KEPERAWTAN ANAK
TENTANG
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN DIAGNOSA MEDIS ASFIKSIA
Oleh :
KELOMPOK I
Kelas D
Prodi/Semester Keperawtan/IV
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
2020
Nama Kelompok
1. Dila Sintya Unwakoly (aktif)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Afiksia adalah Suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gangguan tidak segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Afeksia dapat terjadi selama kehamilan atau
persalinan (Nurarif 2015)
Asfiksia merupakan kondisi insufisiensi oksigen dan terakumulasinya karbondioksida
dalam darah dan jaringan akibat gangguan respirasi, dan menyebabkan penghalangan (arrest)
kardiopulmoner. Penyakit ini berakibat fatal bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat
(Paramita 2011)
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara
spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan
hipoksia ii berhubungan dengan factor-fakor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau
segera setelah bayi lahir (Wiknjosastro 2007)
Asfiksia Perinatal tidak mempunyai definisi yang adekuat. Proses kelahiran yang normal
adalah suatu proses asfiksia pada janin. Janin yang sehat, cukup bulan, umumnya dapat
beradaptasi terhadap stress ini. Akan tetapi bila ada masalah selama kehamilan, misalnya
infisiensi plasenta atau kelainan obstetric lain, bayi kurang dapat bertoleransi terhadap
keadaan asfiksia, baik akut maupun kronik. (Monintja & Yu 1997)
Menurut Amru (2012) Asfiksia dalam kehamilan dapat disebabkan oleh penyakit infeksi
akut atau kronis, keracunan obat bius, Uremia, Toksemia, gravidarum, anemia berat, cacat
bawaan atau trauma. Sedangkan Asfiksia dalam kehamilan dapat disebabkan oleh partus
lama, reptura uteri yang membakat, tekanan terlalu kuat kepala anak pada plasenta,
prolapses, pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya, plasenta
previa, solusi plasenta, placenta tua (serotinus) (Amru 2012)
APGAR-Score
TANDA NILAI
0 1 2
A : Appearance (color) Biru/pucat Tubuh kemerahan, Tubuh dan ekstermitas
warna kulit ekstermitas biru kemerahan
P : Pulse (heart rate) Tidak ada < 100 kali/menit > 100 kali/menit
denyut nadi
G : Grimance (refleks) Tidak ada Gerakan sedikit Menangis
A : Activity (tonus otot) Lumpuh Fleksi lemah Akif
R : Respiration (usaha Tidak ada Lemah, merintih Tangisan kuat
nafas)
Penilaian :
7-10 : Normal (Vigorus baby)
4-6 : Asfiksia sedang
0-3 : Asfiksia Berat
(Nurarif 2015)
Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan
secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. Untuk
memperoleh hasil yang memuaskan, beberapa factor perlu dipertimbangkan dalam
menghadapi bayi dengan asfiksia. Factor-faktor tersebut ialah etilogi dan factor predisposisi,
gangguan homeostatis, diagnose asfiksia bayi, dan resusitasi. (Wiknjosastro 2007)
B. Etiologi
Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan
pertukaran gas setara transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam
persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini dapat berlangsung secara
menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak
karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan. (Wiknjosastro 2007)
Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang buruk, penyakit
menahun seperti anemia, hipertensi, penyakit jantung, dan lain-lain. Pada keadaan terakhir
ini pengaruh terhadap janin disebabkan oleh gangguan oksigenasi serta kekurangan
pemberian zat-zat makanan berhubungan dengan gangguan fungsi plasenta. Hal ini dapat
dicegah atau dikurangi dengan melakukan pemeriksaan antenatal yang sempurna, sehingga
perbaikan sedini-dininya dapat diusahakan. (Wiknjosastro 2007)
Faktor-faktor yang timbul dalam persalinan bersifat lebih mendadak dan hamper selalu
mengakibatkan anoksia atau hipoksia janin dan berakhir dengan asfiksia bayi. Keadaan ini
perlu dikenal, agar dapat dilakukan persiapan yang sempurna pada saat bayi lahir. Factor-
faktor yang mendadak ini terdiri atas :
a. Faktor-faktor dari pihak janin :
1. Gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat
2. Depresi pernapasan karena obat-obat anesthesia/analgetik yang di berikan,
perdarahan intracranial, dan kelainan bawahan (hernia diafragmatika, atresia saluran
pernapasan , hypoplasia paru-paru, dan lain-lain)
b. Faktor-faktor dari pihak Ibu :
1. Gangguan His, misalnya hipertoni dan tetani
2. Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan misalnya pada plasenta previa
3. Hipertensi pada eklampsia
4. Ganggan mendadak pada plasenta seperti solusio plasenta
(Wiknjosastro 2007)
c. Faktor fetus
Tali pusat menumbung, lilitan tali pusat, meconium kental, prematuritas, persalinan
ganda
d. Faktor lama persalinan
Persalinan lama, VE, Kelainan letak,operasi cecar
(Nurarif 2015)
C. Manifestasi Klinis
Terdapat dua macam kriteria yaitu :
Perbedaan Asfiksia Pallida Asfiksia Livida
Warna Kulit Pucat Kebiru-biruan
Tonus otot Sudah kurang Masih baik
Reaksi rangsangan Negative Positif
Bunyi jantung Tek teratur Masih teratur
Prognosis jelek Lebih baik
(Nurarif 2015)
Klasifikasi klinik berdasarkan nilai APGAR
1. Asfiksia Berat (nilai APGAR 0-3)
2. Afiksia ringan sedang (nilai APGAR 4-6)
3. Bayi normal atau sedikit asfiksia (nilai APGAR 7-9)
4. Bayi normal dengan APGAR 10
(Nurarif 2015)
D. Pemeriksaan penunjang
1. Analisa gas darah
2. Elektrolit darah
3. Gula darah
4. Baby gram (RO dada)
5. USG (Kepala)
(Nurarif 2015)
F. Discharge Planning
Pencegahan yang komprehensif dimulai dari masa kehamilan, persalinan dan beberapa saat
setelah persalinan. Pencegahan berupa :
1. Melakukan pemeriksaan antenatal rutin minimal 4 kali kunjungan
2. Melakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap pada kehamilan
yang diduga beresiko bayinya lahir dengan asfiksia neonatum
3. Memberikan terapi kortikosteroid antenatal untuk persalinan pada usia kehamilan kurag
dari 37 minggu
4. Melakukan pemantauan yang baik terhadap kesejateraan janin dan deteksi dini terhadap
tanda-tanda asfiksia fetal selama persalinan dengan kardiotokografi
5. Meningkatkan ketrampilan tenaga obstetric dalam penanganan asfiksia neonatorum di
masing-masing tingkat pelayanan kesehatan
6. Meningkatka kerjasama tenaga obstetric dalam pemantauan dan penanganan persalinan
7. Melakukan perawatan neonatal esensial yang terdiri dari :
a. Persalinan yang bersih dan aman
b. Stabilisasi suhu
c. Inisiasi pernapasan spontan
d. Inisiasi menyusui dini
e. Pencegahan infeksi serta pemberian imunisasi
Selain persalinan ajarkan pada pasien dan keluarga dalam :
1. Meningkatkan upaya kardiovaskuler efektif
2. Memberikan lingkungan termonetral dan mempertahankan suhu tubuh
3. Mencegah cidera atau komplikasi
4. Meningkatkan kedekatan orang tua-bayi
5. Beri asupan ASI sesering mungkin setelah keadaan memungkinkan
(Nurarif 2015)
G. Patofisiologi
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : An. A
4. A g a m a : Islam
5. Pendidikan :-
6. Alamat : kudamati
a. N a m a : Tn A
b. U s i a : 28 tahun
c. Pendidikan : SMA
e. A g a m a : Islam
f. Alamat : Kudamati
2. Ibu
a. N a m a : Ny W
b. U s i a : 24 Tahun
c. Pendidikan : SMA
e. Agama : Islam
f. Alamat : Kudamati
1. - - - -
Riwayat Keluhan Utama : saat melahirkan, air ketuban Ny W pecah spontan dengan
warna kehijauan dan berjumlah ±1000cc. setelah Bayi Ny W lahir bayi yang di beri
nama An A. itu tidak menangis, kulitnya berwarna kebiruan, reflex dan tonus otot
lemah, terdapat pernapasan cuping hidung dan pernapasan bayi lemah.
Keluhan Pada Saat Pengkajian : saat pengkajian didapat data sebagai berikut, Bayi A
tidak menangis, warna kulit kebiruan, frekuensi jantung 80x/menit reflex lemah,
tonus otot lemah, dan pernapasan lambat. APGAR-Scores yang di peroleh bayi A
adal 5 (asfiksia sedang), bibir tampak seanosis, terdapat pernapasan cuping hidung,
terdapat retraksi dada, dan ekstermitas tampak seanosis
X
Keterangan :
X
: Klien : Meninggal
: Perempuan : laki-laki
1. BCG -
2. DPT (I,II,III,IV) -
3. Polio (I,II,III,IV) -
4. Campak -
6. Dll
A. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan : 3,2 kg/ 3200 gram
2. Tinggi badan : 50 cm
3. Waktu tumbuh gigi : -
1. Berguling :-
2. Duduk :-
3. Merangkak : -
4. Berdiri :-
5. Berjalan :-
6. Senyum kepada orang lain pertama kali : -
7. Bicara pertama kali : -
8. Berpakaian tanpa bantuan : -
VI. Riwayat Nutrisi
A. Pemberian ASI
1. Pertama kali disusui : pukul 19: 30 setelah penanganan asfiksia pada Bayi A
2. Cara pemberian : ASI di berikan langsung dari NyW. Ke Bayi A melalui
oral
3. Lama pemberian : 20-45 menit. Setelah bayi lahir
3. Cara pemberian :-
C. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
¤ Pengasuh anak : -
¤ Kegiatan keagamaan : -
orang tua Bayi A merasa sedih, kecewa dan cemas akan keadaan anaknya. Mereka
tidak menyangka akan mengalami hal ini pada anak pertama mereka. Ny W dan Tn A
berharap anak mereka akan segera membaik dan tidak menyebabkan masalah yang
akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan Bayi mereka
- Siapa yang akan tinggal dengan anak : Anak akan tinggal bersama kedua orang tuanya
X. Pemeriksaan Fisik
4. Antropometri:
a. Berat Badan : 3,2 kg
b. Tinggi Badan : 50 cm
c. Lingkar lengan atas : 8 cm
d. Lingkar kepala : 31 cm
e. Lingar dada : 32 cm
f. Lingkar perut : 32 cm
g. Skin fold :-
Kesimpulan : bayi A lahir dengan berat dan tinggi normal, tidak
premature dan
memiliki lingkar lengan, kepala, dan dada normal.
5. Sistem pernapasan.
a. Hidung : terdapat pernapasan cuping hidung
b. Leher : tidak terdapat pembengkakan kelenjar getah bening
c. Dada
- Bentuk dada : bentu dada normal
6. Sistem Cardiovasculer.
a. Conjunctiva : normal
b. Tekanan vena jugularis :-
c. Ukuran jantung : ukuran jantung normal. Tidak terdapat kelainan
d. Suara jantung : suara jantung normal, tidak terdapat bunyi
tambahan
e. Capillary Refilling Time : > 2 detik
7. Sistem Pencernaan.
a. Sklera : normal
b. Mulut : mulut normal tidak ada labioskizis, palatoskizis dan gnatoskizis, namun bibir
tampak sianosis
c. Gaster : normal
e. Abdomen :
8. Sistem Indra.
1. Mata : mata simetris dan tidak ada
perdarahan kornea dan strabismus
2. Hidung : hidung normal
terdapat sekret dan terdapat pernapasan cuping hidung
3. Telinga : telinga normal dan
lekukan terlihat jelas,
9. Sistem saraf
1. Fungsi serebral
a. Status mental : -
b. Kesadaran : compos mentis
c. Bicara : bayi tidak menangis setelah lahir
2. Fungsi cranial
a. Nervus I (Olfactorius) : penghidung : baik, bayi A dapat
mengenali bau dengan baik
b. Nervus II (Opticus) : Penglihatan : baik, bayi mengikuti
gerakana yang dilakuakn di
depan mata
6. Refleks : lambat
10. Sistem Muskulo Skeletal
1. Kepala: kepala tidak ada cepal
hematoma dan caput, ubun ubun tidak ada cekungan dan benjolan, muka tidak ada
kelainan
2. Vertebra : punggung tidak terdapat
spina bifida
3. Pelvis : Normal, terletak diantara
lubang paha dan rongga panggul
4. Lutut : normal
5. Kaki : terdapat sianosis pada
ekstermitas bawah
6. Tangan : normal
1. Laboratorium :
a. Analisis Gas Darah : pH yang di peroleh 6,85
Kesan : nilai normal pemeriksaan gas darah ialah pH 7,38-7,42. Sedangakan untuk
bayi A diperoleh pH darah 6,85 (keadaan asam) hal ini dikarenakan kurangnya
oksigen di dalam darah
b. Gula Darah : 28,3 mmHg
Kesan : Nilai normal gula darah pada bayi ialah 35- 45 mmHg dari hasil tes gula
darah menunjukan bahwa kandungan gula dalam darah bayi A rendah
2. Baby gram (RO dada) : tidak terdapat kelainan
Kesan : foto Babygram merupakan pemeriksaan radiology dari bagian dada dan perut
dengan 1 kali exposure untuk visualisasi anomali perkembangan seluruh sistem rangka
dada dan perut pada bayi baru lahir.
1. Nama Pasien : An A
2. No. Rekam medik : -
3. Ruang rawat : -
Data Subjektif Data Objektif
orang tua Bayi A mengatakan merasa : Air ketuban ibu berwarna kehijauan
Bayi A tidak menagis setelah
sedih,
dilahirkan
kecewa
warna kulit Bayi A kebiru-biruan
cemas
frekuensi jantung 80x/menit
reflek lemah
tonus otot lemah
pernapasan lambat
APGAR-scores yang di peroleh bayi
adalah 5 (afiksia sedang)
bibir tampak sianosis
terdapat pernapasan cuping hidung
dada terdapat retraksi
ekstermitas tampak sianosis
pH yang di peroleh 6,85
ANALISA DATA
Napas cepat
Apneu
Asidosis respiratorik
Airway Managemen
1. Buka jalan nafas, guanakan
teknik chin lift atau jaw
thrust bila perlu
2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien
perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan
4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
6. Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
7. Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
8. Lakukan suction pada
mayo
9. Berikan bronkodilator bila
perlu
10. Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl Lembab
11. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan
status O2
AcidBase Managemen
1. Monitro IV line
2. Pertahankanjalan nafas
paten
3. Monitor AGD, tingkat
elektrolit
4. Monitor status
hemodinamik(CVP, MAP,
PAP)
5. Monitor adanya tanda
tanda gagal nafas
6. Monitor pola respirasi
7. Lakukan terapi oksigen
8. Monitor status neurologi
9. Tingkatkan oral hygiene
Implementasi Keperawatan
Kolaborasi pemberian
Bikarbonat 7,5 %
(injeksi intravena) 6
cc, Untuk mengatasi
sianosis pada bayi
Catatan Perkembangan
Hari/tangga Dx Implementasi Evaluasi
l
Minggu, 23 1,2,3 Pemantauan tanda-tanda vital S:
februari 2020 Bayi A Pernapasan bayi kembali lancer
Pemberian oksigen 2 liter, O:
nasal prongs bayi menangis kuat
mencegah kehilangan panas frekuensi jantung 98x/menit,
dengan bayi terbungkus pernapasan 37x/menit
menggunakan kain bersih dan warna kulit kemerahan dan
kering, tonus otos masih tampak lemah
menyiapkan tempat yang APGAR-Score 7
kering dan hangat untuk A:
melakukan pertolongan, Masalah teratasi
memposisikan bayi dengan P:
baik (kepala bayi setengah JNKYGVUYTYYasfiksia
tengadah/sedikit ekstensi atau ringan, bayi dianggap sehat,
mengganjal bahu bayi dengan
kain), dan tidak memerlukan tindakan
Pemantauan tanda-tanda vital istimewa.
Bayi A
Pemberian oksigen 2 liter,
nasal prongs
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asfiksia terjadi karena gangguan pertukaran antara O2 dan CO2, adapun gangguan
tersebut dapat terjadi selama prenatal, intranatal dan postnatal. Diagnosis asfiksia tidak hanya
dlihat dari pengkajian fisik dan pemeriksaan penunjang, namun riwayat selama prenatal,
intranatal dan postnatal pun perlu dikaji. Untuk perawatan pada bayi dengan asfiksia perlu
ditingkatkan karena bayi dengan asfiksia akan mengalami penurunan fungsi organ karena
hipoksemia, apalagi kondisi tersebut dipengaruhi juga bahwa bayi masih dalam tahap
adaptasi terhadap kehidupan ekstrauterin yang tentunya organ – organnya pun masih belum
berfungsi maksimal.
Asfiksia diklasikfikasikan menjadi 3 yaitu asfiksia ringan, asfiksia sedang, dan asfiksia
berat. Dari masing masing klasifikasi mempunyai tanda dan gejala yang berbeda, namun kita
juga dapat menentukan klasifikasinya berdasarkan apgar skor.
Kasus asfiksia harus ditangani dengan cepat dan tepat karena memberi dampak yang
sangat buruk terhadap kelangsungan hidup bayi, yang dapat dilakukan dengan cara heart
massage atau menekan dan melepas dada bayi dan resusitasi terhadap asfiksia berat serta
pemberian O2 secara hati-hati.
Dari kasus dapat disimpulkan bahwa bayi Ny. W didiagnosa asfiksia dengan klasifikasi
asfiksia sedang yang didasari dari tanda dan gelaja yang terdapat pada bayi serta skor apgar
yang didapatkan serta penyebabnya yaitu ketuban yang bercampur mekonium. Maka dari itu
dibutuhkan tindakan segera untuk menangani bayi Ny. W yaitu dengan tindakan resusitasi
untuk meningkatkan skor apgar. Apabila tidak segera dilakukan tindakan terhadap bayi Ny.
W maka akan menyebabkan masalah potensial atau masalah yang lebih buruk lagi bagi
kondisi bayi yaitu asfiksia berat.
B. Saran
1. Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat lebih memperdalam teori atau bahasan mengenai asfiksia
neonatorum, agar nantinya dapat dengan mudah memberi asuhan dan melakukan
penatalaksanaan terhadap kasus bayi dengan asfiksia di lahan praktek.
2. Bidan/Tenanga Kesehatan
Dalam penanganan kasus asfiksia perlunya bidan dapat mengenal tanda-tanda atau gejala
asfiksia sedini mungkin dengan observasi yang lebih jelas pada tanda-tanda vital agar
dapat mengantisipasi kemungkinan yang terjadi pada ibu dan janin sebelum ibu
melahirkan.
3. Klien
Bagi ibu hamil agar memeriksakan dirinya secara dini dan teraturuntuk mendeteksi
adanya gangguan dalam kehamilan sehingga petugas dapat melakukan tindakan yang
tepat.
4. Institusi
Bagi institusi pendidikan khusunya institusi pendidikan kesehatan di harapkan dapat
meningkatkan mutu dan sarana pendidikan agar mendpatkan tenaga kesehatan yang
berkualitas dan professional.
5. Pemerintah
Pemerintah sebagai penentu kebijakan dalam pelayanan kesehatan masyarakat di
harapkan dapat menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang merata yang dapat
menjangkau seluruh lapisan masyarakat di pelosok misalnya penyediaan bidan desa
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif Amin H. (2015), Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda
Paramita. (2011) Nursing : Memahami Berbagai Macam Penyakit. Permata Puri Media. Jakarta
Monintja Hans E, Yu Victor Y H. (1997), Beberapa Masalah Perawatan Intensif Neonatus. Balai
Sofian Amru (2012), Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri : Obstetri Operatif Obstetri Social edisi
Wiknjosastro Hanifa. (2007), Ilmu Kebidanan Ed 3 Cetakan 9. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta