Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN BATU SALURAN

KEMIH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1

Dosen Pengampu : Ns. Endro Haksara, M. Kep

Disusun Oleh :

Nama : Moch. Syamsuddin

NIM : 17.055

Kelas : 2B

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGORO

SEMARANG

2018/2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................2
C. TUJUAN...................................................................................................................3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI..................................................................................................................4
2. ETIOLOGI...............................................................................................................4
3. PATHOFISIOLOGI.................................................................................................5
4. PHATWAY................................................................................................................7
5. MANIFESTASI KLINIK.........................................................................................7
6. KOMPLIKASI BATU SALURAN KEMIH...........................................................8
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG.............................................................................8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Asuhan Keperawatan Teori...................................................................................10
B. Tinjauan Kasus.......................................................................................................11
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN.......................................................................................................25
B. SARAN....................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................27

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Batu Saluran Kemih (Urolithiasis) merupakan keadaan patologis

karena adanya masa keras seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran

kencing dan dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, atau infeksi pada

saluran kencing. Terbentuknya batu disebabkan karena air kemih jenuh

dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih

kekurangan materi-materi yang dapat menghambat pembentukan batu,

kurangnya produksi air kencing, dan keadaan-keadaan lain yang idiopatik

(Dewi, 2007).
Penyakit ini menyerang sekitar 4% dari seluruh populasi, dengan

rasio pria-wanita 4:1 dan penyakit ini disertai morbiditas yang besar

karena rasa nyeri (Tisher, 1997). Di Amerika Serikat 5-10% penduduknya

menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia rata-rata terdapat 1-2%

penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit ini merupakan tiga

penyakit terbanyak dibidang urologi disamping infeksi saluran kemih dan

pembesaran prostat (Purnomo, 2011). Penyakit batu ginjal merupakan

masalah kesehatan yang cukup bermakna, baik di Indonesia maupun di

dunia. Prevalensi penyakit batu diperkirakan sebesar 13% pada laki-laki

dewasa dan 7% pada perempuan dewasa. Empat dari lima pasien adalah

laki-laki, sedangkan usia puncak adalah dekade ketiga sampai keempat.


Fungsi ekskresi ginjal seringkali terganggu diantaranya oleh batu

saluran kemih yang berdasarkan tempat terbentuknya terdiri dari

nefrolitiasis, ureterolitiasis, vesicolitiasis, batu prostat, dan batu uretra.

Batu saluran kemih terutama dapat merugikan karena obstruksi saluran

1
kemih dan infeksi yang ditimbulkannya (de jong, 2004). Batu dapat

menyebabkan kerusakan atau gangguan fungsi ginjal karena menyumbat

aliran urine. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, urin akan mengalir

balik kesaluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan

menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi

kerusakan ginjal (Depkes, 2007). Pada umumnya obstruksi saluran kemih

sebelah bawah yang berkepanjangan akan menyebabkan obstruksi sebelah

atas. Jika tidak diterapi dengan tepat, obstruksi ini dapat menyebabkan

kegagalan fungsi dan kerusakan struktur ginjal yang permanen, seperti

nefropati obstruktif, dan jika mengalami infeksi saluran kemih dapat

menimbulkan urosepsis (Purnomo, 2011).


Untuk mengetahui adanya batu pada saluran kemih terkadang perlu

dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu melalui USG atau rontgen, bahkan

terkadang ditemukan pula ginjal yang sudah rusak atau tidak berfungsi lagi

akibat batu saluran kemih ini. Tingginya insiden batu saluran kemih, serta

rendahnya kesadaran masyarakat akan penyakit batu saluran kemi dan

asuhan keperawatan inilah yang mendorong penulis untuk membuat

makalah yang berjudul Asuhan Keperwatan Pada Pasien Dengan Batu

Saluran Kemih.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi dari Batu saluran kemih?
2. Etiologi dari Batu saluran kemih?
3. Bagaimana patofisiologi dari Batu saluran kemih?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari Batu saluran kemih?
5. Komplikasi dari Batu saluran kemih?
6. Bagaimana peeriksaan penunjang pada penderita Batu saluran kemih?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan batu saluran

kemih
C. TUJUAN
1. Tujuan umum

2
Untuk mengetahui secara umum penyakit batu saluran kemih dan

asuhan keperawatan batu saluran kemih.


2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui definisi dari Batu saluran kemih.
b. Untuk mengetahui etiologi dari Batu saluran kemih.
c. Untuk mengetahui patofisiologi dari Batu saluran kemih.
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Batu saluran kemih.
e. Untuk mengetahui komplikasi dari Batu saluran kemih.
f. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada penderita Batu

saluran kemih.
g. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan batu

saluran kemih.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Batu saluran kemih adalah adanya batu di traktus urinarius. (ginjal,

ureter, atau kandung kemih, uretra) yang membentuk kristal; kalsium,

oksalat, fosfat, kalsium urat, asam urat dan magnesium.(Brunner &

Suddath,2002).
Batu saluran kemih (urolithiasis) merupakan obstruksi benda padat

pada saluran kencing yang berbentuk karena faktor presifitasi endapan dan

senyawa tertentu. Batu tersebut bias berbentuk dari berbagai senyawa,

misalnya kalsium oksalat (60%), fosfat (30%), asam urat (5%) dan sistin

(1%). (Prabowo.E dan Pranata,2014)


2. ETIOLOGI
Menurut Purnomo, 2011, terbentuknya batu saluran kemih diduga

karena ada hubungannya gangguan cairan urine, gangguan metabolik,

infeksi saluran kemih dehidrasi dan keadaan lain yang masih belum

terungkap (idopatik). Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang

mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang yaitu :


1) Faktor intrinsik: herediter (di duga diturunkan orang tuanya)

umur, (paling sering di dapatkan pada usia 30-50 tahun) jenis

kelamin, (laki-laki tiga lebih banyak dibandingkan dengan

pasien perempuan).
2) Faktor ekstrinsik: geografi, iklim dan temperature, asupan air,

diet pekerjaan.

Mineralisasi pada semua system biologi merupakan temuan umum. Tidak

terkecuali batu saluran kemih, yang merupakan kumpulan kristal yang

terdiri dari bermacam-macam Kristal dan matrik organic. Teori yang

4
menjelaskan mengenai penyakit batu saluran kemih kurang lengkap.

Proses pembentukan membutuhkan supersaturasi urine. Supersaturasi

tergantung pada PH urine, kekuatan ion, konsntrasizat terlarut, dan

kompleksasi.(Stoller 2010)

3. PATHOFISIOLOGI
Menurut Dinda, 2011, secara teoritis batu dapat terbentuk di

seluruh saluran kemih terutama pada tempat -tempat yang sering

mengalami hambatan aliran urine (stasis urine), yaitu sistem kalises ginjal

atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises, divertikel,

obstruksi infravesika kronis seperti pada hyperplasia prostat berigna,

striktura, dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang

memudahkan terjadi pembentukan batu. Batu terdiri atas kristal-kristal

yang tersusun oleh bahan-bahan organic yang terlarut di dalam urine.

Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan metastable (tetap larut)

kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain

sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup

besar, agregat Kristal masih rapuh dan belum cukup mampu membuntu

saluran kemih. Untuk itu agregat Kristal menempel pada epitel saluran

kemih, dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada 3agregat itu

sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran

kemih. (Dinda, 2011)


Kondisi metasble di pengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya

koloid di dalam urine, kosentrasi solute di dalam urine, laju aliran di dalam

saluran kemih, atau adanya koloid di dalam urine, kosentrasi solute di

dalam saluran kemih, atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih

5
yang bertindak sebagai inti batu. Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri

atas batu kalsium, baik yang berikatan dengan oksalat maupun dengan

fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat, sedangkan

sisanya berasal dari batu asam urat, batu magnesium ammonium fosfat,

batu xanthyn, batu sistein, dan batu jenis lainnya. Meskipun patogenesis

pembentukan batu-batu di atas hampir sama, tetapi suasana di dalam

saluran kemih yang memungkinkan terbentuknya jenis batu itu tidak sama.

Misalkan batu asam urat mudah terbentuk dalam suasana asam, sedangkan

batu magnesium amonium fosfat terbentuk karena urine bersifat basa.

(Dinda, 2011)

4. PHATWAY

6
5. MANIFESTASI KLINIK
a. Kolik renal dan non kolik renal merupakan 2 tipe nyeri yang berasal

dari ginjal kolik renal umumnya disebabkan karena batu melewati

saluran kolektivus atau saluran sempit ureter,sementaranon kolik renal

disebabkan oleh distensi dari kapsula ginjal. (Stoller,2010)


b. Hematuria pada penderita BSK seringkali terjadi hematuria (air kemih

berwarna seperti air teh) terutama pada obstruksi ureter. (Stoller, 2010)
c. Infeksi jenis BSK apapun seringkali berhubungan dengan infeksi

sekunder akibat obstruksi. ( Stoller, 2010)


d. Demam adanya demam yang berhubungan dengan BSK merupakan

kasus darurat karena dapat menyebabkan urosepsis. ( Stolle, 2010)

7
e. Mual-muntah Obstruksi saluran kemih bagian atas seringkali

menyebabkan mualdan muntah. ( Stoller, 2010)


6. KOMPLIKASI BATU SALURAN KEMIH
Menurut S. Wahap, 2013 batu saluran kemih selain memicu terjadinya

renal colic, ada beberapa komplikasi ada beberapa komplikasi yang di

waspadai :
a. Pembendungan dan pembengkakan ginjal
b. Kerusakan dan gagal fungsi ginjal,
c. Infeksi saluran kemih
d. Timbulnya batu berulang
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
1) Urinalisis
- Makroskopik didapatkan gross hematuria.
- Mikroskopik ditemukan sedimen urin yang menunjukkkan adanya

leukosituria, hematuria, kristal-kristal pembentuk batu.


- Pemeriksaan kimiawi ditemukan pH urin lebih dari 7,6

menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea dan

kemungkinan terbentuk batu fosfat. Bisa juga pH urin lebih asam

dan kemungkinan terbentuk batu asam urat.


- Pemeriksaan kultur urin menunjukkan adanya pertumbuhan kuman

pemecah urea.
- Pemeriksaan Faal Ginjal. Pemeriksaan ureum dan kreatinin adalah

untuk melihat fungsi ginjal baik atau tidak. Pemeriksaan elektrolit

untuk memeriksa factor penyebab timbulnya batu antara lain kadar

kalsium, oksalat, fosfat maupun urat di dalam urin.


2) Pemeriksaan Darah Lengkap : dapat ditemukan kadar hemoglobin

yang menurun akibat terjadinya hematuria. Bisa juga didapatkat

jumlah lekosit yang meningkat akibat proses peradangan di ureter.


3) Radiologis
Foto BNO-IVP untuk melihat lokasi batu, besarnya batu, apakah

terjadi bendungan atau tidak. Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP

tidak dapat dilakukan; pada keadaan ini dapat dilakukan retrograd

8
pielografi atau dilanjutkan dengan antegrad pielografi, bila hasil

retrograd pielografi tidak memberikan informasi yang memadai.

Pada foto BNO batu yang dapat dilihat disebut sebagai batu

radioopak, sedangkan batu yang tidak tampak disebut sebagai batu

radiolusen, berikut ini adalah urutan batu menurut densitasnya, dari

yang paling opaq hingga yang paling bersifat radiolusent; calsium

fosfat, calsium oxalat, magnesium amonium fosfat, sistin, asam urat,

xantine.

9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan Keperawatan Teori


1. Pengkajian
a. Identitas
Nama : Dengan inisial
Umur : Paling sering 30-50 tahun
Jenis Kelamin : Lebih banyak pada pria
Alamat : Tinggal di daerah panas
b. Riwayat Keperawatan
1) Keluhan utama, yang dirasakan klien biasanya adalah nyeri
akut/kronik, dan kolik yang menyebar ke paha dan genetalia.
2) Riwayat penyakit dahulu, biasanya klien yang menderita pnyakit
batu saluran kemih, pernah menderita penyakit infeksi saluran
kemih.
3) Riwayat penyakit keluarga, keluarga menderita batu saluran
kemih dan hipertensi.
c. Fungsional Gordon
1) Pola persepsi dan manajemen
Pola ini menjelaskan bagaimana penderita batu saluran kemih
mengatasi penyakit yang di deritanya, apakah langsung di bawa ke
rumah sakit atau tidak.
2) Pola nutisi dan metabolic
Pola ini menjelaskan bagaimana bagaimana makanan klien, apakah
mengalami muntah, dan biasanya klien sering mengalami hidrasi.
3) Pola eliminasi
Klien akan mengalami gangguan pada keseimbangan cairan dan
elektrolit.
4) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas dan latihan klien akan terganggu, karena klien mengalami
nyeri dan bengkak pada tungkai.

10
5) Pola kognitif dan perceptual
Klien yang menderita BSK tidak mengalami gangguan pada
penglihatan, dan pendengaran.
6) Pola istirahat dan tidur
Biasanya tidur dan istirahat klien terganggu, karena merasakan
nyeri yang sangat hebat pada daerah tungkai.
7) Pola konsep diri dan persepsi
Biasanya klien sering merasa cemas akan penyakitnya.
8) Pola peran dan hubungan
Klien sering menutup diri dan sering mengabaikan perannya baik
sebagai suami, maupun ayah.
9) Pola reproduksi dan seksual
Klien yang menderita BSK mengalami gangguan reproduksi dan
seksualnya, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan seksualnya.
10) Pola coping dan toleransi
Klien yang menderit BSK cenderung stress, karena cemas
memikirkan penyakitnya yang tak kunjung sembuh.
11) Pola nilai dan keyakinan
Klien akan susah melakukan aktivitas ibadahnya, karena di rumah
sakit klien menggunakan kateter.
2. Pemeriksaan penunjang
3. Pemeriksaan lab
B. Tinjauan Kasus
Ny. F (55 tahun) seorang karyawan swasta MRS dengan keluhan nyeri
pinggang kanan. Nyeri hilang timbul dan menjalar ke perut dan tidak
dipengaruhi mobilitas fisik. Ny. F mengaku 4 bulan yang lalu sering
mengalami nyeri yang sama, dan nyeri hialang setelah diberikan obat
penghilang easa nyeri dari dokter. Nyeri dirasakan bertambah berat dalam 2
hari ini dan tidak menghilang dengan obat yang biasa dimakan, selanjutnya
Ny. F dibawa oleh suami ke RS. Ny. F juga mengeluh mual dan muntah
sekitar 4-5 kali sejak 1 hari yang lalu dan demam dan air kencing keruh dan

11
oliguri (+) dg jumlah sekitar 400ml/24 jam. Ny. F mengaku BAB dan Bak
selama ini tidak ada masalah. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan
Kondisi umum: gelisah dan tampak meringis namun nyeri nonkolik; TD:
120/90 mmHg; HR: 102x/mnt RR: 28x/mnt ; Suhu: 38,70C ; abdomen:
inspeksi:flatuensi (+), palpasi: nyeri tekan kuadaran kanan atas (+), perkusi:
timpani pada abdomen dan nyeri ketok CVA dexter (+), auskultasi : bising
usus menurun. Pada pemeriksaan lab didaptkan : Hb=14gr/dl, leukosit:
15.000/mm3, ureum: 24mg/dl, creatinin: 2,5 mg/dl. Pada pemeriksaan
penunjang USG menunjukkan hidronefrosis dextra. Pada pemeriksaan
BNO-PIV : tampak bayangan radio opak Lumbal III dektra, fungsi ginjal
masih baik namun terdapat hidronefrosis ren dektra grade II.
1. Pengkajian
a. Identitas
Nama : Ny. F
Umur : 55 Tahun
Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Sukoharjo
b. Riwayat Keperawatan
1) Keluhan utama
Ny. F (55 tahun) seorang karyawan swasta MRS dengan
keluhan nyeri pinggang kanan.
2) Riwayat Sekarang
Nyeri hilang timbul dan menjalar ke perut dan tidak
dipengaruhi mobilitas fisik. Nyeri dirasakan bertambah berat
dalam 2 hari ini dan tidak menghilang dengan obat yang
biasa dimakan, selanjutnya Ny. F dibawa oleh suami ke RS.
Ny. F juga mengeluh mual dan muntah sekitar 4-5 kali sejak
1 hari yang lalu dan demam dan air kencing keruh dan 0liguri
(+) dg jumlah sekitar 400ml/24 jam. Dari hasil pemeriksaan
fisik didapatkan Kondisi umum: gelisah dan tampak meringis
namun nyeri nonkolik; TD: 120/90 mmHg; HR: 102x/mnt
RR= 28x/mnt ; Suhu: 38,70C ; abdomen: inspeksi:flatuensi
(+), palpasi: nyeri tekan kuadaran kanan atas (+), perkusi:

12
timpani pada abdomen dan nyeri ketok CVA dexter (+),
auskultasi : bising usus menurun. Pada pemeriksaan lab
didaptkan : Hb=14gr/dl, leukosit: 15.000/mm3, ureum:
24mg/dl, creatinin: 2,5 mg/dl. Pada pemeriksaan penunjang
USG menunjukkan hidronefrosis dextra. Pada pemeriksaan
BNO-PIV : tampak bayangan radio opak Lumbal III dektra,
fungsi ginjal masih baik namun terdapat hidronefrosis ren
dektra grade II.
3) Riwayat Dahulu
Ny. F mengaku BAB dan Bak selama ini tidak ada
masalah.
4) Riwayat Keluarga ; -
c. Pola Fungsional
Pola Hasil
Fungsional
Pola -
Aktivitas
Pola TD= 120/90 mmHg; HR= 102x/mnt RR= 28x/mnt ;
Sirkulasi Suhu= 38,70C
Pola Nutrisi Ny. F juga mengeluh mual dan muntah sekitar 4-5 kali
sejak 1 hari yang lalu
Pola Ny.F mengatakan air kencing keruh dan oliguri dg
Eliminasi jumlah sekitar 400ml/24 jam.
Pola Istirahat -
Pola Ny.F mengeluh nyeri pinggang kanan. Nyeri hilang
Kenyamana timbul dan menjalar ke perut dan tidak dipengaruhi
mobilitas fisik. Nyeri dirasakan bertambah berat dalam 2
hari ini dan tidak menghilang dengan obat yang biasa
dimakan. Kondisi umum= gelisah dan tampak meringis
namun nyeri nonkolik.
Pola Koping -
Pola -
Keyakinan
Pola Kognitif -
Pola Seksual -
d. Pemeriksaan Penunjang

13
1) Keadaan umum
Kondisi umum, gelisah dan tampak meringis namun nyeri
nonkolik.
Pemeriksaan Fisik Hasil
Inspeksi Flatuensi (+)
Palpasi Nyeri tekan kuadran kanan atas (+)
Perkusi Timpani pada abdomen dan nyeri ketok
CVA dextra (+)
Auskultasi Bising usus menurun
2) Tanda-Tanda Vital
TTV Nilai Normal Nilai Pasien Abnormalitas
TD Bayi : 70-90/50120/90 mmHg Meningkat : Apabila terjadi
mmHg penyakit ginjal, kelainan
Anak : 80-100/60 hormonal, keadaan emosi
mmHg yang tak menentu.
Remaja : 90-110/66 Menurun : Pelebaran
mmHg pembuluh darah,
Dewasa muda : 110- efeksamping obat, anemia,
140/60-90 mmHg hati, dehidrasi, kurang
Dewasa tua ; 130- nutrisi.
150/80-90 mmHg.
RR Bayi ; 30-40 x/i 28x/i Meningkat : Apabila terjadi
Anak : 20-30 x/i susunan tulang yang
Dewasa : 16-20x/i abnormal, kekurangan
Lansia : 14-16 x/i cairan, emosi yang tidak
stabil
Nadi Bayi : 120-130 x/i 102 x/i Meningkat : penyakit
Anak : 80-90 x/i jantung, peningkatn keton,
Dewasa : 70-100 x/i penuruna volume darah
Lansia : 60-70 x/i Penurunan ; tidak elastisnya
dinding arteri.
0 0
Suhu 36,5- 37,5 C 38,7 C Meningkat : demam dapat
disebabkan infeksi maupun
kompensasi dari tubuh.
Menurun : terjadi penurunan

14
produksi panas, gangguan
hormon tiroid atau pituitary,
gangguan hipotalamus,
kelelahan dan krang cairan.

3) Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan Nilai normal Hasil Abnormalitas
Hb Wanita : 12-1614 gr/dl Penurunan : anemia,
gr/dl penyakit ginjal, obat seperti
Pria: 14- 18 antibiotik, aspirin
gr/dl
Anak-anak : Peningkatan : dehidrasi,
10-16 gr/dl gagal jantung,
Bayi baru : 12-
24 gr/dl
Leukosit 5000- 10.00015.000/mm3 Meningkat : proses
mm3 inflamasi, misal
pneumonia, tuberculosis,
tonsil dan lain-lain,
antibiotik terutama
ampicillin
Menurun : Infeksi terutama
oleh virus, malaria,
alkohol, obat-obatan.
Ureum 24 mg/dl Meningkat : Penurunan
aliran darah ke ginjal.
Syok, dehidrasi,
peningkatan katabolisme
protein, leukemia, cidera,
obstruksi saluran kemih,
urtrhra yang menghambat
ekskresi.

15
Menurun : nekrotik hepatik
akut, malnutrisi protein,
obat fenotiazin.
Kreatini Wanita : 0,5 –2,5 mg/dl Meningkat : penurunan
0,9 mg/dl fungsi ginjal, gagal ginjal,
Pria ; 0,6- 1,3 kanker, serangan jantung,
gr/dl obat-obatan dapt
Anak : 0,4 – meningkatkan kreatinin.
1,2 mg/dl Menurun: distrofi otot,
myasthenia gravis,
kerusakan pada ginjal.

Pemeriksaan Diagnostik Hasil


USG Hidronefrosis dextra
BON-PIV Tampak bayangan radio opak Lumbal III dektra,
fungsi ginjal masih baik namun terdapat
hidronefrosis ren dektra grade II.
2. Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
1. -Pasien mengeluh nyeri pinggang kanan -Pasien tampak meringis dan gelisah
2. Pasien menegatakan 4 bulan yang lalu -Leukosit 15.000 mm3
sering mengalami nyeri yang sama dan -Creatinin 2,5 mg/dl
nyeri hilang setelah diberi obat -Pada pemeriksaan penunjang USG
penghilang rasa nyeri menunjukkan hidronefrosis dextra.
3. -Ny.F mengeluh mual dan muntah -Pada pemeriksaan BNO-PIV : tampak bayangan
sekitar 4-5 x sejak 1 hari yang lalu. radio opak Lumbal III dektra, fungsi ginjal
4. -Pasien mengatakan air kencing keruh masih baik namun terdapat hidronefrosis ren
dan oliguri dg jumlah sekitar 400ml/24 dektra grade II.
jam. -RR 28x/i
5. -Pasein mengatakan demam -Nadi 102 x/i
-Palpasi: nyeri tekan kuadaran kanan atas (+)
-Bising usus menurun
10-Suhu 38,70C
3. Analisis Data

16
Data Etiologi Masalah
DS : Agen Nyeri kronik
1. Pasien menegatakan 4 bulan yang lalu pencedera
sering mengalami nyeri yang sama dan
nyeri hilang setelah diberi obat
penghilang rasa nyeri.
2. Pasien mengeluh nyeri pinggang
kanan.
DO :
1. Pasien tampak meringis dan gelisah
2. palpasi: nyeri tekan kuadaran kanan
atas (+)
DS : Kelebihan Kelebihan volume
1. Pasien mengatakan air kencing keruh asupan cairan cairan
dan oliguri dg jumlah sekitar 400ml/24
jam.
DO :
1. Pasien tampak gelisah
2. RR 28 x/i
3. Creatini 2,5 gr/dl
4. Pada pemeriksaan penunjang USG
menunjukkan hidronefrosis dextra.
5. Pada pemeriksaan BNO-PIV : tampak
bayangan radio opak Lumbal III dektra,
fungsi ginjal masih baik namun terdapat
hidronefrosis ren dektra grade II.
DS : Hipertermi
1. Pasien mengatakan demam
DO :
1. Suhu 38,7 0C
2. Leukosit 15000 mm3
3. RR 28x/i
4. Nadi 102 x/i

17
DS: Kurang Defisiensi
1. Ny. F mengaku 4 bulan yang lalu sumber pengetahuan
sering mengalami nyeri yang sama, dan pengetahuan
nyeri hialang setelah diberikan obat
penghilang easa nyeri dari dokter. Nyeri
dirasakan bertambah berat dalam 2 hari
ini dan tidak menghilang dengan obat
yang biasa dimakan,
DS : Mual danRisiko
1. Ny.F mengeluh mual dan muntah muntah ketidakseimbangan
sekitar 4-5 x sejak 1 hari yang lalu. nutrisi kurang dari
DO ; kebutuhan tubuh.
1. Bising usus menurun
4. Diagnose Keperawatan
a. Nyeri kronik
b. Kelebihan volume cairan
c. Hipertermi
d. Defisiensi pengetahuan
e. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5. Intervensi Keperawatan
DIAGNOS TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
(NANDA)
1.Nyeri kronik -Tingkat nyeri (2102) Manajemen nyeri
(00133) b.d Agen (210206) ekspresi nyeri (1400)
pencedera. wajah ditingkatkan dari -Monitor adanya
skala 2 (cukup berat) ke respon abnormal
skala 5 (tidak ada) terhadap tiga tipe
(210219) fokus menyempit stimulus primer,
ditingkatkan dari skala 2 sensori, visual dan
(cukup berat) ke skala 5 auditori.
(tidak ada) -bantu pasien dalam
-kontrol nyeri (1605) melakukan aktivitas
(160501) menggambarkan pemenuhan kebutuhan

18
faktor penyebab dasar dengan sisi
ditingkatkan dari skala 3 tubuh yang terkena
(kadang-kadang dampak, sejalan
menunjukkan) ke skala 5 dengan pasien telah
(secara konsisten mendemonstrasikan
menunjukkan) kemampuan untuk
(160505) menggunakan mengkompensasi
analgesic yang di pengabaian.
rekomendasikan -Ajarkan pengasuh
ditingkatkan dari skala 3 mengenai penyebab,
(kadang-kadang mekanisme dan
menunjukkan) ke skala 5 pengobatan dari
(secara konsisten unilateral.
menunjukkan) -Libatkan keluarga
dalam proses
rehabilitasi untuk
memberikan
dukungan terhadap
usaha pasien dan
membantu dalam
perawatan sesuai
kebutuhan
2.Kelebihan volume Keseimbangan cairan Manajemen cairan
cairan (00026) b.d (0601) (4120)
Kelebihan asupan -(060101) tekanan darah -timbang berat badan
cairan ditingkatkan dari skala 3 setiap hari dan
(cukup terganggu) ke skala monitor status pasien.
5 (tidak terganggu. -monitor TTV pasien.
-(060120) berat jenis urin -monitor status gizi
ditingkatkan dari skala 3 -berikan cairan,
(cukup terganggu) ke skala dengan tepat.
5 (tidak terganggu. -dukung pasien dan
-(060115) kehausan keluarga untuk

19
ditingkakan dari skala 2 membantu dalam
(cukup berat) ke skala 5 pemberian makan
(tidak ada) dengan baik.
3.Hipertermi (00007) Termoregulasi (0800) Perawatan demam
b.d dehidrasi -tingkat pernapasan (3740)
ditingkankan dari skala 3 -pantau suhu dan TTV
(cukup tergnggu) ke skala -beri obat atau cairan
5 (tidak terganggu) IV (misalnya,
-(080001) peningkatan antipiretik, agen
suhu kulit ditingkatkan dari antibakteri dan agen
skala 3 (sedang) ke skala 5 anti menggigil)
(tidak ada) -dorong konsumsi
cairan
-pantau komplikasi-
komplikasi yang
berhubungan dengan
perban.
-pastikan tanda lain
dari infeksi yang
terpantau pada orang
tua.
4.Defisiensi Pengetahuan:manajemen Pengajaran: proses
pengetahuan (00126) penyakit ginjal (1857) penyakit (5602)
b.d kurang sumber -(185701) penyakit ginjal -Kaji tingkat
pengetahuan. tertentu ditingkatkan dari pengetahuan pasien
skala 2 (pengetahuan terkait dengan proses
terbatas) ke skala 4 penyakit yang
(pengetahuan banyak) spesifik.
-(185718) pentingnya -jelaskan tanda dan
pemantauan intake dan gejala yang umum
output ditingkatkan dari dari penyakit, sesuai
skala 2 (pengetahuan kebutuhan.
terbatas) ke skala 5 -jelaskan komplikasi

20
(pengetahuan sangat kronik yang mungkin
banyak) ada, sesuai keutuhan.
-(185725) efek samping -Edukasi pasien
obat ditingkatkan dari skala mengenal tanda dan
2 (pengetahuan terbatas) ke gejala yang harus
skala 5 (pengetahuan dilaporkan, sesuai
sangat banyak) kebutuhan.

5.Ketidakseimbangan Status nutrisi (1004) Manajemen nutrisi


nutrisi kurang dari -(100401) asupan gizi (1100)
kebutuhan tubuh ditingkatkan dari skala 3 -tentukan apa yang
(00002) b.d asupan (cukup menyimpang dari menjadi preferensi
diet kurang rentang normal) ke skala 5 makanan bagi pasien.
(tidak menyimpang dari -tentukan jumlah
rentang normal) kalori dan jenis nutrisi
-(100402) asupan makanan yang di butuhkan
ditingkatkan dari skala 3 untuk memenuhi
(cukup menyimpang dari persyaratan gizi.
rentang normal) ke skala 5 -instruksikan pasien
(tidak menyimpang dari mengenai kebutuhan
rentang normal) nutrisi.
-(100408) asupan cairan
ditingkatkan dari skala 3
(cukup menyimpang dari
rentang normal) ke skala 5
(tidak menyimpang dari
rentang normal)

21
6. Implementasi
Hari/ Tanggal No Implementasi Respon TTD
DX Pasien
Senin/15 07.00- 2 -memonitor TTV S: Klien
September 08.00 pasien mengatakan
2018 -menimbang berat bersedia
badan setiap hari dan untuk di
monitor status pasien. observasi.
O: Klien
antusias
09.00- 1 -mengajarkan pengasuh S: Klien
10.00 mengenai penyebab, berkata
mekanisme dan semangat
pengobatan dari untuk
unilateral. sembuh.
5 - instruksikan pasien O: Klien
mengenai kebutuhan antusias
nutrisi.
10.30- 3 -memastikan tanda lain S: Klien
11.00 dari infeksi yang mengatakan
terpantau pada orang mengerti akan
tua. tanda dan
4 -menjelaskan tanda dan gejala yang
gejala yang umum dari terjadi pada
penyakit, sesuai penyakitnya.
kebutuhan. O: Klien
semangat
untuk sembuh

22
12.00- 5 -menentukan apa yang S: Klien
12.45 menjadi preferensi mengatakan
makanan bagi pasien. sudah agak
-menentukan jumlah membaik
kalori dan jenis nutrisi O: Klien
yang di butuhkan untuk kooperatif
memenuhi persyaratan
gizi.

13.00- 4 -Kaji tingkat S: Klien


13.55 pengetahuan pasien mengatakan
terkait dengan proses bersdia untuk
penyakit yang spesifik. di
- jelaskan komplikasi kaji/observasi.
kronik yang mungkin O: Klien
ada, sesuai keutuhan. antusias dan
kooperatif
14.00 4 -mengedukasi pasien S: Klien
mengenal tanda dan mengatakan
gejala yang harus semangat
dilaporkan, sesuai untuk
kebutuhan. sembuh.
O: Klien
antusias.

23
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa
keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran
kemih atas (ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah (kandung kemih dan
uretra), yang dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran
kemih dan infeksi.
Batu ini terbentuk di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian
bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena
adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau
batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.Penyakit batu saluran
kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara berkembang
banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak
dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini
dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari.
Pencegahan dari batu saluran kemih ini dapat dilakukan dengan
menghindari dehidrasi dengan minum cukup upayakan produksi urine 2 - 3
liter per hari, diet rendah zat/komponen pembentuk batu, aktivitas harian
yang cukup dan medikamentosa.
B. SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa agar dapat meningkatkan
pengetahuannya tentang macam-macam penyakit dan juga
meningkatkan kemampuan dalam pembuatan asuhan keperawatan
pada pasien dengan Batu ginjal.
2. Bagi perawat
Diharapkan bagi perawat agar dapat meningkatkan keterampilan
dalam memberikan asuhan keperawatan serta pengetahuannya

24
sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal
terkhususnya pada pasien dengan penyakit batu ginjal.
3. Bagi Dunia keperawatan
Diharapkan asuhan keperawatan ini dapat terus diperbaiki
kekurangannya sehingga dapat menambah pengetahuan yang lebih
baik bagi dunia keperawatan, serta dapat diaplikasikan untuk
mengembangkan kompetensi dalam keperawatan.

25
DAFTAR PUSTAKA
1. Prabowo dan Pranata.2014.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem

Perkemihan.Yogyakarta.Nuha Medika
2. Nahdi TF.Jurnal Medula, Volume. 1 Nomor. 4 / Oktober 2013
3. Purnomo, B.B. 2010.Pedoman diagnosis & terapi smf urologi LAB ilmu

Bedah.Malang:Universitas Kedokteran Brawijaya.


4. Judith, Wilkison dan Nancy.R.2013.BukuSaku Diagnosis KeperawatanEd

9.Jakarta: EGC
5. Sandy Wahap. Jurnal Kesehatan Lingkungan IndonesiaVol. 11 No. 2 /

Oktober 2012

26

Anda mungkin juga menyukai