A. DEFINISI
Batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu keadaan terdapatnya batu (kalkuli)
didalam ginjal (Muttaqin & Sari, 2011). Nefrolitiasis atau batu ginjal adalah adanya
kalkuli yang disebabkan oleh gangguan keseimbangan antara kelarutan dan
pengendapan garam di saluran kemih dan ginjal. Batu ginjal terbentuk saat air kemih
menjadi jenuh dengan senyawa tak larut yang mengandung kalsium, oksalat dan fosfat
akibat dehidrasi atau kekurangan cairan (Han, et al. 2015).
Dampak atau akibat dari batu ginjal jika dibiarkan terlalu lama dan tidak segera
ditangani, bukan tak mungkin akan berlanjut ke kondisi yang lebih parah, yaitu
Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK). PGK merupakan kondisi
ginjal yang kehilangan fungsinya (Rasyida,2013).
Ginjal merupakan organ vital karena mempunyai fungsi multiple yang tidak
dapat digantikan oleh organ lain. Fungsi ginjal antara lain; pengaturan keseimbangan
cairan dan elektrolit, pengaturan osmolalitas cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit,
pengaturan tekanan arteri dan pengaturan keseimbangan asam dan basa, selain itu
ginjal memiliki fungsi untuk membersihkan tubuh dari racun melalui cairan urin
(Wahyuni, et al. 2013). Salah satu bentuk respon tubuh mendapatkan asupan cairan
yang cukup adalah urin dapat keluar dengan bebas dan berwarna cerah, dan sebaliknya
ketika tubuh tidak mendapatkan asupan air yang cukup, urin akan berwarna gelap dan
berbau. Minum air putih yang cukup akan membantu ginjal untuk bekerja secara
normal. Aktivitas tersebut juga dapat mencegah pembentukan batu ginjal (Rosalina,
2014).
Kebiasaan mengkonsumsi air yang kurang, dapat menjadi salah satu faktor risiko
terjadinya batu, selain itu aktivitas yang berlebihan menyebabkan ekskresi cairan akan
terjadi melalui keringat sehingga urin akan menjadi lebih pekat dan risiko terjadinya
batu akan menjadi lebih besar. Masalah kekurangan air bukan hanya di Indonesia tetapi
sudah masalah global. Indonesia sendiri dengan jumlah penduduk yang telah mencapai
lebih dari 200 juta jiwa, kebutuhan air minum untuk dikonsumsi menjadi semakin
berkurang (Putra, 2014). Selain itu kebiasaan yang salah sering dilakukan adalah hanya
mengonsumsi air minum saat dirasa haus, padahal rasa haus merupakan ciri seseorang
mengalami dehidrasi. Dampak dehidrasi jika dibiarkan akan meningkatkan risiko
penyakit batu ginjal, infeksi saluran kencing, kanker usus besar, konstipasi, obesitas,
stroke pembuluh darah otak dan gangguan yang lainnya (Sumarmi & Ernovitania, 2017).
B. ETIOLOGI
Penyebab batu ginjal adalah idiopatik. Akan tetapi, terdapat faktor predisposisi
seperti jenis makanan yang dikonsumsi, Infeksi Saluran Kemih (ISK), volume air yang
diminum, kelainan metabolisme, usia, jenis kelamin, genetik, aktivitas, konsumsi vitamin
dan obat-obatan tertentu, dan berat badan. Batu ginjal biasanya terdiri dari kalsium
oksalat. Terbentuknya batu ginjal sangat erat kaitannya dengan peningkatan pH urine
(pada batu kalsium bikarbonat), atau sebaliknya penurunan pH urine (pada batu asam
urat). Segala sesuatu yang menyebabkan terhambatnya aliran urine dan menyebabkan
statis urine (tidak ada pergerakan pada urine) di bagian mana saja di saluran kemih,
meningkatkan pembentukan batu karena dapat menyebabkan pengendapan zat organik
dan mineral. Berikut beberapa factor penyebab batu ginjal antara lain:
1. Genetik
Terdapat orang-orang tertentu yang memiliki kelainan atau gangguan ginjal
sejak dilahirkan, meskipun kondisi ini jarang ditemui. Penderita kelainan ini, sejak
usia anak-anak sudah memiliki kecenderungan yang mudah mengendapkan garam
dan memudahkan terbentuknya batu. Oleh karena fungsi ginjalnya yang tidak
normal, maka proses pengeluaran urine pun mengalami ganggguan karena urinenya
banyak mengandung zat kapur, sehingga mudah mengendapkan batu.
5. Aktivitas
Faktor pekerjaan dan olahraga dapat mempengaruhi terbentuknya batu
ginjal. Risiko penyakit ini bertambah tinggi pada orang dengan aktivitas yang jarang
berolahraga atau tidak banyak bergerak, serta pada orang yang pekerjaannya terlalu
banyak duduk. Hal ini dikarenakan aktivitas yang kurang aktif menyebabkan kurang
lancarnya peredaran darah maupun urine, sehingga mudah terbentuk batu ginjal.
Selain itu, pola hidup yang aktif dapat membantu pembentukan kalsium menjadi
tulang. Sebaliknya, gaya hidup yang kurang bergerak dapat mendorong kalsium
beredar dalam darah dan berisiko menjadi kristal kalsium.
6. Usia
Pada umumnya batu ginjal banyak ditemukan pada usia 20-50 tahun. Jarang
sekali ditemukan batu ginjal pada anak-anak.
7. Berat badan
Risiko penyakit batu ginjal juga lebih tinggi pada orang dengan berat badan
berlebih (obesitas) karena pada orang dengan berat badan berlebih dapat
menyebabkan kelainan metabolisme sehingga mudah mengendapkan garam-garam
kalsium.
8. Jenis kelamin
Menurut hasil penelitian, risiko terkena batu ginjal lebih banyak dialami pria
dari pada wanita dengan perbandingan 3:1. Hal ini mungkin berkaitan dengan uretra
pria yang lebih panjang dari uretra wanita.
1. Nyeri pada punggung bagian bawah dan terkadang terasa hingga pangkal paha.
Sedangkan pada pria, nyeri juga dirasakan hingga testis dan skrotum. Rasa nyeri
tersebut bisa bertahan selama beberapa menit atau beberapa jam. Saat batu ginjal
berpindah ke lokasi lain dalam saluran kemih, rasa nyeri dapat meningkat.
2. Meningkatnya frekuensi ingin buang air kecil
3. Nyeri saat buang air kecil (disuria)
4. Buang air kecil dalam jumlah sedikit
5. Urine berwana merah muda, merah, atau cokelat
6. Mual dan muntah.
7. Merasa gelisah.
8. Demam atau menggigil, jika terjadi infeksi.
4. Teori Inhibitor
Pada penelitian diketahui bahwa walaupun kadar bahan pembentuk batu
sama tingginya pada beberapa orang tetapi tidak semua menderita penyakit batu.
Hal tersebut disebabkan pada orang yang tidak terbentuk batu dalam air
kemihnya mengandung bahan penghambat untuk terjadinya batu (inhibitor) yang
lebih tinggi kadarnya dibanding pada penderita batu. Dikenal 2 jenis inhibitor
yaitu organik yang sering terdapat adalah asam sitrat, nefrokalsin dan tamma-
horsefall glikoprotein dan jarang terdapat yaitu gliko-samin glikans, uropontin.
Inhibitor anorganik yaitu pirofosfat, magnesium dan Zinc.
Menurut penelitian inhibitor yang paling kuat yaitu sitrat, karena sitrat akan
bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat yang larut dalam air. Inhibitor
mencegah terbentuknya kristal kalsium oksalat, mencegah agregasi dan
mencegah perlengketan kristal kalsium oksalat pada membran tubulus.
Magnesium mencegah terjadinya kristal kalsium oksalat dengan mengikat oksigen
menjadi magnesium oksalat. Sitrat terdapat pada hampir semua buah-buahan
tetapi kadar tertinggi pada jeruk. Pada penelitian diketahui bahwa kandungan
sitrat jeruk nipis lebih tinggi daripada jeruk lemon (677 mg/10ml dibanding 494
mg/10ml air perasan jeruk.
5. Teori Epitaksi
Pada teori ini dikatakan bahwa kristal dapat menempel pada kristal lain yang
berbeda sehingga cepat membesar dan menjadi batu campuran. Keadaan ini
disebut nukleasi heterogen dan yang paling sering yaitu kristal kalsium oksalat
menempel pada krital asam urat yang ada.
6. Teori kombinasi
Banyak ahli berpendapat bahwa batu saluran kemih terbentuk berdasarkan
campuran dari beberapa teori yang ada.
7. Teori Infeksi
Teori terbentuknya BSK juga dapat terjadi karena adanya infeksi dari kuman
tertentu. Pengaruh infeksi pada pembentukan BSK adalah sebagai berikut:
a. Teori terbentuknya batu struvit
Batu struvit disebut juga batu infeksi mempunyai komposisi magnesium
amonium fosfat. Terjadinya batu jenis ini dipengaruhi pH air kemih ≥ 7,2 dan
terdapat amonium dalam air kemih, misalnya pemecah urea (urea splitting
bacteria). Urease yang terbentuk akan menghidrolisa urea menjadi karbon
dioksida dan amonium dengan reaksi seperti dibawah ini urease NH2 -CO-
NH2+H2O → 2NH3+CO2 NH3+H2O → NH4 + + OH- CO2+H2O → H2CO3 NH4
+ + Mg++ + PO4 +++ + 6H2O → MgNH4PO46H2O. Akibat reaksi ini maka pH
air kemih akan naik lebih dari 7 dan terjadi reaksi sintesis amonium yang
terbentuk dengan molekul magnesium dan fosfat menjadi magnesium
amonium fosfat (batu struvit). Bakteri penghasil urease sebagian besar Gram
negatif yaitu golongan proteus, klebsiela, providensia dan pseudomonas. Ada
juga bakteri gram positif yaitu stafilokokus, mikrokokus dan korinebakterium
serta golongan mikoplasma, seperti T strain mikoplasma dan ureaplasma
urelithikum.
b. Teori nano bakteria
Nanobakteria merupakan bakteri terkecil dengan diameter 50-200
nanometer yang hidup dalam darah, ginjal dan air kemih. Bakteri ini
tergolong Gram negatif dan sensitif terhadap tetrasiklin. Dinding sel bakteri
ini mengeras membentuk cangkang kalsium (karbonat apatit) kristal
karbonat apatit ini akan mengadakan agregasi dan membentuk inti batu,
kemudian kristal kalsium oksalat akan menempel disitu sehingga makin lama
makin besar. Dilaporkan bahwa 90% penderita BSK mengandung nano
bacteria.
Oxalobacter Dalam usus manusia terdapat bakteri pemakan oksalat sebagai
bahan energi yaitu Oxalobacter formigenes dan Eubacterium lentrum tetapi
hanya Oxalobacter formigenes saja yang tak dapat hidup tanpa oksalat .
c. Teori vaskuler
Pada penderita batu saluran kemih sering didapat adanya penyakit
hipertensi dan kadar kolesterol darah yang tinggi, maka Stoller mengajukan
teori vaskuler untuk terjadinya batu saluran kemih.
Hipertensi
Seseorang dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistolik 140 mm Hg
atau lebih, atau tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih atau sedang
dalam pengobatan anti hipertensi. Pada penderita hipertensi 83%
mempunyai perkapuran ginjal sedangkan pada orang yang tidak
hipertensi yang mempunyai perkapuran ginjal sebanyak 52%. Hal ini
disebabkan aliran darah pada papilla ginjal berbelok dan aliran darah
berubah dari aliran laminer menjadi turbulensi. Pada penderita
hipertensi aliran turbulen ini berakibat pengendapan ion-ion kalsium
papilla (Ranall’s plaque) disebut juga perkapuran ginjal yang dapat
berubah menjadi batu.
Kolesterol
Pada penelitian terhadap batu yang diambil dengan operasi ternyata
mengandung kolesterol bebas 0,058-2,258 serta kolesterol ester 0,012-
0,777 mikrogram per miligram batu. Adanya kadar kolesterol yang tinggi
dalam darah akan disekresi melalui glomerulus ginjal dan tercampur
didalam air kemih. Adanya butiran kolesterol tersebut akan merangsang
agregasi dengan kristal kalsium oksalat dan kalsium fosfat sehingga
terbentuk batu yang bermanifestasi klinis (teori epitaksi).
Pengendapan garam mineral. Infeksi. Mengubah pH urin dari asam menjadi alkalis.
Pembentukan batu ginjal (Nefrolitialisis)
Obstruksi/Penyumbatan di ginjal
Cemas
Output berlebihan
Persepsi Nyeri
Intoleransi
aktivitas
Komplikasi dapat timbul saat ukuran batu ginjal sangat besar hingga menghambat
aliran urine. Kondisi ini dapat memicu kerusakan ginjal permanen, serta infeksi.
Di sisi lain, pengobatan untuk batu ginjal sendiri, terutama batu ginjal yang
berukuran besar, juga dapat menimbulkan komplikasi, yaitu:
1. Cedera pada ureter
2. Perdarahan
3. Infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh melalui darah atau bakteriemia.
Jika penderita pernah mengalami batu ginjal, maka risiko kondisi kambuh sangat
besar. Berikut adalah faktor pemicu kambuhnya batu ginjal:
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian Dasar data pengkajian pasien.
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala: pekerjaan monoton, bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi, keadaan
aktifitas/mobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya.
2. Sirkulasi
Tanda: peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal). Kulit hangat dan
kemerahan; pucat
3. Eliminasi
Gejala: riwayat adanya/ISK kronis; obstruksi sebelumnya (kalkulus). Penurunan
haluaran urine, kandung kemih rasa terbakar, dorongan berkemih, Diare
Tanda: oliguria, hematuria, piuria, perubahan pola berkemih.
4. Makanan/cairan
Gejala: mual/muntah, nyeri tekan abdomen. Diet tinggi purin, kalsium oksalat,
dan/atau fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup.
Tanda : distensi abdominal; penurunan/adanya bising usus. Muntah.
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala : episode nyeri akut berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada lokasi batu.
Contoh: pada panggul di region kostovertebral; dapat menyebar kepunggung,
abdomen dan turun kelipat paha/genitalia. Nyeri dangkal kostan menunjukan
adanya kalkulus ginjal. Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang
dengan posisi atau tindakan lain
Tanda: perilaku distraksi. Nyeri tekan pada area palpasi.
6. Keamanan
Gejala: penggunaan alkohol, demam, menggigil.
7. Penyuluhan atau pembelajaran
Gejala: riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK, dan
riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme.
Penggunaan antibiotik, antihipertensi, natrium bikarbonat, alupurinol, posfat, tiazid,
pemasukan kelebihan kalsium atau vitamin pertimbangan rencana pemulangan;
menunjukan rerata lama dirawat 3-4 hari.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA BATU GINJAL
1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis
2. Gangguan eliminasi urin b/d penurunan kapasitas kandung kemih
3. Intoleransi aktivitas b/d imobilitas
4. Cemas b/d kurang terpapar informasi
No Diagnosa Etiologi
J. INTERVENSI
N Diagnosa
SLKI SIKI
o Keperawatan (SDKI)
1. Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238)
pencedera fisiologis keperawatan dalam 3x24
1.1 identifikasi lokasi,
jam nyeri akut dapat
karakteristik, durasi, frekuensi,
teratasi dengan kriteria
kualitas, intensitas nyeri.
hasil : Tingkat nyeri
(L.08066) 1.2 identifikasi skala nyeri
https://www.academia.edu/6722526/140284971-MAKALAH-Batu-Ginjal
https://www.academia.edu/26284215/LAPORAN_PENDAHULUAN_NEFROLITIASIS
https://www.academia.edu/6722526/140284971-MAKALAH-Batu-Ginjal
https://www.alodokter.com/batu-ginjal/komplikasi
https://www.alodokter.com/batu-ginjal/diagnosis
https://www.academia.edu/34787999/ASKEP_BATU_GINJAL.docx
http://eprints.undip.ac.id/18458/1/Nur_Lina.pdf
https://www.academia.edu/34787999/ASKEP_BATU_GINJAL.docx