240210120121
V.
PEMBAHASAN
Kromatografi adalah metode suatu proses fisik yang digunakan untuk
Silfie Sabila
240210120121
Mudah melaksanakannya
Kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi
Dapat dihindari terjadinya dekomposisi / kerusakan bahan yang dianalisis
Resolusi yang baik
Rapat digunakan bermacam-macam detektor
Kolom dapat digunakan kembali
Mudah melakukan "sample recovery"
Metode HPLC dapat digunakan untuk analisa kuantitatif dan sekaligus
kualitatif. Untuk analisa kualitatif dengan membandingkan kromatogram sampel
dengan kromatogram baku pembanding berdasarkan waktu retensinya. sedangkan
untuk analisa kuantitatif dapat digunakan dengan persamaan :
Silfie Sabila
240210120121
Elusi bergradien digunakan untuk meningkatkan resolusi campuran yang
kompleks terutama jika sampel mempunyai kisaran polaritasyangluas.
Fase gerak yang paling sering digunakan untuk pemisahan dengan fase
terbalik adalah campuran larutan bufer dengan metanol atau campuran air dengan
asetonitril. Untuk pemisahan dengan fase normal, fase gerak yang paling sering
digunakan adalah campuran pelarut-pelarut hidrokarbon dengan pelarut yang
terklorisasi atau menggunakan pelarut-pelarut jenis alkohol. Pemisahan dengan
fase normal ini kurang umum dibanding dengan fase terbalik.
2. Pompa
Pompa yang cocok digunakan untuk HPLC adalah pompa yang
mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut yakni: pompa harus inert
terhadap fase gerak. Bahan yang umum dipakai untuk pompa adalah gelas, baja
tahan karat, Teflon, dan batu nilam. Pompa yang digunakan sebaiknya mampu
memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu mengalirkan fase gerak dengan
kecepatan alir 3 mL/menit. Untuk tujuan preparatif, pompa yang digunakan harus
mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan 20 mL/menit
3. Tempat penyuntikan sampel
Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke dalam fase
gerak yang mengalir di bawah tekanan menuju kolom menggunakan alat
penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi
dengan keluk sampel (sample loop) internal atau eksternal. Posisi pada saat
memuat sampel
Silfie Sabila
240210120121
Konsumsi fase gerak kolom mikrobor hanya 80% atau lebih kecil dibanding
dengan kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase
gerak lebih lambat (10 -100 l/menit).
Adanya aliran fase gerak yang lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih
ideal jika digabung dengan spektrometer massa.
kolom konvensional dan kurang bermanfaat untuk analisis rutin. Kebanyakan fase
diam pada HPLC berupa silika yang dimodifikasi secara kimiawi, silika yang
tidak dimodifikasi, atau polimer-polimer stiren dan divinil benzen. Permukaan
silika adalah polar dan sedikit asam karena adanya residu gugus silanol (Si-OH).
Silika dapat dimodifikasi secara kimiawi dengan menggunakan reagen-reagen
seperti klorosilan. Reagen-reagen ini akan bereaksi dengan gugus silanol dan
menggantinya dengan gugus-gugus fungsional yang lain.
Oktadesil silika (ODS atau C18) merupakan fase diam yang paling banyak
digunakan karena mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan kepolaran yang
rendah, sedang, maupun tinggi. Oktil atau rantai alkil yang lebih pendek lagi lebih
sesuai untuk solut yang polar. Silika-silika aminopropil dan sianopropil (nitril)
lebih cocok sebagai pengganti silika yang tidak dimodifikasi. Silika yang tidak
dimodifikasi akan memberikan waktu retensi yang bervariasi disebabkan karena
adanya kandungan air yang digunakan.
5. Detektor HPLC
Detektor pada HPLC dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu: oluter
universal (yang mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat spesifik, dan
tidak bersifat selektif) seperti oluter indeks bias dan oluter spektrometri massa;
dan golongan oluter yang spesifik yang hanya akan mendeteksi analit secara
spesifik dan selektif, seperti oluter UV-Vis, oluter fluoresensi, dan elektrokimia.
Idealnya, suatu oluter harus mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1)
mempunyai respon terhadap olute yang cepat dan reprodusibel; (2) mempunyai
Silfie Sabila
240210120121
sensitifitas yang tinggi, yakni mampu mendeteksi olute pada kadar yang sangat
kecil; (3) stabil dalam pengopersiannya; (4) mempunyai sel volume yang kecil
sehingga mampu meminimalkan pelebaran pita; (5) signal yang dihasilkan
berbanding lurus dengan konsentrasi olute pada kisaran yang luas (kisaran
dinamis linier); dan (6) tidak peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir
fase gerak.
Sampel yang digunakan kali ini adalah kafein. Menurut depkes Ri (1995),
kelarutan yang dimiliki kafein adalah agak sukar larut dalam air, dalam etanol,
mudah larut dalam kloroform, sukar larut dalam eter. Preparasi sampel dalam
praktikum diawali dengan menimbang 1,25 gram sampel yang telah homogen,
kemudan ditambah 25 ml larutan pengekstrak dalam beaker glass. Campuran
larutan tersebut dipanaskan dengan waterbath pada suhu 70oC selama 40 menit,
lalu dinginkan dan saring di labu ukur 50 ml dan tambahkan larutan pengekstrak
hingga tanda batas. Sampel yang sudah diekstrak dimasukkan ke dalam botol vial
tertutup, kemudian siap untuk dianalisis dengan HPLC.
Campuran analit akan terpisah berdasarkan kepolarannya, dan waktu
retensinya akan berbeda, hal ini akan teramati pada spektrum yang puncakpuncaknya terpisah. Dari analisis standar yang dilakukan, didapatkan bahwa
konsentrasi standar adalah 100 ppm (100 mg/kg). Luas permukaan standar kafein
adalah 1649943, dengan waktu retensi 5,102 menit. Terdapat dua sampel yang
diujikan, yaitu sampel 1 dan sampel 2. Sampel 1 memiliki waktu retensi 5,041
menit dengan luas permukaan 856830. Sedangkan sampel 2 memiliki waktu
retensi 5,063 menit, dengan luas permukaan 805063. Kita dapat menghitung
kosentrasi kafein yang terdapat pada sampel dengan menggunakan rumus :
Silfie Sabila
240210120121
Metode yang terjadi selama proses HPLC dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
Silfie Sabila
240210120121
VI.
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, kesimpulan yang didapat adalah:
Silfie Sabila
240210120121
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Husein H, Bahti. 1998. Teknik Pemisahan Kimia dan Fisaka
Hendayana, Sumar. 2006. Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan
Elektroforensis Modern. PT Remaja Rosdakarya, Bandung
Snyder, L.R. dkk. 1979. Introduction to Modern Liquid Chromatography. New
York : John Wiley & Sons