Anda di halaman 1dari 25

UPAYA PENDEKATAN KELUARGA TERHADAP Tn.

H DALAM
MENANGANI PERMASALAHAN PENDERITA TUBERKOLUSIS

TAHAP I. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


Nama kepala keluarga : Tn. H (38 tahun)
Alamat : Jl. S. Parman, Semarang
Bentuk keluarga : Nuclear family

Tabel 1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah


No. Nama Kedudukan L/ Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien Ket.
P
1. Tn. H Kepala L 38 th D3 Swasta Pasien TBC
keluarga
2. Ny. A Istri P 33 th SMA Ibu R.T. TBC
3. Nn. Y Nenek P 55 th SD Pensiunan - -
4. Tn. W Kakek L 65 SD Pensiunan - -
Kesimpulan tahap I :
Di dalam keluarga Tn. H berbentuk nuclear family didapatkan pasien atas nama
Tn.H usia 38 tahun, pendidikan D3, Pekerjaaan Swasta dengan TB Paru.
IDENTITAS PENDERITA
a Nama : Tn.H
b Usia : 38 tahun
c Jenis kelamin : Laki-laki
d Agama : Islam
e Suku : Jawa
f Alamat : Jl. S. Parman, Semarang
g Pekerjaan : Swata
h No RM : 48-45-65
i Tanggal masuk RS : 4 Februari 2017

ANAMNESIS

1
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada
tanggal 20 Juli 2016 pada pukul 14.00 WIB
a Keluhan utama: batuk lama
b RPS :
Pasien perempuan usia 54 tahun, diantar putrinya dengan keluhan
batuk lama kurang lebih 3 bulan, dahak putih kental, tidak ada darah. Batuk
bertambah parah bila malam hari dan saat pasien beraktivitas berat. Pasien
merasa sesak dirasakan hilang timbul, dan mengganggu aktivitas pasien.
Nafsu makan pasien tidak berkurang, namun berat badan pasien selama 2
bulan ini menurun 5 kilogram. Demam sekitar 3 hari. Demam dirasakan
apabila malam hari, saat siang demam turun sampai normal.
Pasien tidak pilek, nyeri dada, nyeri perut. BAB dan BAK tidak ada
keluhan.
c RPD :
Riwayat batuk lama : disangkal
Riwayat batuk berdarah : disangkal
Riwayat Hipertensi : diakui, nama obat lupa
Riwayat Diabetes : diakui, nama obat lupa
Riwayat sakit jantung : disangkal
Riwayat sakit ginjal : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
d RPK :
Riwayat keluhan sama : diakui, tetangga sekitar rumah ada
yang batuk lama
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Diabetes : disangkal
Riwayat sakit jantung : disangkal
Riwayat sakit ginjal : disangkal
Riwayat alergi : disangkal

e Riwayat Sosial Ekonomi :

2
Penderita tinggal bersama keluarga, biaya pengobatan ditanggung
BPJS Non PBI (kesan ekonomi cukup).
f Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok : disangkal.
Riwayat minum alkohol : disangkal
Riwayat penyalahgunaan obat : disangkal
Riwayat olahraga teratur : disangkal

ANAMNESIS SISTEMIK
Keluhan utama Batuk lama berdahak

Kepala Sakit kepala (-), jejas (-), leher kaku (-)

penglihatan kabur (-), pandangan ganda (-),pandangan


Mata berputar (-), berkunang-kunang (-), konjungtiva anemis
(-), sklera ikterik (-)

Hidung pilek (-), mimisan (-), tersumbat (-)

pendengaran berkurang (-), berdenging (-), keluar cairan


Telinga
(-), darah (-).

sariawan (-), luka pada sudut bibir (-), bibir pecah- pecah
Mulut
(-), gusi berdarah (-), mulut kering (-).

Leher Pembesaran kelenjar limfe (-)

Tenggorokan sakit menelan (-), suara serak (-), gatal (-).

sesak nafas (+), batuk (+), dahak (+), warna putih


Sistem respirasi
kental, batuk darah(-), mengii (-)

Sistem sesak nafas saat beraktivitas (-), nyeri dada(-) bagian kiri,
kardiovaskuler berdebar-debar(-), keringat dingin (-)

mual (-), muntah (-), BAB darah (-), nyeri perut ulu hati
Sistem
(-), kembung (-), diare (-), nafsu makan menurun (-), BB
gastrointestinal
turun (+)

Sistem nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kaku otot (-)

3
muskuloskeletal

warna seperti teh (-), sering kencing (-), nyeri saat


Sistem
kencing (-), keluar darah (-) berpasir (-), kencing nanah
genitourinaria
(-), sulit memulai kencing (-), anyang-anyangan (-).

luka (-), kesemutan (-), kaku digerakan (-) bengkak(-)


Ekstremitas atas
sakit sendi (-) panas (-)

Ekstremitas luka (-), kesemutan (-) kaku digerakan (-) bengkak (-),
bawah sakit sendi (-), panas (-)

Sistem kejang (-), gelisah (-), kesemutan (-), mengigau (-), emosi
neuropsikiatri tidak stabil (-)

Sistem kulit kuning (-), pucat (-), gatal (-)


Integumentum

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 6 Februari 2017 pada pukul 14.15 WIB
A. Keadaan Umum : Sesak
B. Kesadaran : Compos mentis
C. Status Gizi
BB : 47 kg
TB : 155 cm
IMT : 19,5 kg/m2
Status gizi : Kesan Normoweight
D. Tanda vital
Tekanan darah : 130/100 mmHg
Nadi : 120x/menit reguler,isi dan tegangan cukup
Respiratory rate : 21 x/menit, irama reguler
Suhu : 36,7 oC (aksiler)

E. Status Internus
Kepala : Mesocephal, deformitas (-)

4
Mata : Corpus alienum (-/-), Konjungtiva anemis (-/-),

reflek pupil direk (+/+), reflek pupil indirek (+/+)

pupil isokor (D: 3mm/3mm)

Hidung : Deformitas (-), jejas (-), rhinorea (-/-), epitaksis (-/-)

Telinga : Jejas (-), Gangguan fungsi pendengaran(-/-), othorea (-/-)

Mulut : sianosis (-), Pursed lips-breathing (-), lidah kotor (-), uvula
simetris, tonsil (T1/T1), hiperemis (-), kripte melebar (-),
gigi karies (-)

Leher : Jejas (-), deviasi trakea (-), deformitas (-), pembesaran


limfonodi (-/-) multiple, peningkatan JVP (-)

Thorax :

Paru

Paru depan Paru belakang

Inspeksi
Normochest, simetris, Normochest, simetris,
Statis
kelainan kulit (-/-), sudut kelainan kulit (-/-),sudut
arcus costa dalam batas arcus costa dalam batas
normal, ICS dalam batas normal, ICS dalam batas
Dinami normal normal
Pengembangan pernafasan Pengembangan
s
paru normal pernapasan paru normal

Palpasi Simetris (N/N), Nyeri tekan Simetris (N/N), Nyeri


(-/-), ICS dalam batas tekan (-/-), ICS dalam
normal, taktil fremitus batas normal, taktil
dalam batas normal fremitus dalam batas
normal

5
Perkusi
Sonor seluruh lapang paru Sonor seluruh lapang paru
Kanan
Sonor seluruh lapang paru. Sonor seluruh lapang paru.
Kiri

Auskultasi Suara dasar vesicular, Suara dasar vesicular,


Ronki pada apex (-/-), Ronki pada apex (-/-),
Wheezing (-/-) Wheezing (-/-)

Tampak anterior paru Tampak posterior paru

SD : vesikuler SD : vesikuler

ST : Ronki (+/+), wheezing (-) ST: Ronki (+/+), wheezing (-)

Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS V 1-2 cm ke arah medial


midclavikula sinistra, thrill (-), pulsus epigastrium (-),
pulsus parasternal (-), sternal lift (-)

Perkusi :

batas atas : ICS II linea parasternal sinistra

pinggang jantung : ICS III linea parasternal sinsitra

batas kanan bawah : ICS V linea sternalis dextra

kiri bawah : ICS V 1-2 cm ke arah medial midclavikula


sinistra

6
Konfigurasi jantung (dalam batas normal)

Auskultasi : regular, Suara jantung murni: SI - SII (normal) reguler.

Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) SIII (-), SIV (-)

Abdomen

Inspeksi : Permukaan datar, warna sama


seperti kulit di sekitar

Auskultasi : Bising usus 7 kali/menit


(normal)

Perkusi : Timpani seluruh regio


abdomen, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)

Palpasi : Nyeri tekan (-), supel, tidak


teraba pembesaran organ

Ekstremitas

Superior Inferior

Akral (hangat / hangat) (hangat / hangat)

Capillary Refill ( 2 detik / 2 detik) ( 2 detik / 2 detik)

Sianosis (-/-) (-/-)

RESUME
Pasien laki-laki usia 38 tahun, keluhan batuk lebih dari 2 bulan, dahak
putih kental, tidak ada darah, bertambah parah saat malam hari dan saat
beraktivitas berat. Pasien merasa sesak dirasakan hilang timbul, dan

7
mengganggu aktivitas pasien. Nafsu makan baik, namun berat badan
selama 2 bulan ini turun 5 kilogram. Demam sekitar 3 hari, dirasakan saat
malam.
Pemeriksaan fisik keadaan umum pasien tampak sesak.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium. tanggal 04 Februari 2017

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Darah Rutin
Lekosit 27,0 H 3,8 10,6
Eritrosit 5,68 4,4 5,9
Hemoglobin 14,9 11,7 15,5
Hematokrit 44,1 40 52
MCV 78,0 L 80 100
MCH 26 26 34
MCHC 32 32 36
Trombosit 281 150 440
RDW 15,0 H 11,5 14,5
Eosinofil 1.1 L 24
Basofil 0.5 01
Neutrofil 62.3 50 -70
Limfosit 12.7 L 25 - 40
Monosit 3.0 28
Kalium 4.9 3.5 - 5.0
Natrium 130 L 135 - 147
Chlorida 98 95 - 105
Calcium 9.3 8.8 - 10.3
GDS 250 H < 126

2. Foto Rongten Thorax PA

8
Cor CRT <50% letak dan bentuk normal
Pulmo Corakan vesikuler kasar, bercak kesuraman pada kedua lapang
paru, kedua sudut sinus costosprenikus dalam batas normal.
Kesan : Cor normal, Pulmo TB Paru aktif duplex

DIAGNOSIS
1. DM Tipe II
Ass Etiologi
Resistensi insulin
Kelainan produksi insulin
Ass Factor resiko
Jenis kelamin
Usia
Gaya hidup (makanan, obesitas, jarang olahraga, stress)
Riwayat diabetes mellitus pada keluarga
Ass Komplikasi
Akut
hipoglikemia
Keto Asidosis Diabetika (KAD)
Koma Hiperosmolar Non Ketotik
Kronik
Makroangiopati
Penyakit Jantung Koroner
stroke
Peripheral Artery Disease.
Mikroangiopati
retinopati diabetika

9
nefropati diabetika
Neuropati.
IP Diagnosis
- glukosa plasma sewaktu
- glukosa plasma puasa
- Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTGO
- Cek HbA1c
- Funduskopi
- Kimia darah ( kolesterol, TG, HDL, LDL)
IP Terapi
- Glimepirid 1 X 2 mg
- Gliquidone 2 X 30 mg
- Acarbose 2 X 50 mg
IP Monitoring
- Monitoring gula darah
- Komplikasi kerusakan target organ
IP Edukasi
- Faktor resiko yang dipunyai penderita adalah gaya hidup dan
mempunyai riwayat keluarga orangtua mengalami kencing manis.
- Komplikasi bisa ke organ lain yaitu otak, mata, ginjal, pembuluh
darah.
- Motivasi perubahan gaya hidup, antara lain: pembatasan intake
garam, pengendalian tekanan darah, pengendalian gula darah,
berhenti merokok, berhenti makan yang banyak mengandung
lemak
- Motivasi rutin mengontrol gula darah

3. TB Paru Aktif

Ass. Etiologi
Infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis
Ass. Faktor Resiko

- Kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun.


- Kontak langsung dengan penderita
Ass. Komplikasi

- Pnemothorak spontan
- Hemoptisis
- Akibat retraksi bronkiektasis

10
- Fibrosis paru
- Insufisiensi kardiopulmonal
IP Diagnosis

- X-foto thorax pa
- Sputum SPS

IP Terapi
OAT ketegori I FDC ( Fix Drug Combination) 1X 3 tab pc
Rifampisin 600 mg, isoniazid 300 mg, pirazinamid 500 mg,
ethambutol 250 mg setiap hari selama 2 bulan.
Isoniazid 300 mg dan Rifampisin 600 mg tiga kali seminggu selama 4
bulan.
IP Monitoring

Keadaan umum
Vital sign
Usulan pemeriksaan sputum SPS
Pemeriksaan sputum SPS ulang setelah 6 bulan
IP Edukasi

- Menerangkan kepada pasien tentang penyakit, penularan dan


komplikasi penyakit
- Memberi penjelasan pada pasien dan keluarga bahwa pengobatan
penyakit ini harus minum obat setiap hari sampai dinyatakan
sembuh oleh dokter (2bulan fase intensif dan 4 bulan fase lanjutan)
- Memberi penjelasan akan dilakukan pemeriksaan dahak setelah 6
bulan pengobatan untuk memastikan kesembuhan penyakit ini.

PROGNOSIS

11
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad Fungtionam : dubia ad bonam

PATIENT CENTERED DIAGNOSIS


1. Diagnosis Holistik
Tn.H usia 38 tahun nuclear family, TB Paru, keluarga harmonis dan
anggota masyarakat biasa.
2. Diagnosis Biologis
TB Paru aktif dan Diabetes Mellitus
3. Diagnosis Psikologis
Hubungan antar anggota keluarga akrab dan saling mendukung.
4. Diagnosis Sosial, Ekonomi, Budaya
Penderita merupakan anggota masyarakat biasa dan hubungan dengan
masyarakat sekitar baik. Kesan ekonomi cukup

PENATALAKSANAAN
1. Non medikamentosa
Pengendalian TB :
a. Kelembaban

Sebaiknya kelembaban udara yang memenuhi syarat kesehatan dalam


rumah adalah 40-60 %

b. Suhu ruangan

Sebaiknya suhu rumah yang memenuhi syarat kesehatan adalah antara


20-25 C, karena Mycobacterium tuberculosa merupakan bakteri
mesofilik yang tumbuh subur dalam rentang 25-40 C, akan tetapi
akan tumbuh secara optimal pada suhu 31-37 C.

c. Pencahayaan

12
Kuman tuberkulosa hanya dapat mati oleh sinar matahari langsung
oleh sinar UV.

d. Ventilasi
Persyaratan ventilasi adalah :

- Luas lubang ventilasi minimal 5 % dari luas lantai ruangan


- Udara yang masuk harus bersih, tidak dicemari asap dari
sampah, knalpot kendaraan, debu dan lain-lain.
e. Makanlah makanan dengan gizi seimbang
f. Istirahat cukup
g. Hindari stress dan olahraga teratur
h. Menjelaskan cara penularan dan komplikasi TB Paru pnemothorak
spontan, hemoptisis, akibat retraksi bronkiektasis, fibrosis paru dan
insufisiensi kardiopulmonal
i. Memberi penjelasan pada pasien dan keluarga bahwa pengobatan
peenyakit ini harus minum obat setiap hari sampai dinyatakan sembuh
oleh dokter.

2. Medikamentosa
OAT ketegori I 2RHZE/4R3H3. Tahap intensif Rifampisin 600 mg,
isoniazid 300 mg, pirazinamid 500 mg, ethambutol 250 mg setiap
hari selama 2 bulan. Kemudian diikuti dengan tahap lanjutan
diberikan isoniazid 300 mg dan Rifampisin 600 mg tiga kali
seminggu selama 4 bulan.

FOLLOW UP
Tanggal 05 Februari 2017
1. Subyektif : batuk berdahak (+), batuk darah (-), sesak nafas (+)
2. Obyektif : composmentis, tampak sesak
3. Tanda vital
a. Tensi : 120/70 mmHg

13
b. Nadi : 88 kali permenit
c. RR : 20 kali permenit
d. Suhu : 36,5C
4. Assesment : TB Paru aktif
a. Planning :
OAT ketegori I 2RHZE/4R3H3. Tahap intensif Rifampisin 600 mg,
isoniazid 300 mg, pirazinamid 500 mg, ethambutol 250 mg setiap hari
selama 2 bulan. Kemudian diikuti dengan tahap lanjutan diberikan
isoniazid 300 mg dan Rifampisin 600 mg tiga kali seminggu selama 4
bulan.

5. Dilanjutkan, terapi non medikamentosa berupa pencegahan dan


pengendalian TB, makan seimbang, istirahat cukup, kurangi stress dan
rutin Olahraga

FLOW SHEET
Nama : Tn.H (38 tahun)
Diagnosis : TB Paru
Tabel 2. Flowsheet penderita
Tgl Objek Subject Planing Target
6/2/1 Kesadaran: Lemas, batuk Medikamentosa : GDS turun
7 kompos mentis ada, sesak (+) OAT ketegori 1x1
TD:130/90 hilang timbul, (Rifampisin,
mmHg Demam tidak Isoniazid,
Nadi: 82x/menit ada. pirazinamid,
RR: 28x/menit Etambutol)
Suhu : 36,7C Acarbose 2 X 50 mg
GDS 111
7/2/1 Kesadaran: Lemas, batuk Medikamentosa : GDS naik
7 kompos mentis ada, sesak (+) OAT ketegori 1x1
TD: 140/100 hilang timbul, (Rifampisin,
mmHg Demam tidak Isoniazid,

14
Nadi: 81x/menit ada. pirazinamid,
RR: 24x /menit Etambutol)
Suhu : 370C Acarbose 2 X 50 mg
GDS 162
8/2/1 Kesadaran: Lemas, batuk Medikamentosa : GDS turun
7 kompos mentis ada, sesak (+) OAT ketegori 1x1
TD: 155/106 hilang timbul. (Rifampisin,
mmHg Isoniazid,
Nadi: 86x/menit pirazinamid,
RR: 23x /menit Etambutol)
Suhu : 36,80C Acarbose 2 X 50 mg
GDS 100

TAHAP III. IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA


1. FUNGSI HOLISTIK
a. Fungsi Biologis
Keluarga terdiri atas kepala rumah tangga (Tn.H 38 tahun), istri (Ny.A
33tahun), nenek (Nn.Y 55 tahun) dan kakek ( Tn.W 65 tahun) tinggal
bersama dalam satu rumah.
b. Fungsi Psikologis
Hubungan keluarga cukup harmonis, saling mendukung, dan perhatian
satu sama lain.
c. Fungsi Sosial
Penderita merupakan anggota masyarakat biasa dan hubungan dengan
masyarakat sekitar baik
d. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penderita pekerjaan swasta dengan penghasilan lebih dari Rp 3.000.000,00
perbulan. Kebutuhan dapat terpenuhi dengan cukup baik. Kesan ekonomi
cukup.
e. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Komunikasi anggota keluarga berlangsung baik, permasalahan
diselesaikan dengan cara dimusyawarahkan bersama-sama.

15
2. FUNGSI FISIOLOGIS
Tabel 3. APGAR score keluarga Tn. S
Kode APGAR Tn.S Ny.A Nn.Y Tn.W
Saya puas bahwa saya dapat
A kembali ke keluarga saya bila 2 2 2 2
saya mendapat masalah.
Saya puas dengan cara keluarga
P saya membahas dan membagi 2 2 2 2
masalah dengan saya.
Saya puas dengan cara keluarga
saya menerima dan mendukung
G keinginan saya untuk melakukan 2 2 2 2
kegiatan baru atau arah hidup
yang baru.
Saya puas dengan cara keluarga
saya mengekspresikan kasih
A sayangnya dan merespon emosi 2 2 2 2
saya seperti kemarahan, perhatian
dll.
Saya puas dengan cara keluarga
R saya dan saya membagi waktu 1 1 1 1
bersama-sama.
Total (kontribusi) 9 9 9 9
Rata-rata APGAR score keluarga Tn.H = 9 + 9 + 9+ 9 = 9
4
Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga Tn.H = baik

3. FUNGSI PATOLOGIS
Tabel 4. Fungsi Patologis SCREEM keluarga Tn.H
Sumber Patologi Keterangan
Social Interaksi sosial cukup, aktif dalam kegiatan -

16
kemasyarakatan.
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik,
Cultural -
banyak tradisi budaya yang masih diikuti.
Beragama dan memiliki pemahaman terhadap
Religion -
ajaran agama, ketaatan ibadah cukup baik
Economic Penghasilan keluarga cukup ( di atas UMR) -
Tingkat pendidikan keluarga kurang karena hanya
Education -
sebagian yang menempuh wajib belajar 9 tahun
Kesadaran tentang pentingnya kesehatan cukup
Medical baik. Jika sakit pasien segera berobat ke dokter, -
puskesmas, rumah sakit.
Kesimpulan : keluarga Tn.H memiliki fungsi patologis

4. GENOGRAM

Tn.S Ny.A

Nn.Y

Diagram 1. Genogram keluarga Tn. S


Keterangan :
: laki-laki : penderita TB Paru

: perempuan : tinggal serumah

: laki-laki, perempuan meninggal

Kesimpulan Genogram :
Berdasarkan genogram di atas, penyakit TB Paru yang diderita oleh Tn.H
kemungkinan bukan dari penyakit keluarga, melainkan kontak dengan orang
lain atau gaya hidup.

17
5. POLA INTERAKSI KELUARGA

Tn.S Ny.A
Keterangan :

: Hubungan baik

: Hubungan tidak baik


Nn.Y Tn.W

Diagram 2. Pola interaksi keluarga Tn. H


Kesimpulan : Pola interaksi 2 arah antar anggota keluarga berjalan baik dan
harmonis.

6. FAKTOR PERILAKU
a. Pengetahuan
Pendidikan keluarga penderita cukup, penderita berpendidikan D3 dan
istrinya SMA sedangkan kedua orang tua Tn.H berpendidikan SD. Keluarga
menyadari arti penting kesehatan, namun pengetahuan tentang TB kurang
baik (cara pengobatan, pencegahan, bahaya dan cara mencegah penularan
penyakit TB)
b. Sikap
Sikap keluarga dan pasien sendiri terhadap penyakit yang dideritanya cukup
kooperatif.

c. Tindakan
Penderita dan keluarga menyadari pentingnya hidup sehat karena setiap ada
anggota keluarga yang sakit akan diperiksakan ke dokter praktek atau RS.
Mencegah penularan ke anggota keluarga atau ke orang lain dan menjaga
kebersihan

18
7. FAKTOR NON PERILAKU
a. Lingkungan
Rumah tertata rapi, kebersihan baik, ventilasi dan pencahayaan baik.
Saluran pembuangan limbah lancar, sampah keluarga di buang di belakang
dan dikumpulkan oleh petugas sampah. Lingkungan sekitar bersih.
b. Keturunan
Faktor kontak dengan penderita tidak ada yang menderita TBC
c. Pelayanan kesehatan
Fasilitas kesehatan yang sering di kunjungi oleh keluarga ini jika sakit
adalah dokter klinik swasta

8. LINGKUNGAN INDOOR
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah di area perumahan yang luas
tanahnya 135m2 dan luas rumahnya 80m2, rumah menghadap ke timur.
Rumah tidak memiliki pagar pembatas. Terdiri dari ruang tamu, dua kamar
tidur, dua kamar mandi, dua wc, ruang makan yang menjadi satu dengan
ruang keluarga dan di bagian belakang terdapat dapur. Pintu masuk dan
keluar ada dua, di bagian depan dan di bagian samping rumah. Dinding
terbuat batu bata yang sudah di cat, lantai rumah berupa keramik. Ventilasi
dan pencahayaan rumah baik. Atap rumah tersusun dari genteng dan
ditutup langit-langit. Masing-masing kamar tidur dilengkapi dengan
sebuah ranjang dan kasur. Perabotan rumah tangga cukup, TV berada pada
ruang keluarga, kulkas. Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya
keluarga ini menggunakan air pam. Sehari-hari keluarga memasak
menggunakan kompor gas.

9. LINGKUNGAN OUTDOOR
Lingkungan sekitar rumah termasuk kawasan padat penduduk
dengan kondisi masyarakat akrab dan baik. Rumah satu dengan yang
lainnya saling berdempetan. Terdapat selokan untuk untuk menyalurkan
limbah rumah yang terdapat di belakang rumah dan alirannya lancar.
Sampah dibuang di buang di tempat sampah dan saat sudah penuh di

19
kumpulkan oleh petugas. Rumah berhadapan dengan jalan dalam area
perumahan dan jalan sudah di paving.

RESUME IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA


1. Fungsi Holistik (biopsikososial) : baik
2. Fungsi Fisiologis (APGAR) : baik
3. Fungsi Patologis (SCREEM) : baik
4. Fungsi Genogram Keluarga :penderita TB kontak dengan anak
dan anak pasien.
5. Fungsi Pola Interaksi Keluarga : baik
6. Fungsi Perilaku Keluarga : baik
7. Fungsi Non Perilaku Keluarga : baik
8. Fungsi Lingkungan Indoor : baik
9. Fungsi Lingkungan Outdoor : baik

DAFTAR MASALAH
1. Masalah Medis
TB Paru
2. Masalah Nonmedis
Lingkungan padat penduduk
Kontak dengan penderita TB
Kurang pengetahuan tentang penyakit TB
Kurangnya kebersihan di lingkungan sekitar

PRIORITAS MASALAH
Tabel 5. Matrikulasi masalah untuk memilih prioritas masalah
No Daftar Masalah I T R Jumlah
. IxTxR
P S SB M M M
n o a
1. Lingkungan padat penduduk 2 3 3 1 1 3 2 108 (II)

20
2. Kontak dengan penderita TB 3 2 2 3 2 2 3 432 (I)
3. Kurang pengetahuan tentang 3 3 3 1 2 1 1 54 (III)
penyakit TB
4. Kurangnya kebersihan di 2 3 2 1 1 1 3 36 (IV)
lingkungan sekitar

Keterangan :
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T : Technology (tehnologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (pentingnya masalah)

DIAGRAM PERMASALAH PASIEN

II. Lingkungan padat penduduk

IV. Kurangnya kebersihan lingkungan sekitar


I. Kontak dengan penderita TBNy. A 54 tahun TB paru aktif

III. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit TB

Diagram 3. Diagram permasalahan pasien

TAHAP IV. HUBUNGAN ANTARA KONTAK LANGSUNG DENGAN


PENDERITA TBC DENGAN KEJADIAN TBC

21
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular kronis yang disebabkan
oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Model segitiga epidemiologi
menggambarkan interaksi tiga komponen penyakit yaitu Manusia (Host),
penyebab (Agent) dan lingkungan (Environment). Infeksi dapat terjadi bila ada
sumber infeksi, daya tahan tubuh yang menurun yang memungkinkan basil
berkembang biak dan menyebabkan penyakit, kondisi lingkungan yang buruk
yang dapat menjadi sumber penularan, kondisi sosio ekonomi, kepadatan jumlah
penduduk.
Selain itu faktor risiko lain yang dapat menyebabkan terkenanya TBC
adalah adanya sumber penularan kontak dengan penderita. Hal ini merupakan
faktor terjadinya penularan penyakit ini secara eksogen, sehingga dapat terjadi
kekambuhan pada penderita TBC yang telah sembuh. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Topley (1996) menunjukan penularan Tuberkulosis paru dapat
terjadi pada anak yang kontak dengan penderita yaitu sebesar 63,8% berasal dari
kontak serumah dengan keluarga yang menderita tuberkulosis paru melalui
skrining klinis.
Terdapat beberapa masalah yang di temukan terkait dengan terjadinya
TBC yang dialami oleh penderita. Penderita belum mengetahui cara mencegah
penularan pada keluarga terdekat, sehingga dapat menularkan TBC kepada
anaknya. Selain itu penderita masih beranggapan mengatur jarak kontak dengan
penderita TBC lainnya belum penting sehingga penderita mengalami relaps
kembali. Akibat penyakit TBC penderita mengalami gatal dan kering pada kulit di
seluruh tubuh kecuali wajah. Keluhan tersebut mengakibatkan hilangnya mata
pencaharian penderita sebagai pegawai swasta. Hilangnya mata percaharian
tersebut mengakibatkan penderita tidak menghasilkan pendapatan. Penularan TBC
melalui droplet menyebabkan pasien mengisolasi dirinya hanya di dalam rumah
saja sehingga interaksi dengan tetangga, teman dan di tempat umum sangat di
hindari karena takut menularkan.

TAHAP V. SIMPULAN DAN SARAN

22
V-A. SIMPULAN
Diagnosis holistik

1. Diagnosis biologis
TB Paru
2. Diagnosis psikologis
Penderita tidak mengalami beban pikiran terhadap penyakitnya.
Hubungan penderita dengan anggota keluarga lain baik dan saling
mendukung satu sama lain.
3. Diagnosis sosial
Hubungan dengan masyarakat sekitar berjalan baik namun pasien tidak
menghiraukan dan tidak mengetahui penyakit TBC, sehingga pasien
kurang memperhatikan perlindungan diri terhadap TBC. Kondisi
lingkungan dan rumah cukup sehat, pendidikan penderita SMA suami
SMA dan anak kuliah, status ekonomi menengah. Pengetahuan,
perilaku, sikap cukup baik.

V-B. SARAN
Komprehensif

Saran yang dapat diberikan kepada keluarga penderita dan keluarganya


adalah sebagai berikut :

a. Promotif
- Memberitahu pasien tentang pengendalian dan pencegahan TBC
- Pentingnya pola makan seimbang
- Mengedukasi pentingnya berolah raga dan memanfaatkan sinar
matahari untuk membunuh bakteri yang di udara atau di pakaian
- Mengedukasi kepada pasien untuk beristirahat tepat waktu dan
rutin oleh raga serta menghindari rokok, alkohol dan stress
- Mengedukasi untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar
- Mengedukasi pentingnya menjaga rumah agar tidak lembab
b. Preventif
- Menghindari kerumunan orang sehingga menurunkan angka
penularan.
- Mengedukasi pasien untuk selalu berfikiran positif dan lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan sehingga tidak terjadi stress.

23
- Mengedukasi kepada penderita untuk melakukan pemeriksaan
diagnostik bila sesudah kontak dengan penderita TBC BTA (+)
dewasa cek dahak
c. Kuratif
OAT ketegori I 2RHZE/4R3H3. Tahap intensif Rifampisin 600 mg,
isoniazid 300 mg, pirazinamid 500 mg, ethambutol 250 mg setiap
hari selama 2 bulan. Kemudian diikuti dengan tahap lanjutan
diberikan isoniazid 300 mg dan Rifampisin 600 mg tiga kali
seminggu selama 4 bulan.
d. Rehabilitatif
- Berolahraga untuk menjaga kebugaran
- Meminum obat secara teratur
- Banyak makan makanan bergizi
- Istirahat cukup dan tepat waktu

LAMPIRAN
A. KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH
1. Gambar. Kondisi rumah dan lingkungan

24
25

Anda mungkin juga menyukai