Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI

SLE (SISTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS)


Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas keperawatan medical bedah 2

Disusun oleh:
Sri winda yanti

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BUDI LUHUR CIMAHI
2021
A. KONSEP PENYAKIT

1. Definisi
Systemic lupus erythematosus ( SLE ) adalah suatu penyakit auto imun yang
kronik dan menyerang berbagai system dalam tubuh ( price A.sylvia,2012)

2. Etiologic
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang
menyebabkan peningkatan autoantibody yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini
ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal (sebagai mana
terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan
lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal).

Sampai saat ini penyebab SLE belum diketahui. Diduga faktor genetik, infeksi
dan lingkungan ikut berperan pada patofisiologi SLE.Sistem imun tubuh kehilangan
kemampuan untuk membedakan antigen dari sel dan jaringan tubuh sendiri.
Penyimpangan reaksi imunologi ini akan menghasilkan antibodi secara terus menerus.
Antibody ini juga berperan dalam pembentukan kompleks imun sehingga mencetuskan
penyakit inflamasi imun sistemik dengan kerusakkan multi organ.dalam keadaan
normal, sistem kekebalan berfungsi mengendalikan pertahanan tubuh dalam melawan
infeksi.

Pada lupus dan penyakit autoimun lainnya, sistem pertahanan tubuh ini berbalik
melawan tubuh, dimana antibodi yang dihasilkan menyerang sel tubuhnya
sendiri.Antibodi ini menyerang sel darah, organ dan jaringan tubuh, sehingga terjadi
penyakit menahun. mekanisme maupun penyebab dari penyakit autoimun ini belum
sepenuhnya dimengerti tetapi diduga melibatkan faktor lingkungan dan keturunan.
Beberapa faktor lingkungan yang dapat memicu timbulnya lupus:

1.Infeksi
2. Antibiotik (terutama golongan sulfa dan penisilin)
3.Sinar ultraviolet
4.Stres yang berlebihan
5.Obat-obatan tertentu
6.Hormon.
Lupus seringkali disebut sebagai penyakit wanita walaupun juga bisa diderita oleh
pria.Lupus bisa menyerang usia berapapun, baik pada pria maupun wanita, meskipun
10-15 kali lebih sering ditemukan pada wanita.faktor hormonal mungkin bisa
menjelaskan mengapa lupus lebih sering menyerangwanita. Meningkatnya gejala
penyakit ini pada masa sebelum menstruasi dan/atau selamakehamilan mendukung
keyakinan bahwa hormon (terutama estrogen) mungkin berperan Dalam timbulnya
penyakit ini. ( menurut musai 2010 )

3. Patofisiologi
Patogenesis SLE terdiri dari tiga fase, yaitu fase inisiasi, fase propagasi, dan
fase puncak (flares). Inisiasi lupus dimulai dari kejadian yang menginisiasi kematian
sel secara apoptosis dalam konteks proimun. Kejadian ini disebabkan oleh berbagai
agen yang sebenarnya merupakan pajanan yang cukup sering ditemukan pada manusia,
namun dapat menginisiasi penyakit karena kerentanan yang dimiliki oleh pasien SLE.
Fase profagase ditandai dengan aktivitas autoantibodi dalam menyebabkan cedera
jaringan. Autoantibodi pada lupus dapat menyebabkan cedera jaringan dengan cara

(1) pembentukan dan generasi kompleks imun,


(2) berikatan dengan molekul ekstrasel pada organ target dan mengaktivasi fungsi
efektor inflamasi di tempat tersebut, dan
(3) secara langsung menginduksi kematian sel dengan ligasi molekul permukaan atau
penetrasi ke sel hidup. Fase puncak merefleksikan memori imunologis, muncul sebagai
respon untuk melawan sistem imun dengan antigen yang pertama muncul. Apoptosis
tidak hanya terjadi selama pembentukan dan homeostatis sel namun juga pada berbagai
penyakit, termasuk SLE. Jadi, berbagai stimulus dapat memprovokasi puncak penyakit
(roviati 2012 ).
Pathway
Bakteri/Virus

Tubuh

kompensasi

Antibody

Malfungsi/gangguanlmnoregulasi

Peradangan

SLE

Menyerang organ

System hematology System integument System musculokeletal System perkemihan

Gangguan pembekuan Perubahan barier kulit Nyeri sendi/arhiritis Gangguan glomerulus


darah

Ruam kupu-kupu Kematian jaringan Edema, hematoma


Trombus di vena dan arteri

MK: Gangguan integritas MK: Gangguan Rasa MK: Gangguan Citra


Gangguan sirkulasi kulit Nyaman : Nyeri Tubuh

Jantung bekerja ekstra

Miokarditis

Pucat, anemis

MK: Intoleransi Aktivitas


2. manifestasi klinik
1. konstisusional
demam muncul pada Sebagian besar pasien sangat berpariasi, baik dalam
keterlibatan organ pada suatu waktu maupun keparahan manifestasi
penyakit pada organ tersebut.keparahan dapat bervariasi dari ringan ke
sedang hingga parah atau bahkan membahayakan hidup. Karena perbedaan
multisystem dari manifestasi klinisnya, lupus telah menggantikan sifilis
sebagai great imitator kebanyakan pasien dengan SLE memiliki penyakit
ringan sampai sedang dengan gejala kronis,diselingi oleh peningkatan
aktivitas penyakit secara bertahap atau tiba tiba . pada sebagaian kecil pasien
di karakteristikan dengan peningkatan aktivitas penyakit dan remisi klinis
sempurna , pada keadaan yang sangat jarang , pasien mengalami episode
aktif SLE singkat dengan di ikuti remisi lambat .gambaran klinis SLE
menjadi rumit karena dua hal.pertama, walaupun SLE menyebabkan
Sebagian gejala dan tanda , tidak semua gejala dan tanda pada pasien dengan
SLE di sebabkan oleh penyakit tersebut .banyak penyakit, khususnya
penyakit infeksi virus,dapat menyerupai SLE kedua, efek samping
pengobatan , khususnya penggunaan glukokortikoid jangka Panjang, harus
di bedakan dengan gejala dan tanda SLE.
2. Mukokutan
Fotosensitifitas dapat di kenali dengan pembentukan ruam ,ekaserbasi ruam
yang telah ada sebelumnya ,reaksi terhadap sinar matahari yang berlebihan
( exgerrated sunburn ), atau gejala seperti gatal atau parastesis setelah
terpajan sinar matahari atau sumber cahaya buatan . fotosensitifitas sering
di temukan dan dapat terjadi pada semua kelompok ras dan etnis, walaupun
belum ada studi mengenai prevalesinnya di populasi umum.ruam berbentuk
kupu kupu yang khas ,yaitu ruam kemerahan di area malar pipi dan
persambungan hidung yang membagi lipatan nasolobial , lebih di kenal
sebagai malar rash atau butterfly rash. Ruam ini dapat di temukan pada 20-
25 % pasien.gejala ini sangat meningkat dan meradang,bertahan selama
berminggu minggu atau ber bulan bulan.gejala ini hilang tanpa jaringan
parut .plak eritematosa dengan adherent scale dan telangiectasis umumnya
terdapat di wajah,leher, dan kulit kepala.
3. Musculoskeletal
Artritis SLE biasannya meradang dan muncul bersamaan dengan synovitis
dan nyeri,bersifat noneresif dan nondeforming. Manifestasi yang jarang
adalah deformitas jaccoud yang menyerupai artritis rheumatoid namun
berkurang dan tidak terbukti secara radiologis menyebabkan destruksi
katilago dan tulang.kelemahan ototbiasannya merupakan akibat terapi
glukokortikoid atau anti malaria, namun myositis dengan peningkatan
enzim otot jarang di temukan dan biasannya merupakan gejala yang
tumpeng tindih . tenosynovitis dan bursitis jarang ditemukan.ruptur tendon
dapat merupakan komplikasi terapi glukokortikoid .
4. Kardiovaskuler
Pericarditis merupakan gejala khas , dengan nyeri substernal posisional dan
terkadang dapat itemukan rub.ekokardiografi dapat menunjukan efusi,atau
dalam kasus kronik penebalan dan pibrosis pericardium . tamponade atau
hemodinamik konstriktif jarang di temukan,namun dapat di induksi oleh
karbamazepin .miokarditis yang terjadi,namun harus di curigai pada pasien
SLE ktif dan gejala dada tidak khas.miokarditis dapat mengakibatkan
kardiomiopati dilatasi,dengan tanda gagal jantung kiri .
5. Paru
Pleurisy sering di temukan pada SLE nyeri dada khas pleuritic,rub dan efusi
dengan bukti radiografi dapat ditemukan pada Sebagian besar,namun
Sebagian lain mungkin hanya berupa gejala tanpa temuan obyektif.infeksi
parenkim paru,pneumonitis atau alveolitis,dan dibuktikan dengan batuk
,hemoptisis,serta infiltrate paru jarang terjadi namundapat membahayakan
hidup.perdarahan alfeolus difus dapat timbul dengan atau tanpa pneumonitis
akut dan memiliki angka mortalitas yang sangat tinggi.pneumonitis lupus
kronik dengan perubahan fibrotik pada paru mirip dengan fibrosis paru
idiopatik,dengan perjalanan yang progresif dan prognosis yang buruk.
6. Ginjal
Nefritis lupus muncul pada Sebagian pasien SLE. Spektum keterlibatan
patologis dapat bervariasi dari proliferasi mesangial yang sama sekali tidak
menimbulkan gejala sampai glumerulonefritis membranoproliferatif difus
agresif yang menuju gagal ginjal.gambaran klinis di tandai dengan temuan
minimal, termasuk proteinuria,ringan hematuria mikroskopik;sindrom
nefrotik,dengan proteinuria berat,hypoalbuminemia,edema perifer,
hipertigliseridemia,dan hiperkoagulasi;atau sindrom nefritik, dengan
hipertensi,sedimen eritrositatau kristal eritrosit pada sediaan sedimen
urin,dan penurunan laju filtrasi glomerulus frogresif dengan peningkatan
kreatinin serum dan uremia .pada kasusu ini di temukan kelainan ginjal yang
di suspek nefritis karena di temukan proteinuria 25,00 mg/dL.
7. Neurologis dan psikiatrik
Keterlibatan system saraf pusat ( SSP ) terjadi pada 5-15% pasien dan
terkadang menunjuk pada SLE neuropsikiatrik atau serebritis lupus .pasien
dapat memiliki manifestasi obyektif seperti meningitis asepsis atau
meningoensefalitis, kejang, khorea,ataksia,stroke,dan myelitis
transversa.pada pasien seperti ini diagnosis dapat di dukung oleh temuan
abnormal pada analisis cairan serebrospinal,seperti peningkatan kadar
protein,pleiositrosis,dan atau autoantibodi karakteristik ;pada CT scan atau
MRL , dapat ditemukan lesi imflamasi pada substansia alba dab grisea; atau
bahkan pada biopsy leptomeningeal ,dengan bukti imflamasi. Gambaran
alternatif lupus SSP adalah gangguan psikiatrik mayor,yaitu psikosis.
8. Gastrointestinal
Gejala gastrointestinal non spesifik,termasuk nyeri perut difus dan mual
khas untuk pasien SLE .peritonitis steril dengan asites jarang namun
merupakan komplikasi abdomen yang serius .banyak gejala gastrointestinal
atas berhubungan dengan terapi ,yaitu NSAID dan /atau gastropati terkait
glukokartikoid. duodenitis dapat menimbulkan gejala. Pada kasus
jarang,vasculitis usus dapat menimbulkan kegawatan bedah akut
.terkadang,pankreatitis dapat merupakan gejala penyakit atau merupakan
efek pengobatan . peningkatan enzim hati terkadang dapat disebabkan oleh
penggunaan NSAID ,azatrioprin, atau metotreksat, dan penggunaan jangka
Panjang glukokartikoid yang dapat menyebabkan perlemakan hati dengan
peningkatan transaminase ringan.
9. Hematologi
Splenomegaly dan limpadenopati difus sering merupakan temuan yang
sering namun non spesifik pada SLE aktif.anemia merupakan temuan khas
dapat di sebabkan oleh hemolis,dengan hasil tes coombs positif, kadar
haptoglobin rendah,dan kadar laktat dehydrogenase tinggi,atau dengan
mielosupresi.mekanisme tidak langsung mencakup penurunan sintesis
eritropoietin dan mielosupresi uremikum pada pasien nefritis lufus.
10. Mata
Eksudat dan infark retina ( badan sitoid ) relative jarang dan merupakan
temuan nonspesifik.konjungtivitis dan efiskleritis terkadang dapat
ditemukan pada penyakit. Mata kering dapat menunjukan tumpeng tindih
dengan sindrom Sjogren . kebutuhan singkat atau permanen dapat
disebabkan oleh neuritis optic atau oklusi arteria tau vena retina.
11. Late lupus syndrome
Sindrom ini disebabkan oleh kerusakan organ tahap akhir akibat SLE dan
efek samping pengobatan,khusnya akibat penggunaan glikokortikoid
jangka Panjang. Sindrom ini di kenali dengan penyakit arteriosklerotik
luas,atrofi kulit,osteoporosis,osteonecrosis, diabetes melitus, ganggal ginjal
kronik,insufisiensi adrenal, gangguan kognitif,defresi dan deconditioning .
keadaan ini dapat membatasi long-tem survival dan kualitas hidup pasien.

3. klasifikasi
Ada tiga jenis type lupus :
a. Cutaneous Lupus
Tipe ini juga dikenal sebagai Discoid Lupus Tipe lupus ini hanya terbatas pada
kulit dan ditampilkan dalam bentuk ruam yang muncul pada muka, leher, atau
kulit kepala. Ruam ini dapat menjadi lebih jelas terlihat pada daerah kulit yang
terkena sinar ultraviolet (seperti sinar matahari, sinar fluorescent). Meski terdapat
beberapa macam tipe ruam pada lupus, tetapi yang umum terdapat adalah ruam
y ang timbul, bersisik dan merah, tetapi tidak gatal.
b. Discoid Lupus
Tipe lupus ini dapatmenyebabkan inflamasi pada beberapa macam organ. Untuk
beberapa orang mungkin saja hal ini hanya terbatas pada gangguan kulit dan
sendi. Tetapi pada orang yang lain, sendi, paru-paru, ginjal, darah ataupun organ
dan/atau jaringan lain yang mungkin terkena. SLE pada sebagian orang dapat
memasuki masa dimana gejalanya tidak muncul (remisi) dan pada saat yang lain
penyakit ini dapat menjadi aktif (flare).
c. Drug-induced lupus
Tipe lupus ini sangat jarang menyerang ginjal atau sistem syaraf. Obat yang
umumnya dapat menyebabkan druginduced lupus adalah jenis hidralazin (untuk
penanganan tekanan darah tinggi) dan pro-kainamid (untuk penanganan detak
jantung yang tidak teratur/tidak normal). Tidak semua orang yang memakan obat
ini akan terkena drug-induced lupus. Hanya 4 persen dari orang yang
mengkonsumsi obat itu yang bakal membentuk antibodi penyebab lupus. Dari 4
persen itu, sedikit sekali yang kemudian menderita lupus. Bila pengobatan
dihentikan, maka gejala lupus ini biasanya akan hilang dengan sendirinya
Dari ketiganya, Discoid Lupus paling sering menyerang. Namun, Systemic Lupus
selalu lebih berat dibandingkan dengan Discoid Lupus, dan dapat menyerang organ
atau sistem tubuh. Pada beberapa orang, cuma kulit dan persendian yang diserang.
Meski begitu, pada orang lain bisa merusak persendian, paru-paru, ginjal, darah,
organ atau jaringan lain.( nursalam 2007 ).

4. Penatalaksanaan
1. Medis
Preparate NSAID untuk mengatasi manifestasi minor dan di pakai Bersama
kartikosteroid , secara topical untuk kutaneus ( abses kulit ). Obat anti malaria
untuk gejala kutaneus , musculoskeletal dan sistemik ringan SLE
Kartikosteroid , jika membaik di lakukan tapering off.
AINS ( aspirin 80 mg / hari sampai 2 minggu sebelum TP .
Imunosupresan ( azethiprine 2-3 mg/ kg per oral ).

2. Non medis
1. Diet
Restriksi diet di tentukan oleh terapi yang di berikan . Sebagian besar
pasien memerlukan kortikosteroid, dan saat itu diet yang di perbolehkan adalah
yang mengandung cukup kalsium, rendah lemak, dan rendah garam. Pasien di
sarankan berhati hati dengan suplemen makanan dan obat tradisional
( sugeng jitowiyono 2018 )
2.

5. Pemeriksaan diagnostic
Untuk mengetahui pasien SLE dapat di lakukan pemeriksaan penunjang
dan dignostik berikut ( budiono 2016 )
a. Pemeriksaan anti – nuclear anti bodi ( ANA )
Pemeriksaan untuk menentukan apakah auto antibody terhadap inti
sel sering muncul di dalam darah .
b. Pemeriksaan anti -Sm ( protein yang di temukan dalam sel proin inti)
c. Pemeriksaan anti ds DNA ( anti double standed DNA ) untuk
mengetahui apakah pasien memiliki antibody terhadap materi
genetic di dalam sel .
d. Pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan immune complexes (
kekebalan ) di dalam darah .
e. Pemeriksaan untuk menguji tingtat total dari serum complement (
kelompok protein yang dapat terjadi pada reaksi kekebalan )
f. Pemeriksaan sel LE ( LE cell prep )
g. Pemeriksaan darah untuk mencari keberadaan jenis sel tertentu yang
di pengaruhi membesarnya antibody terhadap lapisan inti sel lain.
Periksaan ini jarang di gunakan jika di bandingkan dengan
pemeriksaan ANA , karena pemeriksaan ANA lebih peka untuk
mendeteksi penyakit lupus di bandingkan dengan LE cell prep.
h. Pemeriksaan darah lengkap , leukosit, trombosit
i. Urine rutin
j. Antibody antiphospholipid
k. Biopsy kulit
l. Biopsy ginjal

6. Komplikasi
a. Vasculitis
Kondisi peradangan pembuluh darah yang di tandai dengan kematian jaringan
jaringan parut ,dan proliferasi dari dinding pembuluh darah, yang dapat
mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah .
b. Pericarditis
Suatu kondisi medis yang di tandai dengan peradangan pada pericardium (
kantung berlapis ganda yang mengelilingi jantung ).
c. Myocarditis
Peradangan pada otot jantung atau miokardium.
d. Anemia hemolitik
Kurangnya kadar hemoglobin akibat kerusakan pada eritrosit yang lebih cepat
dari pada kemampuan sumsum tulang untuk menggantinya Kembali.
e. Intravaskuler thrombosis
f. Hypertensi
g. Kerusakan ginjal permanen
h. Gangguan pertumbuhan ( delafuente 2012 )

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Keluahan utama / alasan masuk rumah sakit
di dapatkan keluhan mudah Lelah,lemah,nyeri,kaku, demam/panas .
b. Riwayat kesehatan sekarang
Nyeri kepala, kesemutan, mati rasa atau kebal.
c. Riwayat Kesehatan dahulu
Pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang
di alami sekarang di RSUP sanglah selama satu minggu karena keluhan lemas
oleh dokter di diagnosis sebagai penyakit lupus . pasien rutin control dan minum
obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung , hipertensi , alergi obat ,
kencing manis, penyakit hati , atau penyakit persendiaan tidak ada .
d. Riwayat Keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama seperti pasien keluarga
pasien juga tidak ada yang menderita penyakit jantung , hipertensi,alergi obat,
penyakit hati atau penyakit persendian .
e. Pemeriksaan fisik persistem
1. system musculoskeletal
Pembengkakan sendi,nyeri tekan dan rasa nyeri Ketika bergerak, rasa
Kaku pada pagi hari .
2. system integument
lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu kupu yang
melintang pangkal hidung serta pipi.
Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau platum durum.
3. System pernafasan
Pleuritis atau efusi pleura
4. System vaskuler
Inflamasi pada arteriole terminalis yng menimbulkan eritematous dan
purpura diujung jari kaki ,tangan, siku, serta permukaan ekstensor lengan
bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis .
5. System renal
Edema dan hematuria
6. System saraf
Sering terjadi defresi dan psikosis , juga serangan kejang kejang , korea
ataupun manifestasi SSP lainnya .
7. Analisa data
No Data Etiologic Masalah
1. Ds System hematologi Intoleransi aktivitas
1.klien mengeluh
Lelah 
2.klien mengeluh Gangguan pembekuan darah
lemas
3.dispnea saat/setelah 
aktivitas
4. merasa tidak
Trombus divena dan arteri
nyaman setelah
aktivitas
5. merasa lemah 

Do Gangguan sirkulasi
1.frekuensi jantung

meningkat lebih dari
20 % dari kondisi
istirahat Jantung bekerja ekstra
2.tekanan darah
berubah 20 % dari
kondisi istirahat 
Miokarditis
3.gambaran EKG
menunjukan aritmia
saat/ setelah aktivitas 
4.gambaran EKG Pucat, anemis
menunjukan iskemia

5. sianosis
Intoleransi aktivitas

2. Ds – System integumen Gangguan integritas


Do kulit
1.kerusakan jaringan 
dan / lapisan kulit
2.nyeri Perubahan barier kulit
3. perdarahan
4. kemerahan 
5. hematoma
Ruam kupu-kupu


Gangguan integritas kulit
3. Ds System musculoskeletal Gangguan rasa
1.mengeluh tidak  nyaman nyeri
nyaman
2.mengeluh sulit tidur Nyeri sendi/arhiritis
3.tidak mampu rileks
4. mengeluh 
kedinginan /
kepanasan Kematian jaringan
5. merasa gatal
6. mengeluh mual 
7. mengeluh Lelah Gangguan rasa nyaman
nyeri
Do
1.gelisah
2.menunkukan gejala
distress
3.tampak
merintih/menangis
4.pola eliminasi
berubah
5.postur tubuh
berubah
6.iritabilitas
4. Ds System perkemihan Gangguan citra tubuh
1.mengungkapkan
kecacatan/kehilangan 
bagian tubuh Gangguan glomerulus
2.tidak mau
mengungkapkan 
kecacatan /kehilangan
bagian tubuh Edema, hematoma
3.mengungkapkan
perasaan negative 
tentang perubahan Gangguan citra tubuh
tubuh
4.mengungkapkan
kehawatiran pada
penolakan/reaksi
orang lain
5.mengungkapkan
perubahn gaya hidup
Do
1.kehilangan bagian
tubuh
2.fungsi/struktur
tubuh berubah/hilang
3.menyembunyikan/m
enunjukan bagian
tubuh secara
berlebihan
4. menghindari
melihat
dan/menyentuh bagian
tubuh
5. focus berlebihan
pada perubahan tubuh
6. respon non verbal
pada perubahan dan
persepsi tubuh
7.pokus pada
penampilan dan
kekuatan masa lalu
8. hubungan sosial
berubah

8. Diagnose keperawatan prioritas

1. Intoleransi aktivitas b.d dengan sistem hematologi d.d frekuensi jantung meningkat
lebih dari 20 % dari kondisi istirahat, Tekanan darah berubah 20 % dari kondisi istirahat
,Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas,
Gambaran EKG menunjukan iskemia sianosis.
2. Gangguan integritas kulit b.d system integumen d.d kerusakan jaringan dan / lapisan
kulit, nyeri, perdarahan, kemerahan, hematoma.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d system musculoskeletal d.d gelisah ,menunjukan
gejala distress, tampak merintih/menangis, pola eliminasi berubah, postur tubuh
berubah, iritabilitas.
4. Gangguan citra tubuh b.d system perkemihan d.d .kehilangan bagian tubuh ,fungsi
/struktur tubuh berubah/hilang, menyembunyikan /menunjukan bagian tubuh secara
berlebihan, menghindari melihat dan/ atau menyentuh bagian tubuh pokus, berlebihan
pada perubahan tubuh respon nonverbal, pada perubahan dan persepsi tubuh ,pokus
pada penampilan dan kekuatan masa lalu ,hubungan sosial berubah.
9. Rencana asuhan keperawatan
N Diagnosa Tujuan & kriteria Intervensi Rasional
o keperawatan hasil
1. Intoleransi Setelah di lakukan Intervensi utama Intervensi utama
aktivitas b.d Tindakan Manajemen Energi manajemen energi
dengan sistem keperawatan selama Observasi
hematologi d.d 1x 24 jam maka di Observasi • Agar
frekuensi harapkan toleransi mengetahui
jantung aktivitas meningkat • Identifkasi fingsi tubuh
gangguan
meningkat lebih dengan kriteria hasil : yang
fungsi tubuh
dari 20 & dari yang mengakibatk
kondisi istirahat • Frekuensi mengakibatk an kelelahan
Tekanan darah nadi sedang an kelelahan • Agar
berubah 20 % • Saturasi • Monitor terkontrol
dari kondisi oksigen kelelahan fisik dan
istirahat fisik dan
sedang emosionalnya
emosional
Gambaran EKG • Kemudahan • Monitor pola • Agar
menunjukan dalam dan jam tidur terkontrol
aritmia melakukan • Monitor jam tidur
saat/setelah aktivitas lokasi dan klien
aktivitas sehari hari ketidaknyam • Agar
Gambaran EKG meningkat anan selama terkontrol
melakukan
menunjukan • Kecepatan lokasi
iskemia sianosis aktivitas
berjalan ketidaknyam
meningkat Terapeutik anan klien
• Jarak berjalan
meningkat • Sediakan Terapeutik
• Kekuatan lingkungan • Agar klien
nyaman dan nyaman
tubuh bagian
rendah
bawah dengan
stimulus
meningkat (mis. cahaya, lingkunganny
• Toleransi suara, a
dalam kunjungan) • Agar terhidar
menaiki • Lakukan dari integritas
tangga rentang gerak kulit
pasif
meningkat • Agar klien
dan/atau aktif
• Berikan tidak bosan
aktivitas
• Keluhan distraksi • Agar
Lelah yang memudahkan
menurun menyenangka klien jika
n
• Dispnea saat ingin duduk
• Fasilitas
aktivitas duduk di sisi
menurun tempat tidur, Edukasi
• Perasaan jika tidak • Agar
lemah dapat memudahkan
menurun berpindah klien
atau berjalan
• Aritmia • Agar klien
setelah Edukasi mudah
aktivitas melakukan
menurun • Anjurkan aktivitas
• Sianosis tirah baring • Agar cepat
menurun • Anjurkan ditangani
• Warna kulit melakukan • Agar klien
aktivitas
membaik berkurang
secara
• Tekanan bertahap kelelahannya
darah • Anjurkan
membaik menghubungi Kolaborasi
• Frekuensi perawat jika • Untuk
nafas tanda dan membantu
gejala dalam
membaik
kelelahan
peningkatan
tidak
berkurang nutrisi klien
• Ajarkan
strategi Intervensi
koping untuk pendukung
mengurangi Dukungan
kelelahan ambulasi
Kolaborasi
Observasi
• Kolaborasi • Mengetahui
dengan ahli adanya nyeri
gizi tentang dan keluhan
cara fisik lainnya
meningkatka
• Mengetahui
n asupan
makanan gerak fisik
untuk
Intervensi melakukan
pendukung aktivitas
Dukungan • Mengetahui
ambulasi keadaan klien
Observasi • Mengetahui
keadaan
• Identifikasi umum klien
adanya
keluhan nyeri
fisik lainnya Terapeutik
• Identifikasi
toleransi fisik • Memudahkan
melakukan pesien
ambulasi melakukan
• Monitor ambulasi
frekuensi dengan alat
jantung dan
tekanan bantu
darah • Membantu
sebelum pasien
memulai melakukan
ambulasi mobilitas
• Monitor fisik
kondisi
• Agar mudah
umum
selama termonitor
melakukan untuk
ambulasi meningkatka
n ambulasi
Terapeutik
Edukasi
• Fasilitasi
aktivitas
ambulasi • Agar pasien
dengan alat mengerti
bantu tentang
• Pasilitasi ambulasi
melakukan • Agar pasien
mobilisasi
tidak kaku
fisik
Agar pasien dapat
• Libatkan
keluarga mudah mengerti apa
untuk yang di lakukan
membantu
pasien dalam
meningkatka
n ambulasi

Edukasi

• Jelaskan
tujuan dan
prosedur
ambulasi
• Anjurkan
melakukan
ambulasi dini
• Ajarkan
ambulasi
sederhana
yang harus di
lakukan

2. Gangguan Setelah dilakukan Intervensi utama Intervensi utama


integritas kulit Tindakan Perawatan Observasi
b.d system keperawatan 1x 24 Integritas Kulit • Agar lebih
integumen d.d jam maka integritas mudah dalam
kerusakan kulit dan jaringan Observasi perawatan
jaringan dan / meningkat dengan klien
lapisan kulit kriteria hasil : • Identifikasi
penyebab
nyeri • Elastisitas gangguan Terapeutik
perdarahan meningkat integritas • Agar
kemerahan • Hidrasi kulit (mis. membantu
hematoma meningkat Perubahan klien
• Perfusi sirkulasi, bergerak
perubahan
jaringan • Agar
status nutrisi,
meningkat peneurunan mengurangi
• Kerusakan kelembaban, rasa nyeri
jaringan suhu • Agar
meningkat lingkungan terhindar dari
• Nyeri ekstrem, integritas
penurunan kulit
menurun
mobilitas)
• Perdarahan • Agar
menurun Terapeutik terhindar dari
• Kemerahan integritas
menurun • Ubah posisi kulit
• Hematoma setiap 2 jam • Agar
jika tirah terhindar dari
menurun
baring
• Suhu kulit • Lakukan
integritas
membaik pemijatan kulit
• Sensasi pada area • Agar
membaik penonjolan terhindar dari
• Tekstur tulang, jika integritas
perlu kulit
membaik
• Bersihkan
perineal
dengan air Edukasi
hangat, • Agar
terutama terhindar dari
selama
integritas
periode diare
• Gunakan kulit
produk • Agar
berbahan terhindar dari
petrolium ata integritas
u minyak kulit
pada kulit
• Agar
kering
terhindar dari
• Gunakan
produk integritas
berbahan kulit
ringan/alami • Agar
dan terhindar dari
hipoalergik integritas
pada kulit
kulit
sensitif
• Hindari • Agar
produk terhindar dari
berbahan integritas
dasar alkohol kulit
pada kulit • Agar
kering
terhindar dari
Edukasi integritas
kulit
• Anjurkan
menggunaka Intervensi
n pelembab pendukung
(mis. Lotin, Manajemen nyeri
serum)
• Anjurkan
Observasi
minum air
yang cukup
• Anjurkan • Observasi
meningkatka agar dapat di
n asupan tangani
nutrisi dengan baik
• Anjurkan
• Agar perawat
meningkat
asupan buah dapat
dan saur menangani
• Anjurkan dengan baik
menghindari • Agar perawat
terpapar suhu tau apa yang
ektrime
• Anjurkan harus di
menggunaka lakukan
n tabir surya • Agar perawat
SPF minimal
tau untuk
30 saat
berada diluar menangani
rumah nyeri tersebut

Intervensi Terapeutik
pendukung • Agar pasien
Manajemen nyeri dapat mandiri
Observasi • Agar pasien
nyaman
• Identifikasi • Agar pasien
lokasi dapat tidur
karakteristik
durasi Edukasi
frekuensi
• Agar pasien
kualitas
intensitasn mengetahui
senyeri tentang nyeri
• Identifikasi • Agar pasien
sekala nyeri dapat
• Identifikasi meredakan
factor yang nyeri
memperberat
dan • Agar pasien
memperingan mandiri
nyeri
Kolaborasi
Terapeutik
Kolaborasi
• Berikan pemberian analgesic
tehnik
memperingan
nyeri
• Control
lingkungan
yang
memperberat
nyeri
• Fasilitasi
istirahat tidur

Edukasi

• Jelaskan
penyebaab
periode dan
pemicu nyeri
• Jelaskan
strategi
mempereda
nyeri
• Anjurkan
monitor nyeri
secara
mandiri

Kolaborasi

• Kolaborasi
pemberian
analgesic

3. Gangguan rasa Setelah dilakukan Intervensi utama Intervensi utama


nyaman nyeri Tindakan Manajemen Nyeri Observasi
b.d system keperawatan 1x24 • Agar mudah
musculoskeletal jam makan Observasi dalam
d.d gelisah diharapkan status pemberian
menunkukan kenyamanan • lokasi, keperawatan
karakteristik,
gejala distress meningkat ibadah
durasi, • Untuk
tampak meningkat dengan frekuensi, mengetahui
merintih/menan kriteria hasil kualitas, skala nyeri
gis • Kesejahteraan intensitas klien
pola eliminasi fisik nyeri • Agar
berubah meningkat • Identifikasi mengetahui
skala nyeri
postur tubuh • Kesejahteraan status nyeri
• Identifikasi
berubah fsikologis
respon nyeri • Agar
iritabilitas meningkat non verbal mempermuda
• Dukungan • Identifikasi h dalam
social dari faktor yang pemberian
keluarga memperberat keperawatan
dan
meningkat • Agar
memperingan
• Dukungan membantu
nyeri
social dari • Identifikasi klien dalam
teman pengetahuan pengetahuan
meningkat dan nyeri
• Perawatan keyakinan • Agar
sesuai tentang nyeri memudahkan
keyakinan • Identifikasi dalam
pengaruh
budaya
budaya terhadap pemberian
meningkat respon nyeri keperawatan
• Perawatan • Identifikasi • Agar
pengaruh
sesuai memudahkan
nyeri pada
kebutuhan kualitas dalam
meningkat hidup pemberian
• Kebiasaan • Monitor keperawatan
melakukan keberhasilan • Untuk
ibadah terapi memonitor
meningkat komplemente perawatan
r yang sudah
• Rileks diberikan
selanjutnya
meningkat • Monitor efek • Agar tidak
• Keluhan tidak samping terjadi
nyaman penggunaan kesalahan
menurun analgetik dalam
• Gelisah pemberian
Terapeutik analgetik
menurun
• Kebisingan • Berikan
menurun teknik Terapeutik
• Keluhan sulit nonfarmakol • Agar klien
tidur menurun ogis untuk lebih mudah
• Keluhan mengurangi menangani
rasa nyeri nyerinya
kedinginan
(mis. TENS, sendiri
menurun hypnosis,
• Keluhan akupresur, • Agar klien
kepanasan terapi musik, nyaman
menurun biofeedback, dengan
• Gatal terapi pijat, lingkunganny
aroma terapi, a
menurun
teknik
• Mual • Agar pola
imajinasi
menurun terbimbing, istirahat klien
• Lelah kompres terpenuhi
menurun hangat/dingin • Agar klien
, terapi terpenuhi
• Merintih
bermain) dalam
menurun • Control peredaan
• Menangis lingkungan
nyeri
menurun yang
• Iritabilitas memperberat
rasa nyeri Edukasi
menurun
(mis. Suhu • Agar lebih
• Memori masa
ruangan, mudah dalam
lalu membaik pencahayaan, pemberian
kebisingan)
keperawatan
• Pola eliminasi • Fasilitasi • Agar klien
membaik istirahat dan lebih mudah
• Kewaspadaan tidur dalam
• Pertimbangka penanganan
membaik
n jenis dan
• Pola hidup sumber nyeri
sendiri
membaik dalam • Agar klien
• Pola tidur pemilihan terbiasa
membaik strategi dalam
meredakan peredaan
nyeri nyeri
• Agar nyeri
Edukasi
tidak muncul
• Jelaskan • Agar klien
penyebab, tidak slalu
periode, dan bergantung
pemicu nyeri pada
• Jelaskan analgetik
strategi
meredakan
nyeri Kolaborasi
• Anjurkan • Untuk
memonitor mengurangi
nyri secara nyeri yang
mandiri dialami klien
• Anjurkan
menggunaka
Intervensi
n analgetik
secara tepat pendukung
• Ajarkan Terapi rileksasi
teknik
nonfarmakol Observasi
ogis untuk • Agar
mengurangi mempermuda
rasa nyeri
h dalam
Kolaborasi melakukan
aktivitas
• Kolaborasi rileksasi
pemberian • Untuk
analgetik, jik mengetahui
a perlu sejauh mana
dalam
Ntervensi
melakukan
pendukung
Teknik
Terapi rileksasi
rileksasi
Observasi
• Identifikasi Terapeutik
Teknik • Agar pasien
rileksasi yang merasa
pernah aktif nyaman
di gunakan • Agar pasien
• Identifikasi tidak sulit
kesediaan, dalam
kemampuan , melakukan
dan Teknik
penggunaan rileksasi
Teknik • Agar pasien
sebelumnya tidak
terganggu
Terapeutik
• Ciptakan
lingkungan Edukasi
tenang dan • Agar pasien
tanpa tidak salah
gangguan dalam
dengan melakukan
pencahayaan Latihan
• Gunakai rileksasi
pakaian • Agar pasien
longgar nyaman
• Gunakan dalam
nada suara melakukan
lembut Latihan
dengan irama rileksasi
lambat dan
berirama

Edukasi
• Jelaskan
secara rinci
intervensi
rileksasi yang
di pilih
• Anjurkan
mengambil
posisi
nyaman
4. Gangguan citra Setelah dilakukan Intervensi utama Intervensi utama
tubuh b.d tindakan keperawatan Promosi Citra Promosi Citra
system 1x24 jam maka citra Tubuh Tubuh
perkemihan tubuh meningkat
d.d .kehilangan dengan kriteria hasil Observasi Observasi
bagian tubuh • Melihat
fungsi /struktur bagian tubuh • Identifikasi • Identifikasi
harapan citra harapan citra
tubuh meningkat tubuh tubuh
berubah/hilangb • Menyentuh berdasarkan berdasarkan
menyembunyika bagian tubuh tahap tahap
n meningkat perkembanga perkembanga
/menunjukanbag • Verbalisasi n n
ian tubuh secara kecacatan • Identifikasi • Identifikasi
berlebihan budaya, budaya,
meningkat
agama, jenis agama, jenis
menghindari • Verbalisasi kelami, dan kelami, dan
melihat dan/ kehilangan umur terkait umur terkait
atau menyentuh bagian tubuh citra tubuh citra tubuh
bagian tubuh meningkat • Identifikasi • Identifikasi
pokus • Verbalisasi perubahan perubahan
berlebihan pada citra tubuh citra tubuh
perasaan
perubahan tubuh yang yang
negatip mengakibatk mengakibatk
resvon menurun an isolasi an isolasi
nonverbal pada • Verbalisasi ke sosial sosial
perubahan dan hawatiran • Monitor • Monitor
persepsi tubuh menurun frekuensi frekuensi
pokus pada pernyataan pernyataan
• Verbalisasi
penampilan dan kritik tehadap kritik tehadap
perubahan diri sendiri diri sendiri
kekuatan masa gaya hidup • Monitor • Monitor
lalu menurun apakah apakah
hubungan sosial
• Menyembuny pasien bisa pasien bisa
berubah melihat melihat
ikan bagian
tubuh bagian tubuh bagian tubuh
yang berubah yang berubah
berlebihan
menurun Terapeutik Terapeutik
• Focus pada
bagian tubuh • Diskusikan • Diskusikan
menurun perubahn perubahn
• Focus pada tubuh dan tubuh dan
fungsinya fungsinya
penampilan
• Diskusikan • Diskusikan
masa lalu
perbedaan perbedaan
menurun penampilan penampilan
• Focus pada fisik terhadap fisik terhadap
kekuatan harga diri harga diri
masa lalu • Diskusikan • Diskusikan
menurun akibat akibat
• Resvon perubahan perubahan
pubertas, pubertas,
nonverbal
kehamilan kehamilan
pada dan dan
perubahan penuwaan penuwaan
tubuh • Diskusikan • Diskusikan
membaik kondisi stres kondisi stres
• Hubungan yang yang
social mempengaru mempengaru
hi citra tubuh hi citra tubuh
membaik
(mis.luka, (mis.luka,
penyakit, penyakit,
pembedahan) pembedahan)
• Diskusikan • Diskusikan
cara cara
mengembang mengembang
kan harapan kan harapan
citra tubuh citra tubuh
secara secara
realistis realistis
• Diskusikan • Diskusikan
persepsi persepsi
pasien dan pasien dan
keluarga keluarga
tentang tentang
perubahan perubahan
citra tubuh citra tubuh

Edukasi Edukasi

• Jelaskan • Jelaskan
kepada kepada
keluarga keluarga
tentang tentang
perawatan perawatan
perubahan perubahan
citra tubuh citra tubuh
• Anjurka • Anjurka
mengungkap mengungkap
kan kan
gambaran gambaran
diri terhadap diri terhadap
citra tubuh citra tubuh
• Anjurkan • Anjurkan
menggunaka menggunaka
n alat bantu( n alat bantu(
mis. Pakaian mis. Pakaian
, wig, , wig,
kosmetik) kosmetik)
• Anjurkan • Anjurkan
mengikuti mengikuti
kelompok kelompok
pendukung( pendukung(
mis. mis.
Kelompok Kelompok
sebaya). sebaya).
• Latih fungsi • Latih fungsi
tubuh yang tubuh yang
dimiliki dimiliki
• Latih • Latih
peningkatan peningkatan
penampilan penampilan
diri (mis. diri (mis.
berdandan) berdandan)
• Latih • Latih
pengungkapa pengungkapa
n n
kemampuan kemampuan
diri kepad diri kepad
orang lain orang lain
maupun maupun
kelompok kelompok

Intervensi Intervensi
pendukung pendukung
promosi koping promosi koping

Observasi Observasi

• Identifikasi • Identifikasi
kemampuan kemampuan
yang di yang di
miliki miliki
• Identifikasi • Identifikasi
pemahaman pemahaman
proses proses
penyakit penyakit
• Identifikasi • Identifikasi
metode metode
penyelesaian penyelesaian
masalah masalah

Terapeutik Terapeutik
• Diskusikan • Diskusikan
perubahan perubahan
peran yang di peran yang di
alami alami
• Gunakan • Gunakan
pendekatan pendekatan
yang tenang yang tenang
dan dan
meyakinkan meyakinkan
• Diskusikan • Diskusikan
alasan alasan
mengkritik mengkritik
diri sendiri diri sendiri

Edukasi Edukasi

• Anjurkan • Anjurkan
mengungkap mengungkap
kan perasaan kan perasaan
dan persepsi dan persepsi
• Ajarkan cara • Ajarkan cara
memecahkan memecahkan
masalah masalah
secara secara
konstruktif konstruktif
Daftar Pustaka

https://id.scribd.com/doc/40323047/LP-SLE: https://www.alomedika.com/penyakit/alergi-
dan-imunologi/lupus-eritematosus-sistemik/etiologi

Anda mungkin juga menyukai