Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

KLIEN DENGAN POST OP


FRAKTUR

KELOMPOK 6
Milano Matheos Vickarila Toalu
Olivia Lumentah Anugrah Tumewu

Valenia Killis Wulandari Aruperes


Viege Rampengan Aprilla Sompotan
Syalom Pantow
Michelle Poli
Dosen Pengampuh :
Ns. Andro R. Runtu, S.Kep., M.Kep
Ns. Meillita Enggune, S.Kep., M.Kep
Ns. Mario E. Katuuk,
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang yang umumnya disebabkan oleh
rudapaksa (Mansjoer et al, 2000). Sedangkan
menurut Linda Juall C. dalam buku Nursing Care
Plans and Dokumentation menyebutkan bahwa
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang
PENGERTI disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih
besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Patah
AN Tulang Tertutup adalah patah tulang dimana tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar (Soedarman, 2000). Pendapat lain
menyatakan bahwa patah tulang tertutup adalah
suatu fraktur yang bersih (karena kulit masih
utuh atau tidak robek) tanpa komplikasi
(Handerson, M. A, 1992).
ETIOLO
GI
 Kekerasan langsung Kekerasan langsung menyebabkan patah
tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian demikian
sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau
miring.
 Kekerasan tidak langsung Kekerasan tidak langsung menyebabkan
patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan.
Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur
hantaran vektor kekerasan.
 Kekerasan akibat tarikan otot Patah tulang akibat tarikan otot
sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa pemuntiran,
penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya,
dan penarikan.
MANIFESTA KLASIFIK
SI KLINIS ASI

• Deformitas Fraktur dapat


• Bengkak/edema diklasifikasikan menjadi
• Echimosis (Memar) fraktur tertutup dan
• Spasme otot fraktur terbuka. Fraktur
• Nyeri tertutup memiliki kulit
• Kurang/hilang yang masih utuh diatas
sensasi lokasi cedera, sedangkan
• Krepitasi fraktur terbuka dicirikan
• Pergerakan abnormal oleh robeknya kulit diatas
cedera tulang.
Kerusakan jaringan dapat sangat luas pada fraktur terbuka, yang
dibagi berdasarkan keparahannya (Black dan Hawks, 2014) :
a. Derajat 1 : Luka kurang dari 1 cm, kontaminasi minimal
b. Derajat 2 : Luka lebih dari 1 cm, kontaminasi sedang
c. Derajat 3 : Luka melebihi 6 hingga 8 cm, ada kerusakan luas pada
jaringan lunak, saraf, tendon, kontaminasi banyak. Fraktur terbuka
dengan derajat 3 harus sedera ditangani karena resiko infeksi.
KOMPLIK
ASI
• Fragmen tulang dan edema jaringan yang berkaitan dengan cedera dapat
Cedera menyebabkan cedera saraf.
saraf
• Sindroma kompartemen merupakan suatu kondisi gangguan sirkulasi
yang berhubungan dengan peningkatan tekanan yang terjadi secara
Sindroma progresif pada ruang terbatas.
komparte
men
• Kontraktur Volkman adalah suatu deformitas tungkai akibat sindroma
Kontrakt
ur kompartemen yang tak tertangani.
Volkman

• Emboli lemak serupa dengan emboli paru yang muncul pada pasien
fraktur. Sindroma emboli lemak terjadi setelah fraktur dari tulang
Sindroma
emboli
panjang seperti femur, tibia, tulang rusuk, fibula, dan panggul.
lemak
PATOFISIOLOG
IS

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari
yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang
mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi
fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow,
dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi
karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula
tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah.
Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon
inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit,
dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari
proses penyembuhan tulang nantinya
PATHWAY
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI

• Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang
tergantung terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat
menyebabkan fraktur.

• Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan
daya tahan untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi
dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau
kekerasan tulang.
PEMERIKSAA
N
DIAGNOSTIK

Pemeriksaan
Pemeriksaan Pemeriksaan
Laboratoriu
Radiologi lain-lain
m

1. Untuk menghilangkan rasa nyeri


2. Reduksi
3. Imobilisasi
4. Graft tulang
PENATALAKSANA 5. Amputasi penghilangan bagian
tubuh.
AN 6. Artroplasti
7. Menisektomi
8. Penggantian sendi
9. Penggantian sendi total
10. Fasiotomi
1. Pengkajian
A. Identitas klien
Meliputi nama, faktor usia yang menentu
terkadang yang menderita fracture juga
bisa pada usia remaja, dewasa, dan tua.
KONSEP Usia tua juga dikarenakan osteoporosis,
ASUHAN sering terjadi pada laki-laki karena faktor
KEPERAWAT pekerjaan sedangkan pada usia remaja
AN dan dewasa bisa dikarenakan mengalami
kecelakaan. Jenis kelamin belum dapat
diketahui secara pasti yang mendominasi
pasien fraktur
karena fraktur itu sendiri dikarenakan
mengalami kecelakaan yang tidak di
sengaja.
B. Keluhan Utama C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya keluhan utama pada kasus Pengumpulan data yang dilakukan untuk
fraktur adalah rasa nyeri pada daerah luka menentukan sebab dari fraktur yang
post op apabila digerakkan. Untuk nantinya membantu dalam rencana
memperoleh pengkajian yang lengkap tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa
tentang rasa nyeri klien digunakan yaitu : kronologi terjadinya penyakit tersebut
P = Provoking incident : Karena adanya sehingga nantinya bisa di tentukan
luka post op. kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh
Q = Quality of pain : seperti apa rasa nyeri mana yang terkena.
yang dirasakan atau di gambarkan klien.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Apa seperti terbakar, berdenyut atau
Pada pengkajian ini ditentukan
menusuk.
kemungkinan penyebab fraktur dan
R = Region : apakah rasa sakit bisa reda, memberi petunjuk berapa lama tulang akan
apakah rasa sakit menjalar atau menyebar menyambung, dan keluarga pasien bisa
dan dimana rasa sakit terjadi. mengatakan apa sebelumnya pasien tidak
S = Severyty (scale) of pain : seberapa jauh pernah mengalami kecelakaan seperti
rasa nyeri yang di rasakan klien, bisa sekarang ini dan belum pernah operasi
berdasarkan skala nyeri atau klien selain itu apa pasien mempunyai penyakit
menerangkan seberapa jauh rasa sakit Diabetes dan Hipertensi karena dengan
mempengaruhi kemampuan fungsinya. tekanan darah yang tinggi serta gula darah
T = Time : berapa lama nyeri berlangsung, juga tinggi yang mempersulit proses
kapan, apakah bertambah buruk pada penyembuhan.
malam hari atau siang hari.
E. Riwayat Penyakit Keluarga 2. Pemeriksaan
Pada pengkajian ini kemungkinan
penyebab fraktur dan memberi petunjuk
Fisik
berapa lama tulang tersebut
menyambung terkait dengan penyakit
keturunan ataupun alergi baik obat-  Pada pasien  post op terdapat
obatan maupun makanan. adanya perubahan yang
F. Status Cairan dan Nutrisi menonjol pada sistem
Pada pasien ftaktur harus integumen seperti warna
mengkonsumsi nutrisi melebihi kulit, tekstur kasar ada / tidak,
kebutuhan sehari-hari seperti kalsium,
zat besi, protein, vit C, dan lainnya terjadi rembesan darah pada
untuk membantu luka post op ada / tidak.
proses penzembuhan tulang.  Sistem Ektremitas dan
G. Kebiasaan yang mempengaruhi Neurologis
kesehatan seperti tidak mematuhi  Sistem Respirasi
makanan makanan yang
mengandung vitamin K misalnya
mineral, susu, kedelai, rendah kalori
tinggi protein dan tidak mau
mobilisasi. ( Nurarif, 2012)
3. Diagnosa
Keperawatan

Diagnosa yang sering muncul pada penyakit ini:


• Nyeri akut b.d  kerusakan neuromuscular, gerakan fragmen tulang,
edema, cedera jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.
• Ansietas  b.d  pengetahuan tentang luka post op.
• Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, pembengkakan, prosedur bedah,
immobilisasi, terapi restriktif (imobilisasi)
• Resiko infeksi b.d post de entree luka fraktur femur
• Gangguan integritas kulit b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen,
kawat, sekrup)
4. Perancanaan Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
HASIL
1. Nyeri akut b.d  TUJUAN : 1. Kaji ulang tingkat
kerusakan Dalam waktu Nyeri berkurang dan skala nyeri
neuromuscular, gerakan terkontrol 2. Jelaskan sebab-
fragmen tulang, edema,   sebab timbulnya nyeri
cedera jaringan lunak, KRITERIA HASIL : 3. Anjurkan klien
pemasangan traksi, • Nyeri berkurang (skala nyeri : untuk melakukan
stress/ansietas. 0) tenik relaksasi dan
• Klien tidak menyeringai/ Klien distraksi
tampak tenang. 4. Kolaborasi dengan
• Nyeri berkurang atau hilang. tim medis dalam
pemberian obat anti
biotik.

2. Ansietas  b.d  TUJUAN : 1. Lakukan


pengetahuan tentang Klien tidak merasa cemas lagi. pendekatan pada
luka post op.   klien tentang
KRITERIA HASIL : penyakitnya.
Klien tampak rileks, klien tidak
gelisah
2. Berikan penjelasan
pada klien tentang
penyakitnya
3. Berikan motivasi
pada klien dan
keluarga.
4. Observasi TTV.
Kolaborasi dengan tim
dokter dalam
pemberian terapi obat.

3. gangguan  mobilitas fisik TUJUAN : 1. Pertahankan


b.d nyeri,pembengkakan, Klien mampu meningkatkan / pelaksanaan aktivitas
prosedur mempertahankan mobilitas pada rekreasi terapeutik
bedah,immobilisasi. tingkat yang paling tinggi. (radio, koran,
terapi restriktif   kunjungan
(imobilisasi), kerusakan KRITERIA HASIL : teman/keluarga) sesuai
neuromusklar. • memprtahankan posisi keadaan klien.
fungsional, 2. Bantu latihan
• meningkatnya kekuatan / fungsi rentang gerak pasif
yang sakit dan aktif pada ekstremitas
• menunjukkan teknis yang yang sakit maupun
memampukan melakukan yang sehat sesuai
aktivitas. keadaan klien.
3. Berikan papan
penyangga kaki,
gulungan
trokanter/tangan sesuai
indikasi.
4. Bantu dan dorong
perawatan diri
(kebersihan/eliminas)
sesuai keadaan klien.
5. Ubah posisi secara
periodik sesuai keadaan
klien.
6. Dorong/pertahan
kan asupan cairan
2000-3000 ml/hari.
7. Berikan diet tinggi
kalori tinggi protein.
8. Kolaborasi
pelaksanaan fisioterapi
sesuai indikasi.
9. Evaluasi kemampuan
mobilisasi klien dan
program imobilisasi.
10. Memfokuskan
perhatian,
meningkatakan rasa
kontrol diri/harga diri,
membantu menurunkan
isolasi sosial.
11. Meningkatkan
sirkulasi darah
muskuloskeletal,
mempertahankan tonus
otot, mempertahakan
gerak sendi, mencegah
kontraktur/atrofi dan
mencegah reabsorbsi
kalsium karena
imobilisasi.
12. Mempertahankan
posis fungsional
ekstremitas.
13. Meningkatkan
kemandirian klien
dalam perawatan diri
sesuai kondisi
keterbatasan klien.
14. Menurunkan
insiden komplikasi kulit
dan pernapasan
(dekubitus,atelektasis,
penumonia).
15. Mempertahankan
hidrasi adekuat,
mencegah komplikasi
urinarius dan
konstipasi.
16. Kalori dan protein
yang cukup diperlukan
untuk proses
penyembuhan dan
mempertahankan fungsi
fisiologis tubuh.
17. Kerjasama dengan
fisioterapis perlu untuk
menyusun program
aktivitas fisik secara
individual.
18. Menilai
perkembangan masalah
klien.
4. Resiko infeksi b.d post TUJUAN : 1. Lakukan perawatan
de entrée luka fraktur 3X24 jam resiko infeksi berkurang, luka dengan teknik
femur, terputusnya bebas drainase purulen atau eritema aseptic
kontinuitas jaringan dan demam. 2. Inspeksi luka,
akibat prosedur   perhatikan
pembedahan. KRITERIA HASIL : karakteristik drainase.
• Luka bersih 3. Awasi tanda-tanda
• Tidak ada pus atau nanah vital.
• Luka kering 4. Kalaborasi
Pemberian antibiotik.
5. Analisa hasil
pemeriksaan
laboratorium (Hitung
darah lengkap, LED,
Kultur dan sensitivitas
luka/serum/tulang)
6. Teknik aseptic dapat
mengurangi bakteri
pathogen oada daerah
luka.

5. Gangguan integritas kulit TUJUAN : 1. Kaji kulit dan


b.d fraktur terbuka, • Ketidak nyamanan klien hilang identifikasi pada tahap
pemasangan traksi (pen, • Mencapai penyembuhan luka perkembangan luka.
kawat, sekrup) pada waktu yang sesuai.
KRITERIA HASIL : 2. Kaji lokasi, ukuran,
• Tidak ada tanda-tanda infeksi warna, bau, serta
seperti pus. jumlah dan tipe cairan
• Luka bersih tidak lembab dan luka
tidak kotor, 3. Pantau peningkatan
• Tanda-tanda vital dalam batas suhu tubuh.
normal atau dapat ditoleransi. 4. Berikan perawatan
• Mencapai penyembuhan luka luka dengan tehnik
sesuai waktu aseptik. Balut luka
dengan kasa kering dan
steril, gunakan plester
kertas.
5. Kolaborasi
pemberian antibiotik
sesuai indikasi.
6. Pertahankan tempat
tidur yang nyaman dan
aman (kering, bersih,
alat tenun kencang,
bantalan bawah siku,
tumit).
7. Masase kulit
terutama daerah
penonjolan tulang dan
area distal bebat/gips.
8. Kaji lokasi, ukuran,
warna, bau, serta
jumlah dan tipe cairan
luka
Pantau peningkatan
suhu tubuh.
9. Observasi keadaan
kulit, penekanan gips/
bebat terhadap kulit,
insersi pen/traksi.
mengetahui sejauh
mana perkembangan
luka mempermudah
dalam melakukan
tindakan yang tepat.
mengidentifikasi
10. Mengetahui sejauh
mana perkembangan
luka mempermudah
dalam melakukan
tindakan yang tepat.
11. Mengidentifikasi
tingkat keparahan luka
akan mempermudah
intervensi.
12. Suhu tubuh yang
meningkat dapat
diidentifikasikan
sebagai adanya proses
peradangan.
13. Tehnik aseptik
membantu
mempercepat
penyembuhan luka dan
mencegah terjadinya
infeksi.
14. Antibiotik berguna
untuk mematikan
mikroorganisme
pathogen pada daerah
yang berisiko terjadi
infeksi.
15. Menurunkan risiko
kerusakan/abrasi kulit
yang lebih luas.
16. Meningkatkan
sirkulasi perifer dan
meningkatkan
kelemasan kulit dan
otot terhadap tekanan
yang relatif konstan
pada imobilisasi.
17. Mencegah
gangguan integritas
kulit dan jaringan
akibat kontaminasi
fekal.
18. Menilai
perkembangan masalah
klien.

5.
Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara
optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan
hubungan antar manusia (komunikasi) dan kemampuan teknis keperawatan, penemuan
perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi, penemuan
perubahan system tubuh, pemantapan hubungan klien dengan lingkungan, implementasi
pesan tim medis serta mengupayakan rasa aman, nyaman, dan keselamatan medis.
6. Evaluasi Evaluasi merupakan perbandingan yang
sistemik dan terencana mengenai kesehatan
klien dengan tujuan yang telah ditetapkan
dan dilakukan secara berkeseimbangan
dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Penilaian dalam
keperawtatan bertujuan untuk mengatasi
pemenuhan kebutuhan klien secara optimal
dan mengukur hasil dari proses hasil dari
proses keperawatan.
THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai