Anda di halaman 1dari 24

TUGAS KMB I

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN LUPUS ERITEMATOUS SISTEMIK

NAMA MAHASISWA

1. IDA SOFIANA
2. MEYKE M. SUNARDI
3. NOVITA JUNUS
4. NIKMAT NINGKO
5. ERICK PADINGIAN
6. HERSON YUNUS

JURUSAN S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lupus eritematosus sistemik adalah suatu sindrom yang melibatkan banyak organ
dan mamberikan gejala klinis yang beragam.Perjalanan penyakit ini dapat ringan atau
berat,secara terus menerus dengan kekambuhan yang menimbulkan kerusakan jaringan
akibat proses radang yang ditimbulkannya. Gejala utama Lupus Eritematosus Sistemik
adalah kelemahan umum, anorerksia, rasa mual, demam dan kehilangan berat badan.
Sekitar 80% kelainan melibatkan jaringan persendian,kulit, dan darah.30% - 50%
menyebabkan kelainan ginjal, jantung dan sistem saraf, serta 10% - 30% menyebabkan
trombosis arteri dan vena yang berhubungna dengan antibodi antikardiolipin.

Manifestasi klinis LES pada sistem saraf dapat berupa neuropsikiatrik


psikiosis,kejang,stroke,kelumpuhan saraf kranial, maupun mielopati.Angka kejadian
mielopatitransversa pada LES sekitar 1 – 2%, sedangkan insiden kejadian mielopati
transversa pada populasi umum 1,34/satu juta.Prevalensi LES diantara etnik adalah
wanita kulit hitam 1:250, wanita kulit putih 1:4300,dan wanita cina 1:1000.

1.2 Rumusan masalah


Apa yang dimaksud dengan Lupus Eritematosus sistemik
1.3 Tujuan Penulisan
 Untuk mengetahui pengertian Lupus Eritematosus Sistemik
1.4 Manfaat Penulisan
- Sebagai bahan masukan kepada masyarakat tentang penyakit Lupus
Eritematosus Sistemik .
- Sebagai bahan informasi tentang penyakit Lupus eritematosus sistemik itu
sendiri kepada pembaca.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Lupus Erythematosus Systemik

Penyakit LUPUS adalah penyakit baru yang mematikan setara dengan kanker.
Tidak sedikit pengindap penyakit ini tidak tertolong lagi, di dunia terdeteksi
penyandang penyakit Lupus mencapai 5 juta orang, lebih dari 100 ribu kasus baru
terjadi setiap tahunnya.

Arti kata lupus sendiri dalam bahasa Latin berarti “anjing hutan”. Istilah ini
mulai dikenal sekitar satu abad lalu. Awalnya, penderita penyakit ini dikira mempunyai
kelainan kulit, berupa kemerahan di sekitar hidung dan pipi . Bercak-bercak merah di
bagian wajah dan lengan, panas dan rasa lelah berkepanjangan , rambutnya rontok,
persendian kerap bengkak dan timbul sariawan.

Dalam ilmu kedokteran penyakit lupus dikenal sebagai SLE atau sebagai
penyakit dengan kekebalan tubuh berlebihan (autoimmune disease),dalam ilmu
imunologi tentang kekebalan tubuh penyakit lupus merupakan kebalikan dari penyakit
kanker dan AIDS yang disebabkan oleh HIV karena pada penderita lupus ini jaringan
dalam tubuh dianggap benda asing.Rangsangan dari jaringan tersebut akan
menimbulkan reaksi sistem imunitas dan membentuk antibodi yang berlebihan, dimana
antibodi yang berfungsi menyerang sumber penyakit yang akan masuk dalam tubuh
justru akan menyerang sel-sel jaringan organ tubuh yang sehat pada berbagai sistem
organ tubuh seperti jaringan kulit,otot,tulang,ginjal,sistem saraf, sistem
kardiovaskuler,paru-paru,lapisan pada paru-paru, hati, sistem pencernaan, mata, otak,
maupun pembuluh darah dan sel-sel darah,kelainan inilah yang disebut autoimunitas
dimana antibodi yang berlebihan ini bisa masuk ke seluruh tubuh dengan dua cara yaitu
:

3
- Antibodi dapat menyerang langsung pada jaringan sel tubuh, seperti pada sel-sel
darah merah dan menghancurkan selnya.
- Antibodi dapat bergabung dengan antigen (zat perangsang pembentukan
antibodi) dan membentuk ikatan kompleks imun yang akan bersirkulasi dalam
darah hingga akhirnya gabungan antibodi dan antigen tersangkut pada pembuluh
darah kapiler akan menimbulkan peradangan.
Dalam keadaan normal sel-sel radang (fagosit) dapat membatasi kompleks imun
ini namun dalam keadaan abnormal,kompleks imun ini tidak dapat dibatasi
dengan baik karena peradangan pada sel-sel semakin bertambah dan
mengeluarkan enzim sehingga menimbulkan peradangan di sekitar kompleks
yang pada akhirnya proses peradangan akan berkepanjangan dan akan merusak
organ tubuh dan mengganggu fungsinya.

Systemic Lupus Erythematosus (SLE) merupakan suatu penyakit autoimun


dimana organ dan sel mengalami kerusakan yang disebaban oleh tissue-binding
autoantibodi dan kompleks imun.Lupus eritematosus sistemik adalah suatu penyakit
autoimun menahun yang menimbulkan peradangan dan bisa menyerang berbagai organ
tubuh,termasuk kulit,persendian dan organ dalam.SLLE adalah penyakit autoimun
yanng terjadi karena produksi antibodi terhadap komponen inti sel tubuh sendiri yang
berkaitan dengan manifestasi klinik yang sangat luas pada satu atau beberapa organ
tubuh dan ditandai oleh inflamasi luas pada pembuluh darah dan jaringan ikat,bersifat
episodik diselangi episode remisi.

SLE adalah suatu penyakit autoimun yang kronik dan menyerang berbagai
sistem dalam tubuh.Tanda dan gejala dari penyakit ini bisa bermacam-macam, bersifat
sementara dan sulit untuk didiagnosis.SLE adalah penyakit radang multisistem yang
sebabnya belum diketahui,dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan
atau kronik remisi dan eksaserbasi, disertai oleh terdapatnya berbagai macam
autoantibodi di dalam tubuh.

4
Jenis-jenis penyakit lupus yaitu :

- Cutaneus lupus
Seringkali disebut discoid yang mempengaruhi kulit
- Sysytemic lupus Erythematosus (SLE)
Biasanya menyerang organ tubuh seperti kulit,persendian,paru-paru,darah
,pembuluh darah,jantung,ginjal,hati,otak,dan saraf

- Drug Induced Lupus (DIL)


Timbul karena menggunakan obat-obatan tertentu.Setelah pemakaian
dihentikan,umumnya gejala akan hilang. Obat yang paling sering menimbulkan
reaksi adalah obat hipertensi hydralazine dn obat aritmia jantung
procainamide,obat TBC isoniazid,abat jerawat minocycline dan sekitar 400-an
obat lain.
- Lupus neonatal
Pada situasi yang jarang terjadi,bayi yang belum lahir dan bayi baru lahir dapat
memiliki ruam kulit dan komplikasi lain pada hati dan darahnya karena serangan
antibodi dari ibunya.Ruam yang muncul akan memudar dalam enam bulan
pertama kehidupan anak.

2.2 Etiologi dan Patogenesis

Hingga saat ini penyebab SLE belum diketahui,siapapun dapat menderita


penyakit ini tidak dibatasi oleh usia dan jenis kelamin,bersifat genetik namun menurut
perkiraan para ilmuwan bahwa hormon wanita (hormon estrogen) mungkin ada
hubungannya dengan penyebab penyakit lupus karena sebagian besar dari penderita
lupus adalah wanita,beberapa faktor yang dapat memicu penyakit lupus :

- Lingkungan
- Infeksi
- Paparan sinar matahari
- Stress
- Obat-obat tertentu

5
2.2.1 Gejala Penyakit Lupus

Gejala yang biasa muncul pada penderita lupus adalah kelainan kulit berupa
kemerahan disekitar hidung dan pipi.Bercak-bercak merah dibagian wajah dan
lengan,panas dan rasa lelah berkepanjangan,rambutnya rontok,persendian kerap
bengkak dan timbul sariawan.Penyakit ini tidak hanya menyerang kulit,tetapi juga dapat
menyeranghampir seluruh organ yang ada didalam tubuh.

Eritematosus artinya kemerahan,sedangkan sistemik bermakna menyebar luas ke


berbagai organ tubuh.Istilahnya disebut LES atau SLE.Gejala-gejala yang umum
dijumpai adalah :

- Mudah mengalami gangguan pencernaan dan kulit peka terhadap sinar matahari
yang sehingga mudah gosong
- Badan terasa lemah,dan terasa kelelahan yang berlebihan yang disertai pegal-
pegal bahkan demam
- Pada kulit akan muncul ruam merah yang membentang dikedua pipi,mirip kupu-
kupu,kadang disebut butterfly rash.namun ruam merah menyerupai cakram bisa
muncul di kulit seluruh tubuh,menonjol dan kadang-kadang bersisik.Melihat
banyaknya gejala penyakit ini,maka wanita yang sudah terserang dua atau lebih
gejala saja,harus dicurigai mengidap lupus
- Anemia yang diakibatkan oleh sel-sel darah merah yang dihancurkan oleh
penyakit lupus ini
- Sering mengalami kerontokan pada rambut
- Trombosit rendah

2.2.2 Penyebab SLE

Lupus masih merupakan penyakit misterius dikalangan medis.Kecuali lupus


yang disebabkan oleh obat,penyebab pasti penyakit ini tidak diketahui.Perdebatan
bahkan masih berlangsung mengenai apakah lupus adalah suatu penyakit atau
kombinasi dari beberapa penyakit yang berhubungan.

6
Sekitar 90% penderita lupus adalah permpuan,yang mengindikasikan bahwa
penyakit ini mungkin terkait hormon-hormon perempuan.Menstruasi,menopause dan
melahirkan dapat memicu timbulnya lupus.Sekitar 80% penderita lupus
menngembangkan penyakit ini di usia antara 15-45 tahun.

Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan


peningkatan autoantibody yamg berlebihan.Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan
oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik,hormonal(sebagaimana terbukti oleh awitan
penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduksi) dan lingkungan (cahaya
matahari, luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti
hidralazin,prokainamid,isoniazid,klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan
disamping makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE akibat
senyawankimia atau obat-obatan.Pada SLE peningkatan produksi autoantibody
diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T supresor yang abnormal sehingga timbul
penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan.Inflamasi akan menstimulasi
antigen yang selanjutnya serang sarang antibody tambahan dan siklus tersebut berulang
kembali.

2.3 Manifestasi Klinis

Perjalanan penyakit SLE sangat bervariasi.Penyakit dapat timbul mendadak


disertai dengan tanda-tanda terkenanya berbagai sistem dalam tubuh,dapat juga
menahun dengan gejala pada satu sistem yang lambat laun diikuti oleh gejala yang
terkenanya sistem imun.Pada tipe menahun terdapat remisi dan eksasrebasi.Remisinya
mungkin berlangsung bertahun-tahun.Onset penyakit dapat spontan atau didahului oleh
faktor presipitasi seperti kontak dengan sinar matahari, infeksi virus/bakteri,obat.Setiap
serangan biasanya disertai gejala umum yang jelas seperti demam,nafsu makan
berkurang,kelemahan,berat badan menurun,dan iritabilitasi.Yang paling menonjol ialah
demam,kadang-kadang disertai menggigil.

 Gejala muskuloskeletal
Gejala yang paling sering pada SLE adalah gejala muskuloskeletal,berupa artritis
(93%).Yang paling sering terkena ialah sendi interfalangeal proksimal di ikuti oleh

7
lutut,pergelangan tangan,metakarpofalangeal,siku dan pergelangan kaki.Selain
pembengkakan dan nyeri mungkin juga terdapat efusi sendi.Artritis biasanya
simetris,tanpa menyebabkan deformitas,kontraktur atau ankilosis.Adakala terdapat
nodulreumatoid.Nekrosis vaskular dapat terjadi pada berbagai tempat,dan
ditemukan pada penderita yang mendapatkan pengobatan dengan steroid dosis
tinggi.Tempat yang paling sering terkena ialah kaput femoris.
 Gejala mukokutan
Kelainan kulit,rambut atau selaput lendir ditemukan pada 85% kasus SLE.Lesi kulit
yang paling sering ditemukan pada SLE ialah lesi kulit
akut,subakut,diskoid,danlivido retikularis.Ruam kulit berbentuk kupu-kupu berupa
eritema yang agak edamatus pada hidung dan kedua pipi.Dengan pengobatan yang
tepat,kelainan ini dapat sembuh tanpa bekas luka.Pada bagian tubuh yang terkena
sinar matahari dapat timbul ruam kulit yang terjadi karena hipersensitivitas.Lesi ini
termasuk lasi kulit akut,lesi kulit subakut yang khas berbentuk anular.Lesi diskoid
berkembang melalui 3 tahap yaitu eritema,hiperkeratosis dan atrofi.Biasanya
tampak sebagai bercak etitematosa yang meninggi, tertutup oleh sisik keratin
disertai adanya penyumbatan folikel.Kalau sudah berlangsung lama akan berbentuk
silikatriks.Vaskulitis kulit dapat menyebabkan ulserasi dari yang berbentuk kecil
sampai yang besar.Sering juga tampak perdarahan dan eritema periungual.Livido
retikularis suatu bentuk vaskulitis ringan,sangat sering ditemui pad SLE.
 Ginjal
Kelainan ginjal ditemukan pada 68% kasus SLE.manifestasi paling sering ialah
proteinuria atau hematuria.Hipertensi,sindrom nefrotik kegagalan ginjal jarang
terjadi,hanya terdapat pada 25% kasus SLE yang urinnya menunjukkan
kelainan.Ada 2 macam kelainan patologis pada ginjal,yaitu :
- Nefritis Lupus Difus
Nefritis lupus merupakan kelainan yang paling berat.Klinis biasanya tampak
sebagai sindrom nefrotik,hipertensi serta gangguan fungsi ginjal sedang sampai
berat.

8
- Nefritis Lupus Membranosa
Nefritis lupus membranosa lebih jarang ditemukan.Ditandai dengan sindrom
nefrotik,gangguan fungsi ginjal ringan serta perjalanan penyakit yang mungkin
berlangsung cepat atau lambat tapi progresif.
Kelainan ginjal yanng lain yang mungkin ditemukan pad SLE ialah pielonefritis
kronik,tuberkulosism ginjal.Gagal ginjal merupakan salah satu penyebab kematian
SLE kronik.
 Susunan saraf pusat
Gangguan susunan saraf pusat terdiri atas 2 kelainan utama yaitu :
- Psikosis organik
- Kejang-kejang

Penyakit otak organik biasanya ditemukan bersamaan dengan gejala aktif SLE pada
sistem lain-lainnya.Penderita menunjukkan gejala halusinasi disamping gejala khas
organik otak seperti sukar menghitung dan tidak sanggup mengingat kembali
gambar-gambar yang pernah dilihat.Psikosis steroid juga termasuk sindrom otak
yang secara klinis tak dapat dibedakan dengan menurunkan atau menaikkan dosis
steroid yang dipakai.Psikosis lupus membaik jika dosis steroid dinaikkan dan
sebaliknya.Kejang-kejang yang timbul biasanya termasuk tipe grandmal.Kelainan
lain yang mungkin ditemukan ialah afasia,hemiplegia.

 Mata
Kelainan mata dapat berupa konjungtivitis,perdarahan subkonjungtival dan adanya
badan sitoid di retina.

 Jantung
Peradangan berbagai bagian jantung bisa terjadi,seperti perikarditis,endokarditis
maupun miokarditis.Nyeri dada dan aritmia bisa terjadi sebagai akibat keadaan
tersebut.

9
 Paru-paru
Pada lupus bisa terjadi pleuritis (peradangan selaput paru) dan efusi pleura
(penimbunan cairan antara paru dan pembungkusnya).Akibat dari kejadian
tersebbut sering timbul nyeri dada dan sesak nafas.

 Saluran pencernaan
Nyeri abdomen terdapat pad 25% kasus SLE,mungkin disertai mual dan
diare.Gejalanya menghilang dengan cepat jika gangguan sistemiknya mendapat
pengobatan adekuat.Nyeri yang timbul mungkin disebabkan oleh peritonitis steril
atau arteritis pembuluh darah kecil mesenterium dan usus yang mengakibatkan
ulserasi usus.Arteritis dapat juga menimbulkan pankreatitis.

 Hemik limfatik
Kelenjar getah bening yang sering terkena adalah aksila dan servikal,dengan
karakteristik tidak nyeri tekan dan lunak.Organ limfoid lain adalah splenomegali
yang biasanya disertai oleh pembesaran hati.kerusakan lien berupa infark atau
trombosis berkaitan dengan adanya lupus antikoagulan.Anemia dapat dijumpai
pada periode perkembangan penyakit SLE,yang diperantai oleh proses imun dan
non-imun.

10
11
2.4 Diagnosis

Manifestasi lupus dapat meniru penyakit autoimun lain,seperti multiple sceloris dan
rheumatoid arthritis (rematik),sehingga sulit untuk didiagnosis.Saat ini tidak ada tes
tunggal yang dapt memastikan apakah seseorang terkena penyakit lupus.Diagnosis
dapat ditegakkan melalui pemeriksaaankomprrehensif yang mempertimbangkan semua
gejala dan riwayat penyakit.

American College of Rheumatology menetapkan “sebelas kriteria lupus” untuk


membantu dokter mendiagnosis lupus.Empat atau lebih dari kriteria berikut harus hadir
untuk membuat diagnosis lupus sistemik :

1. Ruam malar
Ruam berbentuk kupu-kupu dipipi dan hidung

2. Ruam kulit
Bercak merah yang menonjol

12
3. Photosensitivity
Ruam kulit akibat reaksi terhadap sinar matahari yang tidak biasa

4. Borok mulut atau hidung


Biasanya tanpa rasa sakit
5. Artritis non-erosif
Pada dua atau lebih sendi,sehingga terasa bengkak atau lunak
6. Gangguan paru dan jantung
Peradangan pada selaput sekitar jantung (perikarditis) dan/atau paru-paru
(pleuritis)
7. Gangguan neurologis
Kejang-kejang dan/atau psikosis
8. Gangguan ginjal
Protein atau darah yang berlebihan dalam urine (proteinuria/hematuria)
9. Gangguan hematologi (darah)
Anemia hemolitik,jumlah sel darah putih atau trombosit rendah
10. Gangguan imunologi
Antibody terhadap DNA rantai ganda,antibody terhadap Sm,atau antibody
terhadap cardiolipin
11. Antinuclear antibody (ANA)
Hasil tes positif meskipun tidak memakai obat yang dikenal menyebabkan hal
itu.Sekitar 95% dari penderita lupus memiliki hasil tes ANA positif.

13
2.5 Pemeriksaan Diagnostik

 Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium mencakup pemeriksaan :
1. Hematologi.ditemukan anemia,leukopenia,trombositopenia
2. Kelainan imunologis,ditemukan sel LE,antibodi antinuklir,komplemen serum
menurun,anti DNA,faktor reumatoid,krioglobulin,dan uji lues yang positif semu
- Histopatologi
 Umum; lesi yang dianggap karakteristik untuk SLE ialah badan
hematoksilin,lesi onion-skin pada pembuluh darah limpa dan endokarditis
verukosa libman-sacks
 Ginjal ; 2 bentuk utama ialah glomerulus proliferatif difus dan nefritis lupus
membranosa.
 Kulit pemeriksaan imunofluoresensi direk menunjukkan deposit IgG
granular pada dermo-epidermal junction,baik pada kulit yang aktif (90%)
maupun pada kulit yang tak terkena (70%).Yang paling karakteristik untuk
SLE ialah jika ditemukan pada kulit yang tidak terkena dan terpajan.

2.5 Penanganan

Perawatan penyakit lupus bertujuan untuk mengurangi dan menekan sistem


kekebalan tubuh yang terlalu aktif.Obat-obatan yang paling umum digunakan untuk
lupus adalah NSAID (obat anti inflamasi non-steroid),obat antimalaria dan steroid.Obat-
obatan tersebut dapat diberikan sendiri-sendiri atau dalam kombinasi.Dalam kasus yang
parah,obat penekan imun seperti cytoxan,azathioprine dan methotrexate mungkin
digunakan.

Jenis penatalaksanaan ditentukan oleh beratnya penyakit.Luas dan jenis


gangguan organ harus ditentukan secara hati-hati.dasar terapi adalah kelainan organ
yang sudah terjadi.Adanya infeksi dan proses penyakit bisa dipantau dari pemeriksaan
serologis.Monitoring dan evaluasi bisa dilakukan dengan parameter laboratorium yang
dihubungkan dengan aktivitas penyakit.

14
a. Pendidikan terhadap pasien
Pasien diberikan penjelasan mengenai penyakit yang dideritanya (perjalanan
penyakit,komplikasi,prognosis),sehingga dapat bersikap positif terhadap
penanggulangan penyakit.
b. Beberapa prinsip dasar tindakan pencegahan pada SLE
1. Monitoring yang teratur
2. Penghematan energi.pada kebanyakan pasien kelelahan merupakan keluhan
yang menonjol.Diperlukan waktu istirahat yang terjadwal setiap hari dan perlu
ditekankan pentingnya tidur yang cukup.
3. Fotoprotesik.Kontak dengan sinar matahari harus dikurangi atau
dihindari.Dapat juga digunakan lotion tertentu untuk mengurangi kontak
dengan sinar matahari langsung.
4. Mengatasi infeksi.Pasien SLE rentan terhadap infeksi.jika ada demam yang tak
jelas sebabnya,pasien harus memeriksanya.
5. Merencanakan kehamilan.Kehamilan harus dihindarkan jika penyakit aktif atau
jika pasien sedang mendapatkan pengobatan dengan obat imunosupresif.
c. Pengobatannya
- Lupus diskoid
Terapi standar adalah fotoproteksi,antimalaria dan steroid topikal.Krim
luocinonid 5% lebih efektif dibandingkan krim hidrokortison 1%.terapi dengan
hidrosiklorokuin efektif pada 48% pasien dan acitrenin efektif terhadap 50%
pasien.
- Serosis lupus (pleuritis,perikarditis)
Standar terapi adalah NSAIDs (dengan pengawasan ketat terhadap gangguan
ginjal),antimalaria dan kadang-kadang diperlukan steroid dosis rendah.
- Arthritis lupus
Untuk keluhan muskuloskeletal,standar terapi adalah NSAIDs dengan
pengawasan ketat terhadap gangguan ginjal dan anti malaria,sedangkan untuk
keluhan myalgia dan gejala depresi diberikan serotonin reuptake inhibitor
antidepresan (amitriptilin)
- Miositis lupus

15
Standar terapi adalah kortikosteroid dosis tinggi (dimulai dengan prednison
dosis 1-2 mg/kg/hr dalam dosis terbagi),bila kadar komplemen meningkat
mencapai dosis efektif terendah.Metode lain yang digunakan untuk mencegah
efek samping pemberian harian adalah dengan cara pemberian prednison dosis
alternate yang lebih tinggi (5 mg/kg/hr,tak lebih 150-250 mg) metrotreksat atau
azathioprine terenbdah nitrat,misalnya isosorbid mononitrat.
- Lupus nefritis
Lupus nefritis kelas II mempunyai prognosis yang baik dan membutuhkan terapi
minimal.Peningkatan proteinuria harus diwaspadai karena menggambarkan
perubahan status penyakit menjadi lebih parah.
Lupus nefritis III memerlukan terapi yang sama agresifnya dengan DPGN.Pada
lupus nefritis IV kombinasi kortikosteroid dengan siklofosfamid
intravena.Siklofosfamid intravena diberikan setiap bulan,setelah 10-14 hr
pemberian,diperiksa kadar leukositnya.Dosis siklofosfamid selanjutnya akan
dinaikkan atau diturunkan tergantung pada jumlah leukositnya (normalnya
3.000-4.000/ml).Pada lupus nefritis V regimen terapi yang diberikan adalah :
1. Monoterapi dengan kortikosteroid
2. Terapi kombinasi kortikosteroid dengan siklosporin A
3. Sikofosfamid,azathioprine atau klorambusil.

Pada nefritis V tahap lanjut,pilihan terapinya adalah dialisis dan transplantasi


renal.

- Gangguan hematologis
Untuk trobositopeni,terapi yang dipertimbangkan pada kelainan ini adalah
kortikosteroid,imunoglobulin intravena.Sedangkan untuk anemia
hemolitik,terapi yang dipertimbangkan adalah kortikosteroid,danazol dan
spelenektomi.
- Pneumonitis intersititialis lupus
Obat yang digunakan pada kasus inimadalah kortikosteroid dan siklofosfamid
intravena

16
- Vaskulitis lupus dengan keterlibatan organ penting
Obat yang digunakan pada kasus ini adalah kortikosteroid dan siklofosfamid
intravena.

2.6 Komplikasi

Komplikasi SLE meliputi :

- Hipertensi (41%)
- Gangguan pertumbuhan (38%)
- Gangguan paru-paru kronik (31%)
- Abnormalitas mata (31%)
- Kerusakan ginjal permanen (25%)
- Gejala neuropsikiatri (22%)
- Kerusakan muskuloskeletal (9%)
- Gangguan fungsi gonad (3%)

17
- BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
-
- 3.1 Pengkajian Keperawatan
- Riwayat atau adanya faktor risiko. Meskipun LES bukan herediter, insiden
kadang-kadang lebih tinggi diantara individu dengan riwayat keluarga positif.
- Pemeriksaan fisik berdasarkan pada survei umum dapat menunjukkan
keterlibatan multisystem, karena SLE adalah penyakit inflamasi dari jaringan
penyambung yang mempengaruhi kulit, sendi membran pleural dan pericardial,
ginjal, sumsum tulang, dan sistem saraf pusat. Asosiasi Reumatisme Amerika
telah mengidentifikasi karakteristik fisik yang berbeda dan temuan labolatorium
dari SLE. Diagnosis dari SLE dibuat dengan empat temuan berikut secara
bersama-sama (Whitney, 1989):
- a. Ruam malar – berbentuk kupu-kupu melintang di hidung dan pipi, mungkin
unilateral atau bilateral
- b. Pleuritis atau perikarditis
- c. Paliartritis – sendi nyeri terinnflamasi yang migrasi dan jarang
mengakibatkan deformitas sendi
- d. Fotosensitif – terjadi ruam bila terpajan pada sinar matahari secara terus
menerus
- e. Ruam discoid – bercak, merah, ruam kering pada area yang terpajan pada
matahari
- f. Perubahan sistem saraf pusat seperti kejang atau psikosis
- g. Ulserasi membran mukosa (mulut, hidung, dan vagina)
- h. Abnormalitas hematologis (anemia, trombositopenia, leukopenia)
- i. Peningkatan antibodi antinuklear (ANA)
- j. Proteinuria, serpihan seluler, atau pus tanpa bakteriuria ditunjukkan oleh
urinalis
- Gejala tambahan meliputi:
- a. Pembesaran limpa dan hepar
- b. Penurunan berat badan, demam, kelelahan

18
- c. Fenomena Raynaud’s (perubahan warna pucat, sianosis, kemerahan pada
jari disertai dengan nyeri dan parestesia)
- Kaji terhadap faktor yang mencetuskan eksaserbasi:
- a. Kelelahan berlebihan
- b. Pemajanan lama pada sinar ultraviolet (sinar matahari langsung)
- c. Pembedahan
- d. Obat tertentu seperti penisilin, sulfonamid, dan kontrasepsi oral
- Dan selanjutnya kaji perasaan pasien tentang kondisi dan dampak gaya hidup
(Barbara Engram, 1998).

- 3.2 Diagnosa Keperawatan


- Diagnosa keperawatan bagi penderita LES adalah sebagai berikut:
- a. Nyeri kronik berhubungan dengan inflamasi atau kerusakan jaringan
- b. Gangguan kerusakan integritas kulit berhubungan dengan proses penyakit
dan lesi
- c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan komplikasi sekunder terhadap
SLE

19
- 3.3 Intervensi Keperawatan dan Rasional Tindakan
- Intervensi keperawatan dan rasional tindakan yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut:
- a. Nyeri kronik berhubungan dengan inflamasi atau kerusakan jaringan
- Tujuan:
- Meringankan nyeri, dapat beristirahat dan mendapat pola tidur yang adekuat
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Tutup luka sesegera mungkin kecuali
1. suhu berubah dan gerakan
perawatan luka bakar metode pemajanan udara dapat menyebabkan nyeri
pada udara terbuka. hebat pada pemajanan ujung
saraf. pengaturan suhu dapat
hilang karena luka bakar mayor.
2 Pertahankan suhu lingkungan nyaman, Sumber panas eksternal perlu
berikan lampu penghangat, penutup untuk mencegah menggigil.
tubuh hangat.
3 Kaji keluhan nyeri. Perhatikan nyeri hampir selalu ada pada
lokasi/karakter dan intensitas (skala 0- beberapa derajat beratnya
10). keterlibatan jaringan/kerusakan
tetapi biasanya paling berat
selama penggantian balutan dan
debridemen.
4 . Lakukan penggantian balutan dan menurunkan terjadinya distress
debridemen setelah pasien di beri obat fisik dan emosi sehubungan
dan/atau pada hidroterapi dengan penggantian balutan dan
debridemen.
5 D Dorong ekspresi perasaan tentang nyeri. . pernyataan memungkinkan
pengungkapan emosi dan dapat
meningkatkan mekanisme
koping.
6 Dorong penggunaan teknik manajemen memfokuskan kembali perhatian,

20
stress, contoh relaksasi progresif, napas meningkatkan relaksasi dan
dalam, bimbingan imajinasi dan meningkatkan rasa control, yang
visualisasi. dapat menurunkan
ketergantungan farmakologis.
7 Berikan aktivitas terapeutik tepat untuk membantu mengurangi
usia/kondisi konsentrasi nyeri yang di alami
dan memfokuskan kembali
perhatian.
- (Gusti Pandi Liputo, 2012).
- a. Gangguan kerusakan integritas kulit berhubungan dengan proses penyakit
dan lesi
- Tujuan:
- dapat menunjukkan perilaku/teknik untuk meningkatkan penyembuhan dan
mencegah komplikasi
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Kaji kulit setiap hari. Catat warna, turgor, Menentukan garis dasar
sirkulasi dan sensasi. Gambarkan lesi dan amati menentukan dimana
perubahan perubahan pada status
dapat dibandingkan dan
melakukan intervensi yang
tepat.
2 Pertahankan/intruksikan dalam hygien, Mempertahankan
misalnya, membasuh dan kemudian kebersihan karena kulit
mengeringkannya dengan berhati-hati dan yang kering dapat menjadi
melakukan masase dengan menggunakan lotion barier infeksi.
atau krim.
3 Gunting kuku secara teratur Kuku yang panjang dan
kasar meningkatkan risiko
kerusakan dermal.
4 Tutupi luka tekan yang terbuka dengan Dapat mengurangi

21
pembalut yang steril atau barrier protektif, kontaminasi bakteri,
misalny, duoderm, sesuai petunjuk. meningkatkan proses
penyembuhan
- (Gusti Pandi Liputo, 2012).
- b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan komplikasi sekunder terhadap
LES
- Tujuan:
- Peningkatan toleransi terhadap aktivitas
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Evaluasi rutinitas harian pasien. Bantu Istirahat membantu
perencanaan jadwal setiap hari untuk menyeimbangkan energi tubuh.
aktivitas yang meliputi periode istirahat Keseimbangan aktivitas fisik pada
sering istirahat membantu mengontrol
kelelahan dan peningkatan
ketahanan.
2 Anjurkan pasien untuk menggunakan Memungkinkan periode tambahan
obat yang diresepkan untuk anemia dan istirahat tanpagangguan
dan menyimpan
3 Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, Tirah baring lama dapat
bantu melakukan rentang rentang gerak menurunkan kemampuan. Ini dapat
sendi aktif/pasif terjadi karena keterbatasan
aktivitas yang mengganggu
periode istirahat
4 Dorong penggunaan teknik menejemen Meningkatkan relaksasi dan
stres, contoh relaksasi progresif, penghematan enrgi, memusatkan
visualisasi, bimbingan imajinasi. kembali perhatian, dan dapat
Berikan aktivitas hiburan yang tepat meningkatkan koping.
contoh menonton TV, radio, dan
membaca.
- (Gusti Pandi Lupito, 2012).

22
BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
- Lupus eritematosus sistemik adalah suatu sindrom yang melibatkan banyak
organ dan memberika gejala klinis yang beragam.Perjalanan penyakit ini dapat
ringan atau berat,secara terus-menerus dengan kekambuhan yang menimbulkan
kerusakan jaringan akibat proses radang yang ditimbulkannya.
- Gejala utama SLE adalah kelemahan umum,anoreksia,rasa mual,demam dan
kehilangan berat badan.Penyebab dari penyakit lupus meliputi pengaruh faktor
genetik,lingkungan dan hormonal terhadap respons imun.
- Penatalaksanaan ditentukan oleh beratnya penyakit.Luas dan jenis gangguan
organ harus ditentukan secara hati-hati.Dasar terapi adalah kelainan organ yang
sudah terjadi.Adanya infeksi dan proses penyakit bisa dipantau dari pemeriksaan
serologis.
3.2 Saran
- Perawat bisa mengenal dengan cepat ciri-ciri dari SLE
- Perawat bisa menangani pasien dengan penyakit SLE dengan cepat,teliti dan
terampil.
- Perawat dapat bekerjasamA dengan baik dengan tim kesehatan lain maupun
pasien dalam tahap pengobatan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif, dkk. 2007.

Kapita Selekta Kedokteran

Jilid 1. Jakarta : FKUIPrice, Sylvia. A dan Wilson, lorraince. M. 2004.

Patofisiologi . Edisi 4. Volume 2. Jakarta:EGCPrice, Sylvia. A dan Wilson, lorraince. M. 2006.

Patofisiologi Edisi 6. Volume 2 Jakarta :EGC Albar, Zuljasri. 2004

Ilmu Penyakit dalam. Edisi 3. Jakarta : FKUIDongoes, Marilynn E, dkk. 1999.

Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: BukuKedokteran EGC.

http://doktersehat.com/lupus-apa-itu-penyakit-lupus/#ixzz28omz698g

http://id.scribd.com/doc/86535489/MAKALAH-SLE

http://www.metris-community.com/wp-content/uploads/gambar-penyakit-lupus.jpg

24

Anda mungkin juga menyukai