Anda di halaman 1dari 39

FORMULASI SUPPOSSITORIA

Defenisi Suppositoria
• Menurut Farmakope Indonesia
suppositoria adalah suatu bentuk sediaan
padat yang umumnya dimaksudkan untuk
dimasukkan melalui lubang atau celah
pada tubuh.
• Suppositoria setelah dimasukkan ke
dalam lubang tubuh ia akan melebur,
melunak atau melarut, dan memberikan
efek lokal atau sistemik.
Asal kata
• Kata suppositoria sendiri berasal dari
bahasa latin
• supponere, sup artinya: di bawah dan
• ponere artinya: ditempatkan. Berarti,
supponere mempunyai arti “untuk
ditempatkan di bawah”.
• Oleh karena itu, suppositoria digunakan
untuk ditempatkan di bagian bawah tubuh
seperti di rektum.
Mengapa dibuat sediaan dalam bentuk suppositoria?
suppositoria sebenarnya dibuat dengan tujuan sebagai
berikut.
• 1. Untuk pengobatan lokal pada rektum, vagina,
urethra, misal wasir, infeksi, dan lain lain.
• 2. Sebagai alternatif bila oral tidak dapat dilakukan.
Misalnya pada bayi, pasien debil (lemas, tidak
bertenaga), muntah-muntah, gangguan sistem
pencernaan (mual, muntah), dan kerusakan saluran
cerna.
• 3. Agar obat lebih cepat bekerja, karena absorpsi obat
oleh selaput lendir rektal langsung ke sirkulasi
pembuluh darah.
• 4. Untuk mendapatkan “prolonged action” (obat
tinggal ditempat tersebut untuk jangka waktu yang
dikehendaki).
• 5. Untuk menghindari kerusakan obat pada saluran
cerna.
macam-macam sediaan
supposittoria.
1. Rektal Suppositoria rectal/rektum (anus).
•Penggunaan suppositoria ini dimasukkan ke dalam
anus dengan menggunakan tangan.
•Berbentuk seperti peluru, dengan panjang + 32 mm
(1,5 inci).
•Mempunyai berat untuk orang dewasa = 3 g dan
anak = 2 g jika menggunakan lemak coklat
(Theobroma oil) sebagai basis.
•Bentuk suppositoria yang seperti peluru ini
memberi keuntungan. Bila bagian yang besar masuk
melalui otot penutup dubur, maka suppos akan
tertarik masuk dengan sendirinya.
2. Vaginal Suppositoria = Ovula =
Pessary.
• Menurut Farmakope Indonesia III, ovula
merupakan suatu sediaan padat yang
digunakan melalui vagina.
• Bentuk Ovula pada umumnya berbentuk telur,
dapat melarut, melunak, dan meleleh pada
suhu tubuh.
• Jadi, ovula berbentuk seperti telur atau bola
lonjong atau kerucut dengan berat 3 – 6 gram.
Namun demikian, berat ovula umumnya 5
gram jika menggunakan lemak coklat sebagai
basis.
3. Urethral Suppositoria = Bacilla =
Bougies.
• Jenis suppositoria ini cara penggunaannya
dimasukkan ke dalam urethra (saluran kemih)
pada pria dan wanita. Suppositoria jenis yang ini
berbentuk batang-batang seperti pensil
• dengan ukuran:
• Untuk laki-laki ♂: panjang + 140 mm, diameter = 3,
6 mm, dan berat = 4 gram
• Untuk perempuan ♀: panjang + 70 mm, diameter =
1,5 – 3 mm, dan berat = 2 gram
• Sekedar informasi untuk Anda bahwa pemakaian
suppositoria uretral sekarang ini sudah jarang
digunakan.
Tujuan Pengobatan dengan
Menggunakan Sediaan
Suppositoria
1. Tujuan untuk efek secara lokal
• Saat suppositoria dimasukkan, maka basis
suppositoria akan meleleh, melunak atau
melarut, dan menyebarkan bahan obat ke
jaringan-jaringan di daerah tempat
dimasukkannya.
• Tujuan pemberian ini agar bahan obat
tersebut dapat dimaksudkan untuk efek
kerja lokal di tempat tersebut atau dapat
juga dimaksudkan agar diabsorpsi untuk
mendapatkan efek sistemik.
Jenis-jenis suppositoria yang berefek lokal
adalah
a. Suppositoria rektal
• Suppositoria ini paling sering digunakan untuk
menghilangkan konstipasi dan rasa sakit, iritasi, rasa
gatal, dan radang sehubungan dengan wasir
(hemoroid) atau lewat rektal lainnya.
• jenis suppositoria rektal ini dapat berupa:
a. Suppositoria antiwasir. Suppositoria jenis ini biasanya
mengandung sejumlah bahan obat. Diantaranya
adalah anaestetik lokal, vasokonstriktor, astringen,
analgesik, pelunak, dan pelindung.
b. Suppositoria laksatif. Suppositoria jenis ini biasanya
suppositoria gliserin yang berefek laksasi (pencahar)
karena iritasi lokal dari membran mukosa, karena
dengan efek dehidrasi gliserin pada membran tersebut.
Jenis-jenis suppositoria yang berefek lokal adalah
b. Suppositoria vaginal

• Suppositoria jenis ini dimaksudkan untuk


memberi efek lokal dan terutama berfungsi
sebagai:
• Kontrasepsi. Yang termasuk jenis ini misalnya:
obat nonoksinol-9
• antiseptik pada kebersihan wanita dan sebagai
zat untuk menghambat atau mematikan
penyebab penyakit akibat jamur ataupun bakteri.
Biasanya mengandung trikomonosida untuk
mengobati vaginitis yang disebabkan oleh
mikroorganisma Trichomonas vaginalis dan
Cadida albicans.
• antiinfeksi/biotik untuk mikroorganisma lainnya.
Jenis-jenis suppositoria yang berefek lokal adalah
c. Suppositoria uretral

• Suppositoria ini digunakan dengan tujuan


sebagai antibakteri dan anestetik lokal
untuk pengujian uretral.
Tujuan Pengobatan dengan
Menggunakan Sediaan
Suppositoria
2. Tujuan untuk efek secara sistemik
•pemberian suppositoria dimaksudkan untuk
memberi efek sistemik.
•Saat penggunaannya, biasanya diberikan melalui
membran mukosa rektal dan vagina.
•Mengapa demikian? Ya karena suppositoria
mampu mengabsorpsi dari kebanyakan obat yang
lain. Namun demikian, pemberian suppositoria
melalui rektal ini lebih sering digunakan sebagai
tempat absorpsi sistemik. Pemberian suppositoria
melalui vagina jarang digunakan untuk tujuan
sistemik.
Absorpsi melalui rektal untuk efek sistemik
mempunyai kelebihan dibandingkan peroral
yaitu:
a. Obat yang rusak atau inaktivasi oleh pH dan aktivitas enzim
pada lambung atau usus tidak perlu terpapar pada enzim
destruktif tersebut.
b. Obat yang mengiritasi mukosa dapat diberikan tanpa
menyebabkan iritasi.
c. Obat tidak melewati liver setelah absorpsi melalui rektum,
sehingga tidak dirusak dalam sirkulasi portal (yaitu obat
melintasi sirkulasi portal setelah pemberian melalui oral dan
terabsorpsi).
d. Rute melalui rektal cukup nyaman untuk pemberian obat
pada pasien yang tidak dapat atau tidak mau menelan obat.
e. Rute melalui rektal merupakan rute yang efektif untuk pasien
yang mudah muntah.
• Bahan obat yang digunakan melalui suppositoria
rektal untuk mendapatkan efek sistemik antara lain:
a. sebagai obat asma, yaitu: aminofillin dan teofilin
b. sebagai obat antiemetik, mual, dan penenang, yaitu:
proklorperazin dan klorpromazin
c. sebagai hipnotik-sedatif, yaitu: kloralhidrat
d. sebagai antispasmodik dan analgesik, yaitu:
belladonna dan opium
e. sebagai antimigrain, yaitu: ergotamin tartrat
f. sebagai analgetik narkotik, yaitu: oksimorfon
g. sebagai antipiretik dan analgesik, yaitu: aspirin
h. sebagai analgetik antiinflamasi dan antipiretik non
steroid, yaitu: indometasin
i. sebagai penghilang mual dan muntah, yaitu:
ondansetron
Waktu Terbaik Menggunakan
Sediaan Suppositoria
• 1. Sesudah defekasi untuk suppos anal
(rektal), untuk menghindari obat
dikeluarkan terlalu cepat bersama faeces
sebelum sempat bekerja.
• 2. Malam hari sebelum tidur, penderita
dalam posisi telentang untuk menghindari
melelehnya obat keluar rectum / vagina.
BASIS SEDIAAN SUPPOSITORIA
DAN OVULA
• Persyaratan utama basis suppositoria dan
ovula adalah harus tetap padat pada suhu
kamar tetapi melunak, meleleh, atau
melarut pada suhu tubuh, sehingga obat
tersedia untuk segera setelah dimasukkan
pada rektal.
BASIS SEDIAAN SUPPOSITORIA
DAN OVULA
1. Oleum cacao (Theobroma oil) atau lemak coklat
meleleh dengan cepat pada suhu tubuh, tetapi karena
basis tidak bercampur dengan cairan tubuh, obat larut
lemak cenderung bertahan dalam oleum cacao dan kecil
kecendrungannya untuk masuk ke dalam cairan tubuh.
Sebaliknya, obat yang larut air dalam basis lemak coklat
biasanya menghasilkan pelepasan yang baik
2. Obat yang larut lemak lebih mudah terlepas dari basis
gelatin tergliserinasi atau polietilenglikol, karena
keduanya larut perlahan dalam cairan tubuh.
3. Pada pemulihan iritasi atau imflamasi misal pada
pengobatan gangguan rektal, oleum cacao merupakan
basis yang sangat baik karena memiliki sifat pelembut
atau melunakkan dan daya kerjanya menyebar.
Bahan dasar suppositoria terdiri
dari, yaitu :
• Bahan dasar suppositoria terdiri dari, yaitu :
• a. Basis berlemak yang meleleh pada suhu
tubuh, misalnya: Oleum Cacao
• b. Basis yang larut dalam air atau yang
bercampur dengan air, misalnya: Gliserin
Gelatin, Polietilenglikol
• c. Basis campuran, misalnya : polioksil 40
stearat (campuran ester monostearat dan
distearat dari polioksietilendiol dan glikol
bebas).
Syarat-syarat bahan dasar
supposioria dan ovula yang ideal
adalah:
• Baik secara fisiologis dan kimia, tidak
mengiritasi
• Mempunyai viskositas yang cukup saat
dilelehkan
• Harus meleleh pada suhu badan dalam
jangka waktu singkat
• Tidak mengganggu absorpsi/pelepasan zat
aktif
• Bercampur dengan bermacam obat
• Stabil pada penyimpanan, tidak
menunjukkan perubahan warna, bau, dan
pemisahan obat.
1. Basis berlemak
• Basis berlemak paling banyak digunakan.
Terutama karena oleum cacao
• Bahan-bahan berlemak atau berminyak yang
digunakan sebagai basis suppositoria yaitu
beberapa asam lemak terhidrogenasi dari minyak
sayur, misalnya minyak kelapa sawit dan miyak
biji kapas.
• Selain itu, senyawa berbasis lemak yang
mengandung senyawa gliserin dengan asam
lemak berat molekul tinggi, seperti asam
palmitate dan stearate, dapat ditemukan dalam
basis lemak.
• Senyawa-senyawa seperti gliseril monostearat
dan gliseril monopalmitat merupakan jenis ini.
• Oleum cacao yang diperoleh dari biji
Theobroma cacao yang dipanggang.
• Oleum cacao merupakan trigliserida dari
asam oleat, asam stearat dan palmitat,
berwarna putih kekuningan, padat, bau
seperti coklat, meleleh pada suhu 31 – 34C.
• Oleh karena oleum cacao mudah tengik,
sebaiknya harus disimpan dalam wadah atau
tempat sejuk, kering dan terlindung cahaya.
• Oleum cacao karena mengandung trigliserida,
sehingga dapatmenunjukkan sifat
polimorfisme dari bentuk kristalnya karena
pemanasan tinggi.
• Agar mendapatkan suppositoria yang stabil,
maka pemanasan sebaiknya dilakukan
sampai cukup meleleh saja sampai dapat
dituang, sehingga tetap mengandung inti
kristal dari bentuk stabil.
• Sebaiknya
• dipanaskan di atas penangas air hangat agar
menghindari pembentukan kristal yang tidak
stabil dan menjamin bentuk dalam cairan
kristal beta stabil yang dapat mengalami
pembekuan selama proses pendinginan
lelehan oleum cacao.
• Kebaikan dari penggunaan basis oleum
cacao adalah sebagai berikut:
• 1. meleleh pada suhu tubuh
• 2. bercampur dengan banyak zat
• 3. lembut
• Sedangkan kekurangan penggunaan basis oleum
cacao yaitu:
• 1. meleleh pada udara panas
• 2. mudah tengik, sebaiknya disimpan dalam wadah
sejuk, terlindung cahaya
• 3. titik lebur dapat turun atau naik bila ditambah
bahan-bahan tertentu
• 4. sering bocor (keluar rectum karena mencair) selama
pemakaian
• 5. mempunyai bentuk polimorphi dari bentuk
kristalnya karena pemanasan tinggi
• 6. tidak menyerap air (tidak dapat bercampur dengan
sekresi).
• Beberapa alternatif pengganti ol.cacao
antara lain:
• Campuran asam oleat dengan asam
stearat dengan perbandingan yang dapat
diatur
• Campuran cetil alcohol : oleum
amygdalarum = 17 : 83
• Oleum shorrea (minyak tengkawang)
• Oleum cacao sintetis, misalnya : coa
butta, suppositol
2. Basis yang larut dalam air atau
yang bercampur dengan air.
• Basis suppositoria yang dapat larut dalam air atau bercampur
dengan air misalnya: gliserin, gelatin dan polietilenglikol.
a. Gliserin Gelatin.
• Gliserin gelatin merupakan bahan dasar suppos paling lama
digunakan dan dapat juga sebagai bahan dasar ovula.
• Tidak melebur pada suhu tubuh, tetapi larut dalam sekresi
tubuh, sehingga lebih lambat melunak (absorpsi lama).
• Ditambahkan pengawet (nipagin) karena merupakan media
yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
• Penyimpanan harus ditempat dingin. Cetakan harus dibasahi
dulu dengan paraffin liq sebelum digunakan.
• Sebelum digunakan harus dicelupkan dulu dalam air supaya
tidak mengiritasi.
• Kebaikan penggunaan gliserin gelatin meliputi
hal-hal berikut ini.
• efek local cukup lama
• lebih lambat melunak
• lebih mudah bercampur dengan cairan tubuh
dibanding oleum cacao.
Sedangkan keburukan penggunaan gliserin gelatin
meliputi hal-hal berikut ini
• meyerap air, karena gliserin bersifat higroskopik
yang dapat menyebabkan dehidrasi / iritasi
jaringan.
• memerlukan tempat yang melindunginya dari
udara lembab agar terjaga bentuk dan
konsistensinya.
• Suppositoria dengan basis gelatin gliserin
merupakan basis yang paling sering
digunakan untuk suppositoria vaginal
(ovula).
• Biasanya dengan bahan aktif yang
ditujukan untuk efek diperpanjang. Basis
gelatin gliserin lebih lambat melunak dan
bercampur dengan cairan fisiologis
dibandingkan dengan oleum cacao,
sehingga menghasilkan pelepasan yang
lebih lambat.
Cara pembuatan suppositoria dengan basis
gliserin gelatin dapat dijelaskan sebagai
berikut.
• Terhadap zat aktif (obat) tambahkan aquadest
secukupnya sampai 10 bagian dan larutkan.
• Tambahkan gliserin 70 gram, aduk rata, lalu
tambahkan gelatin 20 gram, aduk rata, dan
panaskanlah sampai gelatin larut.
• Tuangkan hasil leburan ke cetakan dan biarkan hingga
mengental.
• Berat suppositoria dengan basis ini untuk orang
dewasa adalah 4 gram, pada anak-anak adalah 3
gram.
• Oleh karena itu, suppositoria dengan gasis gelatin
gliserin ini memiliki kecendrungan untuk menyerap
kelembaban sebagai hasil dari sifat higroskopis
gelatin basis ini.
2. Basis yang larut dalam air atau
yang bercampur dengan air.
b. Polietilenglikol (PEG) atau Carbowax.
•PEG merupakan polimerisasi etilenglikol dengan berat
molekul 400-6000.
•Mempunyai titik lebur antara 35-63oC. Tidak meleleh
pada suhu tubuh, tetapi melarut dalam cairan sekresi
tubuh.
•Keuntungan polietilenglikol adalah:
• tidak mengiritasi
• dapat disimpan diluar lemari es
• tidak ada kesulitan dengan titik leburnya dibanding
oleum cacao
• tetap kontak dengan cairan mukosa karena tidak
meleleh pada suhu tubuh.
• Sementara itu, kerugian polietilenglikol adalah:
• PEG menarik cairan dari dalam tubuh setelah
dimasukkan, sehingga terjadi rasa menyengat.
Hal ini dapat diatasi dengan cara mencelupkan
suppos ke dalam air sebelum digunakan, menurut
Farmakope Indonesia pada etiket harus
dicantumkan : “basahi dengan air sebelum
digunakan”
• lama memberi efek obat dibanding oleum cacao,
karena pada oleum cacao cepat meleleh, maka
obat terlepas dan diabsorpsi, sedang basis PEG
harus larut dulu baru obatnya dapat diabsorpsi.
• Pembuatan Suppositoria dengan PEG
dilakukan dengan melelehkan bahan dasar
lalu dituangkan ke dalam cetakan seperti
pembuatan suppositoria dengan bahan
dasar lemak coklat, tidak perlu ditambah
paraffin liq, karena terjadi kontraksi
volume (mengkerut) sehingga mudah
lepas dari cetakannya.
Bahan dasar suppositoria terdiri
dari, yaitu :
• 1. Basis berlemak yang meleleh pada
suhu tubuh, misalnya : Oleum Cacao
• 2. Basis yang larut dalam air atau yang
bercampur dengan air, misalnya : Gliserin
Gelatin, Polietilenglikol
• 3. Basis campuran, misalnya : polioksil 40
stearat (campuran ester monostearat dan
distearat dari polioksietilendiol dan glikol
bebas.
Tes 1
1. Sediaan suppositoria merupakan sediaan yang dimasukkan
melalui ….
•A. Rectum
•B. Vagina
•C. Uretra
•D. A dan B benar
•E. A, B dan C benar
2. Sediaan suppositoria dimasukkan ke dalam lubang tubuh akan
….
•A. Meleleh
•B. Melunak
•C. Melarut
•D. A dan B benar
•E. A, B dan C benar
3. Sediaan suppositoria yang dimasukkan ke dalam lubang uretra
disebut dengan ….
•A. Suppositoria
•B. Ovula
•C. Pessari
•D. Bougies
•E. Rektal
4. Di bawah ini merupakan basis yang baik untuk ovula adalah
basis ….
•A. Gliserin gelatin
•B. Oleum cacao
•C. Suppositol
•D. Wiptesol
•E. oleum cocos
• 5. Untuk menurunkan titik lebur oleum
cacao dapat digunakan bahan tambahan ….
.
• A. Cera
• B. Cetaceum
• C. Cera flava
• D. Minyak atsiri
• E. Spermaceti
• 1. E
• 2. E
• 3. D
• 4. A
• 5. D

Anda mungkin juga menyukai