Anda di halaman 1dari 7

Analisis masalah keperawatan pada klien keganasan hematologi (Agung Waluyo) 1

PENELITIAN

ANALISIS MASALAH KEPERAWATAN PADA KLIEN


KEGANASAN HEMATOLOGI YANG MENDAPATKAN
TERAPI MEDIK KEMOTERAPI
Agung Waluyo *

Abstrak
Penelitian ini bertujuan menggali masalah/ diagnosa keperawatan yang sering ada pada klien keganasan hematologi yang mendapatkan
kemoterapi. Desain penelitian qualitatif ini phenomenology. Peneliti mengeksplorasi bagaimana klien kanker yang mendapatkan
kemoterapi menyampaikan pengalaman dan masalah seputar dampak pemberian kemoterapi. Responden (n=10) berpendidikan SMP
sampai perguruan tinggi. Mereka semua pria berusia 14-61 tahun. Diagnosa medis dari pasien tersebut adalah limfoma malignum
hodgkin, limfoma malignum non hodgkin, anemia aplastik, dan leukemia limfoblastik akut. Penelitian ini menemukan tujuh masalah/
diagnosa keperawatan. Rekomendasi yang dapat disampaikan adalah bahwa informasi yang ada dapat digunakan sebagai data dasar
bagi penelitian selanjutnya, khususnya penelitian tentang bentuk asuhan keperawatan yang diberikan pada klien kanker yang mendapatkan
kemoterapi. Selain itu perlu juga dilakukan penelitian yang membahas persepsi perawat yang merawat klien kanker yang mendapatkan
kemoterapi, sehingga diperoleh persepsi yang berimbang. Penelitian yang sama dengan setting ruangan atau rumah sakit yang berbeda
diperlukan juga untuk memperkaya hasil yang didapatkan tentang masalah keperawatan klien kanker dengan pemberian kemoterapi.

Kata kunci: masalah keperawatan, keganasan hematologi, kemoterapi.

Abstract

The purpose of this study was to identify the nursing problem of patient with hematology cancer who were undergoing chemotherapy.
The design of this qualitative research was phenomenology, which was useful to get the pure & broad perspective on how patients
experience to the chemotherapy & what were the problems arise from the side effect of chemotherapy. Ten respondents participated the
study, and some of them were well educated from some universities and the remain were only graduated from junior high school (SMP).
All respondents were male with the range of age from 14 years old to 61 years old. They have been diagnosed with Lymphoma Malignum
non Hodgkin, Lymphoma Malignum Hodgkin, Anemia Aplastic and Acute Leukemia Lymphoblastic. The findings identified 7 nursing
problem/ diagnoses. Some recommendation of the study were proposed that this study should be followed by another one especially those
which related to the nursing care plans of the hematology cancer patient who undergone chemotherapy. It might be better to do the same
study with broader area of hospital and more respondents that could increase the validity of this study. The study of nurse perception on
the hematology cancer patient on how they perceive patient problem could enriched the result of this study.

Key words: nursing problem, the hematology cancer, chemotherapy

LATAR BELAKANG
primernya antara lain terjadi pada sumsum
Keg anasan mer up ak an feno mena dar i tulang yang mengakibatkan pansitopeni, yaitu
perkembangan sel yang tidak terkontrol yang trombositopenia, anemia, dan leukopenia. Pada
mengakibatkan beberapa gangguan pada sistem kondisi ini pasien menjadi sangat rentan karena
di tubuh manusia. Gangguan tersebut umumnya p asien d ap at d eng an mu d ah meng alami
cukup serius bahkan dapat mengganggu fungsi perdarahan, infeksi, dan kelemahan. Masalah
organ yang terkena, sehingga keseimbangan dan sekunder yang dapat terjadi pada pasien ini
keselarasan berbag ai sist em dalam t u bu h adalah gangguan sistem persarafan (sakit kepala,
manusia akan terganggu (McLaughlin, 1998). peningkatan tekanan intra kranial, paralisis),
Keganasan hematologi seperti leukemia gangguan sistem muskuloskeletal, dan sistem
memiliki masalah yang cukup serius meliputi lain yang sangat vital bagi pasien (Copstead,
masalah p r imer dan sek u nder. Masalah 2000).
2 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 8, No. 1, Maret 2004; 1-7

Para ahli terus berusaha menemukan terapi yang perawat juga berfokus pada peningkatan kualitas
efektif untuk memperlambat pertumbuhan kanker asuhan keperawatan, sehingga dapat mengatasi
atau bahkan menghentikannya dan dengan efek permasalahan yang ada, dan juga dapat menjawab
samping yang paling minimal. Kemo terapi tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan
mempunyai efek samping yang tidak sedikit. khususnya pelayanan keperawatan yang
Sutandio (1999) menjelaskan bahwa kemoterapi berkualitas.
tidak selektif kerjanya. Dampak dari terapi itu
beberapa sel-sel normal/ sehat yang memiliki BAHAN DAN CARA KERJA
aktifitas pembelahan yang tinggi seperti sel-sel Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi
sumsum tulang, akar rambut, kulit, kelenjar kelamin masalah atau diagnosa keperawatan yang terjadi
akan terhambat. pada klien kanker yang mendapatkan kemoterapi.
Pemberian kemoterapi pada pertama kali (seri Desain penelitian ini adalah qualitatif eksplorasi
pertama) sering menimbulkan masalah yang cukup dengan pendekatan feno meno logi. Melalui
serius, baik karena efek samping maupun dampak pendekatan ini, peneliti mengeksplorasi bagaimana
dari ketidaksiapan klien. Hal ini bisa disebabkan klien kanker yang mendapat kan kemo terapi
informasi tentang kemoterapi yang diberikan menyampaikan pengalaman dan permasalahannya
kurang memadai atau kurang dipahami klien. seputar dampak dari pemberian kemoterapi.
Dengan demikian perlu diket ahui masalah Menurut Stephenson & Corben (1997), pendekatan
keperawatan apa yang akan muncul pada klien fenomenologi adalah pendekatan yang cukup
tersebut terutama ketika klien mendapatkan ko mpleks, namun merupakan meto do lo gi
kemoterapi untuk pertama kali. penelitian yang efektif dalam mengumpulkan dan
Waluyo (1999) dalam tesisnya mengemukakan menganalisa data unt uk mengilustrasikan
bahwa perawat mempersepsikan klien yang pengalaman hidup seseorang.
mendapatkan kemoterapi mengalami masalah fisik Sampel yang digunakan adalah non-probabil-
seperti di atas dan juga beberapa masalah psikososial. ity sampling yaitu purposive sampling, di salah satu
Namun secara eksplisit masalah keperawatan pada rumah sakit pemerintah di Jakarta. Sampel yang
klien yang mendapatkan kemoterapi (khususnya digunakan adalah klien kanker yang sedang
klien dengan keganasan hematologi, seperti leuke- mendapatkan kemoterapi seri pertama. Sampel
mia) belum ada peneliti yang mengeksplorasi lebih yang dipilih hanya yang dapat berbahasa Indone-
jauh. Menurut McLaughlin (1998) kasus keganasan sia dan dalam kondisi fisik yang cukup baik.
hematologi memiliki kecenderungan peningkatan Ko ndisi fisik diukur dengan menggunakan
sehingga masalah keperawatan yang dapat timbul Karnofsky Performance Scale dan hanya mereka
menyertai pemberian kemoterapi perlu diketahui oleh yang memiliki nilai >60% yang dilibatkan. Selain
para perawat. Masalah keperawatan menjadi penting itu yang terpenting adalah berkeinginan untuk
diketahui karena perawat dapat mengantisipasi dan berpartisipasi dalam studi ini. Jumlah sampel yang
mengintervensi masalah klien (khususnyakeganasan berpartisipasi adalah 10 klien.
hematologi) yang mendapatkan kemoterapi. Pengambilan data dimulai dengan menjelaskan
Antisipasi perawat dapat berupa pemberian tujuan, manfaat, dan dampak penelitian ini. Peneliti
kontribusi dalam meningkatkan kualitas hidup kemudian meminta kesediaan responden dengan
klien sehingga asuhan keperawatan yang diberikan mengisi dan menandatangani lembar informed con-
bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang sent. Kegiatan dilanjutkan dengan wawancara
mungkin t imbul sebagai dampak dari terstruktur dan observasi. Observasi dilakukan
perkembangan trend penyakit dan dampak dari selama 2 minggu. Keuntungan dari wawancara
penanganan penyakit tersebut. Selain itu antisipasi adalah pewawancara dapat meneruskan pada topik
Analisis masalah keperawatan pada klien keganasan hematologi (Agung Waluyo) 3

yang akan digali lebih jauh, namun pedoman elektro lit berhubungan dengan muntah, (3)
wawancara yang baku memang harus ditetapkan gangguan eliminasi: diare berhubungan dengan efek
sejak awal penelitian (Thomas, 1990). Peneliti samping kemoterapi, (4) keterbatasan pemenuhan
menggunakan cara pengumpulan data yang kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan
berbeda (wawancara & observasi) dalam rangka kelemahan, (5) gangguan integritas kulit & rambut
penggunaan metode triangulasi, seperti yang berhubungan dengan efek samping kemoterapi, (6)
diuraikan Merton dan King (1990). Dengan ketidakpastian berhubungan dengan penyakit yang
metode ini hasil yang didapatkan akan lebih valid dideritanya dan proses kemoterapi dan (7) gangguan
(Leininger, 1985). konsep diri: gambaran diri rendah berhubungan
Ketika proses wawancara berlangsung, selain dengan kerontokan rambut. Berikut ini satu persatu
menggunakan pedoman wawancara terstruktur, akan diuraikan diagnosa keperawatan yang
peneliti juga sekaligus mengobservasi respon non- teridentifikasi dari klien.
verbal klien, lingkungan klien dan respon fisik
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
klien terhadap pemberian kemot erapi.
berhubungan dengan penurunan nafsu
Penggabungan cara pengumpulan data ini akan
makan dan mual
meningkatkan nilai validitas dari hasil yang
didapatkan (Holloway & Wheeler, 1996). Masalah gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi teridentifikasi dari munculnya data subyektif
HASIL pada beberapa klien yang antara lain mengeluh mual
dan rasa tidak nafsu makan.
Profil demografik responden meliputi rentang
kalau sudah datang penyakitnya (mual red.) udah deh
pendidikan yaitu SMP sampai perguruan tinggi,
rasanya ngeliat apa-apa nggak nafsu.. (R-1)
berjenis kelamin pria dengan rentang usia 14-61
Saya belum pernah merasakan mual seperti ini sebelumnya,
tahun. Diagnosa medis dari subyek adalah limfoma rasa eneg (mual red.) yang amat sangat (R-2)
malignum hodgkin, limfoma malignum non Gimana ya rasanya perut eneg, ngeliat makanan rumah
ho dgkin, anemia aplast ik, dan leukemia sakit makin eneg (R-4)
limfoblastik akut. Kondisi fisik secara umum pada
awal sebelum pemberian kemoterapi cukup baik. 2. Gangguan keseimbangan cairan dan
Data ini berasal dari beberapa contoh hasil elektrolit berhubungan dengan muntah
laboratorium pada beberapa klien, meliputi fungsi Masalah lain yang dapat muncul dari kondisi
umum ginjal, hati, pernafasan, dan jant ung mual klien tersebut adalah masalah risiko gangguan
menunjukkan rentang normal. Kondisi fisik ini keseimbangan cairan sebagai akibat dari muntah
juga menjadi syarat utama klien sebelum terapi yang terjadi dan akibat asupan cairan yang kurang.
kemoterapi diberikan. Masalah ini teridentifikasi karena didapatkannya
Secara umum setiap klien memiliki diagnosa data obyektif klien mengalami muntah saat atau
keperawatan yang cukup beragam. Jumlah dan segera setelah makan atau minum, seperti yang
kualit as masalah yang terjadi pun berbeda, dituturkan oleh responden 2 & 9:
tergantung dari kondisi fisik dan mental klien. kadang .baru minum udah muntah.makan
Sebanyak t ujuh masalah keperawat an apalagi. (R-2)
teridentifikasi melalui wawancara dan observasi. Pernah kemaren panas banget badan.mau minum takut
muntah.. (R-9)
Masalah/ diagnosa keperawatan yang
teridentifikasi pada sampel penelitian ini adalah Data lain yang didapatkan adalah lima dari
(1) gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sepuluh klien mengalami peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan penurunan nafsu makan dan dengan rentang peningkatan suhu tubuh antara 38C
mual, (2) gangguan keseimbangan cairan dan sampai 39,2C (lihat tabel 1).
4 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 8, No. 1, Maret 2004; 1-7

Tabel 1 Tabel 2
Persentase peningkatan suhu tubuh sebelum dan sesudah Persentase Perubahan tanda tanda vital 1 dan 3 hari post
kemoterapi (n=10) kemoterapi (n=10)
Peningkatan suhu Sebelum Setelah Perubahan tanda- 1 hari post 3 hari post
tubuh kemoterapi kemoterapi tanda vital kemoterapi kemoterapi
Frekuensi Persen Frekuensi Persen Frekuensi Persen Frekuensi Persen
o o
38 C - 39 C 1 10 3 30 Tekanan darah 5 50 8 80
o
> 39 C 0 0 2 20 Frekuensi pernafasan 4 40 6 60
Total 1 10% 5 50% Denyut nadi 5 50 8 80

3. Gangguan eliminasi: diare/ konstipasi


5. Gangguan integritas kulit & rambut
berhubungan dengan efek samping kemoterapi
berhubungan dengan efek samping
Pada sebagian klien yang mendapatkan jenis kemoterapi
kemoterapi tertentu, mereka mengalami keluhan
Keluhan rambut ront ok dan kulit kering
diare pada saat eliminasi. Keluhan ini disampaikan
dikeluhkan oleh beberapa klien dimana klien
oleh tiga responden.
menyadari tiga hari setelah pemberian kemoterapi.
Abis dapet infus (yang dimaksud klien adalah
kemoterapi) berak saya jadi mencret... (R-6) Rambut saya rontok kalo disisir, kekerasan nyisirnya
Makan sekarang nggak bisa sembarangan, perut saya kali.... (R-8)
lagi nggak beres, mencret... (R-10) Kulit jadi item, kering. Perih kalo dipegang kenceng...
Udah nggak ke belakang......berak, sejak 3 hari yang (R-9)
lalu, mulai masuk obatnya deh..... (R-9)
6. Ketidakpastian berhubungan dengan
4. Keterbatasan pemenuhan kebutuhan penyakit yang dideritanya & proses
sehari-hari berhubungan dengan kelemahan kemoterapi
Diagnosa keperawatan gangguan pemenuhan Ketidakpastian adalah diagnosa keperawatan
kebutuhan sehari-hari (sebagian) teridentifikasi yang sering terjadi pada klien yang diobservasi.
dari adanya keluhan klien lemah/ lemas dan klien Diagnosa ini teridentifikasi dari adanya keluhan
banyak memint a bant uan keluarga unt uk takut klien akan dampak dari penyakitnya.
memenuhi beberapa kebutuhan klien, seperti Umumnya klien bertanya-tanya apakah nantinya
makan, minum, kebersihan diri, dan eliminasi. klien akan sembuh, apakah pengobatan menjamin
Keluhan ini hampir dikeluhkan oleh semua klien terbebas dari penyakitnya dan keluhan-keluhan
respo nden, sepert i yang disampaikan oleh yang muncul karena pemberian kemoterapi. Kadang-
responden: kadang klien tampak murung dengan tatapan
aduh rasanya capek banget nih badan.kalo lagi nggak
kosong.
muntah juga rasanya capek. (R-3) saya nanti bisa sembuh nggak sih, saya pernah baca
ada yang bilang begini ada yang bilang begitu.. saya jadi
Kondisi umum klien ini tampak lemah, agak takut (R-8)
pucat dengan akral dingin. Tanda tanda vital
k lien (t abel 2 ) u mu mnya menunju kk an 7. Gangguan Konsep Diri: Gambaran Diri
peningkatan nadi yang berkisar antara 112-124 Rendah Berhubungan Dengan Kerontokan
kali permenit, dengan tekanan darah antara 110/ Rambut
70-130/80 mmHg. Tidak semua klien, terutama klien pria mudah
untuk mengungkapkan perasaannya. Oleh karena itu,
pada penelitian ini rasa saling percaya perlu dijalin
Analisis masalah keperawatan pada klien keganasan hematologi (Agung Waluyo) 5

sehingga masalah psikososial mudah untuk di PEMBAHASAN


identifikasi. Gambaran diri yang rendah akibat
rambut rontok dikeluhkan oleh satu responden yang Berdasarkan hasil wawancara dan observasi
memang mengalami kerontokan rambut: telah t eridentifikasi 7 masalah/ diagno sa
keperawatan yang terdapat pada 10 klien yang
Ya....saya malu juga sih, udah sakit, botak lagi.........
(R-8) mendapatkan kemoterapi. Secara umum kesepuluh
klien mengalami masalah gangguan pemenuhan
Dari ke 7 diagnosa keperawatan tersebut kebutuhan nutrisi. Diagnosa nutrisi ini termasuk 3
terdapat 3 diagnosa yang sering muncul pada klien/ diagnosa yang sering terjadi pada responden dan
responden. Diagnosa tersebut dapat dilihat pada dialami pada 8 dari 10 responden. Derajat gangguan
tabel 3. Diagnosa keperawatan utama yang sering pemenuhan kebutuhan nutrisi pada ke delapan klien
muncul yaitu: gangguan pemenuhan kebutuhan ini berbeda-beda, dari ringan (keluhan mual) sampai
nutrisi: kurang berhubungan dengan penurunan berat (muntah saat atau sesudah makan). Derajat
nafsu makan & mual, keterbatasan pemenuhan yang berbeda ini dimungkinkan terjadi karena
kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kondisi fisik klien yang berbeda pula.
kelemahan dan ketidakpastian berhubungan dengan Namun masalah gangguan nutrisi ini didukung
penyakit yang dideritanya dan proses kemoterapi. oleh hasil penelitian dari Perry & Yarbro (1984) yang
Tabel 3 menyatakan bahwa mual dan muntah merupakan
Frekuensi Diagnosa Keperawatan yang sering muncul pada gejala yang sering muncul pada klien yang
Klien Keganasan Hematologi yang mendapatkan kemoterapi, yang terjadi segera setelah
mendapatkan Kemoterapi kemoterapi, beberapa jam sampai beberapa hari
setelah kemoterapi. Hal ini didukung pula oleh
No Diagnosa 3 hari post kemoterapi
pendapat perawat yang merawat klien bahwa klien
keperawatan sering mengeluhkan mual dan muntah saat
Frekuensi
pemberian kemoterapi (Waluyo, 1999).
Persentase
(n=10) Lum et.al. (1978) menambahkan bahwa kondisi
fisik klien yang mendapatkan kemoterapi sangat
1 Gangguan pemenuhan kebu- 8 80%
tuhan nutrisi: kurang berhu- mempengaruhi respon tubuh terhadap pemberian
bungan dengan penurunan kemoterapi. Selain itu, jenis dan dosis kemoterapi
nafsu makan & mual yang diberikan berpengaruh pada keluhan mual dan
2 Risiko gangguan keseim- 3 30% muntah yang dialami klien (Dodd & Mood, 1981).
bangan cairan dan elektrolit
Dengan demikian masalah nutrisi ini merupakan
3 Keterbatasan pemenuhan 7 70%
kebutuhan sehari-hari berhu- masalah penting yang dapat menurunkan kualitas
bungan dengan kelemahan hidup (quality of life) dari klien yang mendapatkan
4 Gangguan integritas kulit & 1 10% kemoterapi (Wickham, 1999).
rambut berhubungan dengan Risiko gangguan keseimbangan cairan merupakan
efek samping kemoterapi
diagnosa keperawatan kedua yang terjadi pada klien
5 Gangguan eliminasi: diare atau 3 30%
konstipasi berhubungan dengan yang diobservasi. Masalah ini muncul akibat muntah
efek samping kemoterapi dan peningkatan suhu tubuh klien. Pengeluaran cairan
6 Ketidakpastian berhubungan 7 70% berlebihan (muntah) menimbulkan keseimbangan
dengan penyakit yang diderita- cairan masuk dan keluar berisiko untuk terjadi balans
nya & proses kemoterapi
negatif. Peningkatan suhu tubuh juga dapat
7 Gangguan konsep diri: 1 10%
gambaran diri rendah ber- mencetuskan pengeluaran cairan melalui evaporasi,
hubungan dengan kerontokan yang dapat berisiko untuk terjadi balans negatif jika
rambut tidak diimbangi dengan pemasukan yang cukup.
6 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 8, No. 1, Maret 2004; 1-7

Craig dan Powell (1987) menyatakan hal selain memiliki efek kuratif juga memiliki efek
yang senada tentang dampak mual dan muntah. samping yang cukup serius. Informasi yang
Menurut merek a, mual dan munt ah dapat memadai dapat membentuk harapan klien atas
berakibat risiko gangguan keseimbangan cairan pengobatan kemoterapi ini menjadi lebih rasional.
meningk at , selain d apat mengakibat k an Pendapat ini didukung oleh penelitian terdahulu
malnut r isi. Pendapat mereka sek alig us tentang pendapat perawat pada perawatan klien
menunjang hasil yang didapat dari penelitian ini kanker, bahwa klien sering kurang mendapatkan
bahwa mual dan muntah dapat memunculkan informasi yang diperlukan tentang kondisi, proses
masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi. Seperti perawatan, dan pengobatannya (Waluyo, 1999).
yang terjadi pada masalah nut risi, masalah Lebih dari separuh responden pada penelitian
keseimbangan cairan tubuh dipengaruhi jenis dan ini adalah klien dewasa muda dan dalam usia
dosis kemoterapi yang diberikan (Dodd & Mood, produktif yaitu yang berusia antara 35-45 tahun.
1981), serta frekuensi muntah yang terjadi pada Usia ini mungkin dapat berpengaruh terhadap
klien. Muntah sendiri menurut Doherty (1999) daya tahan tubuh klien. Walaupun demikian,
dapat dipengaruhi oleh kecemasan klien, dan dampak kemo t erapi secar a umum akan
pengalaman klien terhadap muntah. menurunkan daya tahan tubuh akibat dari depresi
Diagnosa gangguan pemenuhan kebutuhan sumsum tulang belakang, seperti yang diuraikan
sehari-hari sangat berkaitan dengan kelemahan oleh Brandt, (1984). Namun, penelitian Blesch
yang terjadi. Kelemahan klien yang diobservasi (1988) mengimplikasikan bahwa banyak klien
umumnya terjadi karena adanya gangguan status lanjut usia masih mampu ber t ahan dengan
nu t risi ak ibat minimnya masukan nu t risi. pemberian kemoterapi.
Masukan nutrisi ini sangat dipengaruhi oleh nafsu Observasi dan wawancara yang dilakukan
makan dan kemampuan klien makan. Hal ini pada penelitian ini adalah pada minggu pertama
dipersulit oleh adanya mual dan muntah yang dan kedua pemberian kemoterapi. Seperti yang
terjadi pada sebagian klien (Wilkes, 1996). pernah diobservasi oleh Bersagel (1971) dan
Ket idak past ian (uncertain ty) yang Br aine (19 80) di p aparkan bahwa d epresi
t erefleksikan melalui kecemasan yang pertahanan tubuh dimulai pada hari 4-5 dan
terobservasi pada klien terutama disebabkan memuncak pada akhir minggu ke dua. Namun
karena proses penyakit yang dideritanya. Data ini respon tubuh ini sangat tergantung dari jenis dan
tergali setelah hubungan saling percaya antara dosis kemoterapi yang diterima oleh klien.
perawat klien telah terjalin. Kecemasan timbul Wilkes (1996) melengkapi faktor faktor yang
sejak saat klien menyadari dirinya terkena kanker. mempengaruhi respon tubuh terhadap pemberian
Setiap individu yang mendapat kan dirinya kemoterapi. Faktor-faktor tersebut antara lain sta-
terkena penyakit serius akan mengalami suatu tus nutrisi klien, kondisi (cadangan) sumsum
fase kecemasan yang tinggi (McLaughin, 1998). t u lang belakang, k emampuan t ubuh
Kecemasan akibat ketidakpastian ini dapat memetabolisme obat, terapi sebelumnya dan
berlanjut dengan adanya reaksi tubuh terhadap waktu paruh kemoterapi. Faktor yang cukup
pengobatan. Kecemasan ini dapat diperburuk ko nt ro versial adalah k esalahan pemberian
dengan tidak lancarnya komunikasi yang terjadi kemoterapi termasuk dalam aspek yang mungkin
antara klien dengan tim kesehatan (McLaughin, mempengaruhi respon klien terhadap kemoterapi
1998). Seyogyanya klien telah terinformasi secara (Schulmeister, 1999).
baik bahwa dari pengobatan kemoterapi ini,
Analisis masalah keperawatan pada klien keganasan hematologi (Agung Waluyo) 7

KESIMPULAN Craig, J.B. & Powell, B.L. (1987). Review: The management
of nausea & vomiting in clinical oncology. American
Dari studi ini terlihat adanya 3 masalah/ diagnosa Journal Of Medical Sciences. 293(1): 34-41
keperawatan utama pada klien kanker yang Dodd, M.J. & Mood, D.W. (1981). Chemotherapy:helping
mendapatkan kemoterapi. Ketiga diagnosa patients to know the drugs they are receiving and their
possible effects. Cancer Nursing. 4: 311-318
keperawatan ini terdapat pada sekumpulan diagnosa
Doherty, K.M. (1999). Closing the gap in prophylactic
keperawatan yang terdapat pada studi kepustakaan. antiemetic therapy: Patient factors in calculating the
Di samping kemiripannya, terdapat perbedaan antara emetogenic potential of chemotherapy. Clinical Journal
hasil penelitian ini dengan kepustakaan yaitu 4 Of Oncology Nursing 3(3): 113-118
diagnosa yang dijelaskan pada studi kepustakaan Holloway, I. & Wheeler, S. (1996). Qualitative research for
tidak diperoleh pada penelitian ini. Hal tersebut dapat nurses. London: Blackwell Science.
terjadi karena berbagai faktor yang dapat Leininger, M. (1985). Qualitative research methods in
mempengaruhinya. nursing. New York: Grune & Stratton.
Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi Lum, J.L.J., et al. (1978). Nursing care of oncology patients
receiving chemotherapy. Nursing Research. 27: 340-346
perbedaan diagnosa keperawatan pada penelitian ini
Mc Laughlin, M. (1998). Principle in chemoterapy., practical
dan pada studi kepustakaan antara lain usia, dosis dan
oncology, aLange clinical manual Philadelphia: Appleton
jenis obat, status nutrisi klien, kondisi sumsum tulang & Lange.
belakang, kemampuan tubuh memetabolisme obat, Merton, R.K. & King, R. (1990). The focused interview: A
pengobatan sebelumnya, waktu paruh obat kemoterapi, manual of problems and procedures.( 2nd ed.). New York:
tingkat kecemasan klien, dan dukungan keluarga (EN). Free Press.
Perry, M.C. & Yarbro, J.W. (1984). Toxicity of
* Agung Waluyo, S.Kp., M.Sc.: Staf pengajar bagian chemotherapy.New York: Grunne and Stratton
keperawatan medikal bedah FIK-UI Schulmeister, L. (1999). Chemoteraphy medication errors:
description, severity and contributing factors. Oncology
Nursing Forum 26 (6): 1033-1042
Stephenson, N. & Corben, V. (1997). Research mindedness
for practice, an interactive approach for nursing and
KEPUSTAKAAN health care. London: Churchill Livingstone.
Sutandio, N. (1999). Farmakologi sitostatika & hubungannya
Bersagel, D.E. (1971). Assesment of massive dose
dengan siklus sel. Pelatihan keperawatan kemoterapi,
chemoterapy of malignant disease. Canadian Medical tidak dipublikasikan
Association Journal. 104: 31-36
Thomas, B.S. (1990). Nursing research: An experiential
Blesch, K.S. (1988). The normal physiological changes of
approach. St. Louis: Mosby Company.
aging and their impact on the response to cancer treatment.
Seminar On Oncology Nursing. 4(3): 178-188 Waluyo, A. (1999). Persepsi perawat terhadap implementasi
konsep self-care pada klien kanker. Disertasi S-2,
Braine, H.G. (1980). Infectious complications of granulocy-
Liverpool JMU, tidak dipublikasikan
topenia after cancer chemotherapy: Complication of
cancer: Diagnosis and management. Baltimore: The Wickham, R.S., et.al. (1999). Taste changes experienced by
Johns Hopkins University Press, 152 patients receiving chemoterapy. Oncology Nursing
Forum. 24(4): 697-706
Brandt, B., (1984). A nursing protocol for client with neutropenia.
Oncology Nursing Forum 11(2): 24-28 Wilkes, G.M., et.al. (1996). Oncology nursing drug reference.
Boston: John & Bartlett
Copstead, L.C. & Banasik, J.L. (2000). Pathophysiology
biological & behavioral perspectives. (2 nd ed).
Philadelphia: WB Saunders.

Anda mungkin juga menyukai