Anda di halaman 1dari 5

UJIAN 1

Universitas Muhammadiyah Surakarta


Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura Telp (0271) 717417, 719483 Fax.
(0271) 715448 Surakarta 57102
Tugas Monitor Daya Serap

FAKULTAS (Faculty) FARMASI


JURUSAN (Department) FARMASI
Mata Uji - Course PSBA
Smt./Klas - Class V/A-C AMBAR SEKAR KINASIH
Penguji – Azis Saifudin, K100170191
Examiner Ph.D., Apt KELAS B

PETUNJUK:
Jawablah langsung di bawah soal !

1. Jelaskan mengapa sampai hari ini bahan zat aktif obat-obat penting misalnya
narkotik, anti kanker, dan antibiotik masih diperoleh dengan cara ekstraksi!
Jawaban:
Karena metode ekstraksi adalah salah satu metode penyarian zat-zat aktif
dari bagian tanaman obat yang praktis, efisien dan ekonomis.Sedangkan
Metode sintesis memerlukan proses yang lebih rumit dan seringkali
menghasilkan campuran rasemis yang memiliki tahapan panjang dilakukan
untuk menghasilkan senyawa berstruktur kompleks. Sehingga ekstraksi dan
pemurnian masih digunakan sampai sekarang
2. Terangkan kontribusi kiralitas terhadap struktur molekul sehingga menjadi
salah satu alasan beberapa molekul farmakologi dari bahan alam sulit untuk
disintesis/ditiru?
Jawaban:
Banyak senyawa alami memiliki struktur yang rumit dan memiliki atom karbon
kiral yg banyak struktur senyawa aktif farmakologis memiliki cukup banyak
kiralitas (orientasi letak gugus dalam 3 dimensi) seringkali berstruktur
kompleks sehingga sulit untuk disintesis
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan profiling, kapan/pada tahap apa, dan
bagaimana cara melakukan profiling ?
Jawaban:
Profiling adalah pemantauan hasil fraksinasi berupa fraksi pekat hasil
pemisahan dengan kolom mengggunakan KLT, dilakukan pada tahap
purifikasi/ pemurnian.
Contohnya yaitu jika fraksi aktif yang dihasilkan saat ekstraksi bobot lebih dari
1 gram dan berdasarkan profil KLT-nya masih kompleks sebaiknya dilakukan
kromatografi kolom kembali.
 Cara melakukan profiling:
1. Penyiapan plate KLT. Agar ekonomis, untuk pemantauan dengan
KLT ini digunakan dimensi plate 5 x 8 cm dengan jarak penotolan
0.4 cm sehingga diperlukan kapiler berdiameter kecil untuk
menotolkan. Akan tetapi perlu diingat bahwa tidak semua fraksi
akan terpisah dengan penjerap silika, sehingga dapat digunakan
adsorben non polar (C-18).
2. Hasil tampungan yang memiliki pola kromatogram yang sama
dijadikan satu dan dipekatkan kemudian ditimbang.
3. Seringkali pada tahap akhir kromatografi kolom pelarut yang
digunakan adalah pelarut yang paling polar yakni metanol.
4. Pada tahap fraksinasi ini akan diperoleh fraksi dengan bobot
bervariasi antara 0.1 gram sampai 4 gram. Biasanya pada tahap ini
jarang diperoleh fraksi yang mengandung senyawa tunggal.
5. Model fase gerak utama untuk profiling metabolit sekunder yakni
kombinasi antara kloroform-metanol atau heksana-etil asetat.

4. Jelaskan bagaimana memilih pelarut untuk ekstraksi dalam pekerjaan


purifikasi (pemurnian) suatu molekul target!
Jawaban:
Mayoritas metabolit sekunder bersifat semi polar sehingga larut dalam
pelarut organik, contohnya metanol dan asetonitril. Hanya sebagian saja dari
metabolit sekunder bersifat polar dan larut dalam metanol atau air, contohnya
senyawa glikosida. Metanol, etanol 70 %, dan etanol 96% adalah pelarut
pilihan utama untuk mengekstraksi metabolit sekunder yang belum diketahui
strukturnya dan untuk tujuan skrining. Ketiga pelarut ini memiliki extracting
power (daya ekstraksi) yang luas sehingga semua metabolit sekunder tersari
dalam tiga kali maserasi. Jika tujuannya mengisolasi dan memurnikan senyawa
target bisa menggunakan pelarut organik lain (butanol, etil asetat, kloroform,
aseton, atau heksana) yang memiliki sifat ekstraksi terbaik. Namun jika uji
pendahuluan dilakukan secara skrining pada berbagai material maka ekstraksi
menggunakan pelarut metanol atau etanol 70 % atau etanol 96 % (dalam air).

5. Jelaskan perbedaan fraksinasi antara liquid-liquid separations dengan


fraksinasi kromatografi!
Jawaban:
 Liquid-liquid separations atau corong pisah merupakan pemisahan
komponen kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur
dimana sebagian komponen terlarut pada fase pertama dan sebagian
terlarut pada fase kedua. Kedua fase yang mengandung zat terdispersi
dikocok dan setelah itu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna
sehingga terbentuk dua lapisan fase cair. Sedangkan komponen kimia
akan terpisah. Jika suatu cairan ditambahkan ke dalam ekstrak cairan
lain yang tidak dapat bercampur dengan cairan pertama maka akan
terbentuk 2 lapisan.
 Kromatografi kolom merupakan salah satu metode pemurnian
senyawa dengan menggunakan kolom. Untuk fraksinasi dilakukan
dengan cara kromatografi kolom dengan adsorben/fase diam/penjerap
berupa silika atau fase terbalik C-18. Yang dimaksudkan C-18 di sini
adalah oktil dekana yang terikat dengan silika. Adsorben dengan silika
disebut fase normal sedangkan adsorben C-18 bersifat terbalik
(reversed phase/RP)/ ODS. Pada dasarnya semua cara kromatografi
menggunakan dua fase yaitufasa tetap (stationary) dan fasa gerak
(mobile)

6. Sebutkan penyari yang merupakan pilihan pada pemisahan cari-cair dan


apakah alas an solven-solven ini dipilih?
Jawaban:

Solven ALASAN

n-propanol Untuk partisi cair-cair dengan air jika perlu lebih halus
(ε = 20,1)
ketika frasi air setelah dipartisi dengan n-butanol.

Diklorometana Untuk partisi cair-cair menggantikan kloroform. Dicampur


(ε = 8,93)
metanol kadar rendah (5-20%) untuk fase gerak KLT fase
normal.

Etil asetat Untuk partisi cair-cair dengan air. Dilakukan setelah


(ε = 6,02)
heksana. Dicampur dengan heksana (0-100%) untuk fase
gerak kromatografi kolom. Dicampur dengan kloroform
atau diklorometana untuk kromatografi kolom senyawa-
senyawa non polar. Dilakukan sebelum campuran
heksana-etil asetat.

Kloroform Untuk partisi cair-cair terhadap air. Dicampur metanol


(ε = 4,81)
kadar rendah (5-20%) untuk fase gerak KLT fase normal.
Selalu larut dengan metanol berapa pun kadarnya.
Direkomendasikan diganti dengan diklorometan untuk
keromatografi kolom adapun KLT tidak masalah.

n-butanol Untuk partisi cair-cair terhadap air setelah etil asetat.


(ε = 17,8)
Kadang dicampur sedikit asam asetat atau asam lemah
lain dan dijenuhkan dengan air untuk analisis KLT
glikosida. Ditutup rapat. Bau mengganggu pernapasan.

7. Bagaimana cara melakukan fraksinasi dengan kromatografi dan cara memilih


metode kromatografi yang tepat?
 Cara melakukan fraksinasi dengan kromatografi
a. Penyiapan kolom : pemilihan ukuran kolom (tergantung jumlah sampel
yang dipisahkan)
 Perbandingan panjang dengan diameter kolom (10-15:1)
 Untuk sampel yang multikomponen yang mempunyai afinitas yang
sama terhadap adsorben maka dipilih kolom yang panjang,
sedangkan untuk komponen dengan afinitas berbeda terhadap
adsorben dipilih kolom yang pendek.
b. Penentuan atau pembuatan fase diam : selulosa
c. Penggunaan kolom, sebelum dilakukan elusi, kolom dibahasi dengan
sejumlah fase gerak yang digunakan
d. Penempatan sampel : sampel dimasukkan ke dalam kolom dalam bentuk
padar maupun cair.
 Untuk sampel padat : dicampur dengan adsorben sampai merata,
lalu dimasukan ke dalam kolom yang sudah berisi adsorben,
dicampur dengan bahan penyangga, baru ditempatkan di atas
adsorben
 Untuk sampel cair : dicampur dengan fase gerak, lalu dengan hati-
hati dimasukkan ke dalam kolom yang sudah berisi adsorben.
e. Setelah sampel masuk kolom, dilakukan pencucian, untuk mendapatkan
hasil elusi yang baik, umumnya kecepatan fase gerak diatur 1-5 ml/menit
f. Pemisahan fraksi/ elusi
g. Setelah elusi selesai, kromatogram dapat dideteksi dengan sinar UV 366
nm atau disemprot dengan reagen penampak bercak

 memilih metode kromatografi


Metode kromatografi terdiri dari fase normal dan fase terbalik. Untuk memilih
kapan menggunakan fase diam tipe terbalik atau tipe normal maka KLT baik
dengan fase diam normal atau terbalik harus dilakukan terlebih dahulu. Jika
KLT tipe silika mampu memberikan pemisahan terbanyak maka kolom silika
digunakan. Akan tetapi jika fase diam terbalik memberikan pemisahan
maksimal maka fase terbaliklah yang dipakai.

Anda mungkin juga menyukai