Anda di halaman 1dari 16

Pemeriksaan Sel Lupus

Eritematosus (sel LE)

Oleh : Kelompok 1
Nama Anggota
1. Alvira Riza Umammy 2013453002
2. Ananda Zahra Salsabilla 2013453003
3. Anlaily Rahmadia 2013453004
4. Friska Dinda Belia 2013453005
5. Ghalda Ayu Latifah 2013453006
6. Gracia Erni Putri 2013453007
7. Hanifah Kurniati 2013453008
8. Abuzar Alqhofari Chaniago 2013453021
9. Sampot Pradana 2013453045
1. Pengertian Lupus Eritematosis Sistemik (LES)

• LES adalah penyakit autoimun sistemik yang ditandai dengan adanya


autoantibodi terhadap autoantigen, pembentukan kompleks imun, dan
disregulasi sistem imun, menyebabkan kerusakan pada beberapa organ
tubuh.
• Lupus merupakan penyakit inflamasi kronis yang disebabkan oleh sistem
imun tubuh yang bekerja dengan keliru. Dalam kondisi normal, sistem imun
seharusnya melindungi tubuh dari serangan infeksi virus atau bakteri.
Sedangkan pada pengidap lupus, sistem imun justru menyerang jaringan
dan organ tubuh sendiri.
• Lupus kerap dijuluki sebagai penyakit seribu wajah karena kelihaiannya
dalam meniru gejala penyakit lain. Kesulitan diagnosis biasanya dapat
menyebabkan langkah penanganan yang kurang tepat. Penyakit ini
dibedakan dalam beberapa jenis, salah satunya lupus eritematosus sistemik
(systemic lupus erythematosus/SLE).
2. Mekanisme Terjadinya Penyakit LES

Penyakit LES terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan


peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ditimbulkan oleh
kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal (sebagaimana terbukti oleh awitan
penyakit yang biasanya terjadi pada usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari,
infeksi, paparan zat kimia). Akibat kombinasi hal-hal tersebut sistem imun tubuh
kehilangan kemampuan untuk membedakan antigen dari sel dan jaringan tubuh sendiri.
Penyimpangan reaksi imunologi ini akan menghasilkan antibodi secara terus menerus.
Antibodi ini juga berperan dalam pembentukan kompleks imun sehingga mencetuskan
penyakit inflamasi imun sistemik dengan kerusakan multiorgan. Dalam keadaan normal,
sistem kekebalan berfungsi mengendalikan pertahanan tubuh untuk melawan infeksi.
Pada penyakit LES dan penyakit autoimun lainnya, sistem pertahanan tubuh ini berbalik
melawan antigen dari tubuh sendiri. Antibodi yang dihasilkan menyerang sel tubuhnya
sendiri. Antibodi ini menyerang sel darah, organ dan jaringan tubuh, sehingga dapat
terjadi kerusakan organ.
3. Faktor Resiko Penyakit Lupus (LES)

1. Faktor Hormon 2. Faktor Genetik

3. Faktor Lingkungan
4. Gejala penyakit Lupus
Meski gejala SLE bervariasi, tetapi ada tiga gejala  Sakit dada;
utama yang umumnya selalu muncul, yaitu:  Hilang ingatan;
1. Rasa Lelah yang Ekstrem
 Napas pendek akibat inflamasi paru-paru,
2. Ruam pada Kulit
dampak ke jantung, atau anemia.
3. Nyeri pada Persendian
 Tubuh menyimpan cairan berlebihan, sehingga
Ada beragam gejala lain yang dapat muncul selain terjadi gejala, seperti pembengkakan pada
yang gejala di atas. Berikut ini beberapa gejala SLE pergelangan kaki
lain yang mungkin dialami pengidapnya:  Jari-jari tangan dan kaki yang memutih atau
 Sariawan yang terus muncul; membiru jika terpapar hawa dingin atau
 Demam tinggi (38 derajat Celsius atau lebih); karena stres (fenomena Raynaud).
 Tekanan darah tinggi;
 Pembengkakan kelenjar getah bening;
 Sakit kepala;
 Rambut rontok;
 Mata kering;
5. Diagnosa Penyakit Lupus

Faktanya, penyedia layanan kesehatan tidak memiliki suatu metode pasti untuk mendiagnosis lupus.
Beberapa hal yang dinilai adalah tanda dan gejala yang timbul dan mengesampingkan kondisi potensial
lainnya yang dapat menjadi penyebab penyakit ini. Namun, beberapa antibodi yang spesifik berhubungan
dengan lupus, termasuk ds-DNA dan antibodi Smith (Sm). Antibodi Sm sendiri kerap dihubungkan dengan
penyakit ginjal terkait LES.
• Penghitungan sel darah lengkap (complete blood count). Penderita lupus dapat mengalami anemia
sehingga dapat diketahui melalui pemeriksaan sel darah lengkap. Selain terjadinya anemia, penderita lupus
juga dapat mengalami kekurangan sel darah putih atau trombosit.
• Analisis urine. Urine pada penderita lupus dapat mengalami kenaikan kandungan protein dan sel darah
merah. Kondisi ini menandakan bahwa lupus menyerang ke ginjal.
• Pemeriksaan ANA (antinuclear antibody). Pemeriksaan ini digunakan untuk memeriksa
keberadaan sel antibodi tertentu dalam darah dimana kebanyakan pengidap SLE memilikinya.
Sekitar 98% penderita lupus memiliki hasil positif jika dilakukan tes ANA sehingga ini merupakan
metode yang paling sensitif dalam memastikan diagnosis.
• Pemeriksaan imunologi. Di antaranya adalah anti-dsDNA antibody, anti-Sm antibody,
antiphospholipid antibody, syphilis, lupus anticoagulant, dan Coombs’ test. Pemeriksaan
imunologi tersebut merupakan salah satu kriteria dalam penentuan diagnosis SLE.
• Tes komplemen C3 dan C4. Komplemen adalah senyawa dalam darah yang membentuk sebagian
sistem kekebalan tubuh. Level komplemen dalam darah akan menurun seiring aktifnya SLE.
Pemindaian
• Ekokardiogram. Ekokardiogram berfungsi mendeteksi aktivitas jantung dan denyut
jantung menggunakan gelombang suara. Kerusakan katup dan otot jantung pada
penderita lupus, dapat diketahui melalui ekokardiogram.
• Foto rontgen. Lupus dapat menyebabkan peradangan pada paru-paru, ditandai
dengan adanya cairan pada paru-paru. Pemeriksaan Rontgen dapat mendeteksi
adanya cairan paru-paru tersebut.
6. Patogenesis

Penyakit SLE bersifat multifaktorial karena faktor risikonya beragam meliputi


faktor genetik, hormonal serta lingkungan, terutama sinar UV. Tahap awal
penyakit (fase preklinik) SLE sering kali menyerupai penyakit lain. Karakteristik
utama SLE ditandai dengan munculnya respons imunterhadap antigen endogen
nuklear. Kerusakan berbagai organ tubuh pada penyakit SLE terjadi akibat
pembentukan dan deposisi autoantibodidan kompleks imun. Sel B yanghiperaktif
berasal dari stimulasi sel T dan antigen yang akan meningkatkanproduksi
antibodi terhadap antigen yangterpapar pada Permukaan sel apoptotik.
Sel LE diperiksa dengan cara menghitung sel sekitar 500 netrofil atau selama 10-
15 menit. Jika tidak ditemukan, bisa dilaporkan sebagai negatif.
Sel LE jarang ditemukan di darah tepi, walau kadang bisa ditemukan pada
preparasi buffy coat . Sel LE lebih sering ditemukan pada cairan sendi, cairan
serebrospinalis, cairan efusi perikardium, dan cairan efusi pleura.
Sel LE pada cairan sendi (Gambar diambil dari
American Society of Hematology)

Sel Le Pada Cairan Cerebrospinal

Sel LE pada cairan pleura


7. Komplikasi Penyakit Lupus
Ada beberapa komplikasi yang dapat disebabkan oleh lupus. Hal ini dapat terjadi akibat peradangan
yang ditimbulkan penyakit tersebut. Beberapa kemungkinan komplikasi akibat lupus yang dapat terjadi,
antara lain:

 Gangguan ginjal: Peradangan yang timbul akibat penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan ginjal
dan bahkan gagal ginjal.

 Darah atau pembuluh darah: Lupus dapat terjadi akibat peradangan yang terjadi pada pembuluh
darah, disebut juga vaskulitis. Selain itu, lupus juga mampu menyebabkan masalah pada
perdarahan atau pembekuan darah.

 Penyakit jantung: Saat peradangan akibat lupus terjadi pada jantung dan jaringan di sekitarnya,
seseorang berisiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit jantung, serangan jantung, hingga stroke.

 Paru-paru: Radang paru-paru akibat lupus dapat menyebabkan nyeri saat bernapas.
 Sistem saraf: Saat lupus menyerang otak, pengidapnya dapat mengalami pusing, sakit kepala, atau
bahkan kejang.
8. Pengobatan

• LES tidak bisa disembuhkan, pengobatan dilakukan untuk mengurangi tingkat


gejala serta mencegah kerusakan organ pada pengidap LES. Beberapa dekade
lalu penyakit ini bahkan dipandang sebagai penyakit terminal (tidak memiliki
harapan sembuh) yang bisa berujung pada kematian.
• Ketakutan ini disebabkan oleh banyaknya pengidap pada saat itu yang
meninggal dunia akibat komplikasi dalam kurun waktu 10 tahun setelah
didiagnosis mengidap LES. Namun, kini obat-obatan untuk LES terus
berkembang, sehingga dapat membantu hampir semua pengidapnya bisa hidup
normal, atau setidaknya mendekati tahap normal. Selain itu, bantuan dan
dukungan dari keluarga, teman, serta staf medis juga berperan penting dalam
membantu para pengidap LES dalam menghadapi penyakit ini.
9. Pencegahan Penyakit Lupus
Ada berbagai hal yang bisa dilakukan untuk mencegah diri dari serangan penyakit lupus
dengan menghindari faktor-faktor risiko yang dapat meningkatkan gejalanya. Beberapa cara
pencegahannya, antara lain:

 Batasi paparan sinar matahari, terutama pada siang hari.


 Hindari stres dan konsumsi beberapa obat-obatan.
 Pastikan untuk menerapkan pola hidup sehat.
 Berhenti merokok.
 Berolahraga secara teratur.
 Lakukan diet nutrisi.
 Kembangkan teknik manajemen stres, seperti meditasi dan yoga.
 Istirahat yang cukup setiap malam, kurang lebih tujuh hingga sembilan jam lamanya.
Terimakasih…

Anda mungkin juga menyukai