Anda di halaman 1dari 35

IMUNOLOGI

“HIPERSENSITIVITAS”

KELOMPOK 5
SI-VI C
NUR SHOPIA (1401035)
AFIFAH PUTRI YUSRA (1601084)
PUTRI SANTIKA (160110)
WINDA SARI (1601130)
DINIA FITRIANI (1801126)
SYA’BANI USWATUN HASANAH (1801135)

Dosen pembimbing : Dr. Meiriza Djohari,M.Kes,Apt


POKOK PEMBAHASAN

Definisi Hipersensitivitas

Klasifikasi Hipersensitivitas

Penyakit Hipersensitivitas

Terapi Hipersensitivitas
Definisi Hipersensitivitas

Hipersensitivitas

Hiper Sensitivitas

berlebihan Kemampuan untuk


mendeteksi adanya
rangsangan

respon imun yang berlebihan

menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuhnya.


Definisi Hipersensitivitas

Hipersensitivitas adalah peningkatan


reaktivitas atau sensitivitas terhadap
antigen yang pernah dipajankan atau
dikenal sebelumnya yang dapat
menimbulkan respon imun yang
berlebihan sehingga menimbulkan reaksi
yang merugikan yang menyebabkan
kerusakan pada jaringan tubuhnya.
Klasifikasi Hipersensitivitas

REAKSI
HIPERSENSITIVITAS

Berdasarkan
Berdasarkan Mekanisme GELL dan
Waktu Coombs

Reaksi
Reaksi Reaksi Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV
Interme
Cepat Lambat
diet
Reaksi Hipersensitivitas Berdasarkan Waktu

REAKSI CEPAT REAKSI REAKSI


INTERMEDIAT LAMBAT
Terjadi dalam Terjadi setelah Terjadi setelah
hitungan detik, beberapa jam 48 jam.
menghilang dan
dalam 2 jam. menghilang 24
jam.
Berdasarkan Mekanisme menurut
GELL dan Coombs
Hipersensitivitas Tipe I (Reaksi anafilaktis)

• Reaksi Tipe I / reaksi cepat / reaksi anafilaktik /reaksi


alergi
• timbul segera sesudah tubuh terpajan dengan
alergen.
• Pada reaksi tipe I, alergen yang masuk ke dalam
tubuh menimbulkan respons imun berupa produksi
IgE dan penyakit alergi seperti: rhinitis alergi, asma
dan dermatitis atopik
Urutan kejadian reaksi tipe I :

• waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE


sampai diikat oleh reseptor spesifik (Fce-R) pada
Fase
permukaan sel mast dan basofil
sensitisasi

• waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan


antigen spesifik dan sel mast melepas isinya yang berisi
Fase
granul yang menimbulkan reaksi
aktivasi

• waktu terjadi respons kompleks (anafilaksis) sebagai


efek mediator yang dilepas sel mast dengan aktivitas
Fase
farmakologik
efektor
Mekanisme reaksi tipe I :
video
Manifestasi reaksi tipe I :
Jenis Alergi Alergen Umum Gambaran
Anafilaksis Obat, serum, kacang- Edema dengan peningkatan permeabilitas
kacangan vascular, berkembang menjadi oklusi trakea,
kolaps sirkulasi dan kemungkinan meninggal
Urtikaria Sengatan serangga Bentolan dan merah didaerah sengatan.
Akut Sengatan serangga dapat menimbulkan reaksi
Tipe IV
Rhinitis Polen (hay fever), tungau Edema dan iritasi mukosa nasal
Alergi debu rumah (rhinitis
parenial)
Asma Polen, tungau debu rumah Kontriksi bronchial, peningkatan produksi mucus,
inflamasi saluran napas
Makanan Kerang, susu, telur, ikan, Urtikaria yang gatal dan potensial menjadi
bahan asal gandum anafilaksis

Ekzem Polen, tungau debu rumah, Inflamasi pada kulit yang terasa gatal, biasanya
Atopi beberapa makanan merah dan ada kalanya vesikular
Hipersensitivitas Tipe II (Reaksi sitotoksik)

Disebut juga sitotoksik atau sitolitik terjadi karena


dibentuk antibodi jenis IgG atau IgM terhadap antigen
yang merupakan bagian dari sel pejamu.

Reaksi hipersensitivitas di perantarai antibodi 


Antibody Dependent Cellular Cytotoxicity (ADCC)
Mekanisme Reaksi Hipersensitivitas
Diperantarai Antibodi
1. Peradangan yang diperantarai oleh komplemen
dan antibodi
• Terbentuknya MAC ( membrane attack
complex)
• Opsonisasi
2. Peradangan yang diperantarai ADCC
3. Disfungsi sel yang diperantarai oleh antibodi
Mekanisme reaksi type II
Manifestasi klinik type II
1. Reaksi Transfusi
Antibodi IgM sangat efisien dalam
mengaktifkan komplemen, sehingga
sebagian besar eritrosit dalam darah
tranfusi akan segera di lisis oleh aktivitas
komplemen dalam pembuluh darah
resipien.
2. Penyakit hemolitik bayi baru lahir
• terjadi karena rh ibu berbeda dengan rh fetus. jika ibu rh-
dan bayinya rh+ , maka darah ibu akan membentuk
antibody anti rh setelah kehamilan pertama.
• pada kehamilan kedua antibodi ibu akan masuk ke
sirkulasi fetus.
• jika fetus juga rh+ akan terjadi hemolisis. sampai kematian

untuk pencegahan ,jika ibu rh- dan fetus rh+ bisa diberi rhogam .
rhogam adalah anti rh antibodi . rhogam antibodi akan
menghancurkan diri sendiri dalam beberapa bulan.si ibu dapat hamil
lagi seperti saat pertama hamil.
3. Anemia Hemolitik
Penderita mengalami kerusakan pada sel-
sel eritrosit karena reaksi sitoksik sehingga
mengalami anemia. Antibodi yang diproduksi
penederita akan mengikat antigen yang ada
pada permukaan eritrosit, selanjutnya akan
memperpendek umur eritrosit dengan
keterlibatan hemolisi atau fagositosis melalui
reseptor Fc atau C3b.
video
Hipersensitivitas Tipe III (Reaksi Kompleks Imun)

Dalam keadaaan normal kompleks imun


dalam sirkulasi diikat dan di angkut eritrosit ke
hati.

Reaksi ini disebabkan adanya reaksi antara


antigen dan antibodi yang mengendap dalam
jaringan selanjutnya diikuti beberapa
peristiwa yang akan menjurus pada kerusakan
jaringan.
Mekanisme reaksi tipe 3
video
Jenis reaksi kompleks
• Reaksi Lokal Atau • Reaksi Sistemik Atau serum
sickness
Fenomen Arthus
Antigen dalam jumlah besar
Reaksi inflamasi yang yang masuk kedalam sirkulasi
disebabkan oleh darah dapat membentuk
pengendapan kompleks kompleks imun. Bila antigen
jauh berlebihan dibanding
imun di lokasi yang antibodi, kompleks yang
terlokalisasi. dibentuk adalah lebih kecil
Terjadi reaksi edematous yang tidak mudah untuk
pada tahap awal kemudian dibersihkan fagosit sehingga
dapat menimbulkan
bisa henjadi hemoragik dan kerusakan jaringan tipe III
akhirnya nekrotik diberbagai tempat.
Penyakit Hipersensitivitas Tipe III
Hipersensitivitas Tipe IV (Reaksi tipe
lambat)

• Reaksi hipersensitivitas tipe IV disebut tipe


hipersensitifitas tertunda (DTH), karena
responsnya tertunda.
• Respon dimulai berjam-jam atau berhari-
hari setelah terjadi kontak primer dengan
antigen dan sering berlangsung berhari-
hari.
• Reaksi ini terjadi karena aktivasi limfosit T
yang sensitif
1. Delayed type hypersensitivitas tipe IV

• Reaksi tipe IV merupakan hipersensitivitas


granulomatosis.
• Ada 2 fase pada respon tipe IV yang
dimulai dengan fase sensitasi yang
membutuhkan 1-2 minggu setelah kontak
primer dengan antigen. Dalam fase itu, Th
diaktifkan oleh APC melalui MHC-H.
video
2. Sitokin yang berperan pada DTH

• sel Th1 berperan dalam menarik dan mengaktifkan makrofag ke tempat


infeksi.
• IL-3 dan GM-CSF menginduksi hematopoiesis lokal dari sel gari granulosit-
monosit.
• IFN-𝛾 dan TNF-𝛽 beserta sitokin asal makrofag (TNF-α dan IL-1 ) memacu
sel endotel untuk memudahkan ekstravasasi sel seperti monosit dan sel
nonspesifik lain.
• Neutrofil dan monosit dalam sirkulasi menempel pada molekul adhesi sel
endotel dan bergerak keluar dari vaskular menuju rongga jaringan.
• Neutrofil nampak dini pada reaksi, memuncak pada 6 jam.
• Infiltrasi monosit terjadi antara 24-48 jam setelah pajanan dengan antigen.
• Monosit yang masuk jaringan menjadi makrofag yang ditarik ketempat
DTH oleh kemokin seperti MCP-1/CCL2.
• MIF mencegah makrofag untuk bermigrasi keluar dari lokasi reaksi DTH
Manifestasi reaksi tipe IV :
Terapi Hipersensitivitas

Terapi hipersensitifitas dapat dibagi menjadi tiga pendekatan


utama yaitu:

Mengindari sumber allergen

Pengobatan secara farmakologi

Intervensi imunologis
1. Mengindari sumber allergen
• Individu yang mengindari kontak dengan sumber allergen
diketahui secara klinis membaik, Penghindaran alergen tidak
menghilangkan keadaan yang mendasari paparan alergen itu,
bahkan setelah bertahun-tahun menghindarinya, adanya
alergen akan tetap menimbulkan kembali gejala alergi.

2. Pengobatan secara farmakologi


• Adrenalin
• Antihistamin
• Teofilin
• Kortikosteroid
3. Intervensi imunologis

• intervensi imunologis mencoba untuk memodifikasi


respon imun terhadap alergen sehingga produksi atau
efek IgE dinegasikan.
– pemberian sejumlah kecil alergen kepada pasien
untuk mendorong produksi IgG terhadap Alergen.
– Pendekatan lain adalah memberikan antibodi anti IgE,
untuk memblokir IgE dari pengikatan FceR pada sel
mast dan mengaktifkannya.
kesimpulan
Karakteristik Hipersensitivitas Hipersensitivitas Hipersensitivitas Hipersensitivitas
tipe I tipe II tipe III tipe IV
Jenis antibodi IgE IgG, IgM IgG, IgM Tidak ada
Jenis antigen Eksogen Permukaan sel Antigen larut Organ dan jaringan
Waktu respon 15-30 menit Menit-jam 3-8 jam 48-72 jam
Keadaan fisik Kemerahan, panas Lisis dan nekrosis Eritema, nekrosis, Eritema dan indurasi
dan bengkak edema
Diperantarai Antibodi Antibodi Antibodi Sel T
oleh
Histologi Sel basofil dan Antibodi dan Komplemen dan Monosit dan
eosinofil komplemen neutrofil limfosit
Contoh reaksi Alergi, asma Anemia hemolotik Lupus eritematosus Tes tuberculin
autoimun, Sindrom sistemik (LES), poison ivy,
goodpasture, Glomerulonefritis granuloma
Anemia pernisiosa pascastreptokokus

Anda mungkin juga menyukai