Anda di halaman 1dari 14

BAHAN AJAR

KROMATOGRAFI CAIR-CAIR

Nama Kelompok :

Adelia Putri 2013023014


Asni Rahma Tika 2013023018
Jenika Kusuma A. 2013023028
Rizka Awalia R. 2013023060
Rosa Niya 2013023060

Kelas : 5B
Mata Kuliah : Kimia Pemisahan Analitik
A. Pengertian kromatografi cair-cair
Kromatografi Cair adalah kromatografi dengan fasa gerak berupa zat cair,
Kromatografi cair merupakan teknik yang tepat untuk memisahkan ion atau molekul
yang terlarut dalam suatu larutan. Jika larutan sampel berinteraksi dengan fase
stasioner, maka molekul-molekul didalamnya berinteraksi dengan fase stasioner;
namun interaksinya berbeda dikarenakan perbedaan daya serap (adsorption),
pertukaran ion (ion exchange), partisi (partitioning), atau ukuran. Perbedaan ini
membuat komponen terpisah satu dengan yang lain dan dapat dilihat perbedaannya
dari lamanya waktu transit komponen tersebut melewati kolom.

Kromatografi cair ialah teknik yang sangat tepat guna memisahkan ion atau molekul
yang terlarut dalam suatu larutan. Apabila larutan sampel berinteraksi dengan fase
stasioner, maka molekul-molekulnya yang ada didalam berinteraski dengan fase
stasioner. Namun interaksinya berbeda dikarenakan adanya perberdaan daya serap
(adsorption), pertukaran ion (ion exchange), partisi (partitioning) atau ukuran.

B. Prinsip kromatografi cair-cair


Prinsip kromatografi cair-cair yaitu Fasa gerak cair akan dialirkan melalui kolom ke
detektor dengan bantuan pompa. Lalu sampel akan dimasukkan ke dalam fase gerak.
Di dalam kolom terjadi pemisahan komponen campuran berdasarkan kekuatan
interaksi solut dengan fasa diam. Solut yang berinteraksi lemah akan keluar lebih
dulu. Setiap komponen yang keluar akan dideteksi oleh detektor lalu direkam dalam
bentuk kromatogram.

Prinsip utama pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan antara komponen sampel


pada fase diamnya (gas chromatography), atau berdasarkan perbedaan kelarutan
komponen dalam fase gerak dengan fase diamnya (liquid chromatography).
Keuntungan metode kromatografi partisi ini adalah distribusinya tidak bergantung
pada konsentrasi, sehingga pemisahan dapat terjadi lebih baik.

C. Penggunaan kromatografi cair-cair


Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan suatu metoda pemisahan
canggih dalam analisis farmasi yang dapat digunakan sebagai uji identitas, uji
kemurnian dan penetapan kadar. Titik beratnya adalah untuk analisis senyawa-
senyawa yang tidak mudah menguap dan tidak stabil pada suhu tinggi, yang tidak bisa
dianalisis dengan Kromatografi Gas. Banyak senyawa yang dapat dianalisis, dengan
KCKT mulai dari senyawa ion anorganik sampai senyawa organik makromolekul.
Untuk analisis dan pemisahan obat /bahan obat campuran rasemis optis aktif
dikembangkan suatu fase pemisahan kiral (chirale Trennphasen) yang mampu
menentukan rasemis dan isomer aktif

D. Mekanisme pemisahan kromatografi cair-cair


a) Adsorpsi
Kromatografi adsorpsi, sering juga dinyatakan sebagai kromatografi padat-cair,
atau kromatografi fase normal. Istilah fase normal menunjukkan digunakannya
fase diam polar dan fase gerak nonpolar. Sebagai fasa diam digunakan absorben
berpori yang pada sisi sisinya memiliki gugusan hidroksil bebas maupun
berikatan. Gugusan tersebut akan menjadi sisi aktif yang menyebabkan interaksi
di permukaan terhadap molekul terlarut dalam fasa gerak.

Fase gerak yang digunakan berupa pelarut nonpokar, misalnya heksan yang
dimodifikasi polaritasnya dengan mencampurkan sejumlah kecil pelarut polar
seperti 2-propanol, diklorometana atau metil tersierbutil eter. Saat sampel
dimasukkan ke dalam kolom, molekul dengan gugus fungsi yang bersifat polar
akan tertarik oleh sisi aktif fase diam, kemudian digantikan oleh molekul polar
dari fase gerak, kemudian selanjutnya diadsorb kembali oleh sisi aktif hingga
keluar dari kolom. Molekul yang lebih polar akan diadsorb lebih kuat
dibandingkan molekul nonpolar sehingga terelusi lebih lama.

b) Fasa Terikat / Partisi


Kromatografi fase terikat dapat digunakan untuk sistem kromatografi fase normal
atau fase terbalik. Sistem fase terbalik pada awalnya berupa fase penunjang yang
disalut dengan lapisan tipis fase diam, terikat secara fisika. Hal ini akan
menyebabkan fase diam akan mudah terbawa oleh aliran fase gerak dan sangat
rentan oleh proses hidrolisis. Sistem ini kemudian dikembangkan dengan
mengikatkan secara kimia gugus tertentu pada permukaan fase penunjang.
Senyawa yang paling umum digunakan sebagai fase diam adalah oktadekilsilan
(ODS), yang merupakan senyawa hidrokarbon berupa cairan. Fase diam ini
biasanya diikatkan pada fase penunjang silika dengan membentuk ikatan silileter
atau ikatan siloksan. Keuntungan fase terikat adalah kemungkinan dilakukannya
elusi gradien.

c) Penukar lon
Kromatografi penukar ion memanfaatkan perbedaan tingkat afinitas ion-ion dalam
larutan terhadap kumpulan ion bermuatan yang terdapat dalam kolom. Gugus
fungsi alami yang menjadi sisi aktif penukar ion adalah ammonium quartener
untuk anion dan asam sulfonat untuk kation. Sebagai penunjang sisi aktif
digunakan penukar ion yang berasal senyawa berikatan silang dari polistiren,
polidekstran, dan silika. Selanjutnya dikembangkan sistem penukar ion
menggunakan partikel yang lebih kecil. Lapisan tipis lateks dijadikan sebagai
penukar ion. Media penukar ion seperti ini kemudian disebut sebagai resin
penukar ion. Hasil dari pengembangan ini adalah peningkatan terhadap
kemampuan pemisahan, kecepatan, efisiensi dan selektifitas, Sifat dari resin dapat
diatur dengan melakukan modifikasi terhadap derajat ikatan silang, ukuran dan
gugus fungsi penukar ionnya.

d) Ekslusi
Kromatografi ekslusi dikenal juga dengan sebutan kromatografi gel, filtrasi gel,
atau permeasi gel. Mekanisme pemisahan terjadi berdasarkan pemilihan ukuran
partikel molekul. Molekul akan terdifusi dalam pori dengan ukuran tertentu.
Molekul yang lebih kecil dari ukuran pori akan masuk dan mengalami pemisahan
berdasarkan ukurannya.

E. Pemilihan fase diam dan fase gerak pada kromatografi cair-cair


 Kromatografi fasa terbalik (Reversed phase)
Dalam sistem ini digunakan fasa gerak polar misalnya, air, metanol atau asetonitril,
sedangkan fasa diamnya non polar misalnya Hidrokarbon (C-18) oktadekana. Cara
ini biasa digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa non polar, senyawa non-
polar akan tertahan lebih lama di dalam kolom yang non-polar pula sedangkan
senyawa yang polar akan cepat keluar dari dalam kolom. Semakin polar fasa
geraknya maka komponen yang dipisahkan akan semakin lama tertahan di dalam
kolom.
1) Pembuatan fasa diam
Kromatografi cair-cair menggunakan fasa gerak cair dan fasa diam cair pula.
Agar fasa diam yang berupa cairan tersebut dapat tetap tinggal di dalam kolom
maka fas diam ini harus dilapiskan secar tipis di dalam permukaan dinding
kolom atau permukaan zat padat berpori yang disebut sebagai "zat padat
pendukung". Pelapisan ini dapat hanya secara mekanik, dimana permukaan
dinding kolom atau zat padat pendukung dibasahi dengan fasa diam sehingga
permukaannya dilapisi secara tipis oleh fasa diam. Car ini mengandung resiko,
bahwa fasa diam suatu saat dapat terelusi (terbawa) keluar oleh aliran fasa
gerak sehingga kolom menjadi rusak. Untuk menghindari hal ini pelapisan fasa
diam sebaiknya melalui ikatan kimia jadi fasa diam bereaksi dengan
permukaan kolom atau permukaan zat padat pendukung, sehingga fasa diam
dapat terikat kuat dalam kolom.

Zat padat pendukung sebaiknya dipilih yang berpori relatif besar dan tidak
bereaksi dengan komponen yang dipisahkan. Hal ini untuk mencegah
terjadinya adsorbsi komponen-komponen yang dipisahkan oleh zat padat
pendukung sehingga kurva kromatogram menjadi lebar. Zat padat pendukung
yang sering digunakan ialah : Tanah diatomae, silka, alumina, zeolite atau
resin polimer yang berpori. Sedangkan fasa diam yang digunakan dapat dipilih
sesuai dengan urutan kepolarannya ialah : Hidrokarbon alifatik< Olefin<
Hidrokarbon aromatik< Halida< sulfida< eter< senyawa nitro< Ester, aldehida,
keton< Alkohol, amina< sulfon< sulfoxida< amida< asam karboksilat< air.

2) Cara pembuatan kolom.


Agar fasa diam yang berupa cairan dapat melapisi secar merata dipermukaan
zat padat pendukung, maka fasa diam ini kita larutkan di dalam suatu pelarut
yang mudah menguap. Sebaiknya zat padat pendukung harus dibuat dalam
ukuran yang tertentu (antara 50 Pm - 200 Pm), dengan cara digerus dan diayak
(disaring) sehingga didapatkan ukuran butiran yang seragam, setelah itu zat
padat pendukung dikeringkan. Setelah kering zat padat pendukung
dicampurkan dengan larutan fasa diam dalam sebuah gelas kimia, sambil
dilakukan pengadukan terus menerus. Campuran ini didiamkan selama 1
malam agar larutan dapat masuk keseluruh poripori zat padat pendukungnya.
Kemudian dapat dilakukan penyaringan atau didekantasi untuk memisahkan
pelarutnya. Zat padat pendukung yang telah dilapisi dengan fasa diam ini
dikeringkan dengan cara dibiarkan dalam ruangan terbuka atau dalam oven
untuk menghilangkan sisa pelarutnya yang masih tertinggal, kemudian siap
diisikan di dalam kolom.

3) Pemilihan fasa gerak.


Pada pemilihan fasa gerak harus diperhatikan hal sebagai berikut:
a. Fasa gerak tidak boleh tercampur dengan fasa diam.
b. Harus mempunyai kekentalan yang rendah agar dapat mengalir dalam
kolom dengan lancar.
c. Harganya relatif murah.
d. Tidak beracun.
e. Kemurniannya tinggi dan stabil.
Untuk pemilihan urutan kepolarannya dapat dipilih seperti pada pemilihan fasa
diam
F. Instrumen kromatografi cair-cair
Skema instrumentasi dari kromatografi cair-cair dapat dilihat pada gambar dibawah
ini :
Keterangan:
a. Fase gerak
b. Penyaring
c. Sistem pompa bertekanan tinggi
d. Injektor
e. Pengatur suhu
f. Kolom Analisis
g. Detektor
h. Rekorder
i. Penampung Eluat

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi terdiri dari beberapa komponen antara lain:
1. Fasa Gerak
Fasa gerak dari HPLC merupakan zat cair yang disebut eluen atau pelarut. Dalam
HPLC fasa gerak selain berfungsi untuk membawa komponen-komponen
campuran menuju ke detektor, selain itu juga dapat berinteraksi dengan solut-
solut. Oleh karena itu, fasa gerak dalam HPLC merupakan salah satu faktor
penetu keberhasilan proses pemisahan. Persyaratan zat cair yang akan digunakan
sebagai fasa gerak sebagai berikut:
a. Zat cair harus bertindak sebagai pelarut yang baik untuk cuplikan yang akan
dianalisis
b. Zat cair harus murni, untuk menghindari masuknya kotoran yang dapat
mengganggu interpretasi kromatogram
c. Zat cair harus jernih, untuk meghindari penyumbatan pada kolom. Biasanya
pelarut disaring denan saringan nylon berukuran diameter pori 0,45 μm
d. Zat cair harus mudah diperoleh, murah, tidak mudah terbakar dan tidak
beracun.
e. Zat cair tidak kental dan harus sesuai dengan detector. Untuk detector UV,
pelarut tidak boleh menyerap cahaya pada panang gelombang yang dipakai.

Fasa gerak sebelum digunakan harus disaring terlebih dahulu untuk menghindari
partikel-partikel kecil. Selain itu adanya gas dalam fasa gerak juga harus
dihilangkan, sebab adanya gas akan berkumpul dengan komponen lain terutama
do pompa dan detektor sehingga akan mengacaukan analisis. Elusi dapat
dilakukan dengan cara isokratik (komposisi fasa gerak tetap selama elusi) atau
dengan cara bergradien (komposisi fase gerak berubah-ubah selama elusi) yang
analog dengan pemrograman suhu pada kromatografi gas. Elusi bergradien
digunakan untuk meningkatkan resolusi campuran yang kompleks terutama jika
sampel mempunyai kisaran polaritas yang luas. Fase gerak yang paling sering
digunakan untuk pemisahan dengan fase terbalik adalah campuran larutan buffer
dengan metanol atua campuran air dengan asetonitril. Untuk pemisahan dengan
fase normal, fasa gerak yang paling sering digunakan adalah campuran pelarut-
pelarut hidrokarbon dengan pelarut yang terklorisasi atau menggunakan pelarut-
pelarut jenis alkohol. Pemisahan dengan fase normal ini kurang umum dibanding
fase terbalik.

Pemilihan fase gerak merupakan hal yang kritis dalam keberhasilan pemisahan.
Pemilihan fase gerak banyak dilandasi eksperimen trial- and error dengan
berbagai jenis dan komposisi pelarut hingga diperoleh kromatogram yang
diharapkan. Biasanya beberapa pelarut atau kombinasi pelarut dapat ditemukan
untuk memberikan factor kapasitas yang cocok. Pemilihan pelarut juga
bergantung pada factor selektivitas (α) untuk komponen cuplikan.

2. Pompa
Pompa dalam HPLC dianalogikan dengan jantung pad manusia yang berfungsi
untuk mengalirkan fase gerak cair yang berisi serbuk halus. Digunakan pompa
bertekanan tinggi dalam metode ini sebagai akibat penggunaan fasa gerak yang
berupa zat cair yang akan sukar mengalir dalam kolom yang dipadatkan dengan
serbuk halus. Oleh karena itu, agar zat cair dapat melewati kolom secara tepat
maka dibutuhkan bantuan pompa yang bertekana tinggi.

Pompa KCKT dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu pompa tekanan tetap dan
pompa volume tetap. Pompa umumnya terbuat dari bahan gelas, baja, teflon dan
batu nilam. Pompa yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan, antara
lain:
a. Dapat memompakan fase gerak secara konstan (0,1–10 ml/menit)
b. Dapat memberikan tekanan yan cukup tinggi sampai 600psi
c. Memberikan fluktuasi tekanan yang cukup tinggi
d. Memberikan ganguan (derau) yang rendah
e. Bahan tahan korosi
f. Cara kerja sederhana
g. Cukup lembam terhadap pelarut-pelerut yang umum digunakan

Dikenal ada 3 jenis pompayang masing-masing memiliki kekurangan dan


kelebihan yaitu pompa reciprocating, displacement dan pneumatic.

3. Injektor
Sampel-sampel cair dan larutan disuntikan secara langsung ke dalam fase gerak
yang mengalir dibawah tekanan menuju kolom menggunakan alat penyuntik yang
terbuat dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi dengan keluk
sampel (sample loop) internal atau eksternal.

Salah satu jenis penyuntik untuk memasukan sampel ke dalam sistem (kolom)
kromatografi adalah penyuntik loop. Dalam prakteknya, loop tidak perlu diisi
penuh, tapi bila tidak diisi penuh akan mengakibatkan lebih jeleknya presisi hasil
eksperimen dan ketergantungan presisi tersebut kepada bagaimana si-operator
menggunakan penyuntik. Oleh sebab itu terkadang factor ketidaktepatan
pengukuran HPLC terletak pada keterulangan pemasukan cuplikan dalam packing
kolom.

4. Kolom
Kolom HPLC biasanya terbuat dari stailess steel, akan tetapi ada juga yang
terbuat dari gelas berdinding tebal mempunyai diameter internal 4- 10 mm dan
panjang 5-30 cm. kolom dibuat dengan diameter yang sangat kecil dengan tujuan
agar: lebih peka, menghemat bahan pengembang, memperluas kemampuan
detektor dan memungkinkan menganalis sampel dengan jumlah yang kecil.

Kolom yang baik mempunyai daya pisah (resolusi) yang baik, resolusi adalah
parameter yang menunjukkan apakah dua komponen terpisah dengan baik atau
tidak. Pemisahan yang baik ditandai dengan puncakpuncak yang terpisah sampai
garis dasar dan bentuk runcing. Daya pisah diidentifikasikan sebagai jarak antara
puncak dibagi rata-rata dan puncak yang diukur pada alas puncak. Kolom utama
berisi fasa diam, tepat terjadinya pemisahan campuran menjadi komponen-
komponen. Bergantung keperluannya kolom utama dapat digunakan untuk
analisis atau preparatif setiap komponen yang keluar kolom ditampung pada
tabung yang berbeda dan keluaran HPLC dihubungkan dengan fraction colector
selain kolom utama dikenal pula kolom pengaman.

Kolom utama berisi fasa dian dan jenisnya bervariasi bergantung pada keperluan,
misalnya dikenal kolom C8, C-18, cyanopropyl, dan penukar ion. Kolom utama
untuk HPLC biasanya berukuran panjang berkisar antara 5-30 cm dan diameter
dalam berkisar 4,5–10 mm. Kolom pengaman (guard coloumn) disebut juga pra-
kolom karena letaknya sebelum sistem pemasukan cuplikan. Kolom ini berukuran
pendek 5 cm dengan diameter 4,6 mm biasanya dipaking dengan partikel silika
berukuran besar dari ukuran partikel kolom utama. Kolom pengaman mempunyai
dua fungsi yaitu: menyaring kotoran yang terbawa oleh fasa gerak dan untuk
menjenuhkan fasa gerak dalam rangka menghindarkan terjadinya erosi fasa diam
oleh aliran pelarut.

Kolom merupakan bagian dari KCKT yang berfungsi untuk memisahkan masing-
masing komponen. Keberhasilan atau kegagalan analisis bergantung pada pilhan
kolom dan kondisi kerja yang tepat. Kolom dapat dibagi menjadi dua kelompok :
a. Kolom analitik
Garis tengah dalam 2-6 mm, panjang bergantung pada jenis kemasan,
untuk kemasan pelikel biasanya panjang kolom 50-100 cm, untuk kemasan
mikropartikel berpori biasanya 10-30 cm.
b. Kolom preparatif
Umumnya bergaris tengah 6 mm atau lebih besar, dan panjang 25-100 cm.

Pengisi Kolom dapat berupa: Oktil Silan(C8), Okta Desil Silan (C18), silica,
senyawa Sianida dan senyawa lain. Pertimbangan pemilihan Kolom, antara lain:
sifat analit, isi Kolom, efisiensi Kolom, panjang Kolom, diameter kolom, tekanan
dalam Kolom, serta informasi dari pustaka,kolega dan produsen 4.
5. Detektor
Detektor berfungsi untuk mendeteksi komponen yang ada dalam eluat dan
mengukur jumlahnya. Idealnya detektor harus mempunyai sensitifitas yang baik
terhadap semua komponen yang ada dalam eluat. Macam-macam detektor antara
lain: detektor Fotometrik, detektor Elektrokimia, detektor Indeks Bias, detektor
Konduktivitas.

Pertimbangan pemilihan detektor, antara lain: sensitivitas, linieritas, reprodusibel,


mudah dioperasikan, mudah dalam perawatan, rekorder atau integrator. Ketika
linarut meninggalkan kolom, konsentrasinya di dalam kolom diukur oleh detektor
dan sinyal yang terbentuk dimasukkan ke dalam alat perekam (rekorder).
Integrator elektronik mengubah sinyal kromatografi menjadi bentuk angka secara
otomatis dengan sangat tepat.

Idealnya, suatu detektor harus mempunyai karakteristik sebagai berikut:


a. Mempunyai respon terhadap solut yang cepat dan reprodusibel.
b. Mempunyai sensitifitas yang tinggi, yakni mampu mendeteksi solut pada
kadar yang sangat kecil.
c. Stabil dalam pengopersiannya.
d. Mempunyai sel volume yang kecil sehingga mampu meminimalkan
pelebaran pita
e. Signal yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi solut pada
kisaran yang luas (kisaran dinamis linier).
f. Tidak peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fase gerak.

Ada dua jenis detektor yaitu detektor universal, yaitu detektor yang peka terhadap
golongan senyawa apapun kecuali pelarutnya. Dan detektor selektif, adalah
detektor yang peka terhadap golongan senyawa tertentu saja.

G. Analisa kualitatif dan kuantitatif kromatografi cair-cair


Kromatografi cair kolom digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif dengan
cara yang mirip dengan cara di mana kromatografi gas digunakan. Terkadang volume
retensi, daripada waktu retensi, digunakan untuk analisis kualitatif. Untuk analisis
kimia, kategori kromatografi cair kolumnar yang paling populer adalah:kromatografi
cair kinerja tinggi (HPLC). Metode ini menggunakan pompa untuk memaksa satu atau
lebih pelarut fase gerak melalui kolom yang padat dan berefisiensi tinggi. Seperti
halnya kromatografi gas, sistem injeksi digunakan untuk memasukkan sampel ke
pintu masuk kolom, dan detektor di ujung kolom memantau komponen analit yang
dipisahkan.

Fasa diam yang digunakan untukkromatografi bidang secara fisik ditahan di dalam
atau di atas bidang. Biasanya fase diam melekat pada pelat plastik, logam, atau kaca.
Kadang-kadang, selembar kertas saring berkualitas tinggi digunakan sebagai fase
diam. Sampel ditambahkan sebagai tempat atau strip tipis di salah satu ujung pesawat.
Fase gerak mengalir di atas titik tersebut melalui aksi kapiler selama perkembangan
menaik atau sebagai akibat gaya gravitasi selama perkembangan menurun. Selama
perkembangan menaik, ujung bidang dekat dan di bawah titik sampel dicelupkan ke
dalam fase gerak, dan fase gerak bergerak ke atas dan melalui titik tersebut. Selama
perkembangan menurun, fase gerak ditambahkan ke bagian atas bidang dan mengalir
ke bawah melalui titik tersebut.

Analisis kualitatif dilakukan dengan membandingkanfaktor retardasi ( R f ) dari


komponen analit dengan faktor retardasi zat yang diketahui. Faktor retardasi
didefinisikan sebagai jarak dari titik sampel awal dimana komponen telah
dipindahkan dibagi dengan jarak yang telah dipindahkan oleh fasa gerak depan dan
konstan untuk zat terlarut dalam pelarut tertentu . Analisis kuantitatif dilakukan
dengan mengukur ukuran bintik-bintik yang berkembang, dengan mengukur beberapa
sifat fisik bintik-bintik (seperti fluoresensi), atau dengan menghilangkan bintik-bintik
dari bidang dan mengujinya dengan prosedur lain.

H. Faktor yang mempengaruhi hasil analisa


Untuk menguji kesesuaian instrumen sesuai dengan persyaratan yang meliputi
number of theoretical plates of the column (N), resolusi (Rs), dan Asymetry factor.
a) Resolusi (daya pisah)
Resolusi didefinisikan sebagai perbedaan antara waktu retensi 2 puncak yang
saling berdekatan (ΔtR = tR2-tR1) dibagi dengan rata-rata lebar puncak (W1 +
W2)/2. Nilai Rs harus mendekati atau lebih dari 1,5 karena akan memberikan
pemisahan puncak yang baik (base line resolution).
Gambar 4 : Perhitungan Resolusi

keterangan:
tR1 : waktu retensi zat 1
tR2 : waktu retensi zat 2
W1 : lebar 10 % dari tinggi puncak zat 1
W2 : lebar 10 % dari tinggi puncak zat 2

b) Asymetry factor (faktor asimetri)


Jika puncak yang akan dikuantifikasi adalah asimetri (tidak setangkup), maka
suatu perhitungan asimetrisitas merupakan cara yang berguna untuk mengontrol
atau mengkarakterisasi sistem kromatografi. Peningkatan puncak yang asimetri
akan menyebabkan penurunan resolusi, batas deteksi, dan presisi. Kromatogram
yang memberikan harga As =1 menunjukkan bahwa kromatogram tersebut
bersifat simetris. Nilai As > 1 menunjukkan bahwa kromatogram mengalami
pengekoran (tailing). Semakin besar nilai As maka kolom yang dipakai semakin
kurang efisien. Dengan demikian harga As dapat digunakan untuk melihat
efisiensi kolom kromatografi.

c) Efisiensi Kolom
Ukuran efisiensi kolom adalah jumlah lempeng (number of theoretical plates of
the column, N) yang didasarkan pada konsep lempeng teoritis pada distilasi.
Efisiensi kolom berkaitan dengan pelebaran puncak dari pita awal ketika melewati
kolom. Makin besar nilai N maka efisiensi kolom semakin baik.

Gambar 5 : Perhitungan Efisiensi Kolom dan Asymetry (Chromacademy, 2013

Anda mungkin juga menyukai