Disusun Oleh:
IVO FRIDINA
16/406334/KU/19340
Terapi Pemeliharaan
AZA (1-2 mg/kg/hari) atau MMF (1-2 gr/hari)
+
KS (diturunkan sampai dosis 0,125 mg/kg/hari RP RS TR
selang sehari)
Singkatan: TR, tidak respon; RS, respon sebagian; RP, respon penuh; KS, kortikosteroid setara
prednisone; MP, metilprednisolon; AZA, azatioprin; OAINS, obat anti-inflamasi nonsteroid; CYC,
siklofosfamid; NPSLE, neuropsikiatri SLE.
Bagan 1. Algoritma Penatalaksanaan Lupus Eritematosus Sistemik.
II. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Identitas
Penyakit SLE (sistemik lupus eritematosus) kebanyakan menyerang wanita, bila
dibandingkan dengan pria perbandingannya adalah 8:1. Penyakit ini lebih sering
dijumpai pada orang berkulit hitam dari pada orang yang berkulit putih.
B. Keluhan utama
Pada SLE (sistemik lupus eritematosus) kelainan kulit meliputi eritema malar
(pipi) ras seperti kupu-kupu, yang dapat mengenai seluruh tubuh, sebelumnya
pasien mengeluh demam dan kelelahan.
C. Riwayat penyakit sekarang
Pada penderita SLE, di duga adanya riwayat penyakit anemia hemolitik,
trombositopeni, abortus spontan yang unik. Kelainan pada proses pembekuan darah
(kemungkinan sindroma, antibody, antikardiolipin)
D. Riwayat penyakit keluarga
Faktor genetik keluarga yang mempunyai kepekaan genetik sehingga cenderung
memproduksi auto antibody tertentu sehingga keluarga mempunyai resiko tinggi
terjadinya lupus eritematosus.
E. Pola–pola fungsi kesehatan
1. Pola nutrisi
Penderita SLE banyak yang kehilangan berat badannya sampai beberapa kg,
penyakit ini disertai adanya rasa mual dan muntah sehingga
mengakibatkan penderita nafsu makannya menurun.
2. Pola aktivitas
Penderita SLE sering mengeluhkan kelelahan yang luar biasa.
3. Pola eliminasi
Tidak semua dari penderita SLE mengalami nefritis proliferatif mesangial,
namun, secara klinis penderita ini juga mengalami diare.
4. Pola sensori dan kognitif
Pada penderita SLE, daya perabaannya akan sedikit terganggu bila pada jari –
jari tangannya terdapat lesi vaskulitik atau lesi semi vaskulitik.
5. Pola persepsi dan konsep diri
Dengan adanya lesi kulit yang bersifat irreversibel yang menimbulkan bekas
seperti luka dan warna yang buruk pada kulit penderita SLE akan membuat
penderita merasa malu dengan adanya lesi kulit yang ada.
F. Pemeriksaan fisik
1. Sistem integument
Pada penderita SLE cenderung mengalami kelainan kulit eritema molar yang
bersifat irreversibel.
2. Kepala
Pada penderita SLE mengalami lesi pada kulit kepala dan kerontokan yang
sifatnya reversibel dan rambut yang hilang akan tumbuh kembali.
3. Muka
Pada penderita SLE lesi tidak selalu terdapat pada muka/wajah
4. Telinga
Pada penderita SLE tidak selalu ditemukan lesi di telinga.
5. Mulut
Pada penderita SLE sekitar 20% terdapat lesi mukosa mulut.
6. Ekstremitas
Pada penderita SLE sering dijumpai lesi vaskulitik pada jari-jari tangan dan
jari jari-jari kaki, juga sering merasakan nyeri sendi.
7. Paru – paru
Penderita SLE mengalami pleurisy, pleural effusion, pneumonitis, interstilsiel
fibrosis.
8. Leher
Penderita SLE tiroidnya mengalami abnormal, hyperparathyroidisme,
intoleransi glukosa.
9. Jantung
Penderita SLE dapat mengalami perikarditis, myokarditis, endokarditis,
vaskulitis.
10. Gastro intestinal
Penderita SLE mengalami hepatomegaly/pembesaran hepar, nyeri pada perut.
11. Muskuluskletal
Penderita mengalami arthralgias, symmetric polyarthritis, efusi dan joint
swelling.
12. Sensori
Penderita mengalami konjungtivitis, photophobia.
13. Neurologis
Penderita mengalami depresi, psychosis, neuropathies.
G. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis dapat ditemukan dengan melakukan biopsi kulit. Pada pemeriksaan
histologi terlihat adanya infiltrat limfositik periadneksal, proses degenerasi berupa
mencairnya lapisan basal epidermis penyumbatan folikel, dan hyperkeratosis.
Imunofluoresensi langsung pada kulit yang mempunyai lesi memberikan gambaran
pola deposisi immunoglobulin seperti yang terlihat pada SLE. Pemeriksaan
laboratorium yang penting adalah pemeriksaan serologis terhadap autoantibodi/
antinuklear antibodi/ANA yang diproduksi pada penderita SLE. Skrining tes ANA
ini dilakukan dengan teknik imunofluoresen indirek, dikenal dengan fluorescent
antinuclear antibody test (FANA).
III. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL
A. Nyeri Akut
B. Keletihan
C. Hambatan Mobilitas Fisik
D. Gangguan Citra Tubuh
IV. PERENCANAAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
1 Nyeri akut Pain Level Pain Management
Definisi: Sensori yang tidak Setelah dilakukan tindakan Aktivitas:
menyenangkan dan pengalaman keperawatan selama 3x24 jam, - Mengkaji tingkat nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik,
emosional yang muncul secara aktual diharapakan: dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya
atau potensial kerusakan jaringan atau - Klien melaporkan skala nyeri nyeri, faktor-faktor presipitasi
menggambarkan adanya kerusakan berkurang - Mengontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat
(Asosiasi Studi Nyeri Internasional): - Klien melaporkan episode nyeri mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan
serangan mendadak atau pelan berkurang - Mengajarkan pasien untuk melakukan terknik non-
intensitasnya dari ringan sampai berat - Tanda-tanda vital klien dalam farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri (distraksi,
yang dapat diantisipasi dengan akhir batas normal relaksasi, hipnosis, guided imagery, terapi musik, dan
yang dapat diprediksi. Pain control massage)
Batasan Karakteristik: Setelah dilakukan tindakan - Meningkatkan tidur/istirahat yang cukup
- Perubahan tekanan darah keperawatan selama 3x24 jam, - Menurunkan dan menghilangkan faktor yang dapat
- Perubahan frekuensi jantung diharapakan: meningkatkan nyeri
- Perubahan frekuensi pernapasan - Klien dapat mengetahui onset Analgetik Administration
- Diaforesis nyeri Aktivitas:
- Laporan isyarat - Klien dapat mendeskripsikan - Menentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat
- Melaporkan nyeri secara verbal penyebab nyeri nyeri sebelum pemberian obat
- Perilaku distraksi - Klien dapat mengenal reaksi - Memonitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
- Mengekspresikan perilaku (misal: serangan nyeri analgetik
gelisah) - Klien mampu menggunakan - Memberikan analgetik yang tepat sesuai dengan resep
- Masker wajah (misal: mata kurang tehnik nonfarmakologi untuk - Mencatat reaksi analgetik dan efek buruk yang
bercahaya) mengurangi nyeri ditimbulkan
- Sikap melindungi area nyeri - Klien dapat melaporkan gejala - Mengecek instruksi dokter tentang jenis obat,dosis,dan
- Perubahan posisi untuk yang dirasakan kepada tenaga frekuensi
menghindari nyeri. kesehatan
Faktor yang Berhubungan: - Klien melaporkan nyeri
- Agen cedera fisik terkontrol
- Agen cedera biologis
- Agen cedera kimia
2 Fatigue Energy Energy Management
Definisi: Rasa letih luar biasa dan Setelah dilakukan tindakan Aktivitas:
penurunan kapasitas kerja fisik dan keperawatan selama 3x24 jam, ⁻ Monitor intake nutrisi terhadap keadekuatan energi.
jiwa pada tingkat yang biasanya klien dapat menyelesaikan ⁻ Monitor kelelahan pasien baik secara emosional
secara terus menerus. masalah ini, dengan kriteria hasil: maupun fisik.
Batasan Karakteristik: ⁻ Mempertahankan nutrisi yang ⁻ Monitor pola tidur pasien dan waktu tidur pasien
⁻ Gangguan Konsentrasi adekuat ⁻ Mengajarkan pengaturan aktivitas dan teknik
⁻ Penurunan performa ⁻ Keseimbangan antara aktivitas manajemen waktu yang baik untuk mencegah
⁻ Kurang minat terhadap sekitar dan istirahat kelelahan
⁻ Mengantuk ⁻ Menggunakan teknik ⁻ Mengurangi stimulus lingkungan untuk memfasilitasi
⁻ Peningkatan keluhan fisik penghematan energi releksasi
⁻ Peningkatan kebutuhan istirahat ⁻ Mengadaptasi gaya hidup ⁻ Menganjurkan untuk bedrest/ pengurangan aktivitas
⁻ Kurang energi dengan tingkat energi ⁻ Menganjurkan pasien untuk membiat periode jadwal
⁻ Lesu ⁻ Melaporkan ketahanan yang istirahat
⁻ Mengatakan kurang energi adekuat untuk aktivitas ⁻ Monitor pemberian obat dan efek dari stimulant dan
⁻ Mengatakan perasaan lelah Sleep depresant
⁻ Mengatakan tidak mampu Setelah dilakukan tindakan ⁻ Menginstruksikan pasien untuk menggunakan
melakukan aktivitas fisik keperawatan selama 3x24 jam, intervensi koping dan stress untuk mencegah kelelahan
Faktor yang berhubungan: klien dapat menyelesaikan Sleep Enhancement
1. Psikologis masalah ini, dengan kriteria hasil: Aktivitas:
⁻ Ansietas ⁻ Menyediakan cukup waktu ⁻ Monitor pola tidur pasien dan waktu tidur pasien
⁻ Depresi untuk tidur ⁻ Menginformasikan tentang teknik sleep enhancement
⁻ Stress ⁻ Mengobservasi waktu tidur ⁻ Mendiskusikan dengan pasien dan keluarga tentang
2. Fisiologis ⁻ Menjaga pola tidur teknik sleep enhancement
⁻ Anemia ⁻ Menjaga kualitas dan efisiensi ⁻ Melakukan pengukuran kenyamanan pasien dan posisi
⁻ Status penyakit tidur pasien pasien saat tidur
⁻ Peningkatan kelelahan fisik ⁻ Menjaga kenyamanan tempat ⁻ Memberikan pengobatan dan jadwal pemberian untuk
⁻ Malnutrisi tidur dan suhu lingkungan mendukung tidur pasien
⁻ Kondisi fisik buruk pasien ⁻ Menghilangkan penyebab stress sebelum waktu tidur
⁻ Kehamilan dimulai
⁻ Deprivasi tidur
3. Lingkungan
⁻ Kebisingan
⁻ Suhu
4. Situasional
⁻ Peristiwa hidup negatif
⁻ Pekerjaan
3 Hambatan Mobilitas Fisik Mobility Exercise Therapy: Ambulation
Definisi: Keterbatasan pada Setelah dilakukan tindakan Aktivitas:
pergerakan fisik tubuh atau satu atau keperawatan selama 5x24 jam, ⁻ Instrusikan klien atau keluarga mengenai teknik
lebih ekstremitas secara mandiri dan klien dapat menyelesaikan berpindah dan teknik ambulasi yang aman.
terarah. masalah ini, dengan kriteria hasil: ⁻ Dorong klien untuk melakukan ambulasi secara mandiri
Batasan Karakteristik: ⁻ Klien dapat bergerak dengan dengan batasan yang aman.
⁻ Kesulitan membolak-balik posisi pelan-pelan ⁻ Instrusikan klien bagaimana untuk memposisikan diri
⁻ Dispnea setelah beraktivitas ⁻ Klien dapat memperlihatkan seluruhnya saat proses berpindah.
⁻ Keterbatasan kemampuan kemampuan berpindah ⁻ Konsultasi dengan terapis mengenai rencana ambulasi
melakukan keterampilan motorik ⁻ Klien dapat memperlihatkan jika diperlukan.
halus perubahan posisi ⁻ Bantu klien untuk berpindah jika diperlukan.
⁻ Keterbatasan kemampuan ⁻ Klien dapat melakukan ⁻ Anjurkan klien untuk mengenakan pakaian yang tidak
melakukan keterampilan motorik pergerakan otot dan sendi membatasi aktivitas.
kasar ⁻ Klien dapat berjalan ⁻ Bantu klien menggunakan pelindung kaki yang
⁻ Keterbatasan rentang pergerakan Transfer Performance memfasilitasi berjalan dan mencegah cidera.
sendi Setelah dilakukan tindakan ⁻ Sediakan atau gunakan alat bantu (tongkat, walker atau
⁻ Pergerakan lambat keperawatan selama 5x24 jam, kursi roda) untuk ambulasi jika klien dalam keadaan
⁻ Pergerakan tidak terkoordinasi klien dapat menyelesaikan tidak seimbang atau kokoh.
Faktor yang berhubungan: masalah ini, dengan kriteria hasil: Exercise Therapy: Joint Mobility
⁻ Intoleran aktivitas ⁻ Klien dapat berpindah dari Aktivitas:
⁻ Ansietas tempat tidur ke kursi ⁻ Tentukan tingkat motivasi klien untuk memelihara atau
⁻ Kontraktur ⁻ Klien dapat berpindah dari kursi memulihkan pergerakan sendi.
⁻ Fisik tidak bugar ke tempat tidur ⁻ Informasikan kepada klien atau keluarga mengenai
⁻ Penurunan masa otot ⁻ Klien dapat berpindah dari kursi tujuan dan rencana untuk latihan sendi.
⁻ Penurunan kekuatan otot ke kursi ⁻ Monitor lokasi ketidaknyamanan atau nyeri saat
⁻ Gangguan muskuloskeletal pergerakan atau latihan.
⁻ Gangguan neuromuskular ⁻ Kaji level nyeri sebelum latihan sendi dimulai.
⁻ Nyeri ⁻ Anjurkan klien untuk mengenakan pakaian yang tidak
membatasi aktivitas.
⁻ Lindungi klien dari trauma selama latihan.
⁻ Ajarkan pasif atau aktif latihan jika dibutuhkan
4 Gangguan Citra Tubuh Body Image Body Image Enhancement
Definisi: Konfusi dalam gambaran Setelah perawatan selama 3x24 Aktivitas:
mental tentang diri fisik individu jam pasien menunjukkan secara ⁻ Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap
Batasan Karakteristik: positif indikator-indikator di bawah tubuhnya
⁻ Perilaku mengenali tubuh individu ini: ⁻ Identifikasi efek budaya, agama, ras, usia dan jenis
⁻ Perilaku menghindari tubuh ⁻ Gambaran diri internal kelamin terhadap citra tubuh
individu ⁻ Kesesuaian antara realitas ⁻ Bantu pasien mengidentifikasi langkah yang akan
⁻ Perilaku memantau tubuh individu tubuh, ideal tubuh, dan digunakan untuk meningkatkan penampilan
⁻ Respons nonverbal terhadap perwujudan tubuh ⁻ Dorong pasien mengungkapkan perasaannya
perubahan aktual pada tubuh (mis., ⁻ Kepuasan terhadap penampilan ⁻ Identifikasi support grup yang tersedia bagi pasien
penampilan, struktur, fungsi) ⁻ Kepuasan terhadap fungsi tubuh ⁻ Tentukan gambaran tubuh yang diinginkan klien sesuai
⁻ Respons nonverbal terhadap ⁻ Klien mampu menerima adanya dengan tingkat perkembangannnya.
persepsi perubahan pada tubuh perubahan dalam tubuhnya. ⁻ Gunakan penjelasan untuk mengantisipasi dan
(mis., penampilan, struktur, fungsi) ⁻ Klien menyatakan puas dengan menyiapkan klien menerima perubahan citra tubuh yang
⁻ Mengungkapkan perasaan yang gambaran tubuhnya. diprediksikan.
mencerminkan perubahan ⁻ Klien mampu menyesuaikan diri ⁻ Ajak klien untuk mendiskusikan perubahan yang terjadi
pandangan tentang tubuh individu dengan perubahan bentuk karena proses proses penyakit atau pembedahan.
dalam penampilan. tubuhnya. ⁻ Bantu klien mengungkapkan perubahan citra tubuh atau
Faktor yang berhubungan: ⁻ Klien mampu menyesuaikan diri fungsi tubuh saat ini.
⁻ Psikososial. dengan perubahan fungsi ⁻ Bantu klien untuk memisahkan antara perubahan citra
⁻ Biofisik. tubuhnya. tubuh dengan rasa tidak berharga.
⁻ Persepsi/kognisi. ⁻ Klien menyatakan keinginannya ⁻ Bantu klien mengungkapkan pengaruh pergaulan
⁻ Penyakit untuk menggunakan strategi kelompok terhadap keadaan tubuh klien.
⁻ Perubahan perkembangan. untuk meningkatkan penampilan ⁻ Dorong klien untuk mendiskusikan stressor yang
⁻ Trauma atau cedera. dan fungsi tubuhnya. mempengaruhi citra tubuh
⁻ Pembedahan. ⁻ Dorong klien untuk mengidentifikasi bagian tubuh yang
disukai.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, N.S. 2016. Lupus Eritematosus Sistemik. J Medula Unila, 4(4); 124-131.
Bertsias, G.K., Ioannidis, J.P.A., Boletis, J., Bombardieri, S., Cervera, R., Dostal, C., et al
2008. Recommendations for The Management of Systemic Lupus Erythematosus
(SLE). Report of a Task Force of the European Standing Committee for International
Clinical Studies Including Therapeutics (ESCISIT). Ann Rheum Dis, 67; 195–205.
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC.
Herdman, T. H., Kamitsuru, S. 2015. NANDA International Nursing Diagnoses: Definition &
Classification 2015-2017. Oxford: Wiley Blakwell.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes
Classification (NOC) 5th Edition. SA: Elsevier Mosby.
Nurjannah, I. 2014. ISDA: Intan’s Screening Diagnoses Assesment. Versi Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: Moco Media.
Price, S.A., Wilson, & Mc Carty, L. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta:EGC.
Petri, M., Orbai, A.M., Alarcón, G.S., Gordon, C., Merrill, J.T., Fortin, P.R., et al. Derivation
and Validation of The Systemic Lupus International Collaborating Clinics
Classification Criteria for Systemic Lupus Erythematosus. Arthritis Rheum. 2012;
64(8):2677-86.
Rishnan, S., Chowdhury, B., Juang, Y-T, Tsokos, G.C. 2007. Overview of the Pathogenesis
of Systemic Lupus Erythematosus. Philadelphia: Mosby.
Roviati, E. 2013. Systemic Lupus Erithematosus (SLE): Kelainan Autoimun Bawaan Yang
Langka dan Mekanisme Molekulernya. Jurnal Scientiae Educatia, 2(1); 20-32.
Wilkinson, J.M. & Ahern, N.R. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.