensi ruang dan waktu. Hal tersebut merupakan pola kehidupan.
Pada akhirnya seseorang mampu berbicara, berfikir, merasakan, emosi,
membayangkan dan memisahkan. Manusia mempunyai empat dimensi, medan
energi negentropik dapat diketahui dari kebiasaan dan ditunjukkan dengan ciri-
ciri dan tingkah laku yang berbeda satu sama lain dan tidak dapat diduga dengan
ilmu pengetahuan yaitu lingkungan, keperawatan dan kesehatan.

2.3 Prinsip Homeodinamika Martha E. Rogers

Prinsip homeodinamika terdiri dari 3 pemisahan prinsip, yaitu integral,


resonansi dan helicy (Roger (1970,1988, 1992)). Dengan kombinasi prinsip
homeodinamika dan konsep manusia dari definisi perawat, sebuah teori
menyatakan dapat dijadikan dalil. Sebuah teori yang tepat mungkin menyatakan
jika perawat menggunakan prinsip homeodinamika untuk melayani umat
manusia.

A. Integral

Prinsip pertama adalah integral. Badan manusia dan lingkungannya tidak dapat
dipisahkan, rangkaian pertukaran proses kehidupan terus terjadi pembaharuan
interaksi antara badan manusia dan lingkungannya. Keduanya saling berinteraksi
yang konstan dan saling bertukar dimana pembentukan keduanya ditempatkan
dalam waktu yang sama. Maka, integral adalah kelanjutan proses interaksi
antara manusia dan lingkungan.

B. Resonansi

Prinsip selanjutnya, resonansi, berbicara pada kejadian pertukaran alam antara


manusia dan bidang lingkungan. Pertukaran adalah pola manusia dan bidang
lingkungan disebarkan dari gelombang yang berpindah dari gelombang yang lebih
tinggi dari frekuensi rendah ke gelombang yang lebih pendek dari frekuensi yang
lebih tinggi. Proses kehidupan dalam badan manusia adalah simfoni dari ritme
yang bergerak dalam frekuensi tertentu. Pengalaman manusia di lingkungannya
seperti segaris kompleks kesatuan gelombang resonansi mereka dengan dunia
istirahat.

C. Helicy

Terakhir, prinsip helicy sependapat dengan alam dan pertukaran langsung pada
manusia- lingkungan. Manusia dan lingkungan adalah dinamis, sistem terbuka
dalam pertukaran adalah hak berlanjut pada pertukaran yang konstan antara
manusia dan bidang lingkungan. Pertukaran ini juga mengalami pembaharuan.
Jika, pertukaran tidak dapat diprediksi. Akhirnya, pertukaran langsung menuju
peningkatan perbedaan dan kerumitan. Proses ini dan polanya tidak dapat di
prediksi, dinamis, dan peningkatan perbedaan.

Helicy meliputi konsep perubahan ritmis, pengaruh evolusioner, dan kesatuan


bidang lingkungan hidup manusia. Arah perubahan yang terjadi antara manusia
dan lingkungan terhadap peningkatkan keragaman dan kompleksitas dan ritme
yang tidak tepat diulang. Akibatnya, prinsip dari homeodynamics adalah cara
melihat manusia dalam keutuhan mereka. Perubahan dalam proses kehidupan
manusia yang tidak dapat kembali, nonrepeatable, berirama, dan menyajikan
keragaman pola tumbuh.

Tujuan diagnosa keperawatan memberikan kerangka kerja dalam


intervensi keperawatan direncanakan dan dilaksanakan. Intervensi keperawatan
akan tergantung pada fokus diagnosa keperawatan. Fokus pada integralitas akan
diimplementasikan dengan lingkungan sama dengan pada individu. Diharapkan
perubahan pada suatu hal yang akan menyebabkan perubahan di sisi yang lain
secara simultan terpisah dari dunia penyakit. Di sana masalah tidak dapat
disetujui dengan efektif dalam arti umumnya perubahan diterima, ukuran
penyakit. Kreativitas dan imaginasi menjadi sangat penting.
Resonansi menyatakan bahwa diagnosa keperawatan ditujukan untuk
mendukung atau memodifikasi variasi proses kehidupan sebagai manusia yang
utuh. Karena proses kehidupan manusia merupakan suatu fenomense. Rencana
keperawatan pada bagian helicy membutuhkan penerimaan individu terhadap
perubahan yang terjadi strategi untuk meningkatkan dan memodifikasi irama dan
tujuan hidup. Untuk itu dibutuhkan informasi dan partisipasi aktif klien pada
proses keperawatan. Konsep yang menyebutkan manusia adalah unik dan dapat
dikenali karena kemampuannya dalam merasakan, memberi kesempatan perawat
untuk membantu memecahkan masalah kesehatannya dan mengatur agar
tujuannya dapat mencapai kesehatan.

1.  Teori yang berkaitan dengan konsep menciptakan perbedaan cara pandang


pada suatu fenomena. Kerangka kerja Martha E Roger akan memberikan
alternatif dalam memandang manusia dan dunia. Teori yang menyatakan
keperawatan menggunakan prinsip hemodinamika dalam memberikan
pelayanan kebutuhan manusia atau cara memandang keperawatan dari satu
sisi. Contoh adalah prinsip helicy yang menekankan pada pola kebiasaan dan
ritual.

2.   Teori harus masuk akal, Mengetahui perkembangan yang masuk akal


merupakan hal penting perkembangan yang logis menyebabkan mengenai
asumsi pada prinsip hemodinamika.

3.   Teori harus sederhana dan dapat disosialisasikan. Teori dapat disosialisasikan


sejak tidak tergantung pada beberapa keadaan. Itu dinyatakan oleh Martha E
Roger konsepsi manusia sangatlah sederhana. Meskipun memberikan kaitan
dalam pemahaman. Ditambahkan teori ini dilandaskan pada penggunaan
sistem terbuka yang sangat kompleks.

4.   Teori didasarkan pada hipotesa dan bisa diuji.


5.  Teori memberi dan membantu peningkatan batang keilmuan dalam disiplin
ilmu melalui penelitian sehingga teori tersebut sah.

6.   Teori bisa digunakan sebagai pedoman dan peningkatan dalam praktek.

7.   Teori harus konsisten dengan teori lain yang sah, hukum dan prinsip-prinsip
tetapi harus menghindari pertanyaan terbuka yang perlu diperiksa.

2.4 Kegunaan Prinsip Rogers Dalam Proses Keperawatan

Jika profesi keperawatan dipandang sebagai kepedulian pada umat


manusia, prinsip-prinsip homeodinamik memberikan pedoman untuk
memprediksi sifat dan arah perkembangan individu sebagai respon terhadap
masalah kesehatan. Diharapkan, praktik keperawatan profesional kemudian akan
meningkatkan dinamika integrasi manusia dan lingkungannya, untuk memperkuat
hubungan dan integritas bidang manusia, dan untuk mengarahkan pola dari
bidang manusia dan lingkungan untuk realisasi maksimum kesehatan (Rogers,
1992).

Tujuan ini akan tercemin dalam proses keperawatan. Untuk berhasil


menggunakan prinsip-prinsip homeodinamik, diperlukan pertimbangan perawat
dan melibatkan perawat dan klien dalam proses keperawatan. Jika sesuatu atau
seseorang di luar individu adalah bagian dari lingkungan, maka perawat akan
menjadi bagian dari lingkungan klien. Maka tersirat bahwa klien berpartisipasi,
serta bersedia maju dalam proses keperawatan. Akibatnya, hasil keperawatan
mandiri, yang Rogers (1992), mempertahankan diperlukan jika klien berusaha
mencapai potensi maksimal dengan cara yang positif. Keperawatan, adalah
bekerja dengan klien, bukan kepada atau untuk klien. Keterlibatan ini dalam
proses keperawatan oleh perawat menunjukkan kepedulian terhadap semua orang
bukan dari satu aspek, satu masalah, atau segmen terbatas pemenuhan kebutuhan.
Dalam tahap keperawatan, semua fakta dan opini tentang klien dan
lingkungan dikumpulkan. Karena keterbatasan kita dalam mengukur dan alat
pengumpulan data, informasi yang dikumpulkan sesering mungkin dari suatu
pemisahan diri atau bagian lainnya. Namun, untuk melaksanakan pedoman,
analisis data harus dalam keadaan yang mencerminkan keutuhan, yang mungkin
dicapai dengan menanyakan beberapa pertanyaan dan mendapat respon dari data
yang ada. Pertanyaan seri pertama mencerminkan prinsip Integrasi. Seri
berikutnya akan mencerminkan prinsip resonansi. Seri terakhir dari pertanyaan
akan dipengaruhi oleh prinsip helicy.

Untuk mencerminkan pola gagasan, terkadang akan ditambahkan


beberapa pertanyaan untuk prinsip helicy sebagai pertimbangan. Harus diingat
bahwa tanggapan klien merupakan cerminan suatu titik tertentu dalam ruang-
waktu. Akibatnya, pola yang diidentifikasi ini tidak statis tetapi terus berubah,
mencerminkan perubahan waktu dan menambahkan pengalaman masa lalu.
Bukan berarti pertanyaan-pertanyaan ini memuat semua, tetapi menggunakan
mereka sebagai referensi akan membantu memberikan perawat dengan melihat
klien seutuhnya. Ini akan mengidentifikasi perbedaan individu dan pola
pertukaran bagian-bagian secara berurutan dalam proses kehidupan. Penilaian
keperawatan, adalah penilaian dari seluruh keadaan manusia dan bukan penilaian
yang hanya berdasarkan fisik atau status mental. Ini merupakan penilaian potensi
sehat dan sehat secara mandiri dan bukan penilaian dari suatu penyakit atau
proses penyakit. Hasilnya ialah bahwa kemandirian memiliki kedudukan lebih
tinggi dibandingkan penyakitnya.

Sebagai hasil dari penilaian keperawatan, ditarik kesimpulan tentang


kemandirian. Kesimpulannya adalah diagnosis keperawatan, langkah kedua dalam
proses keperawatan, dan itu mencerminkan prinsip-prinsip homeodinamik. Irama,
pola, keanekaragaman, interaksi, dan variasi proses kehidupan terlihat dengan
jelas. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengetahui pola pertukaran bagian-
bagian tersebut dalam proses kehidupan yang mencakup hubungan manusia-
lingkungan (Roger, 1970). Meskipun tidak sempurna, diagnosa keperawatan
berdasarkan pola kesehatan fungsional Gordon memiliki potensi yang lebih besar
kegunaannya dengan kerangka Roger karena cenderung mencerminkan
pandangan yang lebih tentang keutuhan individu. Mengingat bersifat statis dan
kehilangan tradisi sepanjang diagnosa, sehingga penggunaannya dalam sistem
abstrak dinamis bahkan mungkin tidak tepat (Smith, 1988).

Dengan membuat diagnosis keperawatan, mengarahkan perawat


memberikan asuhan keperawatan. Fokus pada perkembanagn yang membutuhkan
implementasi dalam lingkungan maupun di dalam individu. Diharapkan bahwa
perubahan yang satu ini akan terkait dengan perubahan simultan lainnya. Karena
integrasi individu dengan lingkungan, masalah kesehatan tidak dapat dipisahkan
dari penyakit sosial di dunia. Oleh karena itu, masalah ini tidak bisa ditangani
dengan efektif dengan cara yang umumnya diterima secara umum, transisi,
tindakan penyakit berorientasi (Rogers, 1992). Dibutuhkan daya imajinasi dan
kreatifitas.

Resonansi mensyaratkan bahwa rencana keperawatan diarahkan untuk


mendukung atau memodifikasi variasi proses kehidupan seluruh manusia. karena
proses kehidupan manusia merupakan fenomena searah, sehingga tidak bisa
mengembalikan individu ke tingkat mantan keberadaan, melainkan, perawat
membantu individu bergerak maju ke tingkat yang lebih tinggi lebih beragam
eksistensi.

Program keperawatan di bidang helicy membutuhkan penerimaan


perbedaan individu sebagai ungkapan munculnya evolusi, untuk mendukung atau
memodifikasi irama dan tujuan hidup. Untuk melakukan ini membutuhkan
partisipasi dan aktif dari klien dalam asuhan keperawatannya. Kesehatan tidak
hanya tercapai dengan mempromosikan homeostasis dan keseimbangan,
melainkan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan dinamika dan
keragaman dalam individu.

Hubungan Teori Keperawatan Martha E. Rogers dengan Riset Keperawatan

Model konseptual abstrak yang di kemukakan Martha E Rogers secara


langsung memiliki hubungan dengan riset dan pengembangan ilmu keperawatan.
Model konseptualnya memberikan arah dan stimulus untuk aktifitas keilmuan
tersebut. Model keperawatan Rogers menunjukkan betapa uniknya realita profesi
keperawatan. Peneliti yang memiliki asumsi dan pemahaman seperti konsep
Martha E Rogers akan menemukan mendapatkan pandangan yang jelas tentang
seperti apakah sesungguhnya bekerja sebagai perawat. Secara jelas dalam
konsepnya Martha E Roger menunjukkan bahwa kebutuhan kritis dalam
keperawatan adalah merupakan dasar pengetahuan dalam aktifitas penelitian
keperawatan.

Hubungan Teori Keperawatan Martha E. Rogers dengan Pendidikan


Keperawatan

Pada tahun 1963, Rogers mencetuskan ide untuk mendirikan kembali


program undergraduated dan graduated dalam pendidikan keperawatan. Hal ini
adalah di lakukannya sebagai refleksi terhadap evolusi perubahan dalam ilmu
keperawatan. Konsistensi terhadap definisi yang ia berikan untuk keperawatan
bahwa keperawatan adalah profesi yang di pelajari, unik serta memiliki batang
tubuh pengetahuan, maka ia sangat menganjurkan bagi perawat untuk menempuh
pendidikan dalam keperawatan.
Hubungan teori keperawatan Martha E. Rogers dengan Praktik
Keperawatan

Martha E Rogers mengungkapkan bahwa teori yang diambilnya dari


konsepnya sangat mungkin untuk di terapkan dalam praktik keperawatan.
Malinski (1986) mencatat ada tujuh trend yang ada dalam praktik keperawatan,
yang kesemuanya berdasar pada konsep teori yang di kemukakan Martha E
Rogers :

1.  Pemberian kewenangan penuh dalam hubungan perawat klien

2.  Menerima perbedaan sebagai sesuatu yang wajar

3.   Penyesuaian terhadap pola

4.  Menggunakan modalitas gelombang seperti lampu musik, pergerakan


dalam proses penyembuhan.

5.  Menunjukkan suatu perubahan yang positif

6.  Memperluas fase pengkajian dalam proses keperawatan

7.   Menerima hubungan yang menyeluruh dalam hidup.

2.5 Kelemahan Teori Martha E. Rogers Tentang Homeodinamik

Walaupun prinsip-prinsip homeodinamik konsisten dengan tujuan


universal, ada keterbatasan utama pelaksanaan prinsip-prinsip universal. Banyak
orang mengalami kesulitan untuk memahami prinsip-prinsipnya. Meskipun
asumsi dasar yang diberikan dan prinsip-prinsip yang ditetapkan, sistem tetap
abstrak. Persyaratan belum cukup untuk dioperasionalkan untuk menyediakan
pemahaman yang jelas. Kesulitan definisi pengoperasian konsep serta membawa
keabstrakan konsep dan hubungan ke tingkat empiris untuk pengujian yang
mengganggu banyak ilmuwan perawat (Kim, 1986). Definisi operasional
diperlukan untuk pengembangan hipotesis bahwa tes konsep teoritis dan untuk
pemilihan instrumen yang memadai akan mengukur konsep-konsep yang terlibat
(Hardy, 1974).

Pada tahap dalam perkembangan ilmu keperawatan, instrumen yang cukup


akan menilai manusia dalam totalitas mereka tidak ada. Tanpa instrumen tersebut,
kemampuan menggunakan atau menguji sistem abstrak sepenuhnya adalah
hampir tidak mungkin. Selanjutnya, ketidakmampuan untuk cukup menggunakan
atau menguji sistem yang membuat kesuksesan mengimplementasikan kesulitan
keperawatan. Dengan demikian, penggunaan prinsip-prinsip homeodynamics di
dalamnya adalah totalitas terbatas.
BAB 3

STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 STUDI KASUS

3.2 PEMBAHASAN

3.2.1 PENGKAJIAN

3.2.2 DIAGNOSA

3.2.3 INTERVENSI

3.2.4 IMPLEMENTASI

3.2.5 EVALUASI
BAB 4

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Pada intinya Martha E. Rogers memandang perawat sebagai ilmu dan

mendukungpenelitian keperawatan. Oleh sebab itu keperawatan mengembangkan

pengetahuandari ilmu– ilmu dasar dan fisiologi, begitu juga dengan ilmu keperawatan

itu sendiri,ilmu keperawatan bertujuan untuk memberikan inti dari pengetahuan

abstrak untuk mengembangkan penelitian ilmiah dan analisis logis dan kemampuan

menerapkannyadalam praktik keperawatan. Inti pengetahuan ilmiah keperawatan

merupakan hasilpenemuan terbaru mengenai keperawatan secara

humanistik.membangun dasar teori yang luas dari berbagai disiplin.

Rogersmengembangkan prinsip-prinsip homeodynamics. Melekat pada prinsip-

prinsip yanglima asumsi dasar:

a.Manusia adalah satu kesatuan, proses integritas individu dan

mewujudkankarakteristik yang lebih dari dan perbedaan dari jumlah bagian-

bagiannya;
b.Individu dan lingkungan terus exchenging materi dan energi dengan satu

samalain;

c.Proses kehidupan manusia berkembang ireversibel dan unidirectionally

sepanjangwaktu;

d.Mengidentifikasi pola manusia dan mencerminkan keutuhan yg inovatif; dan

e.Individu dicirikan oleh kapasitas abstraksi dan citra, bahasa dan berpikir,

sensasidan emosi.

Prinsip-prinsip integral, helicy, dan resonancy dibandingkan dengan teori

sistemumum, teori pembangunan, dan teori adaptasi. Cara untuk menggunakan

prinsip-prinsip dalam proses keperawatan dieksplorasi. Kesulitan dalam memahami

prinsip-prinsip, kurangnya definisi operasional, instrumen tidak memadai untuk

pengukuran adalah keterbatasan utama penggunaan efektif dari teori ini.

4.2 SARAN

Kita dapat mengacu pada teory proses keperawatan oleh roger’s untuk acuan
tindakan proses keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat Aziz Alimul. A. 2009, pengantar konsep dasar keperawatan edisi 2, Salemba
medika, Jakarta.
Merriner, Ann. 1986. Nursing Theory and Their Work. Masby Company.
Mubarak, Iqbal Wahit. 2005. Pengantar Keperawatan Komonitas 1. Cv Sagung Seto.
Jakarta.
Perry and Potter. Fundamental Keperawatan. EGC.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai