DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 11
PENGETAHUAN ALAM
BANDUNG
2012
Judul Praktikum :
Instrumen HPLC
Tujuan Praktikum :
A. DASAR TEORI
kromatografi, campuran tersebut dibuat sebagi zona yang sempit (kecil) pada
salah satu ujung media porus seperti adsorben, yang disebut alas atau landasan
atau gas yang bergerak sebagai pembawa, melaui media porus tersebut, yang
(terdistribusi) secara tidak merata antara alas yang “diam” dan cairan atau gas
demikian, akan sampai pada ujung lain dari alas tersebut pada waktu yang
komponen-komponen sampel diantara dua fasa, yaitu fasa gerak dan fasa diam.
Salah satu teknik kromatografi yang dimana fasa gerak dan fasa diamnya
Tinggi).
kualitatif dengan teknik HPLC didasarkan pada pengukuran luas area standar.
menghasilkan data yang akurat bila hanya melibatkan suatu konsentrasi standar.
Oleh karena itu, dilakukan dengan menggunakan teknik kurva kalibrasi. (Wiji,
teori untuk memandu pengembangan pada jalur yang rasional. Jelas sebelum era
harus disesuaikan dengan sampel-sampel yang lebih kecil, waktu elusi yang
digunakan bahan pengisi kolom berupa partikel yang sangat kecil berukuran
tinggi sampai 20.000 Kpa ( 200 atmosfir) untuk mengalirkan fasa gerak melalui
kolom tersebut.
Ternyata, penggunaan bahan pengisi kolom yang lebih kecil ini bukan
saja telah memperbaiki kecepatan analisis, tapi (dari ini yang lebih penting)
ialah telah menghasilkan suatu teknik dengan daya pisah yang tinggi. HPLC
mempunyai kelemahan- kelemahan yang diantaranya, peralatannya lebih rumit,
tidak murah, dan perlu pengalaman. Untuk beberapa jenis zat, metode ini kurang
yaitu :
HPLC. Kolom ini diisi dengan partikel silika yang sangat kecil dan
campuran melalui kolom akan melekat lebih lama pada silika yang
itu, senyawa yang non polar kemudian akan lebih cepat melewati
berupa atom karbon 8 atau 18. Dalam kasus ini, akan terdapat
interaksi yang kuat antara pelarut polar dan molekul polar dalam
Terdapat beragai zat aditif yang digunakan oleh produsen makanan dan
yang memiliki sifat kepolaran yang berbeda, dan memiliki gugus kromofor yang
yang menggunakan kolom nonpolar seperti C-18 dan fasa gerak polar.
seperti C-18 dan fasa geak polar seperti metanol atau air.
sebagai antiseptik.
Kafein
Reservoir Pelarut
Jumlah reservoir pelarut : (1) bisa salah satu atau lebih; berisi pelarut
organik seperti heksana, atau air, atau campuran air dan pelarut organik seperti
programener, maka diperlukan lebih dari satu reservoir, sistem ini diperlukan
pengelusian.
Pelarut fasa gerak dipompa dari reservoir oleh sistem pompa, demikian
Gas yang terlarut dalam pelarut fasa gerak yang digunakan harus
dibuang terlebih dahulu (de-gassing), selain itu, pelarut harus di saring dahulu
mμ) untuk mencegah partikel-partikel kecil yang tidak larut tadi, masuk
kedalam kolom. Saringan ini harus diganti atau dibersihkan bila terjadi
penyumbatan.
Diantara jenis-jenis pompa yang paling umum digunakan untuk sistem
Pompa “isap dan tekan” yang sederhana mempunyai kecepatan isap yang
tetap. Artinya, waktu yang diperlukan untuk langkah mengisis sama dengan
denyutan yang baik. Oleh karena itu, pompa jenis ini umumnya menggunakan
dua pengisap yang masing-masing bekerja kebalikan satu dari yang lainnya.
atau dua penghisap. Ada dua macam rancangan utama pompa gradien yaitu
dan juga berfungsi untuk menjamin terjadinya pengadukan yang baik oleh suatu
penghisap mempunyai dua katup. Jenis yang kedua, pompa pembagi bertekanan
rendah hanya mempunyai satu penghisap. Untuk melakukan elusi gradien hanya
diperlukan satu pompa. Pompa ini mempunyai katup pembagi, tidak mempunyai
pengendali gradien.
Dengan katup-katup pembagi dimungkinkan untuk membuat suatu
campuran terner (tiga jenis pelarut) dengan perbandingan yang diinginkan. Jadi
untuk melakukan gradien gradien tidak diperlukan lebih dari satu pompa.
pada HPLC digunakan tekanan tinggi untuk mendorong fasa gerak. Fasa
diam yang biasa digunakan (pada kolom) HPLC jenis fasa terbalik adalah
RMe2SiCl, dimana R adalah rantai alkana C-18 atau C8. Sementara fasa
kepolarannya, dan waktu retensinya akan berbeda, hal ini akan teramati
tidak menguap dan labil pada suhu tinggi. HPLC tidak terbatas pada
Prinsip kerja alat HPLC adalah pertama fasa gerak dialirkan melalui
dalam aliran fasa gerak dengan cara penyuntikan. Didalam kolom terjadi
antara solut-solut terhadap fasa diam. Solut-solut yang kurang kuat interaksinya
dengan fasa diam akan keluar dari kolom terlebih dahulu. Sebaliknya solut-solut
yang interaksinya kuat dengan fasa diam akan keluar dari kolom lebih lama.
Setiap komponen yang campuran yang keluar kolom dideteksi oleh detektor
1. Fasa Gerak
Fasa gerak dari HPLC merupakan zat cair yang disebut eluen atau
a) Zat cair harus bertindak sebagai pelarut yang baik untuk cuplikan
d) Zat cair harus mudah diperoleh, murah, tidak mudah terbakar dan
tidak beracun
dalam fasa gerak juga harus dihilangkan, sebab adanya gas akan
tetap selama elusi) atau dengan cara bergradien (komposisi fase gerak
2. Kolom
Kolom HPLC biasanya terbuat dari stailess steel, akan tetapi ada
juga yang terbuat dari gelas berdinding tebal. Kolom utama berisi
yang terbawa oleh fasa gerak dan untuk menjenuhkan fasa gerak
pelarut.
a) Kolom analitik
10-30 cm.
b) Kolom preparatif
Umumnya bergaris tengah 6 mm atau lebih besar, dan
3. Pompa
gerak yang berupa zat cair yang akan sukar mengalir dalam kolom
yang dipadatkan dengan serbuk halus. Oleh karena itu, agar zat cair
yaitu :
a) Pompa Reciprocating
b) Pompa Displacement
pelarut.
c) Pompa Pneumatic
4. Injector Sample
dan katup teflon yang dilengkapi dengan keluk sampel (sample loop)
Dalam prakteknya, loop tidak perlu diisi penuh, tapi bila tidak diisi
menggunakan penyuntik.
sebagai berikut :
a) Injeksi Syringe
ini dirancang syringe yang tahan tekanan sampai 1500 psi. Akan
tetapi keterulangan injeksi stringe ini sedikit lebih baik dari 2-3 %
cuplikan).
c) Kran Cuplikan
dalam kolom.
5. Detektor
Ada dua jenis detektor yaitu detektor selektif, adalah detektor yang
a) Detektor Universal
tetap yaitu pada panjang gelombang 254 nm, dan ada yang
detektor stabil.
Bila digunakan lebih dari satu detektor yang
dipelihara tetap.
b) Detektor Selektif
Detektor Fluoresensi
berikut :
gerak
6. Rekorder
dilakukan dengan didasarkan pada luas peak atau tinggi peak dengan
Alat :
2. Spatula 1 buah
Bahan :
2. Vitamin C standar 1 mg
3. Kafein 5 mg
7. Aquabides secukupnya
8. Asetonitril 80 mL + secukupnya
C. PROSEDUR KERJA
vibrator.
dan 5 mL, diencerkan dengan fasa gerak dalam labu ukur 10 mL.
siap diinjeksikan.
4. Pembuatan larutan sampel
0 60 40
1 40 60
2 20 80
3 30 70
4 40 60
5 60 40
Volume injeksi : 20 μL
benar.
kondisi instrumen
listrik.
6. Perhitungan hasil analisis
penyebabnya.
ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, dan 50 ppm. HPLC adalah suatu metode
pemisahan dari analit berdasarkan perbedaan interaksi pada fasa diam dan
Metode yang digunakan pada pengujian ini adalah metode fasa terbalik
dimana fasa gerak yang digunakan ini bersifat relatif lebih polar daripada fasa
benzoat. Bahwa vitamin c lebih besar dari kafein lebih besar dari natrium benzoat.
Maka waktu retensi vitamin c lebih kecil dari kafein lebih kecil dari natrium
benzoat. Sehingga larutan standar yang digunakan mempunyai harga regresi lebih
mendekati satu.
(Poly Tetra Fluoro Ethylene) untuk proses pemurnian larutan standar maupun
diplotkan antara konsentrasi setiap larutan standar terhadap luas area peak
kromatogramnya.
dilakukan dengan mengamati peak yang waktu retensinya relatif tetap atau
sama pada setiap konsentrasi larutan standar, serta memerhatikan luas area
peaknya. Karena larutan standar adalah larutan vitamin C maka kadar vitamin
ditunjukkan salah satunya dari adanya lebih dari satu peak pada kromatogram.
Dari data kromatogram deret larutan standar, diperoleh waktu retensi
untuk vitamin c 1.98; waktu retensi kafein 2.54; dan waktu retensi natrium
benzoat 4.38.
Komponen kesatu dengan waktu retensi sebesar 1.79; dan luas area sebesar
220807
Komponen kedua dengan waktu retensi sebesar 1.99; dan luas area sebesar
1779127
Komponen ketiga dengan waktu retensi sebesar 4.40; dan luas area sebesar
15581524
Komponen keempat dengan waktu retensi sebesar 4.81; dan luas area sebesar
478118
retensi untuk vitamin c dimulai dari 1.98, sebagaimana hasil dari kromatogram
Dan pada komponen ketiga waktu retensinya mendekati waktu retensi natrium
diduga bukan natrium benzoat, karena selisih waktu retensinya sangat jauh
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum kali ini dilakukan penentuan kadar zat aditif
dalam sampel dengan menggunakan HPLC, pada larutan sampel yang digunakan
yaitu Mizone terdapat dua kadar zat aditif, yaitu kadar komponen vitamin c dan
dan kadar natrium benzoat yang terkandung dalam sampel sebesar 115,757 mg.
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A., A.L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Hendayana, Sumar. (2006) . KIMIA PEMISAHAN Metode Kromatografi dan
Lampiran
A. Data Pengamatan
a)
Dilakukan penyaringan menggunakan membrane
selulosa nitrat
b)
dan kafein 5 mg
ukur
ultrasonic vibrator
c)
kafein
5 mL
Dihomogenkan larutannya
menit.
d)
Dipipet 5 mL
selama 15 menit
(60:40) Asetonitril = 80 mL
berwarna
dan kafein 5 mg
labu ukur
4 mL, dan 5 mL
Dihomogenkan larutannya
membrane PTFE
diberi label
menit
tidak berwarna
d. Pembuatan larutan sampel
MIZONE
Dilarutkan dengan fasa gerak
PTFE
bertutup
selama 5 menit.
0 60 40
1 40 60
2 20 80
3 30 70
4 40 60
5 60 40
Volume injeksi : 20 μL
sakelar listrik.
komputer.
instrumen
digunakan
sampel.
kondisi percobaannya.
k) Setelah selesai digunakan,
komputer.
dimatikan komputer.
1. Hasil Pengukuran
Pengukuran deret standar
Vitamin C
5 11 958751 2.08
Kafein
5 52 2398312 2.84
Natrium Benzoat
5 28 232308 4.53
B. Perhitungan
n = MxV
m = n x Mm
= M x V x Mm
= 0,68 gram
2. Pembuatan Larutan
V1 M1 = V2 M2
1 mL x 100 ppm = 10 mL x M2
M2 = 10 ppm
V1 M1 = V2 M2
2 mL x 100 ppm = 10 mL x M2
M2 = 20 ppm
V1 M1 = V2 M2
3 mL x 100 ppm = 10 mL x M2
M2 = 30ppm
standar 10 mL dari 4 mL larutan induk
V1 M1 = V2 M2
4 mL x 100 ppm = 10 mL x M2
M2 = 40ppm
V1 M1 = V2 M2
5 mL x 100 ppm = 10 mL x M2
M2 = 50 ppm
a. vitamin C
Konsentrasi (ppm) =
1000 ppm =
Massa Vitamin C = 22 mg
b. kafein
Konsentrasi (ppm) =
1000 ppm =
b. Natrium Benzoat
Konsentrasi (ppm) =
1000 ppm =
Larutan Standar 1 mL
V1 M1 = V2 M2
1 mL x 22 ppm = 10 mL x M2
M2 = 2,2 ppm
Larutan Standar 2 mL
V1 M1 = V2 M2
2 mL x 22 ppm = 10 mL x M2
M2 = 4,4 ppm
Larutan Standar 3 mL
V1 M1 = V2 M2
3 mL x 22 ppm = 10 mL x M2
M2 = 6,6 ppm
Larutan Standar 4 mL
V1 M1 = V2 M2
4 mL x 22 ppm = 10 mL x M2
M2 = 8,8 ppm
Larutan Standar 5 mL
V1 M1 = V2 M2
5 mL x 22 ppm = 10 mL x M2
M2 = 11 ppm
3. Pembuatan Deret Larutan Standar kafein
Larutan Standar 1 mL
V1 M1 = V2 M2
1 mL x 104 ppm = 10 mL x M2
M2 = 10,4 ppm
Larutan Standar 2 mL
V1 M1 = V2 M2
2 mL x 104 ppm = 10 mL x M2
M2 = 20,8 ppm
Larutan Standar 3 mL
V1 M1 = V2 M2
3 mL x 104 ppm = 10 mL x M2
M2 = 31,2 ppm
Larutan Standar 4 mL
V1 M1 = V2 M2
4 mL x 104 ppm = 10 mL x M2
M2 = 41,6 ppm
Larutan Standar 5 mL
V1 M1 = V2 M2
5 mL x 104 ppm = 10 mL x M2
M2 = 52 ppm
Larutan Standar 1 mL
V1 M1 = V2 M2
1 mL x 56 ppm = 10 mL x M2
M2 = 5,6 ppm
Larutan Standar 2 mL
V1 M1 = V2 M2
2 mL x 56 ppm = 10 mL x M2
M2 = 11,2 ppm
Larutan Standar 3 mL
V1 M1 = V2 M2
3 mL x 56 ppm = 10 mL x M2
M2 = 16,8 ppm
Larutan Standar 4 mL
V1 M1 = V2 M2
4 mL x 56 ppm = 10 mL x M2
M2 = 22,4 ppm
Larutan Standar 5 mL
V1 M1 = V2 M2
5 mL x 56 ppm = 10 mL x M2
M2 = 28 ppm
# Vitamin C
– 26551
y = 252891x – 26551
x=
x = 7,140 ppm
= x 10 mL
= 0,0714 mg
x 0,0714 mg
= 3,57 mg
# Natrium Benzoat
31197
y = 63567x –31197
x=
x = 245,610 ppm
= x 10 mL
= 2,4561 mg
= 122,805 mg