Disusun oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
REAKSI HIPERSENSITIVITAS
GEJALA
Kebanyakan reaksi terdiri dari mata berair,mata terasa gatal dan kadang bersin.
Pada reaksi yang esktrim bisa terjadi gangguan pernafasan, kelainan fungsi jantung dan
tekanan darah yang sangat rendah, yang menyebabkan syok. Reaksi jenis ini disebut
anafilaksis, yang bisa terjadi pada orang-orang yang sangat sensitif, misalnya segera
setelah makan makanan atau obat- obatan tertentu atau setelah disengat lebah.
HIPERSENSITIVITAS TIPE I
Gambar 1A
Gambar 1 B : Respons ini dapat terjadi jika tubuh belum pernah terpapar dengan
allergen penyebab sebelumnya. Alergen yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan
dengan sel B, sehingga menyebabkan sel B berubah menjadi sel plasma dan
memproduksi Ig E. Ig E kemudian melekat pada permukaan sel mast dan akan mengikat
allergen. Ikatan sel mast, Ig E dan allergen akan menyebabkan pecahnya sel mast dan
mengeluarkan mediator kimia. Efek mediator kimia ini menyebabkan terjadinya
vasodilatasi, hipersekresi, oedem, spasme pada otot polos. Oleh karena itu gejala klinis
yang dapat ditemukan pada alergi tipe ini antara lain : rinitis (bersin-bersin, pilek) ; sesak
nafas (hipersekresi sekret), oedem dan kemerahan (menyebabkan inflamasi) ; kejang
(spasme otot polos yang ditemukan pada anafilaktic shock).
Gambar 1B
Reaksi alergi tipe II merupakan reaksi yang menyebabkan kerusakan pada sel
tubuh oleh karena antibodi melawan/menyerang secara langsung antigen yang berada
pada permukaan sel. Antibodi yang berperan biasanya Ig G. Berikut (gambar 2 dan 3a)
mekanisme terjadinya reaksi alergi tipe II.
Gambar 2
Keterangan :
Tipe ini melibatkan K cell atau makrofag. Alergen akan diikat antibody yang berada di
permukaan sel makrofag/K cell membentuk antigen antibody kompleks. Kompleks ini
menyebabkan aktifnya komplemen (C2 –C9) yang berakibat kerusakan.
HIPERSENSITIVITAS TIPE III (IMMUNE COMPLEX DISORDERS)
Merupakan reaksi alegi yang dapat terjadi karena deposit yang berasal dari
kompleks antigen antibody berada di jaringan. Gambar berikut ini menunjukkan
mekanisme respons alergi tipe III. Secara ringkas penulis merangkum reaksi alergi tipe
3 seperti pada gambar 3.
Gambar 3
Keterangan :
Peranan dari limfosit T pada penyakit imunologis pada manusia telah semakin dikenal
dan diketahui. Patogenesis dan tatalaksana penyakit autoimun pada manusia pada saat ini
lebih ditujukan pada kerusakan jaringan yang disebabkan terutama oleh sel limfosit T.
Gambar 4
Hampir semua penyakit yang diperantarai T cell disebabkan oleh mekanisme autoimun.
Reaksi autoimun biasanya ditujukan langsung terhadap antigen pada sel yang
distribusinya terbatas pada jaringan organ tertentu. Oleh karena itu penyakit T cell
mediated cenderung terbatas mengenai organ-organ tertentu dan biasanya tidak
bersifat sistemis. Kerusakan organ juga dapat terjadi menyertai reaksi sel T terhadap
reaksi mikroba, misalnya pada tuberculosis, terdapat reaksi T cell-mediatedterhadap M.
tuberculosis, dan reaksi tersebut menjadi kronik oleh karena infeksinya sulit dieradikasi.
Inflamasi granulomatous yang terjadi mengakibatkan kerusakan jaringan pada tempat
infeksi. Pada infeksi virus hepatitis, virusnya sendiri tidak terlalu merusak jaringan,
tetapi sel limfosit T sitolitik (CTL) yang bereaksi terhadap hepatosit yang terinfeksi
menyebabkan kerusakan jaringan hepar.
Pada penyakit yang diperantarai oleh sel T (T cell-mediated), kerusakan jaringan dapat
disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe lambat yang diperantarai oleh sel T CD4+
atau sel lisis oleh CD8+ CTLs
Mekanisme dari kerusakan jaringan sama dengan mekanisme yang digunakan oleh sel T
untuk mengeliminasi sel yang berkaitan dengan mikroba. Sel T CD4+ bereaksi terhadap
antigen pada sel atau jaringan, terjadi sekresi sitokin yang menginduksi inflamasi dan
mengaktivasi makrofag. Kerusakan jaringan disebabkan oleh sekresi sitokin dari
makrofag dan sel-sel inflamasi yang lain. Sel T CD8+ dapat menghancurkan sel yang
berikatan dengan antigen asing. Pada banyak penyakit autoimun yang diperantarai oleh
sel T, terdapat sel T CD4+ dan sel T CD8+ yang spesifik untuk antigen diri, dan
keduanya berperan pada kerusakan jaringan.
Dari penjelasan diatas penjelasan reaksi hipersensitivitas dapat dirangkum dalam tabel
berikut :