ANAK DENGAN
SYSTEMIC LUPUS ERYTEMATOSUS
(SLE)
KELOMPOK 10
DI SUSUN OLEH :
(Albar, 2003).
SLE termasuk penyakit collagen-vascular yaitu suatu kelompok penyakit yang melibatkan sistem muskuloskeletal, kulit,
dan pembuluh darah yang mempunyai banyak manifestasi klinik sehingga diperlukan pengobatan yang kompleks. Etiologi
dari beberapa penyakit collagen-vascular sering tidak diketahui tetapi sistem imun terlibat sebagai mediator terjadinya
penyakit tersebut (Delafuente, 2002).
Setiap tahun ditemukan lebih dari 100.000 penderita baru. Hal ini disebabkan oleh manifestasi penyakit yang sering
terlambat diketahui sehingga berakibat pada pemberian terapi yang inadekuat, penurunan kualitas pelayanan, dan
peningkatan masalah yang dihadapi oleh penderita SLE. Masalah lain yang timbul adalah belum terpenuhinya kebutuhan
penderita SLE dan keluarganya tentang informasi, pendidikan, dan dukungan yang terkait dengan SLE.
Oleh karena itu penting sekali meningkatkan kewaspadaan masyarakat tentang dampak buruk penyakit SLE terhadap
kesehatan serta dampak psikologi dan sosialnya yang cukup berat untuk penderita maupun keluarganya.
DEFINISI
2. Faktor lingkungan
Sinar UV
Antibiotik
Infeksi virus dan bakteri
Stres berlebihan
Obat obatan yg tertentu
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis SLE sangat luas.awalnya di tandai dengan gejala klinis yang tidak spesifik antara lain:
lemah, lesu, panas mual nafsu makan turun dan berat badan menurun
Gejala klinis yang mungkin muncul pada pasein SLE yaitu:
a. Wanita muda dengan keterlibatan dua organ atau lebih.
b. Gejala konstitusional: kelelahan, demam (tanpa bukti infeksi) dan penurunan berat badan
c. Muskuloskeletal: artritis, artralgia, myositis
d. Kulit: ruam kupu-kupu (butterfly atau malar rash), fotosensitivitas, lesi membrane mukosa, alopesia,
fenomena Raynaud, purpura, urtikaria, vaskulitis.
e. Ginjal: hematuria, proteinuria, silinderuria, sindroma nefrotik
f. Gastrointestinal: mual, muntah, nyeri abdomen
g. Paru-paru: pleurisy, hipertensi pulmonal,lesi parenkhim paru.
h. Jantung: perikarditis, endokarditis, miokarditis
i. Retikulo-endotel: organomegali (limfadenopati, splenomegali, hepatomegali)
j. Hematologi: anemia, leukopenia, dan trombositopenia
k. Neuropsikiatri: psikosis, kejang, sindroma otak organik, mielitis transversus, gangguan kognitif neuropati
PATHWAY SLE PADA ANAK
PATOFISIOLOGI
1. Penyakit ginjal
2. Penyakit jantung
3. Penyakit paru-paru
4. Gangguan peredaran darah darah
5. Gangguan saraf dan menta
Pemeriksaan penunjang
a. Identitas
Penyakit SLE ( sistemik lupus eritematosus ) kebanyakan menyerang wanita, bila dibandingkan dengan pria perbandingannya
adalah 8 : 1. Penyakit ini lebih sering dijumpai pada orang berkulit hitam dari pada orang yang berkulit putih.
b. Keluhan utama
Pada SLE ( sistemik lupus eritematosus ) kelainan kulit meliputi eritema malar ( pipi ) ras seperti kupu-kupu, yang dapat
mengenai seluruh tubuh, sebelumnya pasien mengeluh demam dan kelelahan.
Pada penderita SLE, di duga adanya riwayat penyakit anemia hemolitik, trombositopeni, abortus spontan yang unik. Kelainan pada proses pembekuan
darah ( kemungkinan sindroma, antibody, antikardiolipin ).
Faktor genetik keluarga yang mempunyai kepekaan genetik sehingga cenderung memproduksi auto antibody tertentu sehingga keluarga mempunyai
resiko tinggi terjadinya lupus eritematosus.
e. Pola – pola fungsi kesehatan
· Pola nutrisi
Penderita SLE banyak yang kehilangan berat badannya sampai beberapa kg, penyakit ini disertai adanya rasa mual dan muntah
sehingga mengakibatkan penderita nafsu makannya menurun.
· Pola aktivitas
Penderita SLE sering mengeluhkan kelelahan yang luar biasa.
· Pola eliminasi
Tidak semua dari penderita SLE mengalami nefritis proliferatif mesangial, namun, secara klinis penderita ini juga mengalami
diare.
Dengan adanya lesi kulit yang bersifat irreversibel yang menimbulkan bekas seperti luka dan warna yang buruk pada
kulit penderita SLE akan membuat penderita merasa malu dengan adanya lesi kulit yang ada.
f. Pemeriksaan fisik
o Sistem integument
Pada penderita SLE cenderung mengalami kelainan kulit eritema molar yang bersifat irreversibel.
o Kepala
Pada penderita SLE mengalami lesi pada kulit kepala dan kerontokan yang sifatnya reversibel dan rambut yang hilang
akan tumbuh kembali.
o Muka
o Mulut
Pada penderita SLE sering dijumpai lesi vaskulitik pada jari-jari tangan dan jari jari-jari kaki, juga sering merasakan
nyeri sendi.
o Paru – paru
o Leher
o Jantung
o Gastro intestinal
o Muskuluskletal
o Sensori
- Pasien mengeluh terdapat ruam-ruam merah pada wajah - Terdapat ruam – ruam merah pada wajah yang
yang menyerupai bentuk kupu-kupu. menyerupai bentuk kupu-kupu.
- Pasien mengeluh rambut rontok. - Nyeri tekan pada sendi.
- Pasien mengeluh lemas - Rambut pasien terlihat rontok.
- Pasien mengeluh bengkak dan nyeri pada sendi. - Terdapat luka pada langit-langit mulut pasien.
- Pasien mengeluh sendi merasa kaku pada pagi hari. - Pembengkakan pada sendi.
-Pasien mengeluh nyeri - Pemeriksaan darah menunjukkan adanya antibodi
-Pasien mengeluh sulit tidur bersikap protektif antinuclear
-Pasien merasa energi tidak pulih walaupun sudah tidur - Pasien tampak gelisah
-Pasien Merasa kurang tenaga - frekuensi nadi pasien meningkat
-Pasien Mengeluh lelah - Pasien bersikap protektif
- Tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin
- Tampak lesu
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d agen pencedera fisiologis (inflamasi) dd bengkak pada sendi, keluhan nyeri,
ekspresi tampak meringis, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, dan bersikap
protektif
2. Keletihan b.d kondisi fisiologis dd kaku pada sendi,energi tidak pulih walaupun sudah
tidur,merasa kurang tenaga dan mengeluh lelah.
3. Resiko infeksi
Rencana Asuhan Keperawatan
No. Standar diagnosa keperawatan Standar luaran keperawatan indonesia (SLKI) Standar intervensi keperawatan indonesia (SLKI)
indonesia (SDKI)
1. Tujuan : Setelah dilakukan Asuhan Tindakan :
Nyeri akut bd agen pencedera Keperawatan selama 3x24 jam diharapkan Observasi :
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, kualitas, intensitas nyeri
fisiologis (inflamasi) ) dd status nyeri menurun . 2. Identifikasi skala nyeri
Kriteria hasil: 3. Identifikasi respons nyeri nonverbal
bengkak pada sendi, keluhan 1. Keluhan nyeri menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
nyeri, ekspresi tampak meringis, 2. Meringis menurun tentang nyeri
3. Merintih menurun 6. Identifikasipengaruhnyeripadakualitashidup
gelisah, frekuensi nadi 7. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
8. Monitor efek samping penggunaan analgetik
meningkat, sulit tidur, dan
Terapeutik :
bersikap protektif 9. Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri (misal tens, hipnosis, akupresur,
terapi musik, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
10. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (misal suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
11. Fasilitasi istirahat dantidur
12. Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredekan nyeri
Edukasi:
13. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
14. Jelaskan strategi meredakan nyeri
15. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
16. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
17. Anjurkan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasanyeri
Kaloborasi :
Kaloborasi pemberian analgetik, jika perlu