VIIB
Dosen : Sri Oktavia, M.Farm, Apt
Kelompok II
REGINA SYAFINATULLAH (1601084)
RIZKI MEILANI (1601086)
SELVIA GUSTINA (1601087)
SISI MUSTIKA (1601089)
SONYA AGUSTIN (1601090)
SURYANI (1601091)
TIARA RANI VALENDA (1601092)
VETALIA YEYEN UTARI (1601093)
Kasus Artis yang mengalami Hipersensitivitas
Jessica iskandar
• Bercak-bercak merah baru saja memenuhi
wajah jessica iskandar, bercak merah pada
wajah jessica iskandar itu ternyata
disebabkan oleh alergi atau
hipersensitivitas krim anastesi pada saat
perawatan wajah .
• Jessica iskandar membeberkan kronologi
bagaimana bercak merah itu bisa muncul
pada wajah mulusnya.
• Bercak merah tersebut memenuhi pipi
hingga dagu jessica iskandar
Kasus Artis yang mengalami Hipersensitivitas
Gejala :
Ruam
Gatal-gatal
Kulit yang gatal membengkak
Nafas pendek hingga batuk
Berdasarkan Berdasarkan
Mekanisme waktu
Tipe I ( anafilaktik )
• Rekasi cepat
Tipe II ( reaksi sitotoksik )
• Rekasi intermedient
Tipe III ( reaksi kompleks
• Reaksi lambat
antigen-antibodi)
Tipe IV ( reaksi
hipersensitifitas tipe
lambat )
HIPERSENSITIVITAS
TIPE I
Hipersensitivitas Tipe I (Reaksi anafilaksis)
Dilakukan oleh IgE yang melekat pada sel mast dan berakibat
dilepaskannya beberapa mediator yang menyebabkan reaksi
anafilaksis
Mediatornya histamin
Proses aktivasi sel mast terjadi apabila IgE mengikat
anafilatoksin
Proses aktivasi ini melepaskan berbagai mediator
Timbul gejala alergi
ex: Reaksi anafilaktik terhadap penisilin
Rhinitis alergi
HIPERSENSITIVITAS
TIPE I
Reaksi Hipersensitivitas tipe cepat atau anafilaktik Diperantarai IgE
Alergen produksi IgE berikatan spesifik dengan reseptor di permukaan
sel mast dan basofil tersensitisasi
Kontak berikutnya sederetan reaksi biokimia degranulasi dan pelepasan
mediator (histamin, leukotrien dan sitokin) reaksi alergi
Dapat melibatkan kulit/ epitel (urtikaria dan eksema), mata (konjungtivitis),
nasofaring (rinitis), jaringan bronkopulmoner (asma), dan GI tract
(gastroenteritis)
Lanjutan
HIPERSENSITIVITAS
TIPE I
Sel mast & Basofil punya gambaran granula sitoplasma yang mencolok
berperan penting melalui mediator yg dikandungnya (histamin & zat
peradangan lain)
Dibagi menjadi reaksi Anafilaktik (tipe I.a) & reaksi Anafilaktoid (tipe I.b).
Utk terjadinya reaksi seluler (pd reaksi tipe I.a) perlu interaksi antara IgE yg
berikatan dgn reseptor IgE pd sel mast/ basofil dgn alergen bersangkutan.
Dapt terjadi beberapa menit setelah terpapar antigen yg sesuai & dapat
bertahan dalam beberapa jam walaupun tanpa kontak degan alergen lagi.
Dapat terpapar dengan cara ditelan, dihirup, disuntik, ataupun kontak
langsung
Lanjutan
HIPERSENSITIVITAS
TIPE I
Contoh: reaksi anafilaksis bisa disebabkan oleh hewan, hay fever, urtikaria, akibat
makanan, dermatitis atopik, rhinitis alergika, konjungtivitis dan asma
Gejala : Ketidak nyamanan ringan hingga kematian.
Gejala berat hingga ringan dipengaruhi oleh : Antibodi IgE, jumlah alergen, faktor-
faktor lain yang dapat meningkatkan respon (infeksi virus dan polutan)
Tes Diagnostik:
Skin test (prick dan intradermal)
Kadar total IgE dan IgE spesifik terhadap alergen yang dicurigai (ELISA) IgE
tinggi pada kondisi atopik
Terapi:
Antihistamin, adrenalin, bronkodilator, kortikosteroid, menghindari paparan
alergen dan immunoterapi
Lanjutan
HIPERSENSITIVITAS
TIPE II
Hypersensitivitas Tipe II (Reaksi Sitotoksika)
Adanya antibodi dalam keadaan bebas dalam sirkulasi yang akan bereaksi
dengan antigen
Dilakukan oleh IgM atau IgG yang melekat pada sel sendiri dan
mengaktifkan lajur homplemen.
Akibatnya terjadi kerusal sel target.
Contoh :
• Ketidakcocokan golongan darah antara donor dan
• resipien waktu transfusi darah,anemia hemolitik
• Eritroblastosis fetalis : Rh
• Adanya autoantibodi terhadap antigen nucleoprotein .
• Antibodinya disebut faktor LE
HIPERSENSITIVITAS
TIPE II
Waktu reaksi : beberapa menit hingga beberapa jam
Lanjutan
HIPERSENSITIVITAS
TIPE III
Hipersensitivitas Tipe III (Imun Komplex)
Antigen larut dan antibodinya berada dalam keadaan bebas dalam sirkulasi
Bila bereaksi membentuk komplek imun
Komplek imun ini berpresipitasi pada sel
Contoh : - Reaksi Arthus
- Serum Sickness
Lanjutan
HIPERSENSITIVITAS
TIPE IV
Hipersensitivitas Tipe IV
• Tipe lambat (24-48 jam )
• Tipe selluler
• Sel limfosit yang telah tersensitisasi bereaksi
• secara spesifik dengan suatu antigen tertentu
• Rx Tuberkulin
• Rx Granuloma
• Contoh: dermatitis kontak, penyakit autoimun dan infeksi seperti tuberkulosis, lepra,
granulomatosa, toksoplasmosis.
Diagnosis:
Mekanisme perusakan melibatkan limfosit T dan monosit dan/ atau makrofag
Sel T sitotoksik (Tc) menyebabkan kerusakan langsung sedangkan sel T helper (TH1)
mensekresi sitokin aktivasi Tc, makrofag serta monosit kerusakan
Mantoux test dan patch test
Terapi:
Kortikosteroid dan agen imunosupresif
4 Types of Hypersensitivity Reactions
4 Types of Hypersensitivity Reactions
Lanjutan
PEMBAGIAN HIPERSENSITIVITAS MENURUT WAKTU
1. Rx CEPAT
Dalam hitungan detik menghilang dalam waktu 2 jam. Contoh : Anafilaksis
sistemik, Anafilaksis lokal seperti pilek, bersin, asma, urtikaria dan eksim
2. Rx INTERMEDIET
Terjadi setelah beberapa jam dan menghilang dalam 24 jam
Manisfestasinya dapat berupa :
Reaksi tranfusi darah, Eritroblastosis fetalis, anemia hemolitik autoimun
Artritis reumatoid,vasculitis necrotis
3. Rx LAMBAT
Reaksi lambat terlihat setelah 48 jam setelah pajanan dengan antigen. Contoh :
Dermatitis kontak.
Manifestasi dan mekanisme reaksi Hipersensitivitas
Tipe Manifestasi Mekanisme
Alergi
Proteksi Terhadap infeksi
Penyakit Autoimun
Pengendalian pertumbuhan
Penolakan Graft
Pre-Kangker
Respon
Imun Eritroblastosis Fetalis
HIPERSENSITIVITAS
Etiologi
Faktor yang berperan dalam alergi makanan yaitu :
1. Faktor Internal
a. Imaturitas usus secara fungsional (misalnya dalam fungsi-fungsi : asam lambung, enzym-
enzym usus, glycocalyx) maupun fungsi-fungsi imunologis (misalnya : IgA sekretorik)
memudahkan penetrasi alergen makanan. Imaturitas juga mengurangi kemampuan usus
mentoleransi makanan tertentu.
b. Genetik berperan dalam alergi makanan. Sensitisasi alergen dini mulai janin sampai masa
bayi dan sensitisasi ini dipengaruhi oleh kebiasaan dan norma kehidupan setempat.
c. Mukosa dinding saluran cerna belum matang yang menyebabkan penyerapan alergen
bertambah.
2. Fakor Eksternal
a. Faktor pencetus : faktor fisik (dingin, panas, hujan), faktor psikis (sedih, stress) atau beban
latihan (lari, olah raga).
b. Contoh makanan yang dapat memberikan reaksi alergi menurut prevalensinya: ikan 15,4%;
telur 12,7%; susu 12,2%; kacang 5,3% dll.
c. Hampir semua jenis makanan dan zat tambahan pada makanan dapat menimbulkan reaksi
alergi.
HIPERSENSITIVITAS
Faktor Resiko
Usia
Umur 21-40 tahun yaitu sebanyak (37,5%) dan paling sedikit
pada rentang umur kurang dari 21 tahun yaitu sebanyak
(12,5%)
Jenis kelamin
Laki-laki (50,7%) dan perempuan (49,3%)
Riwayat alergi
Obat-obatan
HIPERSENSITIVITAS
Patofisiologi
Saat pertama kali masuknya alergen (ex. telur ) ke dalam tubuh seseorang yang mengkonsumsi
makanan tetapi dia belum pernah terkena alergi. Namun ketika untuk kedua kalinya orang tersebut
mengkonsumsi makanan yang sama barulah tampak gejala-gejala timbulnya alergi pada kulit orang
tersebut.
Setelah tanda-tanda itu muncul maka antigen akan mengenali alergen yang masuk yang akan memicu
aktifnya sel T, dimana sel T tersebut yang akan merangsang sel B untuk mengaktifkan antibodi (Ig
E).
Proses ini mengakibatkan melekatnya antibodi pada sel mast yang dikeluarkan oleh basofil. Apabila
seseorang mengalami paparan untuk kedua kalinya oleh alergen yang sama maka akan terjadi 2 hal
yaitu,:
1. Ketika mulai terjadinya produksi sitokin oleh sel T. Sitokin memberikan efek terhadap berbagai
sel terutama dalam menarik sel – sel radang misalnya netrofil dan eosinofil, sehingga
menimbulkan reaksi peradangan yang menyebabkan panas.
2. Alergen tersebut akan langsung mengaktifkan antibodi ( Ig E ) yang merangsang sel mast
kemudian melepaskan histamin dalam jumlah yang banyak, kemudian histamin tersebut beredar di
dalam tubuh melalui pembuluh darah. Saat mereka mencapai kulit, alergen akan menyebabkan
terjadinya gatal, prutitus, angioderma, urtikaria, kemerahan pada kulit dan dermatitis.
Pada saat mereka mencapai paru paru, alergen dapat mencetuskan terjadinya asma. Gejala alergi
yang paling ditakutkan dikenal dengan nama anafilaktik syok. Gejala ini ditandai dengan tekanan
darah yang menurun, kesadaran menurun, dan bila tidak ditangani segera dapat menyebabkan
kematian
Diagnosis HIPERSENSITIVITAS
Penatalaksanaan Non- HIPERSENSITIVITAS
Farmakologi
• Cara yang efektif untuk mencegah atau mengurangi terjadinya reaksi
hipersensitivitas terhadap obat yaitu memberikan obat sesuai indikasinya.
Masalah reaksi silang di antara obat juga harus diperhatikan.
• Peran obat-obat anti alergi seperti antihistamin, kortikosteroid, dan
simpatomimetik dalam upaya mencegahreaksi alergi masih terbatas.
• Pada umumnya pemberian antihistamin dan steroid untuk pencegahan reaksi
alergi tidak bermanfaat kecuali untuk mencegah reaksi alergi yang
disebabkan oleh radioaktivitas.
• Pasien harus mengetahui obat-obat yang menyebabkan alergi padanya,
termasuk obat yang diberikan dalam bentuk campuran dengan obat yang lain.
• Apabila pasien berobat ke dokter, hendaknya memberitahukan kepada dokter
yang dikunjunginya perihal obat yang pemah menyebabkan reaksi alergi,
sehingga dokter dapat membuat catalan khusus di kartu berobatpasien.
Penatalaksanaan HIPERSENSITIVITAS
Farmakologi
Alergi Rinitis
Terapi
Antihistamin generasi lama (Klorfeniramin, difenhadramin)
Antihistamin yang lebih baru (feksofenadin, loratadin, desloradin, cetrizin,
azelastin)
Simpatomimetik oral
Vasokonstriktor
Glukokortikoid nasal topikal
Kromoglikat natrium nasal topikal
Terapi hiposensitisasi bila terapi yang lebih konservatif tidak berhasil
Pencegahanya : Identifikasi dan Penghindaran terpapar antigen .
Dan Penggunaan Obat : Kromolin/Kromoglikat, Pseudoefedrin
HIPERSENSITIVITAS
Terminologi Medik
Antigen : Benda asing yang masuk dan merangsang antibodi