“UROLITHIASIS”
Oleh
SRI WIGATI
003.18.026
(Ns. Restu Berlian, S.Kep) (Ns. Rizki Sari Utami M, S.Kep, M.Kep)
A. PENGERTIAN
Definisi (BSK) Batu saluran kemih adalah batu yang terbetuk dari berbagai
macam proses kimia di dalam tubuh manusia dan terletak di dalam ginjal serta saluran
saluran kencing yang berbentuk karena faktor presifitasi endapan dan senyawa
tertentu. Batu tersebut bias berbentuk dari berbagai senyawa, misalnya kalsium
oksalat (60%), fosfat (30%), asam urat (5%) dan sistin (1%). Batu saluran kemih
dapat berukuran dari sekecil pasir hingga sebesar buah anggur (Prabowo dan Pranata,
2014).
Batu yang berukuran kecil biasanya tidak menimbulkan gejala dan biasanya
dapat keluar bersama dengan urine ketika berkemih. Batu yang berada di saluran
kemih atas (ginjal dan ureter) menimbulkan kolik dan jika batu berada di saluran
kemih bagian bawah (kandung kemih dan uretra) dapat menghambat buang air kecil
dalam batu ginjal atau saluran kemih. Komposisi kimia yang terkandung dalam batu
ginjal atau saluran kemih dapat diketahui dengan menggunakan analisis kimia khusus
untuk mengetahui adanya kalsium, magnesium, amonium, karbonat, fosfat, asam urat
Kalsium adalah jenis batu yang paling banyak menyebabkan BSK yaitu
sekitar 70%-80% dari seluruh kasus BSK. Batu ini kadang-kadang di jumpai
dalam bentuk murni atau juga bisa dalam bentuk campuran, misalnya dengan batu
kalsium oksalat, batu kalsium fosfat atau campuran dari kedua unsur tersebut.
Terbentuknya batu tersebut diperkirakan terkait dengan kadar kalsium yang tinggi
di dalam urine atau darah dan akibat dari dehidrasi. Batu kalsium terdiri dari dua
tipe yang berbeda, yaitu Whewellite atau monohidrat (batu berbentuk padat, warna
cokat/ hitam dengan konsentrasi asam oksalat yang tinggi pada air kemih),
Kurang lebih 5-10% penderita BSK dengan komposisi asam urat. Pasien
biasanya berusia > 60 tahun. Batu asam urat dibentuk hanya oleh asam urat.
Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai peluang lebih
ekskresi asam urat sehingga pH air kemih menjadi rendah. Ukuran batu asam urat
bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai ukuran besar sehingga membentuk
staghorn (tanduk rusa). Batu asam urat ini adalah tipe batu yang dapat dipecah
Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah
golongan kuman pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim
urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi
amoniak. Kuman yang termasuk pemecah urea di antaranya adalah Proteus spp,
sekitar 15-20% pada penderita BSK. Batu struvit lebih sering terjadi pada wanita
ammonium dan pH air kemih >7. Pada batu struvit volume air kemih yang
banyak sangat penting untuk membilas bakteri dan menurunkan supersaturasi dari
fosfat.
d) Batu Sistin
ginjal. Merupakan batu yang paling jarang dijumpai dengan frekuensi kejadian 1-
2%. Reabsorbsi asam amino, sistin, arginin, lysin dan ornithine berkurang,
pembentukan batu terjadi saat bayi. Disebabkan faktor keturunan dan pH urine
yang asam. Selain karena urine yang sangat jenuh, pembentukan batu dapat juga
terjadi pada individu yang memiliki riwayat batu sebelumnya atau pada individu
dan asupan protein hewani yang tinggi menaikkan ekskresi sistin dalam air kemih.
Penyebab pasti pembentukan BSK belum diketahui, oleh karena banyak faktor
yang dilibatkannya, sampai sekarang banyak teori dan faktor yang berpengaruh
a. Teori Nukleasi
Teori ini menjelaskan bahwa pembentukan batu berasal dari inti batu yang
membentuk kristal atau benda asing. Inti batu yang terdiri dari senyawa jenuh
yang lama kelamaan akan mengalami proses kristalisasi sehingga pada urin
dengan kepekatan tinggi lebih beresiko untuk terbentuknya batu karena mudah
pada matriks tersebut. Pada pembentukan urin seringkali terbentuk matriks yang
merupakan sekresi dari tubulus ginjal dan berupa protein (albumin, globulin dan
Batu saluran kemih terjadi akibat tidak adanya atau berkurangnya faktor inhibitor
(penghambat) yang secara alamiah terdapat dalam sistem urinaria dan berfungsi
endapan batu. Inhibitor yang dapat menjaga dan menghambat kristalisasi mineral
fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat
defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi
dalam urin. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup
pH urin dan status cairan pasien (batu cenderung terjadi pada pasien dehidrasi).
asam maupun basa dan kelebihan pemasukan cairan dalam tubuh yang
bertolak belakang dengan keseimbangan cairan yang masuk dalam tubuh
yang tinggi, kolesterol dan kalsium yang berpengaruh pada terbentuknya batu.
menyebabkan obstruksi atau timbul infeksi (J. Corwin, 2007). Manifestasi klinis
bergantung pada adanya obsrtuksi, infeksi, dan edema. Iritasi batu yang terus-menerus
dapat mengakibatkan terjadinya infeksi (pielonefritis dan sistitis) yang sering disertai
c) Kolik renal : Nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di seluruh
2) Batu di ureter
a) Nyeri luar biasa, akut, kolik yang menyebar ke paha & genitalia
b) Sering merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit urin yang keluar, dan
d) Nyeri pada saat miksi seringkali dirasakan pada ujung penis, skrotum,
4) Batu di uretra
Nyeri dirasakan pada glans penis atau pada tempat batu berada.
b) Batu yang berada pada uretra posterior, nyeri dirasakan di perineum atau
rektum
c) Batu yang terdapat di uretra anterior seringkali dapat diraba oleh pasien
berupa benjolan keras di uretra pars bulbosa maupun pendularis atau kadang-
(Purnomo, 2013)
D. PATOFIOLOGI
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada
tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis urine), yaitu
sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvik alises,
terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan metastable
(tetap larut) kemudian akan mengadakan agregasi dan menarik bahan-bahan lain
sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat
Kristal masih rapuh dan belum cukup mampu membuntu saluran kemih. Untuk itu,
agregat Kristal menempel pada epitel saluran kemih, dan dari sini bahan-bahan lain
diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk
dalam urine, konsentrasi solute di dalam urine, laju aliran di dalam saluran kemih,
atau adanya koloid di dalam urine, kosentrasi solute di dalam saluran kemih, atau
adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu.
Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang
berikatan dengan oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan
kalsium fosfat, sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat, batu magnesium
ammonium fosfat, batu xanthyn, batu sistein, dan batu jenis lainnya. Meskipun
saluran kemih yang memungkinkan terbentuknya jenis batu itu tidak sama. Misalkan
batu asam urat mudah terbentuk dalam suasana asam, sedangkan batu magnesium
Urolithiasis
Regangan otot
Iritabilitas mukosa ureter
m.detrusor meningkat
Nyeri akut
Ketidakseimbangan
Nutrisi:kurang dari
kebutuhan tubuh
Robekan vaskuler
Kolinisasi bakteri
Hidronephrosis Retensi urine
meningkat
Gangguan
Resiko gangguan f.ginjal Resiko infeksi
eliminasi urine
Sumber: Prabowo dan Pranata, 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan. Yogyakarta: Nuha Medika.
F. PENATALAKSANAAN
batu, menentukan jenis batu, mencegah penghancuran nefron, mengontrol infeksi, dan
Observasi konservatif (batu ureter yang kecil dapat melewati saluran kemih tanpa
intervensi),
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan untuk mengetahui adanya batu ureter
1) Uji Laboratorium
Analisa ini digunakan untuk menemukan faktor risiko pembentukan batu dan
darah samar dan nitrit. Warna urin, adanya eritrosit, bakteri yang ada di
dalam urin.
Kultur urin
Pseudomonas).
Tes ini berguna untuk mengetahui kadar pH urin, kreatinin, asam urat,
sistin dan batu asam urat. Sedangkan, apabila pH alkali maka dapat
Hal yang mempengaruhi perubahan kadar BUN adalah diet tinggi protein
yang sama dengan pemeriksaan BUN. Kadar normal laki-laki adalah 0,85-
paratiroid (PTH) juga mungkin meningkat jika terdapat gagal ginjal. (PTH
ginjal).
c) Analisa batu
menunjukkan adanya sel dan benda berbentuk partikel lainnya seperti bakteri,
virus maupun bukan karena infeksi (perdarahan, gagal ginjal). Pemeriksaan ini
juga dapat dipakai untuk mengetahui ada atau tidaknya leukosituria, hematuria
urat, sistin (Cystine), leusin dan tirosin, kristal kolesterol, dan kristal lain
meliputi kristal dalam urin asam (natrium urat dan amorf urat), kristal dalam
urin alkali (amonium urat (biurat), Ca-fosfat, amorf fosfat, dan Ca-karbonat),
Kristal akibat sekresi obat dalam urin meliputi kristal sulfadiazin dan kristal
sulfonamida.
2) Tes Radiologi
Radiologi ini dapat dipakai untuk menunjukkan adanya kalkuli dan atau
radiografi dari ginjal, ureter, dan kandung kemih (KUB) hanya dapat
Bentuk ginjal
ginjal.
ukuran batu, lokasi, dan radio density. Anatomi Calyceal, derajat obstruksi,
serta unit ginjal kontra lateral juga dapat dinilai dengan akurasi.
IVU/IVP.
kepada klien agar melakukan puasa selama 6-8 jam agar pemeriksaan berjalan
dengan lancar, selain itu juga dilakukan lavage. Syarat-syarat pemeriksaan ini
adalah klien tidak memiliki alergi kontras dan fungsi ginjal baik.
c) Sistoureteroskopi
Visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu dan
d) CT-scan
kalkuli dan masa lain; ginjal, ureter, dan distensi kandung kemih (Borley
2006). Indikasinya meliputi obstruksi saluran kemih, BSK (Batu saluran
hidronefrosis, obstruksi saluran kemih, batu asam urat, dan yeri ginekologi
kecil fleksibel melalui uretra, yang memuat sebuah lensa dan sistem
pencahayaan yang membantu dokter untuk melihat bagian dalam uretra dan
kandung kemih untuk mengetahui kelainan dalam kandung kemih dan saluran
kemih bawah. Dengan prosedur ini, batu ginjal dapat diambil dari ureter,
kandung kemih atau uretra, dan biopsi jaringan dapat dilakukan. Indikasi
pemeriksaan ini yaitu klien dengan kelainan anomali bladder, saluran kemih,
mengetahui ada tidaknya kelainan pada saluran kencing bawah, seperti adanya
ini adalah BPH (Benign Prostatic Hyperplasia), striktur uretra, dan kelainan
saluran kencing bagian bawah. Interpretasi yang bisa dilakukan yaitu dengan
cara melihat nilai kecepatan pengeluaran urin (minimal 100 cc urin) sebagai
berikut:
0 – 10 ml/s : Obstruksi
dalam pengaturan klinis tertentu, termasuk klien anak-anak dan ibu hamil.
i) Renogram
H. PENGKAJIAN FOKUS
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Riwayat Keperawatan
1) Keluhan Utama
Biasanya keluhan utama klien merasakan nyeri, akut/kronik dan kolik yang
Pola ini akan menjelaskan bagaimana penderita batu ginjal ini mengatasi
3) Pola eliminasi
Aktivitas dan latihan klien akan terganggu, karena klien mengalami nyeri dan
Biasanya klien yang menderita batu ginjal tidak mengalami gangguan pada
Biasanya tidur dan istirahat klien terganggu, karena merasakan nyeri yang
Klien lebih sering menutup diri, dan sering mengabaikan perannya baik
dan seksual nya, sehingga iya tidak dapat memenuhi kebutuhan seksualnya
Klien yang menderita batu ginjal cenderung stres, karena cemas memikirkan
Klien agak susah melakukan aktivitas ibadah nya, karena dirumah sakit klien
menggunakan Infus.
1) Keadaan Umum
Inspeksi :
a. Wajah : simetris/tidak
b. Rambut : lurus/keriting
4) Dada
Jantung : normal/tidak
Paru : normal/tidak
5) Abdomen
c. Perkusi : timpani
4) Kulit
5) Ekstremitas
4. Pemeriksaan penunjang
a. pemeriksaan Urine
b. Pemeriksaan Laboratorium
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Pre Op :
berlebihan
(Nanda, 2015)
J. PERENCANAAN KEPERAWATAN
a. Kehilangan cairan
aktif, Kegagalan
mekanisme regular
3 Pemenuhan Nutrisir Noc Nic
kurang dari kebutuhan
a. Nutritional Status : Nutrition Management
berhubungan dengan
food and Fluid
output yang berlebihan a. Kaji adanya alergi makanan.
Intake
b. Kolaborasi dengan ahli gizi
Definisi :
b. Nutritional Status: untuk menentukan jumlah
Asupan nutrisi tidak nutrient Intake kalori dan nutrisi yang
cukup untuk memenuhi
· Weight control dibutuhkan pasien.
kebutuhan metabolic. c. Anjurkan pasien untuk
Kriteria Hasil :
meningkatkan intake Fe
Batasan Karakteristik :
a. Adanya d. Anjurkan pasien untuk
a. Nyeri abdomen peningkatan berat meningkatkan protein dan
b. Berat badan 20% atau badan sesuai vitamin C.
lebih dibawah berat dengan tujuan e. Berikan substansi gula
badan ideal. b. Berat badan ideal f. Yakinkan diet yang dimakan
c. Kurang makan sesuai dengan mengandung tinggi serat untuk
d. Kurang minat pada tinggi badan mencegah konstipasi.
makanan. · Mampu. g. Berikan makanan yang
e. Penurunan berat terpilih (sudah dikonsultasikan
c. mengidentifikasi
badan dengan asupan dengan ahli gizi).
kebutuhan nutrisi.
makanan adekuat h. Ajarkan pasien bagaimana
d. Tidak ada tanda-
f. Ketidakmampuan membuat catatan makanan
tanda malnutrisi.
memakan makanan harian.
e. Menunjukkan
Faktor Yang i. Monitor jumlah nutrisi dan
peningkatan fungsi
Berhubungan : kandungan kalori
pengecapan dan
a. Faktor biologis j. Berikan informasi tentang
menelan
b. Faktor ekonomi kebutuhan nutrisi.
f. Tidak terjadi
c. Ketidakmampuan k. Kaji kemampuan pasien untuk
penurunan berat
untuk mengabsorbsi mendapatkan nutrisi yang
badan yang berarti
nutrient dibutuhkan
d. Ketidakmampuan Nutrition Monitoring
untuk mencerna
a. BB pasien dalam batas normal
makanan
b. Monitor adanya penurunan
e. Ketidakmampuan
berat badan
menelan makanan
c. Monitor tipe dan jumlah
· Faktor psikologi
aktivitas yang biasa dilakukan
d. Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
e. Monitor lingkungan selama
makan
f. Jadwalkan pengobatan dan
perubahan pigmentasi
g. Monitor turgor kulit
h. Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
i. Monitor mual dan muntah
j. Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
k. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
l. Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
· Monitor kalori dan intake
nutrisi
interpersonal
2. Menciptakan lingkungan yang
5. Krisis maturasi
tenang, dengan cahaya redup
6. Stres ancaman
dan suhu sentyaman mungkin
kematian
7. Ancaman pada status
ekonomi, pola
interaksi, fungsi
peran, status peran
dan konsep diri
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2015). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC
Prabowo dan Pranata, 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Purnomo, B.B. 2013.Pedoman diagnosis & terapi smf urologi LAB ilmu bedah.Malang:
Universitas Kedokteran Brawijaya.
Nanda, 2015-2017. Diagnosa keperawatan definisi & klasifikasi. Edisi : 10. Jakarta : EGC