Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM

INTEGUMEN DAN SISTEM IMUN


(SISTEMIK LUPUS ERITEMATOSUS)
“SLE”

Dosen Pengampuh : Ns. Andro R. Runtu, S.Kep., M.Kep


Ns. Meillita Enggune, S.Kep., M.Kep
Ns. Mario E. Katuuk, M.Kep.,Sp.Kep.M.B
KELOMPOK 3
Akhnal SumampouwMaria Mangelo
Anggreini Repi Natalia Mandagi
Anugrah Karuh Srikandi Walangitan
Debora Lombogia Tesalonika Lampa
Eklesia Sakul Syalomita Tambingon
Filipo Pangkey
KONSEP PENYAKIT
 Pengertian
Lupus atau lebih lengkapnya “Systemic
Lupus Erythematosis” (SLE) adalah penyakit
autoimun sistemik yang terjadi saat sistem
kekebalan tubuh menyerang jaringan dan organ
tubuhnya sendiri. Peradangan yang disebabkan
oleh lupus dapat mempengaruhi banyak sistem
tubuh yang berbeda, termasuk sendi, kulit,
ginjal, sel darah, otak, jantung dan paru-paru.
Tanda lupus yang paling khas, adalah ruam
wajah yang menyerupai sayap kupu-kupu yang
terbentang di kedua pipi. Gejala lain, diseluruh
tubuh mengalami keradangan seperti erythema,
gangguan darah, persendirian, paru. Lupus yang
stadium lanjut, juga bisa menyerang ginjal. Ketika
ginjal yang diserang maka akan berdampak pada
banyak penyakit seperti pembengkakai di perut-
kaki, terjadi penurunan trombosit dan anemia berat.
Etiologi

Lupus terjadi saat sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan sehat di tubuh
(penyakit autoimun). Kemungkinan lupus berasal dari gabungan genetika dan
lingkungan. Orang dengan prediposisi turunan lupus dapat mengembangkan
penyakit ini ketika mereka berhubungan dengan sesuatu dilingkungan yang
dapat memicu lupus. Penyebab lupus dalam banyak kasus sebenarnya tidak
diketahui. Etiologi mungkin multifaktorial, disertai kelainan pada system
komplemen dan gangguan fungsi limfosit. Beberapa potensial meliputi:
1. Sinar matahari. Paparan sinar matahari dapat menyebabkan lesi kulit lupus
atau memicu respons internal pada orang yang rentan.
2. Infeksi. Memiliki infeksi bisa memulai lupus atau menyebabkan kambuh
pada beberapa orang.
3. Obat-obatan. Pada sejumlah kasus lupus dapat dipicu oleh beberapa jenis
obat tekanan darah, obat anti kejang, dan antibiotik (hydralazine,
procainamide, penicillamine dan isoniazid). Orang yang menderita lupus
akibat obat biasanya menjadi lebih baik saat mereka berhenti minum obat.
 
Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang paling umum antara lain


kelelahan, demam, nyeri sendi, kaku dan bengkak, ruam
berbentuk kupu-kupu di wajah yang menutupi pipi dan
jembatan hidung atau ruam ditempat lain di tubuh. Selain itu,
lesi kulit yang tampak atau memburuk dengan paparan sinar
matahari (photosensitivity) serta jari tangan dan kaki yang
menjadi putih atau biru saat terkena flu atau selama masa
stres (fenomena Raynaud). Sesak napas, sakit dada, mata
kering, dan sakit kepala juga merupakan manifestasi klinis
yang dapat terjadi.
Klasifikasi
1. Lupus Diskoid
Lupus diskoid merupakan lupus yang masih terbatas pada kulit. Gejala yang
muncul disertai dengan ruam. Lupus diskoid disebut juga dengan cutaneus lupus,
lupus ini tidak sampai menyerang dan mempengaruhi organ internal, karena
masih menyerang bagian luar kulit. Ruam yang sering diserang dibagian leher,
wajah, kulit, kepala.
2. Lupus Sistemik
Lupus diskoid bermanifestasi menjadi lupus sistemik. Dengan kata lain, lupus diskoid
yang tahap lanjut akan menyebar merusak kebagian internal tubuh, dan menyebabkan
beberapa gejala. Adapun bagian internal yang diserang, mulai dari ginjal, darah, dan
jantung. Lupus sistemik aktif, ditandai dengan periode flare dan periode remisi. Lama
periode ini tidak dapat diperkirakan dan diperhitungkan.
3. Lupus Drug Indeced Lupus (DIL)
Lupus drug induced lupus (DIL) merupakan gangguan autoimun yang disebabkan
karena pengaruh oleh obat. Jadi pasien yang mengonsumsi obat dan memperoleh
reaksi tertentu yang menyebabkan gejala yang mirip dengan lupus sistemik. Pasien
DIL akan membaik dan berhenti ketika mengkonsumsi obat pemicu. Obat-obat
yang dapat mengeluarkan gejala tersebut adalah obat hipertensi hydralazine dan
aritmia jantung procainarride.

4. Lupus Neonatal
Sesuai dengan namanya, neonatal merupakan lupus yang terjadi pada bayi dan anak-anak.
Gangguan lupus bahkan dapat menyerang pada janin yang disebabkan sejak didalam
kandungan. Ibu yang positif terkena lupus akan mempengaruhi dan menurunkannya pada
bayinya, janin mengalami serangan antibodi dari sang ibu.
5. Lupus Erithematosus Sistemik (LES)

Lupus SLE termasuk lupus sistemik yang sudah menyerang


sampai ke multi organ. Seperti jantung, paru, ginjal, syaraf
dan otak. LES merupakan penyakit lupus yang disebabkan
karena autoimun dan penyakit sistemik evolutif. Gejala
ditandai terjadinya inflamasi luas pada pembuluh darah dan
jaringan ikut yang berfungsi secara episodik.
Komplikasi
1) Ginjal
Lupus dapat menyebabkan kerusakan ginjal yang serius, dan gagal ginjal
adalah salah satu penyebab utama kematian di antara penderita lupus.
Nefritis membran fokal atau proliferative sering dengan perubahan ‘wire-
loop’ dan ‘epithelial crescent’ akibat deposisi kompleks imun pada
dinding kapiler yang menyebabkan proteinuria, hematuria dan akhirnya
insufisiesi ginjal.

2) Otak dan sistem saraf pusat. Jika bagian otak terkena lupus, klien
dapat mengalami sakit kepala, pusing, perubahan perilaku, masalah
penglihatan, dan bahkan strok atau kejang.
3) Mata. Perdarahan dan eksudasi retina, ‘Cytoid bodies’.
4) Darah dan pembuluh darah. Lupus dapat menyebabkan
masalah darah, termasuk anemia dan peningkatan risiko
perdarahan dan pembekuan darah. Hal ini juga dapat
menyebabkan pembengkakan pembuluh darah
(vaskulitis).
5) Paru-paru.
6) Kanker.
7) Kematian jaringan tulang (ovascular necrosis).
8) Selaput lender kulit.
Patofisiologi
Faktor Risiko

 Faktro risiko Lupus antara lain:

 Berjenis kelamin perempuan

 Berkulit hitam (lebih sering) Wanita : Pria = 9:1

 Berusia antara 15-45 tahun.

 Punya riwayat keluarga lupus

 Mengonsumsi obat-obatan yang berhubungan dengan drug-


induced systemic lupus

 Penyakit autoimun lain.

 Panikulitis nodular sistemik, tergantung pada system yang


tekena
Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis yang digunakan berdasarkan pemeriksaan
komprehensif yang berdasarkan dengan data yang
telah dikumpulkan. Baik data objektif maupun data
subjektif. Jadi, tidak ada tes tunggal yang dapat
digunakan untuk memastikkan penyakit lupus.
American Rheumatism Association (ARA)
menetapkan bahwa ada 11 kriteria lupus yang
digunakan dokter untuk mendiagnosis pasien lupus.
 Arthritis
 Tes ANA
 Butterfly rash
 Fotosensitif Bercak Reaksi Sinar Matahari
 Bercak Diskoid
 Kelainan Darah
 Pemeriksaan Ginjal
 Pemeriksaan serositis
 Pemeriksaan Neurologis
 Pemeriksaan Mulut
 Tes Anti dsDNA
Penatalaksanaan

Pengobatan untuk lupus tergantung pada tanda dan gejala.


Menentukan apakah tanda dan gejala harus diobati dan obat
apa yang harus digunakan memerlukan diskusi hati-hati
mengenai manfaat dan risikonya.
 Hindari factor eksaserbasi, termasuk ahaya matahari, beberapa jenis obat,
trauma, pembedahan dan kehamilan
 Gunakan oabt pelindung sinar matahari
 Tirah baring selama periode penyakit aktif sangat membantu
 Obati infeksi sebaik-baiknya
 Salisilat dan obat antiinflamasi nonsteroid mungkin berguna untuk gejala
reumatik
 Kortikosteroid pada menifestasi sistemik yang berat.
 Obat antimalaria untuk lesi kulit discoid
 Azathioprine mungkin berguna tambahkan cyclophosphamide atau
chlorambucil bila ginjal terkena secara progresif (kurang bukti yang kuat).
Umtuk krisis lupus, steroid dosis masif mungkin diperlukan. Plasmaferesis
merupakan terapi eksperimental yang terbukti bermanfaat.
Asuhan keperawatan
 Pengkajian
 Anamnesis riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan
fisik difokuskan pada gejala sekarang dan gejala yang pernah
dialami seperti keluhan mudah lelah, lemah, nyeri, kaku,
demam/panas, anoreksia dan efek gejala tersebut terhadap
gaya hidup serta citra diri klien.
 Kulit. Ruam eritematous, plak eritematous pada kulit kepala,
muka atau leher.
 Kardiovaskuler. Friction rub pericardium yang menyertai
miokarditis dan efusi pleura lesi eritematous papuler dan
purpura yang menjadi nekrosis menunjukkan gangguan
vaskuler terjadi di ujung jari tangan, siku, jari kaki dan
permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tanga.
 System musculoskeletal. Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan
rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari.
 System integumen. Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam
berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal hidung seperti pipi.
Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
 System pernapasan. Pleuritis atau efusi pleura.
 Sistem vaskuler. Inflamasi pada arteriole terminalis yang
menimbulkan lesi papuler, eritematous dan purpura di ujung jari
kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau
sisi lateral dengan dan berlanjut nekrosis.
 System renal. Edema dan hematuria
 System saraf. Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan
kejang-kejang, kornea ataupun manifestasi SSP lainnya.
Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akutr b.d agen pencedera


Fisiologis/Inflamasi
2. Gangguan integritas kulit
3. Gangguan mobilitas fisik
4. Ansietas b.d Krisis situasional/Kurang
terpapar informasi
Perencanaan Keperawatan
Manajemen Nyeri
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini perawat
menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan
hubungan antar manusia (komunikasi) dan kemampuan
teknis keperawatan, penemuan perubahan pada
pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi,
penemuan perubahan system tubuh, pemantapan
hubungan klien dengan lingkungan, implementasi
pesan tim medis serta mengupayakan rasa aman,
nyaman, dan keselamatan medis.
Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik
dan terencana mengenai kesehatan klien dengan
tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara
berkeseimbangan dengan melibatkan klien dan
tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam
keperawtatan bertujuan untuk mengatasi pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil
dari proses hasil dari proses keperawatan.
Terima kasih
stay healtyh guys

Anda mungkin juga menyukai