Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN GANGGUAN SISTEM IMUNITAS


SISTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS (SLE)

NI LUH PUTU EKARINI


Definisi SLE

 Lupus Eritematosus Sistemik (LES)/Sistemik Lupus


Eritematosus merupakan penyakit rematik autoimun yang
ditandai dengan adanya inflamasi tersebar luas, yang
mempengaruhi setiap organ atau sistem pada tubuh.

 Penyakit ini berhubungan dengan deposisi autoantibody dan


kompleks imun, sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan
PENYEBAB SLE

 Penyebab SLE belum diketahui secara pasti.


Diduga melibatkan interaksi yang kompleks
dan multifaktoral, antara variasi genetik dan
faktor lingkungan
PENYEBAB SLE
Penyebab SLE belum diketahui secara pasti. Diduga melibatkan interaksi
yang kompleks dan multifaktoral, antara variasi genetik dan faktor
lingkungan

1 Faktor Genetik

2 Faktor Hormonal

3 Autoantibodi

4 Faktor Lingkungan
PENYEBAB SLE…..1
 Faktor Genetik  Faktor Hormonal
 Diketahui bahwa sekitar 7%  Perempuan lebih sering terkena
pasien SLE memiliki keluarga penyakit SLE dibandingkan
terdekat (orang tua atau dengan laki-laki.
saudara kandung) yang juga
terdiagnosis SLE.  Meningkatnya angka
pertumbuhan penyakit SLE
 Faktor genetik merupakan sebelum periode menstruasi
salah satu faktor risiko SLE. atau kehamilan mendukung
dugaan bahwa hormone,
khususnya estrogen menjadi
pencetus penyakit SLE.
PENYEBAB SLE…..2
 Autoantibodi  Faktor Lingkungan
 Antibody ini ditujukan kepada  Infeksi, stres, makanan (seperti
sel molekul yang terdapat mengonsumsi lemak jenuh yang
pada nukleus, sitoplasma, berlebih), antibiotik (khususnya
permukaan sel dan juga kelompok sulfa dan penisilin),
terdapat molekul terlarut sinar UV, penggunaan obat-obatan
seperti IgG dan faktor tertentu (prokainamid, hidralazin,
koagulasi. klorpromazin, isoniazid, fenitonin,
penisilamin), merokok, paparan
kristal silica, dan agen infeksi
(seperti retrovirus dan DNA
bakteri/endotoksin) merupakan
faktor pemicu timbulnya SLE.
Fase inisiasi

Fase propagasi PATOFISIOLOGI


Fase puncak (flares)
Fase Inisiasi

 Fase Inisiasi lupus dimulai dari kejadian yang menginisiasi


kematian sel secara apoptosis dalam konteks proimun.

 Kejadian ini disebabkan oleh berbagai agen yang


sebenarnya merupakan pajanan yang cukup sering
ditemukan pada manusia,

 Namun dapat menginisiasi penyakit karena kerentanan


yang dimiliki oleh pasien SLE.
Fase profagase
 Fase profagase ditandai dengan aktivitas
autoantibodi yang menyebabkan cedera jaringan.

 Autoantibodi pada lupus dapat menyebabkan cedera


jaringan dengan cara :
1. Pembentukan dan generasi kompleks imun,
2. Berikatan dengan molekul ekstrasel pada organ
target dan mengaktivasi fungsi efektor inflamasi
di tempat tersebut,
3. Secara langsung menginduksi kematian sel
dengan ligasi molekul permukaan atau penetrasi
ke sel hidup.
Fase Puncak
 Fase puncak merefleksikan memori imunologis,
muncul sebagai respon untuk melawan sistem imun
dengan antigen yang pertama muncul.
 Apoptosis tidak hanya terjadi selama pembentukan
dan homeostatis sel namun juga pada berbagai
penyakit, termasuk SLE.
 Berbagai stimulus dapat memprovokasi puncak
penyakit.
Jenis Penyakit Lupus
Lupus Eritematosus
Sistemik (LES)

Lupus Eritematosus Lupus Imbas Obat


Kutaneus (Cutaneous
Lupusertosus/CLE)

Sindroma Overlap, Undifferentiated


Connective Tissue Disease (UCTD), dan
Mixed Connective Tissue Disease
(MCTD)
Lupus Eritematosus Sistemik (LES)

 Jenis Lupus yang paling sering dirujuk sebagai penyakit Lupus.


SLE dapat menyerang jaringan serta organ tubuh mana saja
dengan tingkat gejala yang ringan sampai parah.
 Gejala SLE dapat datang dengan tiba-tiba atau berkembang
secara perlahan- lahan atau dapat bertahan lama atau bersifat
lebih sementara sebelum akhirnya kambuh lagi.
 Banyak yang hanya merasakan beberapa gejala ringan untuk
waktu lama atau bahkan tidak sama sekali sebelum tiba-tiba
mengalami serangan yang parah.
 Gejala-gejala ringan SLE, terutama rasa nyeri dan lelah
berkepanjangan, dapat menghambat rutinitas kehidupan.
 Karena itu para penderita SLE bisa merasa tertekan, depresi,
dan cemas meski hanya mengalami gejala ringan.
SLE …..
 Tujuan perawatan SLE adalah untuk mendapatkan remisi panjang,
mengurangi tingkat gejala serta mencegah kerusakan organ pada
pasien SLE serta meningkatnya kesintasan.
 Beberapa puluh tahun yang lalu, SLE dipandang sebagai penyakit
terminal yang berujung kepada kematian
 Banyak penderita pada saat itu yang meninggal dunia akibat komplikasi
dalam kurun waktu 10 tahun setelah didiagnosis mengidap SLE.
 Berkat pengobatan SLE yang terus berkembang, hampir semua
penderita SLE saat ini dapat hidup normal atau setidaknya mendekati
tahap normal.
Lupus Eritematosus Kutaneus
(Cutaneous Lupuserythematosus/CLE)

 Dapat dikenali dari ruam yang muncul pada kulit dengan berbagai
tampilan klinis.
 Pada Lupus jenis ini dapat didiagnosis dengan mengenali gambaran
klinis dan beberapa pengujian diantaranya melalui biopsi pada ruam.
 Pada gambaran biopsi akan terlihat adanya infiltrasi sel inflamasi dan
endapan kompleks imun pada batas dermoepidermal yang dikenal
dengan Lupus Band
Lupus Imbas Obat

 Efek samping obat berbeda-beda pada tiap orang. Terdapat lebih


dari 100 jenis obat yang dapat menyebabkan efek samping yang
mirip dengan gejala Lupus pada orang-orang tertentu.
 Gejala Lupus akibat obat umumnya akan hilang jika berhenti
mengonsumsi obat tersebut sehingga tidak perlu menjalani
pengobatan khusus.
 Perlu diperhatikan untuk tidak lupa berkonsultasi kepada dokter
sebelum memutuskan berhenti mengonsumsi obat dengan
resep dokter.
Sindroma Overlap, Undifferentiated Connective
Tissue Disease (UCTD), dan Mixed Connective
Tissue Disease (MCTD)

 Pada sebagian pasien LES ternyata ditemukan juga manifestasi


klinis lain yang memenuhi kriteria diagnostik penyakit autoimun
lain seperti artritis reumatoid, skleroderma, atau miositis.

 Ada pula pasien LES yang juga memiliki gejala penyakit autoimun
lain namun belum lengkap untuk didignosis penyakit autoimun
tertentu.
Manifestasi Klinik

Menurut American College of Rheumatology (ACR) ada 11 kriteria SLE


dan jika terdapat 4 kriteria maka diagnosis SLE dapat ditegakkan

1. Ruam malar (malar rash), yaitu ruam yang terjadi pada wajah di area
pipi dan hidung yang berbentuk seperti kupu-kupu.
2. Ruam discoid (discoid rash), yaitu ruam berbentuk seperti cincin,
yang terlihat merah di tepiannya dan terlihat lebih terang di bagian
tengahnya.
3. Fotosensitifitas (kulit yang terpapar matahari lebih mudah
mengalami iritasi dan kemerahan; bentuk ruam fotosensitivitas ini
bisa berbeda-beda).
4. Ulserasi di mulut atau nasofaring
5. Arthritis (radang sendi)
Manifestasi Klinik……(2)
6. Serosis: yaitu pleuritis atau pericarditis
7. Kelainan ginjal, yaitu proteinuria persisten >0,5 gr/hari atau
silinder sel
8. Kelainan neurologic, yaitu kejang-kejang atau psikosis
9. Kelainan hematologic, yaitu anemia hemolitik atau leukopenia
atau limfopenia atau trombositopenia
10. Kelainan imunologik yaitu sel LES positif atau anti DNA positif,
atau anti Sm positif atau tes serologic untuk sifilis yang positif
palsu
11. Antibosi antinuclear positif
Kecurigaan akan penyakit LES
 Gender wanita pada rentang usia reproduksi
 Gejala konstitusional: kelelahan, demam (tanpa bukti infeksi) dan
penurunan BB
 Musculoskeletal: nyeri otot (mialgia), nyeri sendi (atralgia), myositis
 Kulit: Ruam upu-kupu (butterfly/malar rush), fotosensitifitas, SLEi
membrane mukosa, alopesia, fenomena Raynaud, purpura, urtikaria,
vaskulitis
 Paru-paru: Pleurisy, hipertensi pulmonal, SLEi parenkim paru
 Jantung: Perikarditis, miokarditis, endocarditis
 Ginjal: hematuria, proteinuria, sindrom nefrotik
 Gastrointestinal: mual, muntah, nyeri abdomen
 Retikulo-endo organomegali (limfadenopati, splenomegali,
hepatomegali)
 Hematologi: anemia, leukopenia, dan trombositopenia
 Neuropsikiatri: psikosis, kejang, sindroma otak organik, meilitis
transfersa, neuropati kranial dan perifer
No. Kriteria untuk Klasifikasi Lupus Eritematosus Sistemik
Eritema menetap, datar atau meninggi, pada
1. Ruam Malar
tonjolan pipi
Bercak eritematosa yang meninggi dengan skuama
2. Ruam Discoid keratotik lekat dan sumbatan folikel; dapat terjadi
jaringan parut atrofik
Ruam kulit yang diakibatkan reaksi abnormal
terhadap sinar matahari, baik dari anamnesis
3. Fotosensitivitas
pasien atau yang dilihat oleh dokter pemeriksa

4. Ulkus Oral Termasuk oral dan nasofaring; terlihat oleh dokter


Artritis nonerosif yang mengenai 2 atau lebih sendi
5. Artritis perifer, ditandai oleh nyeri, pembengkakan, atau
efusi
Pleuritis atau pericarditis yang tercatat dengan
6. Serosis EKG atau terdengar sebagai rub atau bukti efusi
perikard
Proteinuria yang lebih besar dari 0,5gr/dL atau
7. Gangguan Ginjal lebih dari 3+, atau silinder sel
Gangguan Kejang tanpa sebab lain atau psikosis tanpa sebab
8.
Neurologik lain
Anemia hemolitik atau leukopenia (kurang dari
Gangguan 4000/mm3) atau limfopenia (kurang dari 1500/mm3),
9.
Hematologik atau trombositopenia (kurang dari 100.000/mm3)
tanpa ada obat penyebab
a. Anti-DNA: antibodi terhadap native DNA dengan
titer yang abnormal, atau
b. Anti-Sm: terdapatnya antibodi terhadap antigen
nukluear Sm, atau
c. Temuan positif terhadap antibodi antifosfolipid
yang didasarkan atas:
1) Kadar serum antibodi antikordiolipin abnormal
Gangguan
10. baik IgG atau IgM
Imunologik
2) Tes lupus antikoagulan positif menggunakan
metode standar, atau
3) Hasil tes serologi positif palsu terhadap sifilis
sekurang-kurangnya selama 6 bulan dan
dikonfirmasi dengan test imobilisasi Treponema
pallidum atau tes fluoresensi absropsi antibody
treponema
Titer ANA yang abnormal pada pemerikasaan
Antibody imunoflouresensi atau pemeriksaan yang aktivalen
11.
Antinukleus pada setiap saat tanpa adanya obat yang diketahui
Komplikasi SLE
 Gagal ginjal
 Gangguan pada darah, seperti anemia
 Tekanan darah tinggi
 Vaskulitis, peradangan pada pembuluh darah
 Gangguan ingatan
 Mengalami perubahan perilaku, seperti sering berhalusinasi
 Kejang
 Stroke
 Penyakit jantung
 Masalah pada paru-paru, contohnya peradangan pada selaput paru-
paru dan pneumonia
 Mudah terserang berbagai penyakit infeksi
 Kanker
Upaya Pengendalian Penyakit LES

Program pengendalian penyakit LES, meliputi upaya


promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif :
Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)
a. Perlindungan khusus, terutama pada kulitnya.
b. Penemuan (deteksi dini), diagnosis, tatalaksana
kasus dan rujukan.
c. Surveilans epidemiologi (surveilans kasus dan
surveilans faktor risiko).
d. Kemitraan dengan yayasan penderita lupus dsb.
e. Upaya peningkatan peran serta masyarakat dalam
pencegahan dan penanggulangan penyakit LES.
f. Pemantauan dan penilaian prognosis LES.
Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)

 Pasien dan keluarga penderita SLE memerlukan informasi yang


benar dan dukungan dari seluruh keluarga dan lingkungannya.
 Pasien memerlukan informasi tentang aktivitas fisik, mengurangi
atau mencegah kekambuhan misalnya dengan cara melindungi
kulit dari sinar matahari dengan menggunakan tabir surya atau
pakaian yang melindungi kulit, serta melakuka latihan secara
teratur.
 Pasien juga memerlukan informasi tentang pengaturan diet agar
tidak mengalami kelebihan berat badan, osteoporosis, atau
dislipidemia.
Deteksi Dini Penyakit LES

 Deteksi dini dapat dilakukan pada masyarakat berisiko


penyakit LES di Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)
PTM menggunakan formulir SALURI (Periksa Lupus
Sendiri) dan di Puskesmas atau di sarana pelayanan
kesehatan lainnya bagi masyarakat yang dicurigai
menderita penyakit LES.
SALURI (Periksa Lupus Sendiri) (Kementerian
Kesehatan RI, 2017)

 Demam lebih dari 38◦C dengan sebab yang tidak jelas.


 Rasa lelah dan lemah berlebihan.
 Sensitif terhadap sinar matahari.
 Rambut rontok.
 Ruam kemerahan berbentuk kupu-kupu yang sayapnya melintang
dari pipi ke pipi.
 Ruam kemerahan di kulit.
 Sariawan yang tidak kunjung sembuh, terutama diatap rongga
mulut.
 Nyeridan bengkak pada persendian terutama dilengan dan
tungkai, menyerang lebih dari 2 sendi dalam jangka waktu lama.
SALURI…..
 Ujung-ujung jari tangan dan kaki menjadi pucat hingga kebiruan
saat udara dingin.
 Nyeri dada terutama saat berbaring dan menarik nafas:
 Kejang atau kelainan saraf lainnya.
 Kelainan hasil pemeriksaan laboratorium (atas anjuran dokter):
Anemia: penurunan kadar sel darah merah, Leukositopenia:
penurunan sel darah putih, Trombositopenia: penurunan kadar
pembekuan darah, Hematuria dan proteinuria: darah dan protein
pada pemeriksaan urine e Positif ANA dan atau Anti ds-DNA.
Pemeriksaan Diagnostik

Kelainan yang
Berhubungan
dengan Antikoagulan
Lupus
Pemeriksaan Darah
Serologi VDRL
(sifilis)
Imunologi

Tes Vital Lupus


Fungsi Ginjal
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Darah Kelainan yang Berhubungan dengan
 Leukopenilimfopeni, anemia, Antikoagulan Lupus
trombositopenia, LED meningkat  APTT memanjang yang tidak membaik
pada pemberian plasma normal
Imunologi
 ANA (Antibodi Anti Nuklear) Serologi VDRL (sifilis)
 Anti bodi DNA untai ganda (ds DNA)  Hasil positif palsu
meningkat
 Kadar komplemen C3 dan C4 menurun Tes Vital Lupus
 Tes CRP (C-reactive protein) positif  Adanya pita Fg yang khas dan atau
deposit IgM pada persambungan
Fungsi Ginjal dermo-epidermis pada kulit yang
terlibat maupun tidak terlibat
 Kreatinin serum meningkat
 Penurunan GFR
 Protein uri (>0,5gr/24jam)
 Ditemukan sel darah merah atau
sedimen granular
Penatalaksanaan Medik

Obat

Diet Aktifitas
Penatalaksanaan Medik……2

 Tujuan pengobatan LES adalah mengontrol


manifestasi penyakit, sehingga pasien dapat
memiliki kualitas hidup yang baik tanpa
eksaserbasi berat, sekaligus mencegah
kerusakan organ serius yang dapat
menyebabkan kematian
Obat-obatan yang dibutuhkan

 Antiinflamasi non-steroid; untuk pengobatan simtomatik arthralgia


nyeri sendi.
 Antimalaria; diberikan untuk lupus discoid. Pemakaian jangka
panjang memerlukan evaluasi retina setiap 6 bulan.
 Kortikosteroid; dosis rendah untuk mengatasi gejala klinis seperti
demam, dermatitis, dan efusi pleura. Dosis tinggi untuk mengatasi
krisis lupus, gejala nefritis, SSP, dan anemia hemolitik.
 Obat imunosupresan/sitostatika ; imunosupresan diberikan pada LES
dengan keterlibatan SSP, nefritis difus dan membranosa, anemia
hemolitik akut, dan kasus yang resisten terhadap pemberian
kortikosteroid.
 Obat antihipertensi; atasi hipertensi pada nefritis lupus dengan
agresif.
Penatalaksanaan Medik……
 Diet; restriksi diet ditentukan berdasarkan terapi yang diberikan. Sebagian
besar pasien memerlukan kortikosteroid, dan saat itu diet yang
diperbolehkan adalah yang mengandung cukup kalsium, rendah lemak,
dan rendah garam.
 Pasien disarankan berhati-hati dengan suplemen makanan dan obat
tradisional.
 Aktivitas; pasien lupus sebaiknya tetap beraktivitas normal. Olahraga
diperlukan untuk mempertahankan densitas tulang dan BB normal. Tetapi,
tidak boleh berlebihan karena lelah dan stress sering dihubungkan dengan
kekambuhan. Pasien disarankan untuk menghindari sinar matahari, bila
terpaksa harus terpapar matahari harus menggunakan krim pelindung
matahari (waterproof sunblock) setiap 2 jam.
 Kalsium; semua pasien LES yang mengalami artritis serta mendapat terapi
prednisone beresiko untuk mendapatkan osteopenia, karenanya
memerlukan suplementasi kalsium.
 Penatalaksanaan Infeksi; pengobatan segera apabila ada infeksi terutama
infeksi bakteri. Setiap kelainan urin harus dipikirkan kemungkinan
plelonefritis.
Thank You!

Anda mungkin juga menyukai