Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

ANAK DENGAN
SYSTEMIC LUPUS ERYTEMATOSUS
(SLE)
KELOMPOK 10
DI SUSUN OLEH :

DEDE ICHSAN M (2720190151)


LENY ULFIYANI (2720190153)
SURATMI (2720190124)
Latar Belakang
 Systemic lupus erytematosus (SLE) atau lupus eritematosus sistemik (LES) adalah penyakit radang atau inflamasi
multisistem yang penyebabnya diduga karena adanya perubahan sistem imun

(Albar, 2003).

 SLE termasuk penyakit collagen-vascular yaitu suatu kelompok penyakit yang melibatkan sistem muskuloskeletal, kulit,
dan pembuluh darah yang mempunyai banyak manifestasi klinik sehingga diperlukan pengobatan yang kompleks. Etiologi
dari beberapa penyakit collagen-vascular sering tidak diketahui tetapi sistem imun terlibat sebagai mediator terjadinya
penyakit tersebut (Delafuente, 2002).

 Setiap tahun ditemukan lebih dari 100.000 penderita baru. Hal ini disebabkan oleh manifestasi penyakit yang sering
terlambat diketahui sehingga berakibat pada pemberian terapi yang inadekuat, penurunan kualitas pelayanan, dan
peningkatan masalah yang dihadapi oleh penderita SLE. Masalah lain yang timbul adalah belum terpenuhinya kebutuhan
penderita SLE dan keluarganya tentang informasi, pendidikan, dan dukungan yang terkait dengan SLE.

 Oleh karena itu penting sekali meningkatkan kewaspadaan masyarakat tentang dampak buruk penyakit SLE terhadap
kesehatan serta dampak psikologi dan sosialnya yang cukup berat untuk penderita maupun keluarganya.
DEFINISI

SLE merupakan suatu penyakit auotoimun kronik yang melibatkan berbagai


organ dengan manifestasi klinis yang bervariasi dari yang ringan sampai berat.
(kapita selekta 2000). Sistemik lupus erytematosus adalah penyakit otoimun
kronis yang di tandai dengan berbagai antibodi yang membentuk kompleks
imun dan menimbulkan inflamasi padaa berbagai organ.
SLE (Sistemisc lupus erythematosus) adalah penyakit radang multisistem
yang sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut
dan fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi disertai oleh terdapatnya
berbagai macam autoantibodi dalam tubuh.
ETIOLOGI
1. Faktor genetik
 Kerabat dekat (first degree relative) 10 – 20 %
 Kembar identik 24 – 69 %
 Kembar non-identik 2–9%

2. Faktor lingkungan
 Sinar UV
 Antibiotik
 Infeksi virus dan bakteri
 Stres berlebihan
 Obat obatan yg tertentu
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis SLE sangat luas.awalnya di tandai dengan gejala klinis yang tidak spesifik antara lain:
lemah, lesu, panas mual nafsu makan turun dan berat badan menurun
Gejala klinis yang mungkin muncul pada pasein SLE yaitu:
a. Wanita muda dengan keterlibatan dua organ atau lebih.

b. Gejala konstitusional: kelelahan, demam (tanpa bukti infeksi) dan penurunan berat badan
c. Muskuloskeletal: artritis, artralgia, myositis

d. Kulit: ruam kupu-kupu (butterfly atau malar rash), fotosensitivitas, lesi membrane mukosa, alopesia,
fenomena Raynaud, purpura, urtikaria, vaskulitis.
e. Ginjal: hematuria, proteinuria, silinderuria, sindroma nefrotik
f. Gastrointestinal: mual, muntah, nyeri abdomen
g. Paru-paru: pleurisy, hipertensi pulmonal,lesi parenkhim paru.
h. Jantung: perikarditis, endokarditis, miokarditis
i. Retikulo-endotel: organomegali (limfadenopati, splenomegali, hepatomegali)
j. Hematologi: anemia, leukopenia, dan trombositopenia

k. Neuropsikiatri: psikosis, kejang, sindroma otak organik, mielitis transversus, gangguan kognitif neuropati
PATHWAY SLE PADA ANAK
PATOFISIOLOGI
 

Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang


menyebabkan peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan
imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik,
hormonal ( sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi
selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal).
Obat-obat tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan
beberapa preparat antikonvulsan di samping makanan seperti kecambah alfalfa
turut terlibat dalam penyakit SLE- akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
Pada SLE, peningkatan produksi autoantibodi diperkirakan terjadi akibat fungsi
sel T-supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan
kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya
serangsang antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.
Klasifikasi lupus

Ada tiga jenis lupus, yaitu :


1.    Lupus Eritematosus Sistemik (LES), dapat menimbulkan komplikasi seperti lupus
otak, lupus paru-paru, lupus pembuluh darah jari-Jari tangan atau kaki, lupus kulit,
lupus ginjal, lupus jantung, lupus darah, lupus otot, lupus retina, lupus sendi, dan lain-
lain.
2.    Lupus Diskoid, lupus kulit dengan manifestasi beberapa jenis kelainan kulit.
Termasuk paling banyak menyerang.
3.    Lupus Obat, yang timbul akibat efek samping obat dan akan sembuh sendiri dengan
memberhentikan obat terkait. Umumnya berkaitan dengan pemakaian obat
hydralazine (obat hipertensi) dan procainamide (untuk mengobati detak jantung yang
tidak teratur).
Komplikasi
Lupus mungkin terlihat sebagai penyakit yang biasa terjadi pada kulit. Namun jika tidak
segera ditangani, lupus bisa menjadi momok bagi kehidupan Anda. Berikut ini adalah
beberapa komplikasi yang bisa terjadi jika penyakit lupus tidak ditangani dengan cepat
dan tepat:

1. Penyakit ginjal
2. Penyakit jantung
3. Penyakit paru-paru
4. Gangguan peredaran darah darah
5. Gangguan saraf dan menta
Pemeriksaan penunjang

 Uji imunofluroresensi ANA : POSITIF


 CBC (Complete Blood Cell Count) : Anemia, Lekopenia, Trombositopenia.
 ESR (Erithrocyte Sedimen Rate) : LED

 Urinalysis : Protein +, Eritrosit +


 X-ray dada : Effusi Pleura

 (biopsi) untuk mengetahui fungsi hati dan ginjal


Penatalaksanaan

Prinsip Dasar Pengobatan :


1. Monitoring teratur
2. Istirahat cukup
3. Fotoproteksi
4. Atasi infeksi
5. Rencanakan kehamilan/hindari kehamilan  
Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
      

a. Identitas
       

Penyakit SLE ( sistemik lupus eritematosus ) kebanyakan menyerang wanita, bila dibandingkan dengan pria perbandingannya
adalah 8 : 1. Penyakit ini lebih sering dijumpai pada orang berkulit hitam dari pada orang yang berkulit putih.

b. Keluhan utama
      

Pada SLE ( sistemik lupus eritematosus ) kelainan kulit meliputi eritema malar ( pipi ) ras seperti kupu-kupu, yang dapat
mengenai seluruh tubuh, sebelumnya pasien mengeluh demam dan kelelahan.

c. Riwayat penyakit sekarang


       

Pada penderita SLE, di duga adanya riwayat penyakit anemia hemolitik, trombositopeni, abortus spontan yang unik. Kelainan pada proses pembekuan
darah ( kemungkinan sindroma, antibody, antikardiolipin ).

d. Riwayat penyakit keluarga


      

Faktor genetik keluarga yang mempunyai kepekaan genetik sehingga cenderung memproduksi auto antibody tertentu sehingga keluarga mempunyai
resiko tinggi terjadinya lupus eritematosus.
e.       Pola – pola fungsi kesehatan

·      Pola nutrisi

Penderita SLE banyak yang kehilangan berat badannya sampai beberapa kg, penyakit ini disertai adanya rasa mual dan muntah
sehingga mengakibatkan penderita nafsu makannya menurun.

·      Pola aktivitas
Penderita SLE sering mengeluhkan kelelahan yang luar biasa.

·      Pola eliminasi
Tidak semua dari penderita SLE mengalami nefritis proliferatif mesangial, namun, secara klinis penderita ini juga mengalami
diare.

·      Pola sensori dan kognitif


Pada penderita SLE, daya perabaannya akan sedikit terganggu bila pada jari – jari tangannya terdapat lesi vaskulitik atau lesi
semi vaskulitik.
·      Pola persepsi dan konsep diri

Dengan adanya lesi kulit yang bersifat irreversibel yang menimbulkan bekas seperti luka dan warna yang buruk pada
kulit penderita SLE akan membuat penderita merasa malu dengan adanya lesi kulit yang ada.
f. Pemeriksaan fisik
     

o Sistem integument
   

Pada penderita SLE cenderung mengalami kelainan kulit eritema molar yang bersifat irreversibel.
o Kepala
   

Pada penderita SLE mengalami lesi pada kulit kepala dan kerontokan yang sifatnya reversibel dan rambut yang hilang
akan tumbuh kembali.
o Muka
   

Pada penderita SLE lesi tidak selalu terdapat pada muka/wajah


o Telinga
   

Pada penderita SLE tidak selalu ditemukan lesi di telinga.

o Mulut
   

Pada penderita SLE sekitar 20% terdapat lesi mukosa mulut.


o Ekstremitas
   

Pada penderita SLE sering dijumpai lesi vaskulitik pada jari-jari tangan dan jari jari-jari kaki, juga sering merasakan
nyeri sendi.
o Paru – paru
   

Penderita SLE mengalami pleurisy, pleural effusion, pneumonitis, interstilsiel fibrosis.

o Leher
   

Penderita SLE tiroidnya mengalami abnormal, hyperparathyroidisme, intolerance glukosa.

o Jantung
   

Penderita SLE dapat mengalami perikarditis, myokarditis, endokarditis, vaskulitis.

o Gastro intestinal
   

Penderita SLE mengalami hepatomegaly / pembesaran hepar, nyeri pada perut.

o Muskuluskletal
   

Penderita mengalami arthralgias, symmetric polyarthritis, efusi dan joint swelling.

o Sensori
   

Penderita mengalami konjungtivitis, photophobia.


o   Neurologis
Penderita mengalami depresi, psychosis, neuropathies.
ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF

- Pasien mengeluh terdapat ruam-ruam merah pada wajah - Terdapat ruam – ruam merah pada wajah yang
yang menyerupai bentuk kupu-kupu. menyerupai bentuk kupu-kupu.
- Pasien mengeluh rambut rontok. - Nyeri tekan pada sendi.
- Pasien mengeluh lemas - Rambut pasien terlihat rontok.
- Pasien mengeluh bengkak dan nyeri pada sendi. - Terdapat luka pada langit-langit mulut pasien.
- Pasien mengeluh sendi merasa kaku pada pagi hari. - Pembengkakan pada sendi.
-Pasien mengeluh nyeri - Pemeriksaan darah menunjukkan adanya antibodi
-Pasien mengeluh sulit tidur bersikap protektif antinuclear
-Pasien merasa energi tidak pulih walaupun sudah tidur - Pasien tampak gelisah
-Pasien Merasa kurang tenaga - frekuensi nadi pasien meningkat
-Pasien Mengeluh lelah - Pasien bersikap protektif
- Tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin
- Tampak lesu
Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri b.d agen pencedera fisiologis (inflamasi) dd bengkak pada sendi, keluhan nyeri,
ekspresi tampak meringis, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, dan bersikap
protektif

2. Keletihan b.d kondisi fisiologis dd kaku pada sendi,energi tidak pulih walaupun sudah
tidur,merasa kurang tenaga dan mengeluh lelah.

3. Resiko infeksi
Rencana Asuhan Keperawatan
No. Standar diagnosa keperawatan Standar luaran keperawatan indonesia (SLKI) Standar intervensi keperawatan indonesia (SLKI)
indonesia (SDKI)
1. Tujuan : Setelah dilakukan Asuhan Tindakan :
Nyeri akut bd agen pencedera Keperawatan selama 3x24 jam diharapkan Observasi :
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, kualitas, intensitas nyeri
fisiologis (inflamasi) ) dd status nyeri menurun . 2. Identifikasi skala nyeri
Kriteria hasil: 3. Identifikasi respons nyeri nonverbal
bengkak pada sendi, keluhan 1. Keluhan nyeri menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
nyeri, ekspresi tampak meringis, 2. Meringis menurun tentang nyeri
3. Merintih menurun 6. Identifikasipengaruhnyeripadakualitashidup
gelisah, frekuensi nadi   7. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
8. Monitor efek samping penggunaan analgetik
meningkat, sulit tidur, dan  
Terapeutik :
bersikap protektif 9. Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri (misal tens, hipnosis, akupresur,
terapi musik, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
10. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (misal suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
11. Fasilitasi istirahat dantidur
12. Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredekan nyeri
 
Edukasi:
13. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
14. Jelaskan strategi meredakan nyeri
15. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
16. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
17. Anjurkan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasanyeri
 
Kaloborasi :
Kaloborasi pemberian analgetik, jika perlu
 
 
 

Anda mungkin juga menyukai