Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN NEFROLITIASIS

A. DEFINISI
Batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu keadaan terdapatnya batu (kalkuli)
didalam ginjal (Muttaqin & Sari, 2011). Nefrolitiasis atau batu ginjal adalah adanya
kalkuli yang disebabkan oleh gangguan keseimbangan antara kelarutan dan
pengendapan garam di saluran kemih dan ginjal. Batu ginjal terbentuk saat air kemih
menjadi jenuh dengan senyawa tak larut yang mengandung kalsium, oksalat dan fosfat
akibat dehidrasi atau kekurangan cairan (Han, et al. 2015).

Dampak atau akibat dari batu ginjal jika dibiarkan terlalu lama dan tidak segera
ditangani, bukan tak mungkin akan berlanjut ke kondisi yang lebih parah, yaitu
Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK). PGK merupakan kondisi
ginjal yang kehilangan fungsinya (Rasyida,2013).
Ginjal merupakan organ vital karena mempunyai fungsi multiple yang tidak
dapat digantikan oleh organ lain. Fungsi ginjal antara lain; pengaturan keseimbangan
cairan dan elektrolit, pengaturan osmolalitas cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit,
pengaturan tekanan arteri dan pengaturan keseimbangan asam dan basa, selain itu
ginjal memiliki fungsi untuk membersihkan tubuh dari racun melalui cairan urin
(Wahyuni, et al. 2013). Salah satu bentuk respon tubuh mendapatkan asupan cairan
yang cukup adalah urin dapat keluar dengan bebas dan berwarna cerah, dan sebaliknya
ketika tubuh tidak mendapatkan asupan air yang cukup, urin akan berwarna gelap dan
berbau. Minum air putih yang cukup akan membantu ginjal untuk bekerja secara
normal. Aktivitas tersebut juga dapat mencegah pembentukan batu ginjal (Rosalina,
2014).

Pendapat lain menjelaskan batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu keadaan


terdapatnya batu kalkuli di ginjal (Arif Muttaqin, 2011) Dalam kehidupan sehari-sehari
manusia memerlukan sumber tenaga yaitu makan dan minum. Salah satunya adalah
kebutuhan akan air minum, diketahui bahwa 70% bagian yang ada di dalam tubuh
manusia berbentuk cairan. Manusia membutuhkan air yang cukup untuk menjaga
kesegaran dan kebugaran jasmani. Air minum merupakan unsur gizi yang sama
pentingnya dengan karbohidrat, protein, lemak dan vitamin. Tubuh membutuhkan air
mineral untuk dikonsumsi sebanyak 1 sampai 2,5 liter atau setara dengan 6-8 gelas
setiap harinya, mengkonsumsi air mineral yang baik dan cukup bagi tubuh dapat
membantu proses pencernaan, mengatur metabolisme, mengatur zat-zat makan dalam
tubuh dan mengatur keseimbangan tubuh, Asmadi (2011, dalam Sari,2014).

Kebiasaan mengkonsumsi air yang kurang, dapat menjadi salah satu faktor risiko
terjadinya batu, selain itu aktivitas yang berlebihan menyebabkan ekskresi cairan akan
terjadi melalui keringat sehingga urin akan menjadi lebih pekat dan risiko terjadinya
batu akan menjadi lebih besar. Masalah kekurangan air bukan hanya di Indonesia tetapi
sudah masalah global. Indonesia sendiri dengan jumlah penduduk yang telah mencapai
lebih dari 200 juta jiwa, kebutuhan air minum untuk dikonsumsi menjadi semakin
berkurang (Putra, 2014). Selain itu kebiasaan yang salah sering dilakukan adalah hanya
mengonsumsi air minum saat dirasa haus, padahal rasa haus merupakan ciri seseorang
mengalami dehidrasi. Dampak dehidrasi jika dibiarkan akan meningkatkan risiko
penyakit batu ginjal, infeksi saluran kencing, kanker usus besar, konstipasi, obesitas,
stroke pembuluh darah otak dan gangguan yang lainnya (Sumarmi & Ernovitania, 2017).

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kurang air berdampak buruk terhadap


kesehatan atau meningkatkan risiko terjadinya berbagai macam penyakit. Air memiliki
peran penting bagi tubuh terutama bagi ginjal (Santoso, et al. 2012).

B. ETIOLOGI
Penyebab batu ginjal adalah idiopatik. Akan tetapi, terdapat faktor predisposisi
seperti jenis makanan yang dikonsumsi, Infeksi Saluran Kemih (ISK), volume air yang
diminum, kelainan metabolisme, usia, jenis kelamin, genetik, aktivitas, konsumsi vitamin
dan obat-obatan tertentu, dan berat badan. Batu ginjal biasanya terdiri dari kalsium
oksalat. Terbentuknya batu ginjal sangat erat kaitannya dengan peningkatan pH urine
(pada batu kalsium bikarbonat), atau sebaliknya penurunan pH urine (pada batu asam
urat). Segala sesuatu yang menyebabkan terhambatnya aliran urine dan menyebabkan
statis urine (tidak ada pergerakan pada urine) di bagian mana saja di saluran kemih,
meningkatkan pembentukan batu karena dapat menyebabkan pengendapan zat organik
dan mineral. Berikut beberapa factor penyebab batu ginjal antara lain:
1. Genetik
Terdapat orang-orang tertentu yang memiliki kelainan atau gangguan ginjal
sejak dilahirkan, meskipun kondisi ini jarang ditemui. Penderita kelainan ini, sejak
usia anak-anak sudah memiliki kecenderungan yang mudah mengendapkan garam
dan memudahkan terbentuknya batu. Oleh karena fungsi ginjalnya yang tidak
normal, maka proses pengeluaran urine pun mengalami ganggguan karena urinenya
banyak mengandung zat kapur, sehingga mudah mengendapkan batu.

2. Makanan dan Minuman


Sebagian besar penyakit batu ginjal disebabkan oleh makanan dan minuman.
Terutama pada makanan dan minuman yang tinggi kadar kalsium oksalat dan fosfat
yang mudah mengkristal dalam ginjal, juga pada makanan yang banyak mengandung
asam urat. Selain itu, mengkonsumsi makanan yang tinggi kadar garam
mengakibatkan tingginya kadar garam dalam urine yang menyebabkan mudahnya
terbentuk batu ginjal. Makanan yang mengandung kalsium tinggi seperti kol, lobak,
brokoli, sarden dan keju jika dikonsumsi berlebihan juga dapat mempermudah
terbentuknya batu ginjal. Makanan dengan kadar purin yang tinggi juga sebaiknya
dihindari, seperti pada ikan laut, hati goreng, usus goreng, ikan sarden dan jeroan
yang dapat meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh
Sebaiknya juga tidak mengkonsumsi susu dan produk berkalsium tinggi
secara berlebihan. Kelebihan kadar kalsium akan diekskresikan melalui urine
sehingga meningkatkan risiko terbentuknya batu ginjal.
Penelitian yang dilakukan oleh Ferraro, et al. (2013) tentang soda dan
minuman lain dan risiko batu ginjal menjelaskan bahwa metode yang efektif untuk
mengurangi risiko berulang terjadimya batu ginjal yaitu dengan diet dan
meningkatkan asupan cairan. Meskipun demikian, tidak semua jenis cairan memiliki
manfaat yang sama. Berdasarkan paparan di atas bahwa dampak dari soft drink
atau minuman bersoda akan berdampak buruk terhadap kesehatan terutama bagi
ginjal, minuman bersoda tinggi akan kandungan fruktosa (pemanis buatan) dan asam
fosfat atau asam nitrat. Macam-macam senyawa tambahan tersebut memaksa ginjal
bekerja lebih keras untuk mengolah minuman soda tersebut.
3. Volume air yang diminum
Kurang mengkonsumsi air putih menyebabkan sistem metabolisme tubuh
tidak berjalan dengan optimal. Ginjal memerlukan cairan dalam jumlah yang cukup
banyak untuk menguraikan zat-zat terurai dalam tubuh. Setidaknya minum 2 liter air
dalam sehari agar volume urine bertambah dan mengurangi konsentrasi mineral dan
garam.

4. Infeksi Saluran Kemih (ISK)


ISK dapat terjadi pada ureter, kandung kemih, maupun uretra. Penyebab
utama ISK adalah bakteri E.coli yang hidup pada kotoran dan usus besar. ISK banyak
menyerang wanita karena vagina lebih rentan terhadap pertumbuhan bakteri
dibanding pria. Infeksi ini akan meningkatkan terbentuknya zat organik. Kemudian,
zat ini dikelilingi mineral yang mengendap. Pengendapan mineral akibat infeksi ini
akan meningkatkan alkalinitas urine dan menyebabkan pengendapan kalsium fosfat
dan magnesium ammonium fosfat.

5. Aktivitas
Faktor pekerjaan dan olahraga dapat mempengaruhi terbentuknya batu
ginjal. Risiko penyakit ini bertambah tinggi pada orang dengan aktivitas yang jarang
berolahraga atau tidak banyak bergerak, serta pada orang yang pekerjaannya terlalu
banyak duduk. Hal ini dikarenakan aktivitas yang kurang aktif menyebabkan kurang
lancarnya peredaran darah maupun urine, sehingga mudah terbentuk batu ginjal.
Selain itu, pola hidup yang aktif dapat membantu pembentukan kalsium menjadi
tulang. Sebaliknya, gaya hidup yang kurang bergerak dapat mendorong kalsium
beredar dalam darah dan berisiko menjadi kristal kalsium.

6. Usia
Pada umumnya batu ginjal banyak ditemukan pada usia 20-50 tahun. Jarang
sekali ditemukan batu ginjal pada anak-anak.

7. Berat badan
Risiko penyakit batu ginjal juga lebih tinggi pada orang dengan berat badan
berlebih (obesitas) karena pada orang dengan berat badan berlebih dapat
menyebabkan kelainan metabolisme sehingga mudah mengendapkan garam-garam
kalsium.

8. Jenis kelamin
Menurut hasil penelitian, risiko terkena batu ginjal lebih banyak dialami pria
dari pada wanita dengan perbandingan 3:1. Hal ini mungkin berkaitan dengan uretra
pria yang lebih panjang dari uretra wanita.

C. TANDA & GEJALA


Berikut tanda dan gejala yang dapat timbul akibat dari batu ginjal, diantaranya :

1. Nyeri pada punggung bagian bawah dan terkadang terasa hingga pangkal paha.

Sedangkan pada pria, nyeri juga dirasakan hingga testis dan skrotum. Rasa nyeri
tersebut bisa bertahan selama beberapa menit atau beberapa jam. Saat batu ginjal
berpindah ke lokasi lain dalam saluran kemih, rasa nyeri dapat meningkat.
2. Meningkatnya frekuensi ingin buang air kecil
3. Nyeri saat buang air kecil (disuria)
4. Buang air kecil dalam jumlah sedikit
5. Urine berwana merah muda, merah, atau cokelat
6. Mual dan muntah.
7. Merasa gelisah.
8. Demam atau menggigil, jika terjadi infeksi.

D. PATOGENESIS BATU GINJAL


Patogenesis Pembentukan BSK (Batu Saluran Kemih) memerlukan keadaan
supersaturasi dalam pembentukan batu. Inhibitor pembentuk batu dijumpai dalam air
kemih normal. Batu kalsium oksalat dengan inhibitor sitrat dan glikoprotein. Beberapa
promotor (reaktan) dapat memacu pembentukan batu seperti asam urat, memacu
pembentukan batu kalsium oksalat. Aksi inhibitor dan reaktan belum diketahui
sepenuhnya. Ada dugaan proses ini berperan pada pembentukan awal atau nukleasi
kristal, progresi kristal atau agregasi kristal. Penambahan sitrat dalam kompleks kalsium
dapat mencegah agregasi kristal kalsium oksalat dan mungkin dapat mengurangi risiko
agregasi kristal dalam saluran kemih. Secara pasti etiologi batu saluran kemih belum
diketahui dan sampai sekarang banyak teori dan faktor yang berpengaruh untuk
terjadinya batu saluran kemih, yaitu:
1. Teori Fisiko Kimiawi
Prinsip teori ini yaitu terbentuknya batu saluran kemih karena adanya proses
kimia, fisiko maupun gabungan fisiko kimiawi. Dari hal tersebut diketahui
terjadinya batu di dalam sistem pielokaliks ginjal sangat dipengaruhi oleh
konsentrasi bahan pembentuk batu dalam tubulus renalis. Berdasarkan faktor
fisiko kimiawi dikenal teori pembentukan batu sebagai berikut:
2. Teori Supersaturasi
Supersaturasi air kemih dengan garam-garam pembentuk batu merupakan
dasar terpenting dan merupakan prasyarat untuk terjadinya presipitasi
(pengendapan). Apabila kelarutan suatu produk tinggi dibandingkan titik
endapnya, maka terjadi supersaturasi sehingga menimbulkan terbentuknya kristal
dan pada akhirnya akan terbentuk batu. Supersaturasi dan kristalisasi terjadi bila
ada penambahan bahan atau zat yang bisa mengkristal dalam air dengan pH dan
suhu tertentu, sehingga suatu saat terjadi kejenuhan dan selanjutnya terjadi
kristal. Bertambahnya bahan yang dapat mengkristal yang disekresikan oleh ginjal,
maka pada suatu saat akan terjadi kejenuhan sehingga terbentuk kristal. Proses
kristalisasi dalam pembentukan batu saluran kemih berdasarkan adanya 4 zona
saturasi , minimal terdapat tiga zona yaitu:
a. Zona stabil, tidak ada pembentukan inti batu
b. Zona metastabil, mungkin membesar tetapi tidak terjadi disolusi batu, bisa
ada agregasi dan inhibitor bisa mencegah kristalisasi
c. Zona saturasi tinggi, Proses kristalisasi BSK. Saturasi dalam pembentukan batu
saluran kemih dapat digolongkan menjadi 3 bagian berdasarkan kadar bahan
tersebut dalam air kemih. Bila kadar bahan pengkristal air kemih sangat
rendah maka disebut zona stabil saturasi rendah. Pada zona ini tidak ada
pembentukan inti batu saluran kemih, bahkan bisa terjadi disolusi batu yang
sudah ada. Bila kadar bahan pengkristal air kemih lebih tinggi disebut zona
supersaturasi metastabil. Pada zona ini batu saluran kemih yang ada dapat
membesar walaupun tidak terbentuk inti batu saluran kemih yang baru,
tetapi tidak dapat terjadi disolusi dan dapat terjadi agregasi kristal-kristal
yang sudah terbentuk. Inhibitor sangat penting pada zona ini, yaitu untuk
mencegah terjadinya kristal BSK. Bila kadar bahan pengkristal air kemih tinggi
disebut zona saturasi tinggi. Pada keadaan ini mudah terbentuk inti batu
saluran kemih spontan, batu begitu cepat membesar karena Zona stabil dari
saturasi rendah - tidak ada pembentukan dari inti batu - disolusi bisa terjadi -
agregasi bisa terjadi Zona Supersaturasi Metastabil - batu mungkin membesar
tapi tidak terbentuk inti batu - disolusi batu tidak bisa terjadi - agregasi batu
tidak bisa terjadi - inhibitor cegah kristalisasi Zona stabil Kenaikan Konsentrasi
Bahan pengkristal Zona Saturasi Tinggi - terbentuk inti batu spontan - batu
cepat tumbuh/agregasi - inhibitor tidak begitu efektif terjadi agregasi.
Inhibitor tidak begitu efektif untuk mencegah terbentuknya kristal batu
saluran kemih. Tingkat saturasi dalam air kemih tidak hanya dipengaruhi oleh
jumlah bahan pembentuk BSK yang larut, tetapi juga oleh kekuatan ion,
pembentukan kompleks dan pH air kemih. Secara kasar separuh total
konsentrasi kalsium dan oksalat berada dalam bentuk ion bebas, sisanya
dalam bentuk kompleks. Kekuatan ion terutama ditentukan oleh natrium,
kalsium dan klorida. Bila kekuatan ion naik, maka akan menyebabkan AP
CaOx turun dan risiko pembentukan kristal kalium oksalat, sebab jumlah
konsentrasi ion biasanya akan menurun. Kalsium dapat membentuk kompleks
dengan sitrat yang larut dalam air. Keasaman air kemih akan mempengaruhi
pembentukan kompleks maupun aktivitas ion bebas. Pada kenaikan pH
terjadi kenaikan kompleks kalsium sitrat dan kalsium fosfat serta penurunan
kompleks kalsium sulfat pada pH 6,5 atau lebih. Hampir semua ion sitrat
terionisasi sehingga sangat mudah membentuk kompleks dengan 3 ion
kalsium. Pada penurunan pH terjadi sebaliknya yaitu penurunan kemampuan
ion sitrat untuk mengikat kalsium sehingga lebih mudah membentuk
kompleks kalsium oksalat. Pada pH tinggi terjadi suasana basa, maka ion
hidrogen bebas turun sehingga menaikkan ion fosfat bebas.
3. Teori matrik
Di dalam air kemih terdapat protein yang berasal dari pemecahan
mitochondria sel tubulus renalis yang berbentuk laba-laba. Kristal batu oksalat
maupun kalsium fosfat akan menempel pada anyaman tersebut dan berada di
sela-sela anyaman sehingga terbentuk batu. Benang seperti sarang laba-laba yang
berisi protein 65%, Heksana10%, Heksosamin 2-5% sisanya air. Pada benang
menempel kristal batu yang menyebabkan batu makin lama makin besar. Matrik
tersebut merupakan bahan yang merangsang timbulnya batu.

4. Teori Inhibitor
Pada penelitian diketahui bahwa walaupun kadar bahan pembentuk batu
sama tingginya pada beberapa orang tetapi tidak semua menderita penyakit batu.
Hal tersebut disebabkan pada orang yang tidak terbentuk batu dalam air
kemihnya mengandung bahan penghambat untuk terjadinya batu (inhibitor) yang
lebih tinggi kadarnya dibanding pada penderita batu. Dikenal 2 jenis inhibitor
yaitu organik yang sering terdapat adalah asam sitrat, nefrokalsin dan tamma-
horsefall glikoprotein dan jarang terdapat yaitu gliko-samin glikans, uropontin.
Inhibitor anorganik yaitu pirofosfat, magnesium dan Zinc.
Menurut penelitian inhibitor yang paling kuat yaitu sitrat, karena sitrat akan
bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat yang larut dalam air. Inhibitor
mencegah terbentuknya kristal kalsium oksalat, mencegah agregasi dan
mencegah perlengketan kristal kalsium oksalat pada membran tubulus.
Magnesium mencegah terjadinya kristal kalsium oksalat dengan mengikat oksigen
menjadi magnesium oksalat. Sitrat terdapat pada hampir semua buah-buahan
tetapi kadar tertinggi pada jeruk. Pada penelitian diketahui bahwa kandungan
sitrat jeruk nipis lebih tinggi daripada jeruk lemon (677 mg/10ml dibanding 494
mg/10ml air perasan jeruk.
5. Teori Epitaksi
Pada teori ini dikatakan bahwa kristal dapat menempel pada kristal lain yang
berbeda sehingga cepat membesar dan menjadi batu campuran. Keadaan ini
disebut nukleasi heterogen dan yang paling sering yaitu kristal kalsium oksalat
menempel pada krital asam urat yang ada.
6. Teori kombinasi
Banyak ahli berpendapat bahwa batu saluran kemih terbentuk berdasarkan
campuran dari beberapa teori yang ada.
7. Teori Infeksi
Teori terbentuknya BSK juga dapat terjadi karena adanya infeksi dari kuman
tertentu. Pengaruh infeksi pada pembentukan BSK adalah sebagai berikut:
a. Teori terbentuknya batu struvit
Batu struvit disebut juga batu infeksi mempunyai komposisi magnesium
amonium fosfat. Terjadinya batu jenis ini dipengaruhi pH air kemih ≥ 7,2 dan
terdapat amonium dalam air kemih, misalnya pemecah urea (urea splitting
bacteria). Urease yang terbentuk akan menghidrolisa urea menjadi karbon
dioksida dan amonium dengan reaksi seperti dibawah ini urease NH2 -CO-
NH2+H2O → 2NH3+CO2 NH3+H2O → NH4 + + OH- CO2+H2O → H2CO3 NH4
+ + Mg++ + PO4 +++ + 6H2O → MgNH4PO46H2O. Akibat reaksi ini maka pH
air kemih akan naik lebih dari 7 dan terjadi reaksi sintesis amonium yang
terbentuk dengan molekul magnesium dan fosfat menjadi magnesium
amonium fosfat (batu struvit). Bakteri penghasil urease sebagian besar Gram
negatif yaitu golongan proteus, klebsiela, providensia dan pseudomonas. Ada
juga bakteri gram positif yaitu stafilokokus, mikrokokus dan korinebakterium
serta golongan mikoplasma, seperti T strain mikoplasma dan ureaplasma
urelithikum.
b. Teori nano bakteria
Nanobakteria merupakan bakteri terkecil dengan diameter 50-200
nanometer yang hidup dalam darah, ginjal dan air kemih. Bakteri ini
tergolong Gram negatif dan sensitif terhadap tetrasiklin. Dinding sel bakteri
ini mengeras membentuk cangkang kalsium (karbonat apatit) kristal
karbonat apatit ini akan mengadakan agregasi dan membentuk inti batu,
kemudian kristal kalsium oksalat akan menempel disitu sehingga makin lama
makin besar. Dilaporkan bahwa 90% penderita BSK mengandung nano
bacteria.
Oxalobacter Dalam usus manusia terdapat bakteri pemakan oksalat sebagai
bahan energi yaitu Oxalobacter formigenes dan Eubacterium lentrum tetapi
hanya Oxalobacter formigenes saja yang tak dapat hidup tanpa oksalat .
c. Teori vaskuler
Pada penderita batu saluran kemih sering didapat adanya penyakit
hipertensi dan kadar kolesterol darah yang tinggi, maka Stoller mengajukan
teori vaskuler untuk terjadinya batu saluran kemih.
 Hipertensi
Seseorang dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistolik 140 mm Hg
atau lebih, atau tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih atau sedang
dalam pengobatan anti hipertensi. Pada penderita hipertensi 83%
mempunyai perkapuran ginjal sedangkan pada orang yang tidak
hipertensi yang mempunyai perkapuran ginjal sebanyak 52%. Hal ini
disebabkan aliran darah pada papilla ginjal berbelok dan aliran darah
berubah dari aliran laminer menjadi turbulensi. Pada penderita
hipertensi aliran turbulen ini berakibat pengendapan ion-ion kalsium
papilla (Ranall’s plaque) disebut juga perkapuran ginjal yang dapat
berubah menjadi batu.
 Kolesterol
Pada penelitian terhadap batu yang diambil dengan operasi ternyata
mengandung kolesterol bebas 0,058-2,258 serta kolesterol ester 0,012-
0,777 mikrogram per miligram batu. Adanya kadar kolesterol yang tinggi
dalam darah akan disekresi melalui glomerulus ginjal dan tercampur
didalam air kemih. Adanya butiran kolesterol tersebut akan merangsang
agregasi dengan kristal kalsium oksalat dan kalsium fosfat sehingga
terbentuk batu yang bermanifestasi klinis (teori epitaksi).

E. PATHWAY BATU GINJAL


Infeksi saluran kemih kronis. Gangguan metabolisme (hiperparotiroidisme,
hiperurisemia, hiperkalsiuria). Dehidrasi. Benda asing. Jaringan mati. Inflamasi usus.
Masukan vitamin D yang berlebih.

Pengendapan garam mineral. Infeksi. Mengubah pH urin dari asam menjadi alkalis.
Pembentukan batu ginjal (Nefrolitialisis)

Obstruksi/Penyumbatan di ginjal

Peningkatan distensi abdomen

Inflamasi/Peradangan Anoreksia Kurang Pengetahuan

Rangsangan terhadap Mual muntah


mediator reseptor nyeri

Cemas
Output berlebihan

Persepsi Nyeri

Nyeri Akut Gangguan


eliminasi urin

Intoleransi
aktivitas

F. KOMPLIKASI BATU GINJAL

Komplikasi dapat timbul saat ukuran batu ginjal sangat besar hingga menghambat
aliran urine. Kondisi ini dapat memicu kerusakan ginjal permanen, serta infeksi.

Di sisi lain, pengobatan untuk batu ginjal sendiri, terutama batu ginjal yang
berukuran besar, juga dapat menimbulkan komplikasi, yaitu:
1. Cedera pada ureter
2. Perdarahan
3. Infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh melalui darah atau bakteriemia.

Jika penderita pernah mengalami batu ginjal, maka risiko kondisi kambuh sangat
besar. Berikut adalah faktor pemicu kambuhnya batu ginjal:

1. Terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung protein dan terlalu


sedikit mengkonsumsi makanan berserat
2. Hanya memiliki satu ginjal yang masih berfungsi
3. Pernah mengalami beberapa infeksi yang berhubungan dengan ginjal atau sistem
saluran kemih.
4. Memiliki riwayat keluarga berpenyakit batu ginjal
5. Pernah menjalani operasi pada sistem pencernaan
6. Rutin mengkonsumsi suplemen yang mengandung kalsium.
7. Mengkonsumsi obat-obatan aspirin, antasida, diuretik, obat anti kejang, dan obat-
obatan untuk HIV.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA BATU GINJAL


Dalam mendiagnosis batu ginjal, dikaji keterangan dari pasien mengenai gejala,
riwayat penyakitnya, serta riwayat batu ginjal dalam keluarganya. Selanjutnya,
pemeriksaan fisik dilakukan untuk menguatkan kecurigaan yang mengarah pada batu
ginjal. Guna memastikan diagnosis, perlu dilakukan serangkaian tes lanjutan yang
meliputi:

1. Tes urine. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengumpulkan sampel urine untuk


mengetahui apakah urine banyak mengandung kalsium atau asam urat.
2. Tes darah. Tes ini bertujuan untuk mengetahui fungsi ginjal dan kadar zat tertentu di
dalamnya, yang menyebabkan terbentuknya batu ginjal.
3. Pemindaian. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan batu
ginjal secara tepat. Pemindaian dapat dilakukan dengan CT scan, Foto X Ray atau
USG.
4. Analisis batu ginjal yang keluar. Dalam pemeriksaan ini, pasien akan diminta untuk
buang air kecil di atas saringan agar batu ginjal yang keluar dapat tersaring.
Selanjutnya, batu ginjal yang keluar akan dianalisis di laboratorium.

F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian Dasar data pengkajian pasien.
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala: pekerjaan monoton, bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi, keadaan
aktifitas/mobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya.
2. Sirkulasi
Tanda: peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal). Kulit hangat dan
kemerahan; pucat
3. Eliminasi
Gejala: riwayat adanya/ISK kronis; obstruksi sebelumnya (kalkulus). Penurunan
haluaran urine, kandung kemih rasa terbakar, dorongan berkemih, Diare
Tanda: oliguria, hematuria, piuria, perubahan pola berkemih.
4. Makanan/cairan
Gejala: mual/muntah, nyeri tekan abdomen. Diet tinggi purin, kalsium oksalat,
dan/atau fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup.
Tanda : distensi abdominal; penurunan/adanya bising usus. Muntah.
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala : episode nyeri akut berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada lokasi batu.
Contoh: pada panggul di region kostovertebral; dapat menyebar kepunggung,
abdomen dan turun kelipat paha/genitalia. Nyeri dangkal kostan menunjukan
adanya kalkulus ginjal. Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang
dengan posisi atau tindakan lain
Tanda: perilaku distraksi. Nyeri tekan pada area palpasi.
6. Keamanan
Gejala: penggunaan alkohol, demam, menggigil.
7. Penyuluhan atau pembelajaran
Gejala: riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK, dan
riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme.
Penggunaan antibiotik, antihipertensi, natrium bikarbonat, alupurinol, posfat, tiazid,
pemasukan kelebihan kalsium atau vitamin pertimbangan rencana pemulangan;
menunjukan rerata lama dirawat 3-4 hari.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA BATU GINJAL
1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis
2. Gangguan eliminasi urin b/d penurunan kapasitas kandung kemih
3. Intoleransi aktivitas b/d imobilitas
4. Cemas b/d kurang terpapar informasi
No Diagnosa Etiologi

1. Nyeri Akut Agen cedera fisiologis

2. Gangguan eliminasi urine penurunan kapasitas kandung


kemih

3. Intoleransi aktivitas Imobilitas


I.
4. Cemas kurang terpapar informasi

INTERVENSI PADA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PENYAKIT BATU GINJAL


Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas:
1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis
2. Gangguan eliminasi urin b/d penurunan kapasitas kandung kemih
3. Intoleransi aktivitas b/d imobilitas
4. Cemas b/d kurang terpapar informasi

J. INTERVENSI
N Diagnosa
SLKI SIKI
o Keperawatan (SDKI)

1. Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238)
pencedera fisiologis keperawatan dalam 3x24
1.1 identifikasi lokasi,
jam nyeri akut dapat
karakteristik, durasi, frekuensi,
teratasi dengan kriteria
kualitas, intensitas nyeri.
hasil : Tingkat nyeri
(L.08066) 1.2 identifikasi skala nyeri

1. Keluhan nyeri dari 1.3 identifikasi respon nyeri non


skala meningkat (1) verbal
menjadi menurun (5)
1.4 berikan teknik non
2. Meringis dari skala farmakologis untuk mengurangi
meningkat (1) menjadi rasa nyeri
menurun (5)
3. Gelisah dari skala
meningkat (1) menjadi
menurun (5)
4. Kesulitan tidur
meningkat (1) menjadi
menurun (5)
2. Gangguan eliminasi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Eliminasi Urine
urin b/d penurunan keperawatan dalam 3x24 (I.04152)
kapasitas kandung jam gangguan eliminasi urin
2.1 Monitor eliminasi urine
kemih dapat teratasi dengan
kriteria hasil : Eliminasi 2.2 catat waktu-waktu dan
Urin (L.04034) haluaran berkemih

1. Desakan berkemih dari 2.3 ajarkan mengenali tanda


skala meningkat (1) berkemih dan waktu yang tepat
menjadi menurun (5) untuk berkemih
2. Distensi kandung
2.4 kolaborasi pemberian obat
kemih dari skala
suppositoria uretra, jika perlu
meningkat (1) menjadi
menurun (5)
3. Berkemih tidak tuntas
dari skala meningkat
(1) menjadi menurun
(5)

3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi (I.05178)


keperawatan dalam 3x24
b/d imobilitas 3.1 monitor lokasi dan
jam Intoleransi Aktivitas
ketidaknyamanan selama
dapat teratasi dengan
kriteria hasil : Toleransi melakukan aktivitas
Aktivitas(L.05047)
3.2 berikan aktivitas distraksi
1. Perasaan Lemah dari yang menyenangkan
skala meningkat (1)
3.3 Ajarkan strategi koping
menjadi menurun (5)
untuk mengurangi kelelahan
2. Keluhan lelah dari
skala meningkat (1)
menjadi menurun (5)

4 Ansietas b/d kurang Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas (I.09314)


terpapar informasi keperawatan dalam 3x24
4.1 identifikasi saat tingkat
jam Ansietas dapat teratasi
ansietas berubah
dengan kriteria hasil :
4.2 ciptakan suasana terapeutik
Tingkat Ansietas(L.09093)
untuk menumbuhkan
1. Verbalisasi khawatir kepercayaan
akibat kondisi yang
4.3 Anjurkan keluarga untuk
dihadapi dari skala
tetap bersama pasien, jika perlu
meningkat (1) menjadi
menurun (5) 4.4 kolaborasi pemberian obat
2. Perilaku gelisah dari anti ansietas, jika perlu
skala meningkat(1)
menjadi menurun(5)
3. Verbalisasi
kebingungan dari skala
meningkat (1) menjadi
menurun (5)
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/6722526/140284971-MAKALAH-Batu-Ginjal
https://www.academia.edu/26284215/LAPORAN_PENDAHULUAN_NEFROLITIASIS
https://www.academia.edu/6722526/140284971-MAKALAH-Batu-Ginjal
https://www.alodokter.com/batu-ginjal/komplikasi
https://www.alodokter.com/batu-ginjal/diagnosis
https://www.academia.edu/34787999/ASKEP_BATU_GINJAL.docx
http://eprints.undip.ac.id/18458/1/Nur_Lina.pdf
https://www.academia.edu/34787999/ASKEP_BATU_GINJAL.docx

Anda mungkin juga menyukai