Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BATU SALURAN KEMIH

Makalah Ini Disusun Untuk Mata Ajar Keperawatan Medikal Bedah II

Dosen Pengampu: Luh Titi Handayani, S.Kep., Ners.,M.Kes

OLEH:
KELOMPOK 2
Muhammad Thoriq Al Imani 1711011046
Ayik Sisma 1711011047
Wahdania Anisa 1711011049
Maulana Arifan 1711011051
Fatiha Zaimatus S 1711011052
Firdaning Ayu Kumala Ningrum 1711011055
Ratna Dwie Wulandarie 1711011058
Jihan Dwi Agatha Ali 1711011061
Irega Dwi Satria 1711011062
Agustin Dwi Putri Pratiwi 1711011065
Nabila 1711011071
Rizal Fajri Maulana 1711011072
Bella Puspita Hayuningtyas 1711011076
Dedy Irawan 1711011077
Trisya Bella Fibrianti 1711011078
Ilyas Raif Muyassar 1711011081
Anni Fauziyah 1711011082
Diah Verly Agustin 1711011083
Dimas Langgeng A 1711011084
Ristanti Nurin Aqua Rini 1711011086

S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
JEMBER, 2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan YME, atas segala anugerah yang selalu di
limpahkan kepada umatnya baik lahir maupun batin, sehingga pada akhirnya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah II.

Makalah Keperawatan Medikal Bedah II yang berjudul ”Asuhan


Keperawatan Pada Batu Saluran Kemih”, demikian sangat disadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, yang tak lepas dari kesalahan dan
kekurangan.

Akhir kata, semoga makalah ini banyak memberikan manfaat kepada diri
penulis sendiri khususnya dan pembaca sekalian umumnya.

Jember, 27 Mei 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii

BAB I TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 1

A. Definisi............................................................................................................... 1

B. Etiologi............................................................................................................... 2

D. Pathways dan Masalah Keperawatan.................................................................. 4

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN................................................................... 5

A. Pengkajian.......................................................................................................... 5

B. Analisis Review.................................................................................................. 14

C. Diagnosa Keperawatan....................................................................................... 15

D. Intervensi Keperawatan...................................................................................... 16

E. Implementasi....................................................................................................... 21

F. Evaluasi.............................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 23

iii
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Batu Saluran Kemih

Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk silinder yang


menghantarkan urin dari ginjal menuju kandung kemih. Panjang ureter adalah
sekitar 20-30 cm dengan diameter maksimum sekitar 1,7 cm di dekat
kandung kemih dan berjalan dari hilus ginjal menuju kandung kemih
(Fillingham dan Douglass, 2000). Ureter dibagi menjadi pars abdominalis,
pelvis,dan intravesikalis (Brunner dan Suddarth, 2003).
Batu saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu
yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri,
perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi (Sja’bani, 2006). Batu ini
bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih
(batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis.
Batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia
dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi
(Muslim, 2007). Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran
kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan ureter.
Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih
bagian bawah atau memang terbentuk disaluran kemih bagian bawah karena
adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau

1
batu uretra yang berbentuk di dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu
yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum,
pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan
merupakan batu saluan kemih yang paling sering terjadi (Brunner dan
Suddarth, 2003).

B. Etiologi
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih bisa terjadi karena air kemih
jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air
kemih kekurangan penghambat pembentuka batu yang normal (Sja’bani,
2006). Sekitar 80% batu terdiri dari kalsium, sisanya mengandung berbagai
bahan, termasuk asam urat, sistin dan mineral struvit (Sja’bani, 2006). Batu
struvit (campuran dari magnesium, amonium dan fosfat) juga disebut batu
infeksi karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang terinfeksi
(Muslim, 2007). Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang sampai yang sebesar 2,5 sentimeter atau lebih. Batu
yang besar disebut kalkulus staghorn. Batu ini bisa mengisi hampir
keseluruhan pelvis renalis dan kalises renalis.
Brunner dan Sudarth (2003) dan Nurlina (2008) menyebutkan beberapa
faktor yang mempengaruhi pembentukan batu saluran kemih, yaitu:
1) Faktor Endogen
Faktor genrtik, familia, pada hypersistinuria, hiperkalsiuria, dan
hiperoksalouria.
2) Faktor Eksogen
Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan
mineral dalam air minum. Muslim (2007) menyebutkan beberapa hal
yang mempengaruhi pembentukan saluran kemih antara lain.
a) Infeksi
Infeksi Saluran Kencing (ISK) dapat menyebabkan negt6krosis
jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentuk batu saluran kemih.
Infeksi bakteri akan memecah ureum dan membentuk amonium yang
akan mengubah pH Urine menjadi alkali.

2
b) Stasis dan Obstruksi Urine
Adanya obstruksi dan stasis urine pada sistem perkemihan akan
mempermudah Infeksi Saluran Kencing (ISK).
c) Jenis Kelamin
Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita dengan
perbandingan 3:1
d) Ras
Batu saluran kemih lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia.
e) Keturunan
Orang dengan anggota keluarga yang memiliki penyakit batu
saluran kemih memiliki resiko untuk menderita batu saluran kemih
dibanding dengan yang tidak memiliki anggota keluarga dengan batu
saluran kemih.
f) Air Minum
Faktor utama pemenuhan urine adalah hidrasi adekuat yang
didapat dari minum air. Memperbanyak diuresis dengan cara banyak
minum air akan mengurangi kemungkinan terbentuknya batu,
sedangkan kurang minum menyebabkan kadar semua substansi
dalam urine meningkat.
g) Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan
terbentuknya batu dari pada pekerja yang lebih banyak duduk.
h) Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan
panas sehingga pengeluaran cairan menjadi meningkat, apabila tidak
didukung oleh hidrasi yang adekuat akan meningkatkan resiko batu
saluran kemih.
i) Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani,
kalsium, natrium klorida, vitamin C, makanan tinggi garam akan
meningkatkan resiko pembentukan batu karena mempengaruhi
saturasi urine.

3
C. Pathways dan Masalah Keperawatan
1. Masalah Keperawatan Batu Saluran Kemih
a. Nyeri b.d cedera jaringan sekunder d.d batu ginjal dan spasme otot
polos.
b. Gangguan eliminasi urine b.d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi
ginjal, atau uréter, obstruksi mekanik atau inflamasi.
c. Risiko kekurangan volume cairan b.d mual, muntah, diuresis pasca
obstruksi.
d. Defisiensi pengetahuan b.d kurang pengetahuan tentang diet dan
kebutuhan pengobatan
e. Risiko cedera b.d adanya batu pada saluran ginjal
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh d.d robekan
vaskuler dan absorbsi nutrient inadekuat
g. Risiko infeksi b.d kolinisasi bakteri meningkat

BATU SALURAN KEMIH

Gangguan Batu ginjal dan


Nyeri
eleminasi urine spasme otot
polos
Iritasi ginjal, atau RISIKO INFEKSI Robekanva skuler
uréter, obstruksi Risiko cedera
dan absobsi,
mekanik atau nutrient inadekuat
inflamasi
Kolinisasi
mual, muntah, diuresis
bakteri
Ketidakseimbang Kurang pengetahuan
pasca obstruksi.
meningkat
an nutrisi kurang tentang diet dan
dari kebutuhan kebutuhan pengobatan
tubuh Defisiensi
Risiko kekuranggan
penggetahuan
volumen cairan

4
BAB II

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
 Klien:
Nama : Tn.J
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Lombok
Alamat : Desa Langgikima
 Penanggung
Nama : Ny.M
Hubungan dengan px : Istri

2. Riwayat Keluarga
 Genogram

5 50

22 19 17

5
 Keterangan Genogram
: Laki-laki

: Perempuan

: Tinggal serumah

: Keluarga yang sakit

: Hubungan keluarga

: Anggota keluarga yang meninggal

3. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan utama (saat MRS dan saat ini)
 Keluhan utama saat MRS:
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada
daerah perut bagian bawah tembus hingga kebelakang
serta menyebar kebagian genitalia.Nyeri dirasakan
terutama saat buang air kecil.penyakit
 Keluhan utama saat pengkajian :
Klien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah
tembus hingga belakang
P : Klien mengatakan nyeri bertambah parah ketika buang
air kecil
Q : Klien mengatakan nyerinya seperti tertusuk-tusuk
R : Klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah
tembus belakang, menyebar kebagian genitalia
S : Skala nyeri yang dirasakan 6 (sedang)
T : Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul

6
 Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
Pada tanggal 23 juli klien masuk rumah sakit dengan
keluhan nyeri perut bagian bawah tembus hingga belakang
serta menyebar kebagian genetalia.Nyeri dirasakan 1 hari
sebelum masuk rumah sakit terutama saat buang air
kecil.Saat dilakukan pengkajian tanggal 25 juli pukul
09.15 WITA klien mengeluh nyeri pada perut bagian
bawah tembus hingga belakang.Klien juga mengatakan
setiap kali BAK kencingnya keluar sedikit-sedikit dan
berwarna kuning keruh tetapi tuntas meskipun terasa sakit.
 Upaya yang dilakukan untuk mengatasainya
Klien mengatakan tidak melakukan upaya apa-apa
untuk mengatasi sakitnya di rumah.Saat keluhan dirasakan
klien langsung memeriksakannya ke Puskesmas.

b. Riwayat Kesehatan Yang Lalu


1) Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di Rumah
Sakit Konawe Utara dengan keluhan yang sama sekitar 1 tahun
yang lalu. Klien juga mengatakan pernah berobat 6 bulan
sebanyak 4 kali karena penyakit TBC.Pengobatan yang
terakhir sampai tuntas.
2) Pernah dirawat
Klien mengatakan sudah pernah dirawat di rumah sakit
dengan keluhan yang sama sekitar 1 tahun yang lalu.
3) Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi baik pada
makanan maupun obat-obatan.
4) Riwayat Transfusi
Klien mengatakan ia tidak memiliki riwayat transfuse
5) Kebiasaan:
 Merokok

7
Klien mengatakan ia sudah lama berhenti merokok
 Minum Kopi
Klien mengatakan tidak memiliki kebiasaan minum kopi
 Penggunaan Alkohol
Klien mengatakan tidak memiliki kebiasaan minum-
minuman yang beralkohol

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita
penyakit yang sama seperti yang ia rasakan.

5. Diagnosa Medis dan Therapy


a. Diagnosa medis : BSK
b. Therapy yang diberikan pada tanggal 15 Juli 2018
 Infus RL 20 tpm (Makro drip)
 Ciprotloacin 500 mg 2x1 tablet
 Ranitidine 150 mg 2x1 tablet
 Natrium Diklofenax 25 mg 2x1 tablet
 Alprazolam 0,5 mg 1x1 tablet

6. Pola Fungsi Kesehatan


a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit ia tidak terlalu
memperthatikan kesehatannya tetapi setelah masuk rumah sakit
klien mengatakan ternyata kesehatan sangatlah penting dan saat
sakit sangatlah tidak nyaman.
b. Nutrisi/Metabolic
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan kebiasaan
makannya dimana frekuensi makannya 2-3 x/hari dan porsinya
selalu dihabiskan.Klien mengatakan air yang dikonsumsi di
rumahnya banyak mengandung kapur. Klien mengatakan tiap hari
minum 2-2,5 liter air/hari sebelum sakit.

8
c. Pola Eliminasi
Klien mengatakan ada gangguan pada buang air kecil (BAK)
1 hari sebelum masuk rumah sakit dan tidak ada masalah pada
buang air besar (BAB). Klien mengatakan sering bolak-balik WC
(> 10 kali/24 jam) untuk buang air kecil dan setiap kali BAK
kencingnya keluar sedikit-sedikit dan berwarna kuning keruh
serta terasa sakit.
d. Oksigenasi
Klien tidak Nampak terpasang oksigen
e. Pola tidur dan istirahat
Klien mengatakan sebelum sakit klien tidak mengalami susah
tidur terutama pada malam hari dimana klien bisa tidur 8 jam
setiap harinya tetapi pada saat sakit klien mengatakan susah untuk
memulai tidur dikarenakan memikirkan penyakit yang
dialaminya.
f. Pola kognitif-perseptual
Klien sering menanyakan apakah penyakit yang dideritanya
bisa disembuhkan dan klien juga berpersepsi bahwa penyakitnya
dapat disembuhkan dengan jalan lain selain proses pembelahan
misalnya dengan pengobatan tradisional.
g. Pola persepsi diri/konsep diri
Klien mengatakan sudah mengetahui informasi tentang
penyakitnya, tetapi klien merasa cemas memikirkannya. Klien
mengatakan yang terpenting sekarang adalah ia cepat sembuh dan
menjalani aktivitasnya seperti semula.
h. Pola seksual dan reproduksi
Klien mengatakan tidak ada masalah yang dirasakan terkait
seksualitas.
i. Peran-hubungan
Klien mengatakan selama sakit tidak pernah lagi menjalankan
perannya sebagai penompang perekonomian keluarga seperti
sebelum sakit.

9
j. Pola manajemen koping stress
Klien mengatakan sangat cemas dengan kondisi
kesehatannya saat ini, klien nampak gelisah dan sering ke meja
perwawat bertanya mengenai kondisinya, klien berulang kali
bertanya kepada perawat mengenai tindakan operasi itu seperti
apa.
k. Pola keyakinan-nilai
Klien mengatakan selama sakit tidak pernah lagi menjalankan
ibadahnya dan ibadahnya menjadi terganggu akibat penyakit yang
di deritanya.

7. Riwayat Kesehatan dan Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum pasien lemah dengan tingkat kesadaran sadar
sepenuhnya (composmentis).
Tanda-tanda vital: Tekanan darah 150/90 mmHg, Nadi:
89x/menit, suhu: 36,7oC, pernapasan: 23x/menit, BB : 62, TB: 167,
IMT : 62/1,67 = 22,23
a. Kulit, Rambut, dan Kuku
Distribusi rambut pasien nampak lebat, tidak ada lesi, kulit kepala
bersih, warna kulit coklat gelap, akral hangat, turgor kulit baik,
tidak ada oedem, warna kuku pink.
b. Kepala dan Leher
Bentuk kepala pasien simetris antara kiri dan kanan dan tidak
nampak ada lesi serta tidak deviasi trakea, tidak ada pembesaran
pada kelenjar tiroid dan KGB.
c. Mata dan Telinga
Klien tidak mengalami gangguan penglihatan dan tidak memeakai
kaca mata, pupil klien nampak isokor, konjungtiva klien tidak
nampak anemis, selera tidak ikterus, klien tidak mengalami
gangguan pendengaran dan tidak menggunakan alat bantu
pendengaran.

10
d. Sistem Pernapasan
Tidak ada batuk dan sesak
1) Inspeksi :
Pengembangan dinding dada simetris kiri-kanan (+)/(+),
deformitas tulang dada (-), trakea tidak mengalami deviasi,
frequensi pernapasan normal dan tidak menngunakan alat
bantu pernapasan.
2) Palpasi :
Tidak ditemukan benjolan dan masa.Taktil fremitus
seirama. Nyeri terkan (-)
3) Perkusi :
Suara perkusi resonan dan tidak ada tanda-tanda
penumpukan cairan
4) Auskultasi :
Bunyi napas vesicular pada perifer paru, bunyi napas
bronchial diatas trachea, bunyi broncovesicular (+) dan tidak
ada bunyi napas tambahan (crackles (+),whezing (-), mengi (-).

e. Sistem Kardiovaskuler
Klien mengalami nyeri dada dan palpasi
1) Inspeksi :
Tidak nampak ada pembesaran vena jugularis dan bentuk
dada simetris antara kiri dan kanan serta tidak ada sianosis.
2) Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekanan dan ictus kordis teraba pada
ICS 5 mid klavikula kiri, CRT < 3 detik, dan tekanan vena
jugular (jugularis venous pressure/JVP) 7cmH2O.
3) Perkusi :
Suara perkusi pekak pada ICS 4 dan 5 pada mid klavikula kiri.
4) Auskultasi :
Tidak terdengar bunyi jantung tambahan, Bj1 dan Bj2
normal (lub-dub), Bj1 terdengar bertepatan dengan teraba
pulsase nadi pada arteri carotis.

11
f. Sistem Gastrointestinal
1) Inspeksi
Mulut klien nampak bersih dengan mukosa lembab, tidak
terdapat karies gigi.
2) Auskultasi
Peristaltik usus 15x/menit
3) Perkusi
Suara perkusi timpani pada perut tidak terdapat penumpukan
cairan.
4) Palpasi
Ada nyeri tekan pada bagian bawah, pembesaran hepar (-)

g. Sistem urinarius
1) Inspeksi
Klien tidak menggunakan alat bantu kateter, klien tampak
meringis memegang bagian bawah dari pinggang. Urine
berwarna kuning keruh.
2) Palpasi
Ada nyeri tekan pada perut bagian bawah dan pada
areapinggang. Kandung kemih tidak teraba
3) Perkusi
Ada nyeri ketuk pada pinggang bagian belakang kanan.

h. Sistem Reproduksi Pria


Tidak ada keluhan dan tidak dilakukan pemeriksaan fisik

i. Sistem Saraf
GCS:15 Eye:4 verbal:5 motorik:6

j. Sistem Muskoloskeletal
1) Inspeksi:
Tidak ada hambatan pergeraka sendi pada saat jalan, duduk
dan bangkit dari posisi duduk, tidak ada deformitas dan
fraktur.

12
2) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan , tahan terhadap tekanan, kekuatan otot 5
dimana klien dapat melakukan rentang gerak penuh, dapat
melawan gravitasi dan dapat menahan tahanan penuh.

k. Sistem Imun
Klien mengalami pendarahan pada gusi dan klien tidak
mengalami keletihan/kelemahan.Klien tampak lemah dikarenakan
memikirkan penyakit yang sedang dialami.

l. Sistem Endokrin
Hasil pemeriksaan laboraturium klirn tidak mengalami
hiperglikemia dan hipoglikemia serta luka gangrene.

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Data Laboraturium pemeriksaan darah

Jenis pemeriksaan hasil Nilai Normal Unit


WBC 7,00 4.000-10.0 10³/µL
RBC 4,72 4.000-6.0 106 /ml
HGB 12,7 12.000-16.00 g/dl
HCT 38,0 37.0-48.0 %
MCV 79,7 80-97.0 fL
MCH 26,6 26-33.5 Pg
MCHC 33,4 31.5-35.0 Pg
PLT 263 150-400 10³/µL
Creatinine 0,9 0.7-1.2 Mg/dL
Glukosa 94 70-180 Mg/dL
SGOT 38 <45 U/L
SGPT 38 <41 gr/dL
Ureum 23 19-44 Mg/dL
b. Data USG (tanggal 23 juli 2018)
Kesan :
Nefrolitis Dextra
B. Analisis Review
Berdasarkan data pengkajian dari kasus yang sudah di analisis didapatkan
data:Tn. J umur 53 thn diagnosa medis BSK..

13
Dimana saat dilakukan anamnesa dan pemeriksaan terdapat beberapa
masalah:
1. Status Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan utama (saat MRS dan saat ini):
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada daerah
perut bagian bawah tembus hingga belakang serta menyebar ke
bagian genetalia. Nyeri dirasakan terutama saat buang air kecil.
b. Keluhan utama saat pengkajian:
P : Klien mengatakan nyeri bertambah parah ketika buang air kecil.
Q: Klien mengatakan nyerinya seperti tertusuk-tusuk.
R:Klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah tembus
belakang, menyebar ke bagian genetalia
S : Skala nyeri yang dirasakan 6 (sedang)
T: Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul

2. Riwayat Kesehatan yang Lalu


Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di Rumah sakit
dengan keluhan yang sama sekitar 1 tahun yang lalu. Klien juga
mengatakan pernah berobat 6 bulan sebanyak 4 kali karena penyakit
TBC. Pengobatan terakhir sampai tuntas.

3. Pola Fungsi Kesehatan


a. Pola Eliminasi
Klien mengatakan sering bolak balik kamar mandi >10x/24 jam
untuk BAK, kencing keluar sedikit-sedikit, warna kuning keruh dan
terasa sakit saat BAK.
b. Pola tidur dan istirahat
Klien mengatakan susah tidur karena memikirkan penyakitnya.

c. Pola peran-hubungan
Klien mengatakan tidak pernah lagi menjalankan perannya
sebagai penopang perekonomian keluarga
d. Pola manajemen koping stress

14
Klien mengatakan sangat cemas dan gelisah dengan kondisinya
saat ini. Selalu bertanya kepada perawat mengenai tindakan operasi
seperti apa.
e. Pola keyakinan-nilai
Klien mengatakan selama sakit ibadahnya terganggu dan tidak
pernah dijalankan.

4. Riwayat Kesehatan dan Pemeriksaan Fisik


a. Kesadaran: Composmentis
b. Tanda-tanda Vital:
TD : 150/90 mmHg
Nadi : 89x/menit
RR : 23x/menit
Suhu : 36,7°C
c. Sistem Gastrointestinal
Pada saat dilakukan pemeriksaan dengan cara palpasi ada nyeri
tekan pada perut bagian bawah.
d. Sistem Urinarius
1) Inspeksi
Klien nampak meringis memegang perut bagian bawah dan
pinggang. Urine berwarna kuning keruh.
2) Palpasi
Ada nyeri tekan pada perut bagian bawah dan pada area
pinggang.
3) Perkusi
Ada nyeri ketok pada pinggang bagian belakang kanan.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises, peregangan dari
terminal saraf sekunder dari adanya batu pada ginjal.
2. Gangguan eliminasi urine b.d stimulasi kandung kemih oleh batu ginjal,
iritasi ginjal dan ureter.
3. Risiko infeksi b.d kolinisasi bakteri meningkat.

15
4. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual,
muntah efek sekunder dari nyeri.
5. Ansietas b.d proknosis pembedahan, invasif tindakan diagnostik

D. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri b.d aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises, peregangan dari
terminal saraf sekunder dari adanya batu pada ginjal.
Tujuan:
Mendemonstrasikan rasa nyeri hilang dengan criteria hasil tidak ada
nyeri, ekspresi wajah rileks, tidak ada mengerang dan perilaku
melindungi bagian yang nyeri frekuensi nadi 60-100x/menit, pernafasan
12-24x/menit.
Intervensi :
1) Kaji dan catat lokasi, intensitas(skala 0-10) dan penyebarannya.
Perhatikan tanda-tanda verbal: TD, nadi, gelisah, merintih.
2) Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staff
terhadap perubahan kejadian atau karakteristik nyeri.
3) Berikan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan seperti pijatan
punggung, lingkungan nyaman, istirahat.
4) Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus bimbingan
imajinasi dan aktifitas terapeutik.
5) Dorong atau bantu dengan ambulasi sesuai dengan indikasi dan
tingkatkan pemasukan cairan sedikitnya 3-4/hari dalam toleransi
jantung.
6) Kolaborasi, berikan obat sesuai indikasi.
7) Berikan kompres hangat pada punggung.
8) Pertahankan patensi kateter bila digunakan.
Rasional:
1) Untuk menentukan intervensi selanjutnya.
2) Mengetahui tingkat nyeri dan intervensi selanjutnya.
3) Nafas dalam dapat membantu otot perut sehingga memungkinkan
otot perut ke jaringan.

16
4) Mengurangi rasa nyeri.

2. Gangguan eliminasi urine b.d stimulasi kandung kemih oleh batu ginjal,
iritasi ginjal dan ureter.
Tujuan:
Klien berkemih dengan jumlah normal dan pola biasa atau tidak ada
gangguan.
Kriteria hasil:
Jumlah urine 1500 ml/24 jam dan pola biasa, tidak ada distensi
kandung kemih dan oedema.
Intervensi:
1) Tentukan pola berkemih normal klien dan perhatikan variasi.
2) Dorong klien untuk meningkatkan pemasukan cairan.
3) Periksa semua urine, catat adanya keluaran batu dan kirim ke
laboratorium untuk analisa.
4) Selidiki keluhan kandung kemih penuh: Palpasi untuk distensi
suprapubik. Perhatikan penurunan keluaran urine, adanya oedema
periorbital atau tergantung.
5) Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat
kesadaran.
6) Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh: Elektrolit, BUN
kreatinin.
7) Ambil urine untuk kultur dan sensitivitas.
8) Berikan obat sesuai indikasi, contoh: perhatikan patensi kateter
tidak menetap, bila menggunakan.
9) Irigasi dengan asam atau larutan alkali sesuai indikasi.
Rasional:
1) Menentukan intervensi selanjutnya.
2) Untuk mengganti cairan yang hilang.
3. Risiko infeksi b.d kolinisasi bakteri meningkat.
Tujuan:

17
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan infeksi sembuh dan mencegah komplikasi.
Intervensi:
1) Kaji suhu tubuh pasien selama 4 jam dan lapor suhu diatas
38,5C.
2) Catat karakteristik urine
3) Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter jika ada kontraindikasi.
4) Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan sensivitas untuk
menentukan respon terapi.
5) Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih.
6) Berikan keperawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan
kering.
Rasional:
1) Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang
membuat infeksi ureter.
2) Untuk mngetahui atau mengidentifikasi indikasi kemajuan atau
penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
3) Untuk mencegah statis urine.
4) Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan
penderita.
5) Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih.
6) Tanda-tanda vital menandakan adanya perubahan didalam tubuh.

4. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual,


muntah efek sekunder dari nyeri.
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam setelah diberikan asupan nutrisi klien
terpenuhi.
Kriteria hasil:
1) Klien dapat mempertahankan status asupan nutrisi yang adekuat.
2) Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.
Intervensi:

18
1) Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan dan derajat
penurunan berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan
menelan, rirawayat mual atau muntah dan diare.
2) Fasilitas klien memperoleh diet biasa yang disukai klien (sesuai
indikasi).
3) Pantau intake dan output, anjurkan untuk timbang berat badan
secara periodic (1x seminguu).
4) Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah
makan, serta sebelum dan sesudah intervensi atau pemeriksaan
peroral.
Rasional:
1) Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk menetapkan
pilihan intervensi yang tepat.
2) Memperhitungkan keinginan individu dapat memperbaiki asupan
nutrisi.
3) Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan
cairan. Makanan dan cairan tidak diizinkan melalui mulut selama
beberapa jam atau beberapa hari sampai gejala akut berkurang.
Bila makanan diberikan adanya gejala yang menunjukkan
berulangnya episode gastritis dievaluasi dan dilaporkan.
4) Menurunkan rasa tidak enak karena sisa makanan atau bau obat
yang dapat merangsang pusat muntah.

5. Ansietas b.d proknosis pembedahan, invasif tindakan diagnostik


Tujuan:
Dalam waktu 1x24 jam tingkat kecemasan pasien berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil:
Pasien menyatakan kecemasan berkurang, mengenal perasaannya,
dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor yang mempengaruhinya,
kooperatif terhadap tindakan, dan wajah rileks.
Intervensi:

19
1) Bantu pasien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan, dan
takut.
2) Berikan dukungan pra bedah.
3) Hindari konfrontasi.
4) Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat.
5) Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan
ansietasnya.
6) Berikan privasi utnuk pasien dan orang terdekat.
7) Kolaborasi: Berikan anti cemas (Diazepam).
Rasional:
1) Cemas berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung.
2) Hubungan emosional yang baik antara perawat dan pasien akan
mempengaruhi penerimaan pasien dengan pembedahan. Aktif
mendengar semua kekhawatiran dan keprihatinan pasien adalah
bagian penting dari evaluasi pra operatif. Keterbukaan mengenai
tindakan bedah yang akan dilakukan, pilihan anestesi, dan
perubahan atau kejadian pasca operatif yang diharapkan akan
menghilangkan banyak ketakutan tidak berdasar terhadap
anestesi. Bagi sebagian pasien, pembedahan adalah suatu
peristiwa hidup yang bermakna. Kemampuan perawat dan dokter
untuk memandang pasien dan keluarganya sebagai manusia yang
layak untuk didengarkan dan diminta pendapat, ikut menentukan
hasil pembedahan. Memperlihatkan bahwa kecemasan yang
dikunjungi dan diminta pendapat sebelum dioperasi akan
berkurang saat tiba di kamar operasi dibandingkan mereka yang
hanya sekedar diberi pra medikasi dengan fenobarbital.
3) Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan
kerjasama, dan mungkin memperlambat penyembuhan.
4) Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu.
5) Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran yang
tidak diekspresikan.

20
6) Memberikan waktu untuk mengekspresikan perasaan,
menghilangkan cemas dan perilaku adaptasi. Adanya keluarga
dan teman-teman yang dipilih pasien melayani aktifitas dan
pengalihan (misal: membaca) akan menurunkan perasaan
terisolasi.
7) Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan.

E. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya :Intervensi dilaksanakan sesuai
dengan rencana setelah dilakukan validasi ; ketrampilan interpersonal,
teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta dokumentasi
intervensi dan respon pasien.Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi
secara kongkrit dari rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi
masalah kesehatan dan perawatan yang muncul pada pasien

F. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana
tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai kemungkinan terjadi
pada tahap evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi berfokus pada
ketepatan perawatan yang diberikan dan kemajuan pasien atau kemunduran
pasien terhadap hasil yang diharapkan. Evaluasi merupakan proses yang
interaktif dan kontinu karena setiap tindakan keperawatan dilakukan, respon
klien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang yang
diharapkan. Kemudian berdasarkan respon klien, direvisi intervensi
keperawatan atau hasil yang diperlukan. Ada 2 komponen untuk
mengevaluasi kualitas tindakan computer keperawatan, yaitu :
1. Proses (sumatif)

21
Fokus tiopeini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil
kualitas pelayanan tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus
dilaksanakan sesudah perencanaan keperawatan, dilaksanakan untuk
membantu keefektifan terhadap tindakan.
2. Hasil (formatif)
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status
kesehatan klien pada akhir tindakan keperawatan klien.

22
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer S.C & Bare, Brunner &Suddarth. 2008. Keperawatan Medikal Bedah


Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC

Wijaya dan Putri . 2013. Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta : Nuha


Medika

23

Anda mungkin juga menyukai