H DALAM
MENANGANI PERMASALAHAN PENDERITA TUBERKOLUSIS
ANAMNESIS
1
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada
tanggal 20 Juli 2016 pada pukul 14.00 WIB
a Keluhan utama: batuk lama
b RPS :
Pasien perempuan usia 54 tahun, diantar putrinya dengan keluhan
batuk lama kurang lebih 3 bulan, dahak putih kental, tidak ada darah. Batuk
bertambah parah bila malam hari dan saat pasien beraktivitas berat. Pasien
merasa sesak dirasakan hilang timbul, dan mengganggu aktivitas pasien.
Nafsu makan pasien tidak berkurang, namun berat badan pasien selama 2
bulan ini menurun 5 kilogram. Demam sekitar 3 hari. Demam dirasakan
apabila malam hari, saat siang demam turun sampai normal.
Pasien tidak pilek, nyeri dada, nyeri perut. BAB dan BAK tidak ada
keluhan.
c RPD :
Riwayat batuk lama : disangkal
Riwayat batuk berdarah : disangkal
Riwayat Hipertensi : diakui, nama obat lupa
Riwayat Diabetes : diakui, nama obat lupa
Riwayat sakit jantung : disangkal
Riwayat sakit ginjal : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
d RPK :
Riwayat keluhan sama : diakui, tetangga sekitar rumah ada
yang batuk lama
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Diabetes : disangkal
Riwayat sakit jantung : disangkal
Riwayat sakit ginjal : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
2
Penderita tinggal bersama keluarga, biaya pengobatan ditanggung
BPJS Non PBI (kesan ekonomi cukup).
f Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok : disangkal.
Riwayat minum alkohol : disangkal
Riwayat penyalahgunaan obat : disangkal
Riwayat olahraga teratur : disangkal
ANAMNESIS SISTEMIK
Keluhan utama Batuk lama berdahak
sariawan (-), luka pada sudut bibir (-), bibir pecah- pecah
Mulut
(-), gusi berdarah (-), mulut kering (-).
Sistem sesak nafas saat beraktivitas (-), nyeri dada(-) bagian kiri,
kardiovaskuler berdebar-debar(-), keringat dingin (-)
mual (-), muntah (-), BAB darah (-), nyeri perut ulu hati
Sistem
(-), kembung (-), diare (-), nafsu makan menurun (-), BB
gastrointestinal
turun (+)
Sistem nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kaku otot (-)
3
muskuloskeletal
Ekstremitas luka (-), kesemutan (-) kaku digerakan (-) bengkak (-),
bawah sakit sendi (-), panas (-)
Sistem kejang (-), gelisah (-), kesemutan (-), mengigau (-), emosi
neuropsikiatri tidak stabil (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 6 Februari 2017 pada pukul 14.15 WIB
A. Keadaan Umum : Sesak
B. Kesadaran : Compos mentis
C. Status Gizi
BB : 47 kg
TB : 155 cm
IMT : 19,5 kg/m2
Status gizi : Kesan Normoweight
D. Tanda vital
Tekanan darah : 130/100 mmHg
Nadi : 120x/menit reguler,isi dan tegangan cukup
Respiratory rate : 21 x/menit, irama reguler
Suhu : 36,7 oC (aksiler)
E. Status Internus
Kepala : Mesocephal, deformitas (-)
4
Mata : Corpus alienum (-/-), Konjungtiva anemis (-/-),
Mulut : sianosis (-), Pursed lips-breathing (-), lidah kotor (-), uvula
simetris, tonsil (T1/T1), hiperemis (-), kripte melebar (-),
gigi karies (-)
Thorax :
Paru
Inspeksi
Normochest, simetris, Normochest, simetris,
Statis
kelainan kulit (-/-), sudut kelainan kulit (-/-),sudut
arcus costa dalam batas arcus costa dalam batas
normal, ICS dalam batas normal, ICS dalam batas
Dinami normal normal
Pengembangan pernafasan Pengembangan
s
paru normal pernapasan paru normal
5
Perkusi
Sonor seluruh lapang paru Sonor seluruh lapang paru
Kanan
Sonor seluruh lapang paru. Sonor seluruh lapang paru.
Kiri
SD : vesikuler SD : vesikuler
Jantung
Perkusi :
6
Konfigurasi jantung (dalam batas normal)
Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) SIII (-), SIV (-)
Abdomen
Ekstremitas
Superior Inferior
RESUME
Pasien laki-laki usia 38 tahun, keluhan batuk lebih dari 2 bulan, dahak
putih kental, tidak ada darah, bertambah parah saat malam hari dan saat
beraktivitas berat. Pasien merasa sesak dirasakan hilang timbul, dan
7
mengganggu aktivitas pasien. Nafsu makan baik, namun berat badan
selama 2 bulan ini turun 5 kilogram. Demam sekitar 3 hari, dirasakan saat
malam.
Pemeriksaan fisik keadaan umum pasien tampak sesak.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium. tanggal 04 Februari 2017
8
Cor CRT <50% letak dan bentuk normal
Pulmo Corakan vesikuler kasar, bercak kesuraman pada kedua lapang
paru, kedua sudut sinus costosprenikus dalam batas normal.
Kesan : Cor normal, Pulmo TB Paru aktif duplex
DIAGNOSIS
1. DM Tipe II
Ass Etiologi
Resistensi insulin
Kelainan produksi insulin
Ass Factor resiko
Jenis kelamin
Usia
Gaya hidup (makanan, obesitas, jarang olahraga, stress)
Riwayat diabetes mellitus pada keluarga
Ass Komplikasi
Akut
hipoglikemia
Keto Asidosis Diabetika (KAD)
Koma Hiperosmolar Non Ketotik
Kronik
Makroangiopati
Penyakit Jantung Koroner
stroke
Peripheral Artery Disease.
Mikroangiopati
retinopati diabetika
9
nefropati diabetika
Neuropati.
IP Diagnosis
- glukosa plasma sewaktu
- glukosa plasma puasa
- Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTGO
- Cek HbA1c
- Funduskopi
- Kimia darah ( kolesterol, TG, HDL, LDL)
IP Terapi
- Glimepirid 1 X 2 mg
- Gliquidone 2 X 30 mg
- Acarbose 2 X 50 mg
IP Monitoring
- Monitoring gula darah
- Komplikasi kerusakan target organ
IP Edukasi
- Faktor resiko yang dipunyai penderita adalah gaya hidup dan
mempunyai riwayat keluarga orangtua mengalami kencing manis.
- Komplikasi bisa ke organ lain yaitu otak, mata, ginjal, pembuluh
darah.
- Motivasi perubahan gaya hidup, antara lain: pembatasan intake
garam, pengendalian tekanan darah, pengendalian gula darah,
berhenti merokok, berhenti makan yang banyak mengandung
lemak
- Motivasi rutin mengontrol gula darah
3. TB Paru Aktif
Ass. Etiologi
Infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis
Ass. Faktor Resiko
- Pnemothorak spontan
- Hemoptisis
- Akibat retraksi bronkiektasis
10
- Fibrosis paru
- Insufisiensi kardiopulmonal
IP Diagnosis
- X-foto thorax pa
- Sputum SPS
IP Terapi
OAT ketegori I FDC ( Fix Drug Combination) 1X 3 tab pc
Rifampisin 600 mg, isoniazid 300 mg, pirazinamid 500 mg,
ethambutol 250 mg setiap hari selama 2 bulan.
Isoniazid 300 mg dan Rifampisin 600 mg tiga kali seminggu selama 4
bulan.
IP Monitoring
Keadaan umum
Vital sign
Usulan pemeriksaan sputum SPS
Pemeriksaan sputum SPS ulang setelah 6 bulan
IP Edukasi
PROGNOSIS
11
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad Fungtionam : dubia ad bonam
PENATALAKSANAAN
1. Non medikamentosa
Pengendalian TB :
a. Kelembaban
b. Suhu ruangan
c. Pencahayaan
12
Kuman tuberkulosa hanya dapat mati oleh sinar matahari langsung
oleh sinar UV.
d. Ventilasi
Persyaratan ventilasi adalah :
2. Medikamentosa
OAT ketegori I 2RHZE/4R3H3. Tahap intensif Rifampisin 600 mg,
isoniazid 300 mg, pirazinamid 500 mg, ethambutol 250 mg setiap
hari selama 2 bulan. Kemudian diikuti dengan tahap lanjutan
diberikan isoniazid 300 mg dan Rifampisin 600 mg tiga kali
seminggu selama 4 bulan.
FOLLOW UP
Tanggal 05 Februari 2017
1. Subyektif : batuk berdahak (+), batuk darah (-), sesak nafas (+)
2. Obyektif : composmentis, tampak sesak
3. Tanda vital
a. Tensi : 120/70 mmHg
13
b. Nadi : 88 kali permenit
c. RR : 20 kali permenit
d. Suhu : 36,5C
4. Assesment : TB Paru aktif
a. Planning :
OAT ketegori I 2RHZE/4R3H3. Tahap intensif Rifampisin 600 mg,
isoniazid 300 mg, pirazinamid 500 mg, ethambutol 250 mg setiap hari
selama 2 bulan. Kemudian diikuti dengan tahap lanjutan diberikan
isoniazid 300 mg dan Rifampisin 600 mg tiga kali seminggu selama 4
bulan.
FLOW SHEET
Nama : Tn.H (38 tahun)
Diagnosis : TB Paru
Tabel 2. Flowsheet penderita
Tgl Objek Subject Planing Target
6/2/1 Kesadaran: Lemas, batuk Medikamentosa : GDS turun
7 kompos mentis ada, sesak (+) OAT ketegori 1x1
TD:130/90 hilang timbul, (Rifampisin,
mmHg Demam tidak Isoniazid,
Nadi: 82x/menit ada. pirazinamid,
RR: 28x/menit Etambutol)
Suhu : 36,7C Acarbose 2 X 50 mg
GDS 111
7/2/1 Kesadaran: Lemas, batuk Medikamentosa : GDS naik
7 kompos mentis ada, sesak (+) OAT ketegori 1x1
TD: 140/100 hilang timbul, (Rifampisin,
mmHg Demam tidak Isoniazid,
14
Nadi: 81x/menit ada. pirazinamid,
RR: 24x /menit Etambutol)
Suhu : 370C Acarbose 2 X 50 mg
GDS 162
8/2/1 Kesadaran: Lemas, batuk Medikamentosa : GDS turun
7 kompos mentis ada, sesak (+) OAT ketegori 1x1
TD: 155/106 hilang timbul. (Rifampisin,
mmHg Isoniazid,
Nadi: 86x/menit pirazinamid,
RR: 23x /menit Etambutol)
Suhu : 36,80C Acarbose 2 X 50 mg
GDS 100
15
2. FUNGSI FISIOLOGIS
Tabel 3. APGAR score keluarga Tn. S
Kode APGAR Tn.S Ny.A Nn.Y Tn.W
Saya puas bahwa saya dapat
A kembali ke keluarga saya bila 2 2 2 2
saya mendapat masalah.
Saya puas dengan cara keluarga
P saya membahas dan membagi 2 2 2 2
masalah dengan saya.
Saya puas dengan cara keluarga
saya menerima dan mendukung
G keinginan saya untuk melakukan 2 2 2 2
kegiatan baru atau arah hidup
yang baru.
Saya puas dengan cara keluarga
saya mengekspresikan kasih
A sayangnya dan merespon emosi 2 2 2 2
saya seperti kemarahan, perhatian
dll.
Saya puas dengan cara keluarga
R saya dan saya membagi waktu 1 1 1 1
bersama-sama.
Total (kontribusi) 9 9 9 9
Rata-rata APGAR score keluarga Tn.H = 9 + 9 + 9+ 9 = 9
4
Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga Tn.H = baik
3. FUNGSI PATOLOGIS
Tabel 4. Fungsi Patologis SCREEM keluarga Tn.H
Sumber Patologi Keterangan
Social Interaksi sosial cukup, aktif dalam kegiatan -
16
kemasyarakatan.
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik,
Cultural -
banyak tradisi budaya yang masih diikuti.
Beragama dan memiliki pemahaman terhadap
Religion -
ajaran agama, ketaatan ibadah cukup baik
Economic Penghasilan keluarga cukup ( di atas UMR) -
Tingkat pendidikan keluarga kurang karena hanya
Education -
sebagian yang menempuh wajib belajar 9 tahun
Kesadaran tentang pentingnya kesehatan cukup
Medical baik. Jika sakit pasien segera berobat ke dokter, -
puskesmas, rumah sakit.
Kesimpulan : keluarga Tn.H memiliki fungsi patologis
4. GENOGRAM
Tn.S Ny.A
Nn.Y
Kesimpulan Genogram :
Berdasarkan genogram di atas, penyakit TB Paru yang diderita oleh Tn.H
kemungkinan bukan dari penyakit keluarga, melainkan kontak dengan orang
lain atau gaya hidup.
17
5. POLA INTERAKSI KELUARGA
Tn.S Ny.A
Keterangan :
: Hubungan baik
6. FAKTOR PERILAKU
a. Pengetahuan
Pendidikan keluarga penderita cukup, penderita berpendidikan D3 dan
istrinya SMA sedangkan kedua orang tua Tn.H berpendidikan SD. Keluarga
menyadari arti penting kesehatan, namun pengetahuan tentang TB kurang
baik (cara pengobatan, pencegahan, bahaya dan cara mencegah penularan
penyakit TB)
b. Sikap
Sikap keluarga dan pasien sendiri terhadap penyakit yang dideritanya cukup
kooperatif.
c. Tindakan
Penderita dan keluarga menyadari pentingnya hidup sehat karena setiap ada
anggota keluarga yang sakit akan diperiksakan ke dokter praktek atau RS.
Mencegah penularan ke anggota keluarga atau ke orang lain dan menjaga
kebersihan
18
7. FAKTOR NON PERILAKU
a. Lingkungan
Rumah tertata rapi, kebersihan baik, ventilasi dan pencahayaan baik.
Saluran pembuangan limbah lancar, sampah keluarga di buang di belakang
dan dikumpulkan oleh petugas sampah. Lingkungan sekitar bersih.
b. Keturunan
Faktor kontak dengan penderita tidak ada yang menderita TBC
c. Pelayanan kesehatan
Fasilitas kesehatan yang sering di kunjungi oleh keluarga ini jika sakit
adalah dokter klinik swasta
8. LINGKUNGAN INDOOR
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah di area perumahan yang luas
tanahnya 135m2 dan luas rumahnya 80m2, rumah menghadap ke timur.
Rumah tidak memiliki pagar pembatas. Terdiri dari ruang tamu, dua kamar
tidur, dua kamar mandi, dua wc, ruang makan yang menjadi satu dengan
ruang keluarga dan di bagian belakang terdapat dapur. Pintu masuk dan
keluar ada dua, di bagian depan dan di bagian samping rumah. Dinding
terbuat batu bata yang sudah di cat, lantai rumah berupa keramik. Ventilasi
dan pencahayaan rumah baik. Atap rumah tersusun dari genteng dan
ditutup langit-langit. Masing-masing kamar tidur dilengkapi dengan
sebuah ranjang dan kasur. Perabotan rumah tangga cukup, TV berada pada
ruang keluarga, kulkas. Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya
keluarga ini menggunakan air pam. Sehari-hari keluarga memasak
menggunakan kompor gas.
9. LINGKUNGAN OUTDOOR
Lingkungan sekitar rumah termasuk kawasan padat penduduk
dengan kondisi masyarakat akrab dan baik. Rumah satu dengan yang
lainnya saling berdempetan. Terdapat selokan untuk untuk menyalurkan
limbah rumah yang terdapat di belakang rumah dan alirannya lancar.
Sampah dibuang di buang di tempat sampah dan saat sudah penuh di
19
kumpulkan oleh petugas. Rumah berhadapan dengan jalan dalam area
perumahan dan jalan sudah di paving.
DAFTAR MASALAH
1. Masalah Medis
TB Paru
2. Masalah Nonmedis
Lingkungan padat penduduk
Kontak dengan penderita TB
Kurang pengetahuan tentang penyakit TB
Kurangnya kebersihan di lingkungan sekitar
PRIORITAS MASALAH
Tabel 5. Matrikulasi masalah untuk memilih prioritas masalah
No Daftar Masalah I T R Jumlah
. IxTxR
P S SB M M M
n o a
1. Lingkungan padat penduduk 2 3 3 1 1 3 2 108 (II)
20
2. Kontak dengan penderita TB 3 2 2 3 2 2 3 432 (I)
3. Kurang pengetahuan tentang 3 3 3 1 2 1 1 54 (III)
penyakit TB
4. Kurangnya kebersihan di 2 3 2 1 1 1 3 36 (IV)
lingkungan sekitar
Keterangan :
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T : Technology (tehnologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (pentingnya masalah)
21
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular kronis yang disebabkan
oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Model segitiga epidemiologi
menggambarkan interaksi tiga komponen penyakit yaitu Manusia (Host),
penyebab (Agent) dan lingkungan (Environment). Infeksi dapat terjadi bila ada
sumber infeksi, daya tahan tubuh yang menurun yang memungkinkan basil
berkembang biak dan menyebabkan penyakit, kondisi lingkungan yang buruk
yang dapat menjadi sumber penularan, kondisi sosio ekonomi, kepadatan jumlah
penduduk.
Selain itu faktor risiko lain yang dapat menyebabkan terkenanya TBC
adalah adanya sumber penularan kontak dengan penderita. Hal ini merupakan
faktor terjadinya penularan penyakit ini secara eksogen, sehingga dapat terjadi
kekambuhan pada penderita TBC yang telah sembuh. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Topley (1996) menunjukan penularan Tuberkulosis paru dapat
terjadi pada anak yang kontak dengan penderita yaitu sebesar 63,8% berasal dari
kontak serumah dengan keluarga yang menderita tuberkulosis paru melalui
skrining klinis.
Terdapat beberapa masalah yang di temukan terkait dengan terjadinya
TBC yang dialami oleh penderita. Penderita belum mengetahui cara mencegah
penularan pada keluarga terdekat, sehingga dapat menularkan TBC kepada
anaknya. Selain itu penderita masih beranggapan mengatur jarak kontak dengan
penderita TBC lainnya belum penting sehingga penderita mengalami relaps
kembali. Akibat penyakit TBC penderita mengalami gatal dan kering pada kulit di
seluruh tubuh kecuali wajah. Keluhan tersebut mengakibatkan hilangnya mata
pencaharian penderita sebagai pegawai swasta. Hilangnya mata percaharian
tersebut mengakibatkan penderita tidak menghasilkan pendapatan. Penularan TBC
melalui droplet menyebabkan pasien mengisolasi dirinya hanya di dalam rumah
saja sehingga interaksi dengan tetangga, teman dan di tempat umum sangat di
hindari karena takut menularkan.
22
V-A. SIMPULAN
Diagnosis holistik
1. Diagnosis biologis
TB Paru
2. Diagnosis psikologis
Penderita tidak mengalami beban pikiran terhadap penyakitnya.
Hubungan penderita dengan anggota keluarga lain baik dan saling
mendukung satu sama lain.
3. Diagnosis sosial
Hubungan dengan masyarakat sekitar berjalan baik namun pasien tidak
menghiraukan dan tidak mengetahui penyakit TBC, sehingga pasien
kurang memperhatikan perlindungan diri terhadap TBC. Kondisi
lingkungan dan rumah cukup sehat, pendidikan penderita SMA suami
SMA dan anak kuliah, status ekonomi menengah. Pengetahuan,
perilaku, sikap cukup baik.
V-B. SARAN
Komprehensif
a. Promotif
- Memberitahu pasien tentang pengendalian dan pencegahan TBC
- Pentingnya pola makan seimbang
- Mengedukasi pentingnya berolah raga dan memanfaatkan sinar
matahari untuk membunuh bakteri yang di udara atau di pakaian
- Mengedukasi kepada pasien untuk beristirahat tepat waktu dan
rutin oleh raga serta menghindari rokok, alkohol dan stress
- Mengedukasi untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar
- Mengedukasi pentingnya menjaga rumah agar tidak lembab
b. Preventif
- Menghindari kerumunan orang sehingga menurunkan angka
penularan.
- Mengedukasi pasien untuk selalu berfikiran positif dan lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan sehingga tidak terjadi stress.
23
- Mengedukasi kepada penderita untuk melakukan pemeriksaan
diagnostik bila sesudah kontak dengan penderita TBC BTA (+)
dewasa cek dahak
c. Kuratif
OAT ketegori I 2RHZE/4R3H3. Tahap intensif Rifampisin 600 mg,
isoniazid 300 mg, pirazinamid 500 mg, ethambutol 250 mg setiap
hari selama 2 bulan. Kemudian diikuti dengan tahap lanjutan
diberikan isoniazid 300 mg dan Rifampisin 600 mg tiga kali
seminggu selama 4 bulan.
d. Rehabilitatif
- Berolahraga untuk menjaga kebugaran
- Meminum obat secara teratur
- Banyak makan makanan bergizi
- Istirahat cukup dan tepat waktu
LAMPIRAN
A. KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH
1. Gambar. Kondisi rumah dan lingkungan
24
25