Anda di halaman 1dari 16

JOURNAL READING

CONTINUOUS POSITIVE AIRWAY


PRESSURE: EARLY, LATE, OR
STAY WITH SYNCHRONIZED
INTERMITTENT MANDATORY
VENTILATION?
Pembimbing:
dr. Agus Saptanto, Sp.A
Oleh: Adillia Yurivka U.S.

Abstrak
Continuous positive airway pressure (CPAP)
merupakan suatu alat yang mempertahankan
tekanan positif pada saluran nafas BBL selama
pernafasan spontan.
Beberapa penelitian mengemukakan bahwa
nasal continuous positive airway pressure
adalah alternatif untuk ventilasi mekanik pada
bayi
prematur
dan
digunakan
setelah
ekstubasi untuk mempertahankan fungsi paruparu agar lebih baik serta mengurangi apnea
2

Water-Seal CPAP

Pendahuluan

Inspirasi
puncak
yang
berlebihan
waktu
inspirasi
yang
berkepanjangan
Positive
End-Expiratory
Pressure (PEEP) (tekanan
positif
akhir
ekspirasi)
yang berlebihan
Functional
Residual
Capacity
(FRC)
atau
kapasitas
fungsional
residual
tidak
cukup
karena PEEP rendah
keracunan oksigen
kelembaban

Volum Tidal
paru

Distensi paru
yg Imatur

RUSAK

Selain itu, ketika jalannya napas


dipasang
tabung
endotrakeal,
terdapat peningkatan risiko pada
kolonisasi infeksi yang patogen.
Oleh karena itu, penggunaan CPAP
dapat
melindungi
terhadap
pengembangan
BPD
(Bronkopulmonalis
Displasia)
dengan
menghindari
kebutuhan
ventilasi mekanis dan dengan
mengurangi risiko kolonisasi bakteri
melalui tabung endotrakeal

Mengapa CPAP?
Efek (+) CPAP:
meningkatkan FRC
meningkatkan PaO2
menurunkan resistensi
saluran napas
mengurangi apnea
obstruktif
menstabilkan dinding
dada
mengurangi distorsi

Efek (-) CPAP:


PaCO2 dapat meningkat
volume tidal menurun dan
kematian meningkat
mengurangi volum paru-paru
meningkatkan
tekanan
intratoraks,
dapat
mengurangi aliran balik vena
ke
jantung
kanan
dan
menekan hasil jantung
ekskoriasi pada kulit
kerusakan
hidung,
yang
menyebabkan obstruksi dan
risiko infeksi.

Pada tahun 1971, Gregory et al. pertama


kali menunjukkan bahwa penggunaan CPAP
meningkatkan oksigenasi pada bayi baru lahir
dengan gangguan pernapasan/Respiratory
Distress Syndrome sehingga angka kematian
menurun. Penelitian awal menunjukkan
bahwa penggunaan awal CPAP pada bayi
prematur dengan berat lahir <1.500 g perlu
untuk mengurangi FiO2.
CPAP dipandang sebagai alternatif terbaik
untuk intubasi dan ventilasi mekanik untuk
pengobatan gangguan pernafasan pada bayi
ELBW (Extreme Low birth weight).

Indikasi penggunaan CPAP


BBL prematur dengan respiratory
distress syndrome (RDS)
BBL dengan transient tachypnea of
the newborn (TTN)
BBL dengan meconium aspiration
syndrome(MAS)
BBL dengan apnea yang sering
terjadi dan bardikardia prematuritas

BBL dengan paralisis diafragma


BBL yang telah dilepas dari ventilator
mekanik
BBL dengan penyakit saluran nafas
seperti trakeomalacia dan bronkiolitis
BBL setelah pembedahan di bagian
perut atau dada

PROSEDUR KLINIS NCPAP


Mulailah CPAP segera setelah bayi
lahir
Pada saat datang dari ruang bersalin
BBL harus segera ditimbang,
dikeringkan, dan ditempatkan di tempat
tidur dengan penghangat dan probe
servo dipasang pada kulit di atas hati.
Pulse-oximeter harus dipasang (lebih
disukai pada lengan kanan).

Mempertahankan CPAP

Memantau BBL pada CPAP


BBL dengan CPAP nasal harus
menjalani pemeriksaan sistem
setiap 2-4 jam
Gastrointestinal: amati keberadaan
kembung pada perut, lingkaran
usus yang terlihat dan auskultasi
bunyi usus.

Jaga agar ujung peralatan CPAP


tidak mengenai nasal septum
11

Mempertahankan CPAP
Isap rongga hidung, mulut, pharynx dan
perut setiap 2-4 jam dan sesuai dengan
kebutuhan.
Meningkatkan upaya-upaya respirasi,
meningkatkan kebutuhan akan O2 dan
episode-episode apnea/bradikardia mungkin
merupakan indikasi untuk dilakukannya
pengisapan. Perhatikan jumlah, konsistensi dan
warna sekresi. Untuk mengencerkan sekresi
kental yang telah mengering, gunakan
beberapa tetes larutan salin steril 0,9%.
12

Sinkronisasi Nasal Intermittent Positive


Pressure Ventilation (NIPPV) (tekanan
positif hidung ventilasi intermiten)

Nasal
Intermiten
Positive
Pressure
Ventilation (NIPPV) adalah model bantuan
pernafasan
non-invasif
yang
menggabungkan
nCPAP
dengan
ditumpangkan napas ventilator untuk
pengobatan apnea pada bayi prematur
baru
lahir.
Sebuah
meta-analisis
menunjukkan bahwa NIPPV lebih unggul
dibandingkan nCPAP dalam mencegah
kegagalan setelah extubasi.

Baru-baru
ini,
sebuah
studi
observasional
prospektif
menyimpulkan bahwa bayi yang
diekstubasi untuk NIPPV memerlukan
durasi intubasi lebih pendek dan
sedikit oksigen dibandingkan dengan
mereka yang dipertahankan pada
ventilasi konvensional.

Kesimpulan
1. nCPAP efektif dalam pengelolaan RDS bayi
prematur dan dapat digunakan dengan aman
pada saat kelahiran di ruang bersalin
2. Penggunaan nCPAP tampaknya lebih efektif dalam
mengurangi ventilasi mekanik bila digunakan
setelah pemberian surfaktan setelah lahir.
3. Meskipun NIPPV muncul sebagai alternatif non
invasif yang efektif untuk pengelolaan gangguan
pernafasan, tidak terdapat studi kontrol yang
mempublikasikan
uji
coba
penggunaannya
sebagai lini pertama dalam terapi.

Terimakasih ..

Anda mungkin juga menyukai