Anda di halaman 1dari 9

Telah diterima/disetujui

Hari/tanggal :
Tanda tangan :

LAPORAN PENDAHULUAN
Sistemik Lupus Eritematosus (SLE)

PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI


Keperawatan Medikal Bedah

Oleh
RAFIDA AL-MIRA
NIM. 04064822225007

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERISTAS SRIWIJAYA
2022
Sistemik Lupus Eritematosus (SLE)

1. Definisi

Sistemik Lupus Eritematosus (SLE) adalah suatu penyakit autoimun menahun


yang menimbulkan peradangan dan bisa menyerang berbagai organ tubuh, termasuk
kulit, persendian dan organ dalam. Sistemik Lupus Eritematosus (SLE) adalah penyakit
autoimun yang terjadi karena produksi antibodi terhadap komponen inti sel tubuh
sendiri yang berkaitan dengan manifestasi klinik yang sangat luas pada satu atau
beberapa organ tubuh, dan ditandai oleh inflamasi luas pada pembuluh darah dan
jaringan ikat, bersifat episodik diselangi episode remisi. Sistemik Lupus Eritematosus
(SLE) adalah penyakit radang multisistem yang sebabnya belum diketahui, dengan
perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau kronik remisi dan
eksaserbasi, disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoantibodi dalam tubuh.

2. Etiologi
Sampai saat ini penyebab SLE (Sistemik Lupus Eritematosus) belum diketahui,
diduga ada beberapa paktor yang terlibat seperti faktor genetik, infeksi dan lingkungan
ikut berperan pada patofisiologi SLE (Sistemik Lupus Eritematosus). Sistem imun
tubuh kehilangan kemampuan untuk membedakan antigen dari sel dan jaringan tubuh
sendiri. Penyimpangan dari reaksi imunologi ini dapat menghasilkan antibodi secara
terus menerus. Antibodi ini juga berperan dalam kompleks imun sehingga mencetuskan
penyakit inflamasi imun sistemik dengan kerusakan multiorgan dalam fatogenesis
melibatkan gangguan mendasar dalam pemeliharaan self tolerance bersama aktifitas sel
B, hal ini dapat terjadi sekunder terhadap beberapa faktor :
1. Efek herediter dalam pengaturan proliferasi sel B
2. Hiperaktivitas sel T helper
3. Kerusakan pada fungsi sel T supresor
Beberapa faktor lingkungan yang dapat memicu timbulnya lupus :
1. Infeksi
2. Antibiotik
3. Sinar ultraviolet
4. Stress yang berlebihan
5. Obat-obatan yang tertentu
6. Hormon
Lupus seringkali disebut penyakit wanita walaupun juga bisa diderita oleh pria. Lupus
bisa menyerang usia berapapun, baik pada pria maupun wanita, meskipun 10-15 kali
sering ditemukan pada wanita. Faktor hormonal yang menyebabkan wanita sering
terserang penyakit lupus daripada pria. Meningkatnya gejala penyakit ini pada masa
sebelum menstruasi atau selama kehamilan mendukung keyakinan bahwa hormone
(terutama esterogen) mungkin berperan dalam timbulnya penyakit ini. Kadang-kadang
obat jantung tertentu dapat menyebabkan sindrom mirip lupus, yang akan menghilang
bila pemakaian obat dihentikan.
3. Patofisiologi
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang
menyebabkan peningkatan autoantibody yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini
ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal (sebagaimana
terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduksi) dan
lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obatan tertentu seperti
hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan
disamping makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE akibat
senyawa kimia atau obat-obatan. Pada SLE, peningkatan produksi autoantibodi
diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T supresor yang abnormal sehingga timbul
penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi
antigen yang selanjutnya terjadi serangan antibodi tambahan dan siklus tersebut
berulang kembali.
Kerusakan organ pada SLE didasari pada reaksi imunologi. Reaksi ini
menimbulkan abnormalitas respons imun didalam tubuh yaitu :
1) Sel T dan sel B menjadi otoreaktif
2) Pembentukan sitokin yang berlebihan
3) Hilangnya regulasi kontrol pada sistem imun, antara lain :
a. Hilangnya kemampuan membersihkan antigen di kompleks imun maupun
sitokin dalam tubuh
b. Menurunnya kemampuan mengendalikan apoptosis
c. Hilangnya toleransi imun : sel T mengenali molekul tubuh sebagai antigen
karena adanya mimikri molekuler. Akibat proses tersebut, maka terbentuk
berbagai macam antibodi di dalam tubuh yang disebut sebagai autoantibodi.
Selanjutnya antibodi-antibodi yang tersebut membentuk kompleks imun.
Kompleks imun tersebut terdeposisi pada jaringan/organ yang akhirnya
menimbulkan gejala inflamasi atau kerusakan jaringan.
WOC
4. Manifestasi Klinis
Perjalanan penyakit SLE sangat bervariasi. Penyakit dapat timbul mendadak
disertai dengan tanda-tanda terkenanya berbagai sistem dalam tubuh. Dapat juga
menahun dengan gejala pada satu sistem yang lambat laun diikuti oleh gejala yang
terkenanya sistem imun. Pada tipe menahun terdapat remisi dan eksaserbsi. Remisinya
mungkin berlangsung bertahun-tahun. Onset penyakit dapat spontan atau didahului
oleh faktor presipitasi seperti kontak dengan sinar matahari, infeksi virus/bakteri, obat.
Setiap serangan biasanya disertai gejala umum yang jelas seperti demam, nafsu makan
berkurang, kelemahan, berat badan menurun, dan iritabilitasi. Yang paling menonjol
ialah demam, kadang-kadang disertai menggigil.
5. Diagnosa Medis
Sistemik Lupus Eritematosus (SLE)
6. Pemeriksaan Penunjang
7. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan termasuk penatalaksanaan penyakit akut dan kronik:
1. Mencegah penurunan progresif fungsi organ, mengurangi kemungkinan penyakit
akut, meminimalkan penyakit yang berhubungan dengan kecacatan dan mencegah
komplikasi dari terapi yang diberikan
2. Gunakan obat-obatan antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dengan kortikosteroid
untuk meminimalkan kebutuhan kortikosteroid
3. Gunakan kortikosteroid topical untuk manifestasi kutan aktif
4. Gunakan pemberian bolus IV sebagai alternatice untuk pengunaan dosis oral tinggi
tradisional
5. Atasi manifestasi kutan, mukuloskeletal dan sistemik ringan dengan obat-obatan
antimalarial
6. Preparat imunosupresif (percobaan) diberikan untuk bentuk SLE yang serius
8. Komplikasi
Terdapat beberapa komplikasi yang dapat dialami oleh pasien LES.Komplikasi
dapat disebabkan oleh penyakit LES itu sendiri maupun dari terapinya.Salah satu organ
yang seringkali mengalami koplikasi dari LES adalah organ hati. Komplikasi organ hati
pada pasien LES antara lain adalah Hepatitis Lupus, Penyakit hati autoimmune, Sirosis
Bilier Primer, dan Cholangitis Sclerosing Primer, Hepatitis akibat virus, steatohepatitis,
fatty liver dan kerusakan hati akibat obat.20 Selain penyakit pada hati, terdapat pula
gangguan sistemik yang merupakan komplikasi dari LES. Komplikasi sistemik tersebut
antara lain adalah Systemic Vasculitides, Penyakit Antibody Antibasement Membrane,
obat-obatan yang menyebabkan vasculitis, Sindrom Antifosfolipid, Koagulopati,
Trombositopenia dan dalam kasus yang lebih jarang menyebabkan infeksi virus yang
berat.
9. Prognosis
Prognosis penyakit ini sangat tergantung pada organ mana yang terlibat.Apabila
mengenai organ vital, mortalitasnya sangat tinggi. Mortalitas pada pasiendengan LES
telah menurun selama 20 tahun terakhir.Sebelum 1955, tingkat kelangsungan hidup
penderita pada 5 tahun pada LES kurang dari 50%. Saat ini,tingkat kelangsungan hidup
penderita pada 10 tahun terakhir rata-rata melebihi 90% dan tingkat kelangsungan
hidup penderita pada 15 tahun terakhir adalahsekitar 80%. Terdapat beberapa indeks
untuk menilai akitifitas penyakit LES antara lain menggunakan ECLAM (European
Consensus Lupus Activity Measurement); LAI (Lupus Activity Index); SLAM
(Systemic Lupus Activity Measure); BILAG (British Isles Lupus Assessment Group);
dan SLEDAI (Systemic Lupus Erythematosus Disease Activity Index). Ketiga indeks
penilaian terakhir terbukti valid dan memiliki korelasi yang sangat kuat terhadap
aktifitas penyakit.Indeks tersebut dapat digunakan untuk mendapatkan gambaran
tingkat keparahan aktifitas penyakit pada LES.
Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan terakhir,
alamat
b. Keluhan Utama
• Keluhan utama saat MRS:
Keluhan utama yang biasa muncul adalah demam
• Keluhan utama saat pengkajian:
Keluhan utama yang biasa muncul saat pengkajian tidak pasti, tergantung
kapan dilakukan pengkajian tersebut. Biasanya adalah demam, kelemahan,
nafsu makan menurun dan BB menurun.
c. Riwayat Kesehatan:
• Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat dari dimulainya gejala penyakit sampai pasien atau keluarga
memutuskan untuk dibawa ke RS. Yang biasa muncul adalah riwayat demam,
kelemahan sampai intoleransi aktifitas, penurunan nafsu makan dan penurunan
BB.
• Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian dilakukan untuk mengetahui apakah pernah mengalami hipertensi,
gangguan pada mata, dan adanya nyeri sendi.
• Riwayat penyakit keluarga
Pengkajian dilakukan untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada anggota
yang pernah menderita penyakit yang sama.
• Riwayat Psikososial
Pengkajian dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah hubungan klien dengan
keluarga dan masyarakat. Pasien dapat menunjukkan gejala mudah marah dan
fluktuasi, takut akan penolakan dari orang lain, harga diri rendah, kekawatiran
menjadi beban orang lain. Tanda yang dapat ditunjukkan adalah ansietas,
gelisah, menarik diri, depresi, fokus pada diri sendiri.
d. Kebiasaan sehari-hari
1. Nutrisi:
Makan: yang dikaji adalah frekuensi, jumlah porsi yang habis, cara makan-
makanan yang disukai dan tidak disukai.
Minum: yang dikaji adalah frekuensi, jumlah, komposisi
2. Eliminasi
BAB dan BAK yang dikaji adalah frekuensi, pola eliminasi, konsistensi, warna
dan bentuk
3. Istirahat
Jumlah jam tidur siang ataupun malam, adanya gangguan tidur atau tidak
4. Aktivitas
Kegiatan yang dilakukan dari bangun tidur sampai tidur kembali
5. Personal hygiene
Bagaimana kebiasaan dalam kebersihan diri sendiri ataupun lingkungan
2. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum: dikaji bagaimana keadaan umum klien saat pengkajian dilakukan
- TTV: untuk mengetahui kondisi umum pasien
- Integumen: kulit tampak adanya ruam, ada luka pada bibir atau mulut
- Thoraks: paru, inspeksi paru, abses paru, dapat juga ditemukan adanya cairan dalam
paru, nafas pendek saat istirahat dan aktivitas, takipneu, distess pernapasan akut,
dan penurunan bunyi napas. Jantung dan sirkulasi, nyeri dada, tekanan nadi
melebar, desiran (menunjukkan mekanisme anemia), warna kulit pucat, ruam dan
sianosis
- Abdomen: adanya nyeri tekan abdomen
- Ekstremitas: menahan sendi pada posisi yang nyaman
- Persyarafan/neurosensori: sakit kepala, penurunan penglihatan, keseimbangan
buruk, kesemutan pada ekstremitas, kelemahan otot, penurunan kekuatan otot,
kejang.
2. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d perubahan sirkulasi
b. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
3. Intervensi Keperawatan
No Masalah Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan (SIKI)
Keperawatan Hasil
1. Gangguan Setelah diberikan Pemberian Obat Kulit
integritas kulit intervensi selama 3 x 24 Observasi:
jam, inetgritas kulit 1. Verifikasi order obat sesuai
meningkat dengan indikasi
kriteria: 2. Periksa tanggal kadaluarsa
1. Kerusakan obat
lapisan kulit 3. Monitor efek terapeutik obat
menurun Terapeutik:
2. Tekstur membaik 4. Lakukan prinsip enam benar
(benar obat, benar pasien,
benar dosis, benar waktu dan
benar cara)
5. Cuci tangan dan pakai
handscoon
6. Bersihkan kulit dan hilangkan
obat sebelumnya
7. Oleskan obat topikal pada
kulit yang mengalami luka
Edukasi:
8. Jelaskan obat, alasan
pemberian, tindakan yang
diharapkan dan efek samping
sebelum pemberian
9. Ajarkan teknik pemberian obat
secara mandiri
2. Intoleransi Setelah dilakukan Mnajemen Energi
Aktivitas tindakan keperawatan Observasi
selama 1x 24 jam 1. Identifikasi gangguan fungsi
diharapkan toleransi tubuh yang mengakibatkan
aktivitas meningkat kelelahan
dengan kriteria hasil: 2. Monitor kelelahan fisik dan
1. Frekuensi nadi emosional
meningkat 3. Monitor pola dan jam tidur
2. Keluhan lelah Terapeutik
cukup menurun 4. Sediakan lingkungan nyaman
3. Dispnea saat dan rendah stimulus
aktivitas menurun 5. Lakukan latihan rentang gerak
4. Dispnea setelah pasif dan atau aktif
aktivitas menurun 6. Berikan aktivitas distraksi
5. Tekanan darah yang menenangkan
cukup membaik Edukasi
7. Anjurkan tirah baring
8. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
9. Anjurkan strategi koping
untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan

Anda mungkin juga menyukai