Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit lupus adalah penyakit baru yang mematikan setara dengan

kanker. Tidak sedikit pengindap penyakit ini tidak tertolong lagi, di dunia

terdeteksi penyandang penyakit Lupus mencapai 5 juta orang, lebih dari 100 ribu

kasus baru terjadi setiap tahunnya.

Arti kata lupus sendiri dalam bahasa Latin berarti “anjing hutan”. Istilah

ini mulai dikenal sekitar satu abad lalu. Awalnya, penderita penyakit ini dikira

mempunyai kelainan kulit, berupa kemerahan di sekitar hidung dan pipi Bercak-

bercak merah di bagian wajah dan lengan, panas dan rasa lelah berkepanjangan,

rambutnya rontok, persendian kerap bengkak dan timbul sariawan. Penyakit ini

tidak hanya menyerang kulit, tetapi juga dapat menyerang hampir seluruh organ

yang ada di dalam tubuh.

Gejala-gejala penyakit dikenal sebagai Lupus Eritomatosus Sistemik

(LES) alias Lupus. Eritomatosus artinya kemerahan. sedangkan sistemik

bermakna menyebar luas keberbagai organ tubuh. Istilahnya disebut LES atau

Lupus.
Perkembangan penyakit lupus meningkat tajam di Indonesia. Menurut

hasil penelitian Lembaga Konsumen Jakarta (LKJ), pada tahun 2009 saja, di RS

Hasan Sadikin Bandung sudah terdapat 350 orang yang terkena SLE (systemic

lupus erythematosus). Hal ini disebabkan oleh manifestasi penyakit yang sering

terlambat diketahui sehingga berakibat pada pemberian terapi yang inadekuat,

penurunan kualitas pelayanan, dan peningkatan masalah yang dihadapi oleh

penderita SLE.

Masalah lain yang timbul adalah belum terpenuhinya kebutuhan penderita

SLE dan keluarganya tentang informasi, pendidikan, dan dukungan yang terkait

dengan SLE. Manifestasi klinis dari SLE bermacam-macam meliputi sistemik,

muskuloskeletal, kulit, hematologik, neurologik, kardiopulmonal, ginjal, saluran

cerna, mata, trombosis, dan kematian janin (Hahn, 2005)

Penderita dengan SLE membutuhkan pengobatan dan perawatan yang

tepat dan benar. Pengobatan pada penderita SLE ditujukan untuk mengatasi

gejala dan induksi  remisi serta mempertahankan remisi selama mungkin pada

perkembangan penyakit. Karena manifestasi klinis yang sangat bervariasi maka

pengobatan didasarkan pada manifestasi yang muncul pada masing-masing

individu.

Obat-obat yang umum digunakan pada terapi farmakologis penderita SLE

yaitu NSAID (Non-Steroid Anti-Inflammatory Drugs), obat-obat antimalaria,

kortikosteroid, dan obat-obat antikanker (imunosupresan) selain itu terdapat obat-

obat yang lain seperti terapi hormon, imunoglobulin intravena, UV A-1


fototerapi, monoklonal antibodi, dan transplantasi sumsum tulang yang masih

menjadi penelitian para ilmuwan.

1.2 Rumusan Masalah


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Penyakit Lupus adalah salah satu bentuk penyakit autoimun, artinya

sistem kekabalan tubuh (imun) malah menyerang sel-sel, jaringan dan organ

sehat tubuh itu sendiri yang terjadi terus menerus sehingga menimbulkan

peradangan kronis. Dengan kata lain Penyakit lupus diartikan sebagai penyakit

peradangan kronis autoimun.

Lupus adalah penyakit yang terjadi karena kelainan dalam sistem

pertahanan tubuh (sistem imun). Pada penderita SLE organ dan sel mengalami

kerusakan yang disebabkan oleh tissue- binding autoantibody dan kompleks

imun, yang menimbulkan peradangan dan bisa menyerang berbagai sistem organ

namun sebabnya belum diketahuisecara pasti, dengan perjalanan penyakit yang

mungkin akut dan fulminanatau kronik, terdapat remisi dan eksaserbasi disertai

oleh terdapatnya berbagai macam autoantibody dalam tubuh.

Penyakit lupus adalah penyakit sistem imunitas di mana jaringan dalam

tubuh dianggap benda asing. Reaksi sistem imunitas bisa mengenai berbagai

sistem organ tubuh seperti jaringan kulit, otot, tulang, ginjal, sistem saraf, sistem
kardiovaskuler, paru-paru, lapisan pada paru-paru, hati, sistem pencernaan, mata,

otak, maupun pembuluh darah dan sel-sel darah.

Sistem imun normal akan melindungi kita dari serangan penyakit yang

diakibatkan kuman, virus, dan lain-lain dari luar tubuh kita. Tetapi pada

penderita lupus, sistem imun menjadi berlebihan, sehingga justru menyerang

tubuh sendiri, oleh karena itu disebut penyakit autoimun.

Penyakit ini akan menyebabkan keradangan di berbagai organ tubuh kita,

misalnya: kulit yang akan berwarna kemerahan atau erythema, lalu juga sendi,

paru, ginjal, otak, darah, dan lain-lain.

Oleh karena itu penyakit ini dinamakan SISTEMIK karena mengenai

hampir seluruh bagian tubuh kita. Jika Lupus hanya mengenai kulit saja,

sedangkan organ lain tidak terkena, maka disebut LUPUS KULIT (lupus

kutaneus) yang tidak terlalu berbahaya dibandingka Lupus yang sistemik

(Sistemik Lupus /SLE).

2.2 Etiologi

Penyebab timbulnya penyakit lupus masih belum diketahui dengan jelas.

Meskipun demikian, terdapat banyak bukti bahwa penyebabnya bersifat

multifaktor, dan ini mencakup pengaruh faktor genetik, lingkungan, dan

hormonal terhadap respon imun.

Faktor genetik memegang peran penting dalam kerentanan serta ekspresi

penyakit. Di samping itu, banyak penelitian yang menunjukkan bahwa banyak


gen yang berperan, terutama gen yang mengkode unsur-unsur sistem imun.

Setelah diteliti penyebab lupus karena faktor keturunan dan lingkungan. Penyakit

ini justru diderita wanita usia produktif sampai usia 50 tahun. Namun begitu, ada

juga pria yang mengalaminya. Ahli menduga penyakit ini berhubungan dengan

hormon estrogen.

Beberapa faktor lingkungan yang dapat memicu timbulnya lupus adalah :

1. Infeksi

2. Antibiotik (terutama golongan sulfa dan penisilin)

3. Sinar ultraviolet

4. Stress yang berlebihan

5. Obat-obatan tertentu

6. Hormon

7. Pemanis buatan

Meskipun lupus diketahui merupakan penyakit keturunan, tetapi gen

penyebabnya belum diketahui. Penemuan terakhir menyebutkan tentang gen dari

kromosom 1. Hanya 10% dari penderita yang memiliki kerabat (orangtua

maupun saudara kandung yang telah maupun akan menderita lupus, statistik

menunjukkan bahwa hanya sekitar 5% anak dari penderita lupus yang menderita

penyakit ini.

Namun, kini disimpulkan para ahli bahwa penyebab dari penyakit Lupus

adalah bukanmerupakan penyakit keturunan!Penyakit Lupus tidak diturunkan,

hanya 5-10% pasien Lupus yang diturunkan dalam keluarga. Sebagian besar
(90%) pasien Lupus tidak mempunyai saudara ataupun orangtua yang juga

sakitLupus.

Lupus seringkali disebut sebagai penyakit wanita walaupun juga bisa

diderita oleh pria. Lupus bisa menyerang usia berapapun, baik pada pria maupun

wanita, meskipun seringkali lebih sering ditemukan pada wanita.

Faktor hormonal mungkin bisa menjelaskan mengapa lupus lebih sering

menyerang wanita. Meningkatnya gejala penyakit ini pada masa sebelum

menstruasi dan selama kehamilan mendukung keyakinan bahwa hormon

(terutama estrogen) memang berperan dalam timbulnya penyakit ini.

Meskipun demikian, penyebab yang pasti dari lebih tingginya angka

kejadian pada masa pra-menstruasi masih belum diketahui.Kadang-kadang obat

jantung tertentu (hidralazin, prokarnamid dan beta-blocker) menyebabkan

sindroma mirip lupus, yang akan menghilang bila pemakaian obat dihentikan. 

2.3 Tanda dan Gejala

Gejala awal yang biasanya muncul pada penderita penyakit ini adalah

adanya kelainan kulit, berupa kemerahan disekitar hidung dan pipi. Bercak-

bercak merah di bagian wajah dan lengan panas dan rasa telah berkepanjangan,

rambutnya rontok, persendian kerap bengkak dan timbul sariawan. Penyakit ini

tidak hanya menyerang kulit, tetapi juga dapat menyerang hampir seluruh organ

yang ada di dalam tubuh.


Gejala-gejala penyakit dikenal sebagai Lupus Eritomatosus Sistemik

(LES) alias Lupus. Eritomatosus artinya kemerahan. sedangkan sistemik

bermakna menyebar luas keberbagai organ tubuh. Istilahnya disebut LES atau

Lupus. Gejala-gejala yang umum dijumpai adalah:

1. Kulit yang mudah gosong akibat sinar matahari serta timbulnya gangguan

pencernaan.

2. Gejala umumnya penderita sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan,

demam dan pegal-pegal. Gejala ini terutama didapatkan pada masa aktif,

sedangkan pada masa remisi (nonaktif) menghilang.

3. Pada kulit, akan muncul ruam merah yang membentang di kedua pipi, mirip

kupu-kupu. Kadang disebut (butterfly rash). Namun ruam merah menyerupai

cakram bisa muncul di kulit seluruh tubuh, menonjol dan kadang-kadang

bersisik. Melihat banyaknya gejala penyakit ini, maka wanita yang sudah

terserang dua atau lebih gejala saja, harus dicurigai mengidap Lupus.

4. Anemia yang diakibatkan oleh sel-sel darah merah yang dihancurkan oleh

penyakit LUPUS ini

5. Rambut yang sering rontok dan rasa lelah yang berlebihan

Kriteria untuk klasifikasi SLE dari American Rheumatism

Association (ARA, 1992). Seorang pasien

diklasifikasikan menderita SLE apabila memenuhi minimal 4 dari 11 butir

kriteria dibawah ini :


1. Artritis, arthritis nonerosif pada dua atau lebih sendi perifer disertairasa

nyeri, bengkak, atau efusi dimana tulang di sekitar persendiantidak

mengalami kerusakan.

2. Tes ANA diatas titer normal = Jumlah ANA yang abnormal ditemukan

dengan immunofluoroscence atau pemeriksaan serupa jika diketahui tidak

ada pemberian obat yang dapat memicu ANA sebelumnya

3. Bercak Malar/Malar Rash (Butterfly rash) = Adanya eritema berbatas

tegas, datar, atau berelevasi pada wilayah pipi sekitar hidung (wilayah

malar)

4. Fotosensitif bercak reaksi sinar matahari = peka terhadap sinar

UV/matahari, menyebabkan pembentukan atau semakin memburuknya

ruam kulit.

5. Bercak diskoid = Ruam pada kulit

6. Salah satu Kelainan darah;

1) anemia hemolitik,

2) Leukosit < 4000/mm³,

3) Limfosit < 1500/mm³,

4) Trombosit < 100.000/mm³

7. Salah satu Kelainan Ginjal;

1) Proteinuria > 0,5 g / 24 jam,

2) Sedimen seluler = adanya elemen abnormal dalam air kemih

yang berasal dari sel darah merah/putih maupun sel tubulus ginjal


8. Salah satu Serositis :

1) Pleuritis,

2) Perikarditis

9. Salah satu kelainan Neurologis;

1) Konvulsi / kejang,

2) Psikosis

10. Ulser Mulut, Termasuk ulkus oral dan nasofaring yang dapat ditemukan

11. Salah satu Kelainan Imunologi :

1) Sel LE+

2) Anti dsDNA diatas titer normal

3) Anti Sm (Smith) diatas titer normal

4) Tes serologi sifilis positif palsu

Gejala dari penyakit lupus:

1) Demam

2) Lelah

3) Merasa tidak enak badan

4) Penurunan berat badan

5) Ruam kulit

6) Ruam kupu-kupu

7) Ruam kulit yang diperburuk oleh sinar matahari

8) Sensitif terhadap sinar matahari

9) Pembengkakan dan nyeri persendian


10) pembengkakan kelenjar

11) nyeri otot- mual dan muntah

12) nyeri dada pleuritik

13) kejang

14) psikosa.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:

1) Hematuria (air kemih mengandung darah)

2) Batuk darah- mimisan

3) Gangguan menelan

4) Bercak kulit

5) Bintik merah di kulit

6) Perubahan warna jari tangan bila ditekan

7) Mati rasa dan kesemutan

8) Luka di mulut

9) Kerontokan rambut

10) Nyeri perut

11) Gangguan penglihatan.


2.4 Klasifikasi Penyakit Lupus

Secara umum sampai saat ini ada tiga macam bentuk Lupus. Berikut

penjelasannya :

1. Discoid Lupus

Ini bisa dikatakan jenis lupus yang ringan. Yang terkena ataupun

terserang hanya pada bagian kulit. Ciri umumnya adalah kulit yang memerah

dan mempunyai batasan-batasan yang menonjol. Namun walaupun berwarna

merah, bercak-bercak ini secara umum tidak menimbulkan rasa sakit dan rasa

gatal. Bercak merah lebih sering terdapat di daerah kepala dan wajah,

sehingga lukanya dapat menimbulkan parut dan tercabutnya rambut secara

permanen. Pada proses dan perkembangannya selanjutnya, 5-10% penderita

DISCOID LUPUS bisa menjadi penderita Systemic Lupus Erythematosus

(SLE) yang akan dijelaskan pada jenis berikutnya.

2. Systemic Lupus Erythematosus

Untuk lupus jenis SLE adalah adanya bagian bagian lain selain kulit

secara sistemik yang ikut terserang. Biasanya organ-organ internal yang

terserang. Untuk proses diagnosa dokter menggunakan sebelas kriteria yang

harus terpenuhi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh American

Rheumatism Association. Jika pada penderita ditemukan kesebelas kriteria

yang telah ditentukan maka penderita dapat didiagnosa mengidap SLE.

Adapun kriteria yang dimaksud sebagai berikut:


1) Terdapat butterfly rash, yaitu ruam kemerahan di sekitar pipi yang berbentuk

seperti kupu-kupu.

2) Bercak kemerahan yang hanya terdapat pada bagian tertentu atau tidak

sekujur tubuh, dapat menyebabkan luka parut yang membekas.

3) Reaksi berlebihan saat terkena sinar matahari sehingga kulit menimbulkan

bercak berwarna merah atau biasa disebut dengan Photosensitivity.

4) Borok yang terdapat pada lapisan mulut, hidung atau tenggorokan.

5) Dua atau lebih pembengkakan sendi-sendi yang lunak pada kaki dan tangan.

6) Peradangan pada jaringan pelapis sekitar jantung atau paru-paru, umumnya

penderita merasa sakit pada bagian dada saat bernafas.

7) Mengalami kelainan-kelainan ginjal, berupa peradangan ginjal yang dapat

menyebabkan kebocoran dari protein ke dalam urin, penahanan cairan,

tekanan darah tinggi dan bahkan gagal ginjal. Dengan kegagalan ginjal,

mesin-mesin diperlukan untuk membersihkan darah dari racun-racun yang

terakumulasi pada suatu proses yang disebut dialysis.

8) Adanya gangguan psikosis karena iritasi otak berat. Kerusakan pada syaraf-

syaraf dapat menyebabkan mati rasa, kesemutan dan kelemahan dari bagian-

bagian tubuh seperti kaki dan tangan. Keterlibatan otak tesebut disebut

cerebritis.

9) Antinuclear antibodi. Tes positif antibodi ANA.

10) Kelainan jumlah sel-sel darah putih atau darah merah pada tubuh. Beberapa

pasien-pasien dengan SLE mempunyai Raynaud's Phenomenon. Pada


penderita supply darah ke jari-jari tangan dan jari-jari kaki menjadi terganggu

atas ekspose pada udara dingin, menyebabkan pucat, perubahan warna kebiru-

biruan dan rasa sakit pada jari-jari tangan dan kaki.

11) Immunologic Disorder. Memiliki hasil berbagai tes imun yang tidak normal

termasuk antibodi-antibodi, anti_DNA atau anti Sm (Smith), tes darah untuk

syphilis yang positif palsu, antibodi-antibodi anticardiolipin, lupus

anticoagulant.

12) SLE biasanya lebih parah dibandingkan dengan diskoid. Tipe lupus ini dapat

menyebabkan inflamasi pada beberapa macam organ. Organ yang terkena

tidak terbatas pada gangguan kulit dan sendi, tetapi juga pada organ yang lain

seperti sendi, paru-paru, ginjal, darah ataupun organ atau jaringan lain yang

terkena. SLE pada sebagian orang dapat memasuki masa dimana gejalanya

tidak aktif (remisi) dan pada saat yang lain penyakit ini dapat menjadi aktif

(flare).

3. Drug Induced Lupus

Ini lupus yang terjadi akibat terlalu lamanya menggunakan obat-

obatan tertentu untuk sebuah pengobatan. Namun gejala-gejala ini akan

hilang setelah enam bulan dihentikannya penggunaan obat-obatan tersebut.

Tetapi sangat disayangkan untuk ANA tetap positif selama bertahun-tahun.


2.5 Cara Pencegahan Penyakit Lupus

Dalam melakukan pencegahan ada berbagai masalah yang dihadapi

pengidap lupus. Masalah pertama adalah seringnya penyakit pasien terlambat

diketahui dan diobati dengan benar karena cukup banyak dokter yang tidak

mengetahui atau kurang waspada tentang gejala penyakit lupus dan dampak

lupus terhadap kesehatan.

Di Indonesia, rendahnya kompetensi dokter untuk mendiagnosis penyakit

secara dini dan mengobati penyakit lupus dengan tepat tercermin dari pendeknya

survival 10 tahun yang masih sekitar 50 persen, dibandingkan dengan negara

maju, yang 80 %.

Biasanya paramedis akan melakukan pemeriksaan ANA (Anti Nuclear

Antibodi) bisa positif, di laboratorium dan patologi. Bila sudah diketahui

diagnosanya lupus, maka pihak medis akan memberikan pengobatan berupa

terapi, theraphy sintomatik (penghilangan gejala), kortikortiroid (antipenurun

kekebalan tubuh), serta menekan daya tahan tubuh berlebihan, dengan pemberian

obat demam dan penghilang rasa sakit. Hanya saja, untuk terapi yang dilakukan

berbeda-beda dengan setiap penderita.

Penyembuhannya pun bisa memakan waktu berbulan-bulan, itupun

dengan catatan penderita rajin memeriksakan diri. Bahkan tak jarang, terkadang

diagnosa baru didapat justru setelah penderita meninggal. Atau penyakit

lupusnya tiba-tiba sembuh sendiri.


Karena itulah, fokus pengobatan dokter adalah dengan melakukan

pencegahan dengan meminimalisir meluasnya penyakit sehingga tidak

menyerang organ vital tubuh lainnya. Oleh karena itu, untuk melakukan upaya

preventif terhadap penyakit lupus perlu ditingkatkan pelayanan kesehatan di

Indonesia, baik oleh pemerintah maupun semua pihak yang terkait dengan

pelayanan kesehatan.

Selain itu, peningkatan kompetensi petugas-petugas pelayan kesehatan

juga harus di tingkatkan agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang akan

membahayakan jiwa pasien. Pengembangan metode pengobatan yang lebih baik

dan efisien juga perlu dilakukan.

Pasien juga harus diberi penyuluhan tentang apa itu lupus, apa bahayanya

dan bagaimana gejalanya agar pasien bisa turut berperan aktif dalam upaya

pencegahan penyakit lupus. Masalah berikutnya adalah belum terpenuhinya

kebutuhan pasien lupus dan keluarganya tentang informasi, pendidikan, dan

dukungan yang terkait dengan lupus.

Dirasakan penting sekali meningkatkan kewaspadaan masyarakat tentang

dampak buruk penyakit lupus terhadap kesehatan. Masalah lupus tidak hanya

berdampak buruk pada kesehatan pasien, namun juga mempunyai dampak

psikologi dan sosial yang cukup berat untuk pasien maupun keluarganya.

Dalam hal ini peran sarjana kesehatan masyarakat selaku tenaga

kesehatan yang berorientasi pada upaya preventif dan promotif sangat

diperlukan. Masyarakat harus secara intensif diberi penyuluhan tentang apa itu
lupus, gejala yang ditimbulkan, dampak yang ditimbulkan,serta bagaimana cara

pencegahannya. Kebersiahan dan kesehatan lingkungan juga harus diperhatikan

karena, seperti yang telah dijelaskan dalam subbab “penyebab” bahwa faktor

yang diduga menyebabkan lupus ada berberapa macam diantaranya faktor

lingkungan.

Masalah lain adalah kurangnya prioritas di bidang penelitian medik untuk

menemukan obat-obat penyakit lupus yang baru, yang aman dan efektif,

dibandingkan dengan penelitian penyakit-penyakit lain, yang sebanding besaran

masalahnya. Upaya preventif yang harus dilakukan adalah berusaha

mengembangkan penelitian-penelitian mengenai penyakit lupus mengingat

bahaya dan dampak negatif yang bisa ditimbulkan oleh penyakit ini.

Hal yang harus dilakukan penderita lupus (odipus) agar penyakit

lupusnya tidak kambuh adalah :

1. Menghindari stress

2. Menjaga agar tidak langsung terkena sinar matahari

3. Mengurangi beban kerja yang berlebihan

4. Menghindari pemakaian obat tertentu.

Odipus dapat memeriksakaan diri pada dokter-dokter pemerhati penyakit

ini, dokter spesialis penyakit dalam konsultasi hematologi, rheumatology, ginjal,

hipertensi, alergi imunologi, jika lupus dapat tertanggulangi, berobat dengan

teratur, minum obat teratur yang di berikan oleh dokter (yang biasanya diminum

seumur hidup), odipus akan dapat hidup layaknya orang normal, (Anonim, 2009).
Dukungan keluarga juga sangat dibutuhkan, mengingat keluarga adalah

orang yang paling dekat dan yang selalu berinteraksi dengan odipus. Dukungan

(social support) dalam teori ilmu psikologi merupakan salah satu media bertahan

dari stress (coping stress) yang mampu memberi pengaruh besar.

2.6 Pengobatan Penyakit Lupus

Pengobatan Lupus tergantung dari :

1. Tipe Lupus.

2. Berat ringannya Lupus.

3. Organ tubuh yang terkena.

4. Komplikasi yang ada.

Tujuan pengobatan Lupus adalah :

1. Mengurangi peradangan pada jaringan tubuh yang terkena.

2. Menekan ketidaknormalan sistem kekebalan tubuh.

Pada pengobatan Lupus digunakan dua kategori obat :

1. Kortikosteroid. Golongan ini berfungsi untuk mencegah peradangan dan

merupakan pengatur kekebalan tubuh. Bentuknya bisa salep, krem, pil

atau cairan. Untuk Lupus ringan, digunakan dalam bentuk tablet dosis

rendah. Jika kondisi sudah berat, digunakan kortikosteroid bentuk tablet

atau suntikan dosis tinggi. Bila kondisi teratasi maka penggunaan dosis

diturunkan hingga dosis terendah untuk mencegah kambuhnya penyakit.


2. Nonkortikosteroid. Kegunaan obat ini adalah untuk mengatasi keluhan

nyeri dan bengkak pada sendi dan otot, (Stephanie, 2007).

Kongres Internasional Lupus di New York melaporkan beberapa obat

baru untuk lupus. Salah satu obat baru adalah LymphoStat-B, bekerja

menghambat protein yang menstimulasi limfosit B (BLyS= B lymphocyte

stimulator). Limfosit B adalah sel yang berkembang menjadi sel plasma yang

memproduksi antibodi, antibodi yang salah arah pada pasien lupus.

LymphoStat-B termasuk obat golongan antibodi monoklonal, yang

mengenal secara khusus aktivitas biologis protein BLyS yang menstimulasi

limfosit B , kemudian menghambat aktivitas protein tersebut sehingga limfosit

B tidak bisa berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi.

Berkurangnya produksi antibodi menyebabkan aktivitas penyakit

lupus mudah dikontrol. Obat baru ini telah mendapat persetujuan FDA,

melalui jalur cepat, karena dianggap amat potensial sebagai obat penyakit

SLE. Uji klinik telah membuktikan manfaat dan keamanan obat ini untuk

mengobati penyakit lupus.

Aktivitas penyakit lupus menurun. Obat tersebut juga memulihkan

aktivitas auto imun kembali ke normal. Pada uji klinik tersebut juga dijumpai

pengurangan jumlah limfosit B sebesar 12 persen-40 persen serta

pengurangan kadar anti-dsDNA (double-stranded DNA); anti-dsDNA adalah

salah satu kriteria penting untuk penyakit lupus.


Obat lain yang serupa LymphoStat B yang dilaporkan hasil uji

kliniknya adalah rituximab (antilimfosit B) dan infliximab, yang mempunyai

aktivitas anti-TNF (Tumor Necrosing Factor). Peneliti lain melaporkan

dehydroepiandrosterone (DHEA) dapat mengurangi keperluan dosis

prednisone untuk pasien lupus.

Khusus untuk pasien lupus dengan gangguan di ginjal (lupus nefritis),

setelah mendapat obat siklofosfamid, sekarang ada 2 pilihan untuk obat

pemeliharaan (maintenance), yaitu azatioprin atau mycophenolate mofetil

yang ternyata hasilnya lebih baik dibandingkan dengan siklofosfamid. Masih

dalam penelitian awal adalah pengobatan lupus dengan cangkok sumsum

tulang, yang hasilnya cukup memberi harapan, (Djoerban, 2002).


BAB III

TINJAUAN KASUS

Anda mungkin juga menyukai