Anda di halaman 1dari 9

JURNAL PRAKTIKUM FITOKIMIA

TUGAS 6
“UJI KLT DENGAN BERBAGAI ELUEN”

NAMA : WIWEKA SANTIKRAMA


NIM : 201610410311117
KELAS : FARMASI-C
KELOMPOK : 2 (Dua)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
“UJI KLT DENGAN BERBAGAI ELUEN”

1.1 TUJUAN
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang kaitan antara polaritas eluen dengan harga Rf

1.2 TINJAUAN PUSTAKA


a) Kolesterol

Gambar 1. Struktur Kimia Kolesterol

Kolesterol ( C27H45OH ) adalah alkohol steroid yang ditemukan dalam lemak


hewani / minyak, empedu, susu, kuning telur. Kolesterol sebagian besar disintesiskan
oleh hati dan sebagian kecil diserap dari diet. Keberadaan kolesterol dalam pembuluh
darah yang kadarnya tinggi akan membuat endapan / kristal lempengan yang akan
mempersempit / menyumbat pembuluh darah ( Sutejo A.Y. 2006).
Kolesterol adalah lipida struktural (pembentuk struktur sel) yang berfungsi
sebagai komponen yang dibutuhkan dalam kebanyakan sel tubuh. Kolesterol merupakan
bahan yang menyerupai lilin, sekitar 80% dari kolesterol diproduksi oleh hati dan
selebihnya diperoleh dari makanan yang kaya kandungan kolesterol seperti daging, telur
dan produk berbahan dasar susu. Kolesterol sangat berguna dalam membantu
pembentukan hormon, vitamin D, lapisan pelindung sel syaraf, membangun dinding sel,
pelarut vitamin (vitamin A, D, E, K) dan mengembangkan jaringan otak pada anak-anak
(Silalahi, 2006).
Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi 5 tahap, yaitu: (a) Sintesis mevalonat
dari asetil-CoA. (b) Unit isoprenoid dibentuk dari mevalonat melalui pelepasan CO2. (c)
Enam unit isoprenoid mengadakan kondensasi untuk membentuk senyawa antara
skualen. (d) Skualen mengalami siklisasi untuk menghasilkan senyawa steroid induk,
yaitu lanosterol. (e) Kolesterol dibentuk dari lanosterol setelah melewati beberapa tahap
lebih lanjut, termasuk pelepasan tiga gugus metil (Murray, 2003).
b) Teknik Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
1. Pemisahan KLT
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu teknik/metode pemisahan
komponen menggunakan fasa diam berupa plat dengan lapisan bahan adsorben inert.
KLT merupakan salah stu jenis kromatografi analitik. KLT sering digunakan untuk
identifikasi awal, karena banyak keuntungan menggunakan KLT, diantaranya adalah
sederhana dan murah. KLT termasuk dalam kategori kromatografi planar, selain
kromatografi kertas. Dalam KLT tedapat factor resistensi (Rf) yang dirumuskan sebagai
berikut :

Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang


rendah, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar.
Senyawa yang polar akan tertahan kuat pada fasa diam, sehingga menghasilkan nilai Rf
yang rendah. Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2-0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang
harus dilakukan adalah mengurangi kepolaran eluen. Sebaliknya jika Rf terlalu rendah,
maka kepolaran eluen harus ditambah.( (Materia Medika Indonesia IV, 1980).
Cara menggunakan KLT :
1) Potong plat sesuai ukuran. Biasanya, untuk satu spot menggunakan plat selebar 1
cm. berarti jika menguji 3 sampel (3 spot) berarti menggunakan plat selebar 3 cm.
2) Buat garis dasar (base line) dibagian bawah, sekitar 0,5 cm dari ujung bawah plat,
dan garis akhir di bagian atas.
3) Menggunakan pipa kapiler, totolkan sampel cairan yang telah disiapkan sejajar,
tepat di atas base line. Jika sampel padat, larutkan pada pelarut tertentu.
Keringkan totolan.
4) Dengan pipet yang berbeda, masukkan masing-masing eluen ke dalam chamber
dan campurkan.
5) Tempatkan plat pada chamber berisi eluen. Base line jangan sampai tercelup oleh
eluen. Tutuplah chamber.
6) Tunggu eluen mengelusi sampel sampai mencapai garis akhir, di sana pemisahan
akan terlihat
7) Setelah mencapai garis akhir, angkat plat dengan pinset keringkan dan ukur jarak
spot. Jika spot tidah kelihatan, amati pada lampu UV. Jika masih tak terlihat,
semprot dengan pewarna tertentu seperti kalium kromat, asam sulfat pekat dalam
alcohol 96% atau ninhidrin.

2. Pemisahan Kromatografi Kolom


Kromatografi kolom adalah salah satu teknik/metode yang digunakan untuk
pemurnian senyawa dari campuran dengan memakai kolom. Kromatografi kolom
termasuk kromatografi preparative.
Fasa gerak atau eluen adalah campuran cairan murni. Eluen dipilih sedemikian rupa
sehingga fakror retensi senyawa berkisar antara 0,2-0,3 supaya meminimalisasi penggunaan
waktu dan jumlah eluen melewati kolom. Jenis eluen yang digunakan pada kromatografi
kolom dipilih supaya senyawa yang berbeda dapat dipisahkan secara efektif. Eluen yang
digunakan dapat dicoba terlebih dahulu menggunakan kromatografi lapis tipis. Setelah
dirasa cocok, eluen yang sama digunakan untuk mengelusi komponen dalam kolom.
Fasa diam yang digunakan dalam kromatografi kolom adalah suatu adsorben
padat. Biasanya berupa silica gel atau alumina. Metode yang digunakan adalah metode
kering dan metode basah.

Metode basah
Pada metode basah, bubur (slurry) disiapkan dengan mencampurkan eluen pada
serbuk fasa diam dan dimasukkan secara hari-hati pada kolom. Dalam langkah ini harus
benar-benar hati-hati supaya tidak ada gelembung udara. Larutan senyawa organic
dipipet dibagian atas fasa diam kemudian eluen dituangkan pelan-pelan melewati kolom.

Cara kerja kromatografi


Komponen tunggal ditahan pada fasa diam berupa adsorben karena telah terikat
ketika eluen dialirkan, maka senyawa akan melakukan migrasi, terbawa oleh eluen sesuai
dengan kesesuaian kepolaran. Masing-masing senyawa dalam komponen mempunyai
kecepatan yang berbeda-beda dalam melewati kolom. Selama proses berlangsung, akan
didapatkan beberapa fraksi. Masing-masing fraksi kemungkinan mengandung senyawa
berbeda. Untuk mengujinya, fraksi hasil kromatografi kolom dapat diamati
menggunakan KLT. Fraksi dengan Rf yang mirip, kemungkinan mengandung senyawa
yang sama. Fraksi dapat diamati lebih lanjut menggunakan spektroskopi.
Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel
yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen – komponen sampel berdasarkan
perbedaan kepolaran, metode pemisahan fisika kimia dengan fase gerak dan fase diam
yang diletakkan pada penyangga berupa plat atau lapis yang cocok zat yang memiliki
kepolaran yang sama dengan fasa diam akan cenderung tertahan dan nilai Rfnya paling
kecil pada identifikasi noda/penampakan noda, jika nada sudah berwarna dapat langsung
diperiksa dan ditentukan harga Rfnya. Harga Rf dihitung sebagai jarak yang
ditempuholeh komponen dibagi dengan jarak tempuh eluen untuk setiap senyawa. Faktor
yang mempengaruhi harga Rf :
1. Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan
2. Sifat dan penyerap, derajat aktivitasnya
3. Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap
5. Pelarut fase gerak
6. Derajat kejenuhan dan uap dalam bejana pengembangan yang digunakan
7. Teknik percobaan
8. Jumlah campuran yang digunakan
9. Suhu
10. Kesetimbangan.
(Materia Medika Indonesia IV, 1980).
 Kloroform
Terpenoid lakton diperoleh dengan ekstraksi berturut-turut dari n-heksana,
kloroform dan metanol dengan konsentrasi aktivitas tertinggi dalam fraksi kloroform.
Kadang-kadang tanin dan terpenoid akan ditemukan dalam fase polar, tetapi tanin dan
terpenoid lebih sering diperoleh dengan pelarut semi polar (Tiwari, et al., 2011).

 Etil asetat
Etil asetat adalah pelarut yang paling populer dan merupakan pelarut yang penting
untuk konsentrasi dan pemurnian antibiotik. Etil asetat juga digunakan sebagai
perantara dalam pembuatan berbagai obat. Etil asetat biasanya digunakan untuk
mengekstraksi senyawa semi polar.

 n-heksana
Nama lain dari n-heksana (hexane) adalah kaproil hidrida, metil n-butil metan
dengan rumus molekul CH3(CH2)B4CH3. n-Heksana mempunyai karakteristik sangat
tidak polar, volatil, mempunyai bau khas yang dapat menyebabkan pingsan. Berat
molekul n-heksana adalah 86,2 gram/mol dengan titik leleh -94,3 sampai -95,3°C. Titik
didih n-heksana pada tekanan 760 mmHg adalah 66 sampai 71°C (Daintith, 1994). n-
Heksana adalah pelarut yang memiliki banyak kegunaan dalam industri kimia dan
makanan, baik dalam bentuk murni atau sebagai komponen dari campuran n-heksana
komersial. n-Heksana digunakan sebagai pelarut dalam ekstraksi secara sokletasi yang
bertujuan untuk menghilangkan lemak. Ikatan pada n-heksana yang tunggal dan sifat
yang kovalen menjadikan n-heksana tidak reaktif sehingga sering digunakan pelarut
inert pada reaksi organik.

 Metanol
Metanol adalah senyawa alkohol dengan 1 rantai karbon. Rumus kimia CH3OH,
dengan berat molekul 32. Titik didih 640 -650 C (tergantung kemurnian), dan berat jenis
0,7920-0,7930 (juga tergantung kemurnian). Secara fisik metanol merupakan cairan
bening, berbau seperti alkohol, dapat bercampur dengan air, etanol, chloroform dalam
perbandingan berapapun, hygroskopis, mudah menguap dan mudah terbakar dengan
api yang berwarna biru (Spencer,1988).
Metanol merupakan pelarut yang bersifat universal sehingga dapat melarutkan
analit yang bersifat polar dan nonpolar. Metanol dapat menarik alkaloid, steroid,
saponin, dan flavonoid dari tanaman (Thompson, 1985). Penelitian Suryanto dan
Wehantouw (2009) menunjukkan bahwa metanol mampu menarik lebih banyak
jumlah metabolit sekunder yaitu senyawa fenolik, flavonoid, dan tanin dalam daun
Artocarpus altilis F. dibandingkan dengan etanol.

1.3 ALAT DAN BAHAN


Alat:
1. Plat KLT
2. Vial
3. Beaker Glass
4. Chamber
5. Hotplate
Bahan:
1. Ekstrak kolesterol
2. n-heksana
3. Kloroform
4. Etil asetat
5. Methanol
6. Anisaldehida asam sulfat
1.4 PROSEDUR KERJA
1. Larutkan sedikit kolesterol ke dalam kloroform.
2. Totolkan pada plat KLT kiesel gel 254.
3. Siapkan 4 macam eluen (fase gerak) yaitu:
n-Heksana – etil asetat (1:1)
n-Heksana – etil asetat (4:1)
Kloroform – methanol (4:1)
Kloroform – etil asetat (4:1)
4. Eluasi 4 klat KLT tersebut dengan eluen yang dibuat.
5. Semprot dengan penampak noda anisaldehida asam sulfat.
6. Pemanasan 100℃ sampai timbul noda berwarna merah ungu/ungu.
7. Hitung harga Rf pada masing-masing plat KLT.
8. Diskusikan, mengapa harga Rf pada masing-masing plat berbeda.

1.5 BAGAN ALIR


Larutkan sedikit kolesterol ke dalam kloroform

Totolkan pada plat KLT kiesel gel 254

Siapkan 4 macam eluen (fase gerak) = n-Heksana – etil asetat (1:1); n-Heksana – etil
asetat (4:1); Kloroform – methanol (4:1); Kloroform – etil asetat (4:1)

Eluasi 4 klat KLT tersebut dengan eluen

Semprot dengan penampak noda anisaldehida asam sulfat

Pemanasan 100℃ sampai timbul noda berwarna merah ungu/ungu

Hitung harga Rf pada masing-masing plat KLT
HASIL PENGAMATAN

No Gambar Keterangan

Plat KLT sebelum dieluasi


+ diberikan penampak noda,
1
pada panjang gelombang
254 nm

Plat KLT sesudah eluasi +


sebelum disemprot
2
penampak noda, pada
panjang gelombang 365 nm

Tampak secara visual,


3 setelah disemprot penampak
noda
DAFTAR PUSTAKA

Sutedjo, A.Y. (2006). Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium.


Jakarta: Amara Books.
Murray, R.K., dkk. (2003). Biokimia Harper. Edisi 25. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Elisa.ugm.ac.id
Stahl, E. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi, Penerjemah : Kosasih
Padmawinata. Penerbit ITB. Bandung.
Tiwari, P. Kumar, B. Kaur, G. Kaur H. 2011. Phytochemical screening and extraction: A
Review. Internationale Pharmaceutica Sciencia. Vol.I, Issue,I.
Rusdi, 1990, Tetumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat. Pusat Penelitian Universitas
Andalas, Padang.
Thompson, E. B. 1985. Drug Bioscreening. America: Graceway Publishing Company, Inc.
Suryanto, E. dan F. Wehantouw. 2009. Aktivitas Penangkapan Radikal Bebas dari Ekstrak
Fenolik Daun Sukun (Artocarpus altilis F.). Chem. Prog., 2 (1): 1-7.

Anda mungkin juga menyukai