Anda di halaman 1dari 4

Nama Kelompok 4 :

1. Ahcmad Ryanda S : 1811102411052


2. Annisa Muliani : 1811102411065
3. Deska Ramadani Ariski : 1811102411076
4. Nitha Widiya Ningrum : 1811102411128
5. Nurul Huda : 1811102411136
6. Puspa Sari Rahayu : 1811102411139
7. Winanda Arisandi Sesha : 1811102411188

Kelas : B Semester 4

Mata Kuliah : Kesehatan Jiwa dalam Keperawatan

Dosen Pembimbing : Ns. Mukhripah Damaiyanti.,MNS.

“Terapi Modalitas Dalam Keperawatan Jiwa”

1. https://youtu.be/etrNhCN2T2c
2. Bagaimana cara kerja terapi kerja tersebut ?

Terapi Okupasi atau Terapi Kerja

1) Definisi Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi
seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan.Terapi ini berfokus pada
pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang, pemeliharaan dan peningkatan bertujuan
untuk membentuk seseorang agar mandiri, tidak tergantung pada pertolongan orang lain (Riyadi
dan Purwanto, 2009).
2) Fungsi dan Tujuan Adapun tujuan terapi okupasi menurut Riyadi dan Purwanto (2009), adalah:
a) Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi mental:
1. Menciptakan kondisi tertentu sehingga klien dapat mengembangkan kemampuannya
untuk dapat berhubungan dengan orang lain dan masyarakat sekitarnya.
2. Membantu menemukan kegiatan sesuai bakat dan kondisinya.
3. Membantu dalam pengumpulan data untuk menegakkan diagnosa dan terapi
b) Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan gerak, sendi, otot dan
koordinasi gerakan.
c) Mengajarkan ADL seperti makan, berpakaian, BAK, BAB dan sebagainya.
d) Membantu klien menyesuaikan diri dengan tugas rutin di rumah.
e) Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan meningkatkan kemampuan yang dimiliki.
f) Menyediakan berbagai macam kegiatan agar dicoba klien untuk mengetahui kemampuan
mental dan fisik, kebiasaan, kemampuan bersosialisasi, bakat, minat dan potensinya. g)
g) Mengarahkan minat dan hobi untuk dapat digunakan setelah klien kembali di lingkungan
masyarakat.
3) Peranan aktivitas dalam terapi okupasi Muhaj (2009), mengungkapkan aktivitas yang digunakan
dalam terapi okupasi, sangat dipengaruhi oleh konteks terapi secara keseluruhan, lingkungan,
sumber yang tersedia, dan juga oleh kemampuan si terapi sendiri (pengetahuan, keterampilan,
minat dan kreativitasnya).
a. Jenis Jenis kegiatan yang dapat dilakukan meliputi: latihan gerak badan, olahraga,
permainan tangan, kesehatan, kebersihan, dan kerapian pribadi, pekerjaan sehari-hari
(aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti dengan mengajarkan merapikan tempat tidur,
menyapu dan mengepel), praktik pre-vokasional, seni (tari, musik, lukis, drama, dan lain-
lain), rekreasi (tamasya, nonton bioskop atau drama), diskusi dengan topik tertentu (berita
surat kabar, majalah, televisi, radio atau keadaan lingkungan) (Muhaj, 2009).
b. Aktivitas Aktivitas adalah segala macam aktivitas yang dapat menyibukan seseorang secara
produktif yaitu sebagai suatu media untuk belajar dan berkembang, sekaligus sebagai
sumber kepuasan emosional maupun fisik.
Oleh karena itu setiap aktivitas yang digunakan harus mempunyai karakteristik sebagai
berikut:
1.Setiap gerakan harus mempunyai alasan dan tujuan terapi yang jelas. Jadi, bukan hanya
sekedar menyibukkan klien.
2.Mempunyai arti tertentu bagi klien, artinya dikenal oleh atau ada hubungannya dengan
klien.
3.Klien harus mengerti tujuan mengerjakan kegiatan tersebut, dan apa kegunaanya terhadap
upaya penyembuhan penyakitnya.
4.Harus dapat melibatkan klien secara aktif walaupun minimal.
5.Dapat mencegah lebih beratnya kecacatan atau kondisi klien, bahkan harus dapat
meningkatkan atau setidaknya memelihara kondisinya.
6.Harus dapat memberi dorongan agar klien mau berlatih lebih giat sehingga dapat mandiri.
7.Harus sesuai dengan minat, atau setidaknya tidak dibenci olehnya.
8.Harus dapat dimodifikasi untuk tujuan peningkatan atau penyesuaian dengan kemampuan
klien
4) Katakteristik Riyadi dan Purwanto, (2009), mengemukakan bahwa karateristik dari aktivitas
terapi okupasi, yaitu: mempunyai tujuan jelas, mempunyai arti tertentu bagi klien, harus mampu
melibatkan klien walaupun minimal, dapat mencegah bertambah buruknya kondisi, dapat
memberi dorongan hidup, dapat dimodifikasi, dan dapat disesuaikan dengan minat klien.
5) Analisa Aktivitas Riyadi dan Purwanto (2009), menyatakan bahwa analisa dari kegiatan terapi
okupasi, meliputi: jenis kegiatan yang dilakukan seperti latihan gerak badan atau pekerjaan
sehari-hari, maksud dan tujuan dari kegiatan dilakukan dan manfaatnya bagi klien, sarana atau
alat atau aktivitas dilakukan disesuaikan dengan jenis kegiatan yang dilakukan, persiapan
terhadap sarana pendukung dan klien maupun perawat, pelaksanaan dari kegiatan yang telah
direncanakan, kontra indikasi dan disukai klien atau tidak disukai yang disesuaikan dengan
kemampuan yang dimiliki oleh klien.
6) Tindakan Terapi Adapun proses dari terapi okupasi, sebagai berikut:
a. Pengumpulan data, meliputi data tentang identitas klien, gejala, diagnosis, perilaku dan
kepribadian klien. Misalnya klien mudah sedih, putus asa, marah.
b. Analisa data dan identifikasi masalah dari data yang telah dikaji ditegakkan diagnosa
sementara tentang masalah klien maupun keluarga.
c. Penentuan tujuan dan sasaran dari diagnosa yang ditegakkan dapat dibuat sasaran dan tujuan
yang ingin dicapai.
d. Penentuan aktivitas jenis kegiatan yang ditentukan harus disesuaikan dengan tujuan terapi.
e. Evaluasi kemampuan klien, inisiatif, tanggungjawab, kerjasama, emosi dan tingkah laku
selama aktivitas berlangsung. Dari hasil evaluasi rencanakan kembali kegiatan yang sesuai
dan akan dilakukan. Evaluasi dilakukan secara periodik, misalnya 1 minggu sekali dan setiap
selesai melaksanakan kegiatan.
7) Pelaksanaan Terapi Terapi okupasi dapat dilakukan secara individu maupun kelompok tergantung
dari kondisi klien dan tujuan terapi.
a. Metode
 Individual : dilakukan untuk klien baru masuk, klien yang belum mampu berinteraksi
dengan kelompok dan klien lain yang sedang menjalani persiapan aktivitas.
 Kelompok : klien dengan masalah sama, klien yang lama dan yang memiliki tujuan
kegiatan yang sama. Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil
yang anggotanya berkisar antara 5-12 orang (Keliat dan Akemat, 2005). Jumlah anggota
kelompok kecil menurut Stuart dan Laraia (2001, dalam Keliat dan Akemat, 2005) adalah
7-10 orang, Rawlins, Williams, dan Beck (1993, dalam Keliat dan Akemat, 2005)
menyatakan jumlah anggota kelompok adalah 5-10 orang. Jika anggota kelompok terlalu
besar akibatnya tidak semua anggota mendapat kesempatan mengungkapkan perasaan,
pendapat, dan pengalamannya. Jika terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi dan
interaksi yang terjadi. Johnson (dalam Yosep, 2009) menyatakan terapi kelompok
sebaiknya tidak lebih dari 8 anggota karena interaksi dan reaksi interpersonal yang
terbaik terjadi pada kelompok dengan jumlah sebanyak itu. Apabila keanggotaanya lebih
dari 10, maka akan terlalu banyak tekanan yang dirasakan oleh anggota sehingga anggota
merasa lebih terekspos, lebih cemas, dan seringkali bertingkah laku irrasional.
b. Waktu Terapi dilakukan 1-2 jam setiap sesi baik metode individual maupun kelompok
dengan frekuensi kegiatan per sesi 2-3 kali dalam seminggu. Setiap kegiatan dibagi menjadi 2
bagian, pertama: ½-1 jam yang terdiri dari tahap persiapan dan tahap orientasi, kedua: 1-1/2
jam yang terdiri dari tahap kerja dan tahap terminasi (Riyadi dan Purwanto, 2009).

Anda mungkin juga menyukai