Anda di halaman 1dari 32

Immunologi

“hipersensitivitas”

Oleh Kelompok 6 :
Lailatul rizki tiara dian aryani (1501080)
Qiyamulhaq (1501092)
Rizki Khairunnisa (1501096)
Setri davia (1601081)
Sri Yenny Wulandhari (1501112)
Widi Mulyantari (1501108)

Dosen pembimbing :
Meiriza Djohari,M.Kes,Apt
POKOK PEMBAHASAN
Pengertian Hipersensitivitas

Klasifikasi Hipersensitivitas

Penyakit Hipersensitivitas

Terapi Hipersensitivitas
DEFINISI HIPERSENSITIVITAS

Hipersensitivitas merupakan
peningkatan reaktivitas atau
sensitivitas terhadap antigen
yang pernah dipajankan atau
dikenal sebelumnya.
KLASIFIKASI REAKSI HIPERSENSITIVITAS
REAKSI
HIPERSENSITIVITAS

Berdasarkan Berdasarkan
Waktu Mekanisme

Reaksi
Reaksi Reaksi Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV
Interm
Cepat Lambat
ediet
PEMBAGIAN REAKSI HIPERSENSITIFITAS MENURUT WAKTU

REAKSI CEPAT REAKSI REAKSI


INTERMEDIAT LAMBAT
Terjadi dalam Terjadi setelah Terjadi setelah
hitungan detik, beberapa jam 48 jam.
menghilang dan
dalam 2 jam. menghilang 24
jam.
PEMBAGIAN REAKSI HIPERSENSITIFITAS MENURUT
MEKANISME
Robert Coombs dan Philip HH Gell (1963) dibagi 4 tipe :
Hipersensitivitas Gell dan Coombs Tipe I
• Reaksi tipe I yang disebut juga reaksi cepat
atau reaksi anafilaksis atau reaksi alergi terjadi
segera setelah tubuh terpajan dengan alergen.
• Pada reaksi tipe I alergen yang masuk kedalam
tubuh menimbulkan respon imun berupa
produksi IGE dan penyakit alergi seperti
rhinitis alergi, asma dan dermatitis atopi
Urutan Kejadian Reaksi Tipe 1

Fase • waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai diikat


oleh reseptor spesifik (Fce-R) pada permukaan sel mast dan
sensitisasi basofil

Fase • waktu yang diperlukan antara pajanan ulang


dengan antigen spesifik dan sel mast melepas
aktivasi isinya yang berisi granul yang menimbulkan reaksi

Fase • waktu terjadi respons kompleks (anafilaksis) sebagai


efek mediator yang dilepas sel mast dengan aktivitas
efektor farmakologik
Hipersensitivitas Gell dan Coombs Tipe I
Ikatan silang antara antigen dan IgE yang
mengaktifkan sel mast melalui FceRI
Reaksi Hipersensitivitas Gell dan
Coombs Tipe II
Disebut juga sitotoksik atau sitolitik terjadi
karena dibentuk antibodi jenis IgG atau IgM
terhadap antigen yang merupakan bagian dari
sel pejamu.
Mekanisme kerusakan yang bekerja
pada reaksi tipe II ada 2 macam :
1. Berlangsung reaksi 2. Dengan bereaksinya
antigen –antibodi antibodi dengan antigen
yang menyebabkan jaringan/sel, maka
aktivitas sistem antibodi secara langsung
melalui bagian Fc atau
komplemen dengan
dengan perantaraan C3B
segala akibatnya, (komponen komplemen),
terutama karaena terikat dengan molekul
adanya lisis sel reseptor pada fagosit.
1. Reaksi Transfusi

Antibodi IgM sangat efisien dalam


mengaktifkan komplemen, sehingga
sebagian besar eritrosit dalam darah
tranfusi akan segera di lisis oleh aktivitas
komplemen dalam pembuluh darah
resipien.
2. Reaksi inkompatibilitas golongan Rh
• terjadi karena rh ibu berbeda dengan rh
fetus. jika ibu rh- dan bayinya rh+ , maka
darah ibu akan membentuk antibody anti rh
setelah kehamilan pertama.
• pada kehamilan kedua antibodi ibu akan
masuk ke sirkulasi fetus.
• jika fetus juga rh+ akan terjadi hemolisis.
sampai kematian
untuk pencegahan ,jika ibu rh- dan fetus rh+ bisa
diberi rhogam . rhogam adalah anti rh antibodi .
rhogam antibodi akan menghancurkan diri sendiri
dalam beberapa bulan.si ibu dapat hamil lagi
seperti saat pertama hamil.
3. Anemia Hemolitik
Penderita mengalami kerusakan pada sel-
sel eritrosit karena reaksi sitoksik sehingga
mengalami anemia. Antibodi yang diproduksi
penederita akan mengikat antigen yang ada
pada permukaan eritrosit, selanjutnya akan
memperpendek umur eritrosit dengan
keterlibatan hemolisi atau fagositosis melalui
reseptor Fc atau C3b.
Reaksi Hipersensitivitas Gell dan
Coombs Tipe III

• Reaksi ini disebabkan adanya


reaksi antara antigen dan antibodi
yang mengendap dalam jaringan
selanjutnya diikuti beberapa
peristiwa yang akan menjurus
pada kerusakan jaringan.
Kompleks
imun
Keadaan normal kompleks imun dalam sirkulasi diikat dan diangkut
eritrosit ke hati, limpadimusnahkan oleh sel fagosit mononuklear

Kompleks yg besar mudah dimusnahkan oleh makrofag

Kompleks yang kecil & larut sulit dimusnahkan,lebih lama berada


dalam sirkulasi  tidak berbahaya

Namun jika mengendap didalam jaringan berbahaya


Penyakit kompleks imun

• Kompleks imun lebih mudah


diendapkan di tempat dengan
tekanan darah yg meninggi
disertai putaran arus.

Mis : kapiler glomerulus 


Glomerulus Nefritis.
Penyakit Hipersensitivitas Tipe III
Reaksi Hipersensitivitas Gell & Coombs Tipe IV

Reaksi hipersensitivitas tipe IV telah dibagi


dalam :
Delayed Type
Hypersensitivity (DTH) yg
terjadi melalui sel CD4+

T cell mediated cytolysis


yg terjadi melalui sel
CD8+
Delayed Type Hypersensitivity

Pd DTH, sel CD4+ Th1 mengaktifkan makrofag yg


berperan sebagai sel efektor.

Pd DTH, kerusakan jaringan disebabkan oleh produk


makrofag yg diaktifkan seperti enzim hidrolitik, oksigen
reaktif intermediat, oksida nitrat, sitokin proinflamasi

DTH dpt jg tjd sbg respon thd bahan yg tdk berbahaya


dlm lingkungan seperti nikel yg menimbulkan dermatitis
kontak
T cell mediated cytolysis

Kerusakan terjadi melalui sel CD8+/CTL/Tc yg


langsung membunuh sel sasaran.

Sel CD8+ yg spesifik untuk antigen adalah sel


autologus dapat membunuh sel langsung

Penyakit autoimun yg terjadi melalui


mekanisme seluler biasany ditemukan sel CD4+
maupun CD8+ spesifik untk self antigen &
kedua jenis sel tsb menimbulkan kerusakan
Terapi Penyakit Hipersensitivitas
Obat anti-inflammasi umumnya digunakan untuk
pengobatan berbagai reaksi hipersensitivitas
berbagai jenis obat anti inflammasi yang tersedia
termasuk :
• Kortikosteroid
• Obat Anti-inflamasi Non Steroid
• Agen anti-inflamasi lainnya
1. Kortikosteroid
Kortex adrnenal melepaskan beberapa
hormon steroid ke dalam sirkulasi.
Glukokortikoid tidak hanya mempengaruhi
metabolisme karbohidrat dan protein, tetapi
juga memiliki efek pada sistem kekebalan
tubuh, bertindak sebagai agen imunosupresif
dan anti inflamasi.
2. Obat Anti-Inflammasi non steroid
NSAIDs termasuk sejumlah besar obat yang
dapat dibeli seperti aspirin, ibuprofen dan
diklofenak .
3. Obat anti-inflammasi lainnya
Obat anti-inflammasi lainnya mengurangi
peradangan melalui mekanisme yang
berbeda.
Termasuk:
-Obat imunosupresif seperti ciclosporin dan
azathioprin (efek utama pada sel T)
- Methotrexate (efek utama pada magrophages)

Obat-obat semacam itu sering digunakan


dalam kondisi peradangan kronis misalnya.
rheumatoid arthritis

Anda mungkin juga menyukai