Anda di halaman 1dari 14

PENENTUAN KADAR PARASETAMOL DAN KAFEIN MENGGUNAKAN INSTRUMEN

HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY (HPLC)


Laporan Praktikum
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Kimia Instrumen dengan dosen
pengampu Dra. Soja Siti Fatimah, M.Si.

Tanggal Praktikum : 16 Februari 2015


Disusun oleh:
Kelompok 3
Dinar Khairunisa
Esti Septiani
Fadhila Azzahra M

1307218
1301972
1303859

KIMIA C 2013

PRODI KIMIA
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIDKAN INDONESIA
2015
Tanggal Praktikum : 16 Februari 2015
Judul Praktikum :
Penentuan Kadar Parasetamol dan Kafein Menggunakan Teknik HPLC
Tujuan Praktikum :
1. Memahami cara kerja instrumen HPLC untuk analisis kuantitatif.

2. Dapat melakukan preparasi dengan tepat dan akurat, serta dapat mengikuti manual pengoperasian
HPLC.
3. Dapat menentukan/menghitung kadar zat aditif dalam sampel minuman.
A. DASAR TEORI
Kromatografi adalah metode suatu proses fisik yang digunakan untuk memisahkan
komponen-komponen dari suatu campuran senyawa kimia. Dalam kromatografi, campuran
tersebut dibuat sebagi zona yang sempit (kecil) pada salah satu ujung media porus seperti
adsorben, yang disebut alas atau landasan kromatografi. Zona campuran kemudian digerakan
dengan larutan suatu cairan atau gas yang bergerak sebagai pembawa, melaui media porus
tersebut, yang berupa partikel-partikel yang diam (tidak bergerak, statisiones). Sehingga
akibatnya masing-masing komponen dari campuran tersebut akan terbagi (terdistribusi) secara
tidak merata antara alas yang diam dan cairan atau gas yang membawanya. Akibat selanjutnya,
masing-masing komponen akan bergerak (bermigrasi) pada kecepatan yang berbeda (differential
migration) dan dengan demikian, akan sampai pada ujung lain dari alas tersebut pada waktu yang
berlainan, dan dengan demikian terjadilah pemisahan diantara komponen-komponen yang ada.
(Bahti, Husein H. 2011: 4).
Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponen-komponen campuran
yang berdasarkan distribusi diferensial dari komponen-komponen sampel diantara dua fasa, yaitu
fasa gerak dan fasa diam. Salah satu teknik kromatografi yang dimana fasa gerak dan fasa
diamnya menggunakan zat cair adalah HPLC (High Performance Liquid Chromatography) atau
didalam bahasa Indonesia disebut KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi).
Teknik HPLC merupakan suatu metode kromatografi cair-cair, yang dapat digunakan baik
untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dengan teknik HPLC
didasarkan pada pengukuran luas area standar. Pada prakteknya, metode pembandingan area
standar dan sampel kurang menghasilkan data yang akurat bila hanya melibatkan suatu
konsentrasi standar. Oleh karena itu, dilakukan dengan menggunakan teknik kurva kalibrasi.
(Wiji, dkk. 2010 : 17).
HPLC yang modern telah mucul akibat pertemuan dari kebutuhan, keinginan manusia
untuk meminimalis pekerjaan, kemampuan teknologi, dan teori untuk memandu pengembangan
pada jalur yang rasional. Jelas sebelum era peralatan yang modern bahwa LC (Liquid
Chromatography) memiliki kekuatan pemisahan yang sangat ampuh, bahkan untuk komponenkomponen yang berhubungan sangat erat. LC harus ditingkatkan kecepatannya, diotomasasi, dan

harus disesuaikan dengan sampel-sampel yang lebih kecil, waktu elusi yang beberapa jam
(Underwood, Day. 2002 : 553).
HPLC berbeda dari kromatografi kolom cairan konvensional dalam hal digunakan bahan
pengisi kolom berupa partikel yang sangat kecil berukuran sampai 3-5 m (1m = 10 -6 m).
Sehingga mengharuskan digunakannya tekanan tinggi sampai 20.000 Kpa (

200 atmosfir)

untuk mengalirkan fasa gerak melalui kolom tersebut.


Ternyata, penggunaan bahan pengisi kolom yang lebih kecil ini bukan saja

telah

memperbaiki kecepatan analisis, tapi (dari ini yang lebih penting) ialah telah menghasilkan suatu
teknik dengan daya pisah yang tinggi. HPLC mempunyai kelemahan- kelemahan yang
diantaranya, peralatannya lebih rumit, tidak murah, dan perlu pengalaman. Untuk beberapa jenis
zat, metode ini kurang sensitif. Selain itu sampel disyaratkan harus stabil dalam larutan.
Berdasarkan kepolaran fasa geraknya, HPLC dibagi menjadi 2 macam yaitu :
a) Fase Normal HPLC
HPLC jenis ini secara esensial sama dengan kromatografi kolom. Meskipun disebut
normal, ini bukan bentuk biasa dari HPLC. Kolom ini diisi dengan partikel silika yang sangat
kecil dan pelarut nonpolar seperti heksan sebuah kolom sederhana memiliki diameter internal 4,6
mm (dan kemungkinan kurang dari nilai ini) dengan panjang 120 nm-250 nm. Senyawa-senyawa
polar dalam campuran melalui kolom akan melekat lebih lama pada silika yang polar dibanding
dengan senyawa-senyawa non polar. Oleh karena itu, senyawa yang non polar kemudian akan
lebih cepat melewati kolom. Apabila pasangan fasa diam lebih polar daripada fasa geraknya
maka sistem ini disebut HPLC fase normal.
b) Fase Balik HPLC
Pada HPLC jenis ini, ukuran kolomnya sama, tetapi silika dimodifikasi menjadi non
polar melalui pelekatan hidrokarbon dengna rantai panjang pada permukaannya secara sederhana
baik berupa atom karbon 8 atau 18. Dalam kasus ini, akan terdapat interaksi yang kuat antara
pelarut polar dan molekul polar dalam campuran yang melalui kolom. Interaksi yang terjadi tidak
sekuat interaksi antara rantai-rantai hidrokarbon yang berlekatan pada silika (fasa diam) dan
molekul-molekul polar dalam larutan. Oleh karena itu molekul-molekul polar akan lebih cepat
bergerak melalui kolom. Sedangkan molekul-molekul non polar akan bergerak lambat karena
interaksi dengan gugus hidrokarbon.
Terdapat beragai zat aditif yang digunakan oleh produsen makanan dan minuman
diantaranya : natrium benzoat, vitamin c, dan kafein untuk masing-masing tujuan tertentu. Ketiga

zat aditif tersebut merupakan senyawa yang memiliki sifat kepolaran yang berbeda, dan memiliki
gugus kromofor yang menyebabkan senyawa tersebut dapat menyerap sinar UV. Berdasarkan
karakteristik senyawa ini memungkinkan dilakukan analisis dengan teknik HPLC yang
menggunakan kolom nonpolar seperti C-18 dan fasa gerak polar.
Vitamin C atau asam askorbat
Vitamin berupa kristal putih dengan rumus molekul C 6H8O6,
larut dalam air dan alkohol, dialam ditemukan dalam buah-buahan dan
sayuran, dapat disintesis dari glukosa. Vitamin C merupakan komponen
esensial makanan manusia untuk perawatan kulit. Kekurangan vitamin ini
dapat menimbulkan sariawan, luka pada gusi, badan kurus, dan anemia.
Setiap hari diperluka 70-100 mg.
Vitamin C adalah senyawa yang memiliki sifat polar dan gugus kromofor yang
dimilikinya menyebabkan senyawa ini dapat menyerap sinar UV. Karakteristik senyawa ini
memungkinkan analisis dengan teknik HPLC menggunakan kolom nonpolar seperti C-18 dan
fasa geak polar seperti metanol atau air.
Natrium Benzoat atau natrium benzena karboksilat
Kristalin tanpa warna atau atau serbuk amorf putih, C6H6COONa.
Larutan dalam iar dan sedikit larut dalam etanol. Senyawa ini dibuat melalui
reaksi natrium hidroksida dengan asam benzoat dan digunakan dalam industri zat
warnadan sebagai pengawet makanan. Zat ini dulu digunakan sebagai antiseptik.
Kafein
Suatu alkohol dengan rumus molekul C5H10N4O2. Berupa padatan
kristal berwarn aputih dan berasa pahit, ditemukan dalam daun dan biji dari
pohin kopi, dalam daun teh, dalam biji kola.
Reservoir Pelarut
Jumlah reservoir pelarut : (1) bisa salah satu atau lebih; berisi
pelarut organik seperti heksana, atau air, atau campuran air dan pelarut organik seperti
metanol,tergantung kepada apakah kita bekerja menggunakan fasa normal atau fasa terbalik atau
metode kromatografilainnya.

Bila sistem KCKT dilengkapi dengan alat pencampuran (2) (atau mempunyai lebih dari
satu pompa) yang memungkinkan membuat campuran-campuran pelarut dengan komposisi yang
diatur dengan bantuan suatu programener, maka diperlukan lebih dari satu reservoir, sistem ini
diperlukan untuk melakukan elusi bergradien dimana komposisi pelarut diubah-ubah selama
pengelusian.
Pelarut fasa gerak dipompa dari reservoir oleh sistem pompa, demikian sehingga
campuran pelarut dengan komposisi tertentu dapat mengalir tanpa denyutan (pulseless).
Kecepatan aliran dapat diatur antara 0,1 10 mL/menit.
Gas yang terlarut dalam pelarut fasa gerak yang digunakan harus dibuang terlebih dahulu
(de-gassing), selain itu, pelarut harus di saring dahulu agar bebas dari partikel-partikel kecil yang
tidak larut.
Pada saluran-saluran pelarut biasanya dipasang saringan (berukuran 2-10 m) untuk
mencegah partikel-partikel kecil yang tidak larut tadi, masuk kedalam kolom. Saringan ini harus
diganti atau dibersihkan bila terjadi penyumbatan.
Diantara jenis-jenis pompa yang paling umum digunakan untuk sistem HPLC adalah jenis
pompa isap dan tekan (reciprocating).
Pompa isap dan tekan yang sederhana mempunyai kecepatan isap yang tetap. Artinya,
waktu yang diperlukan untuk langkah mengisis sama dengan waktu untuk langkah memompa.
Pompa seperti ini memerlukan perendam denyutan yang baik. Oleh karena itu, pompa jenis ini
umumnya menggunakan dua pengisap yang masing-masing bekerja kebalikan satu dari yang
lainnya. Setiap pengisap memppunyai dua katup pengendali.
Pelarut diisap ke dalam ruang pengisap melalui katup pemasukkan dan kemudian ditekan
ke luar melalui katup pengeluaran. Untuk melakukan elusi bergradien diperlukan dua sistem
pompa yang masing-masing mempunyai satu atau dua penghisap. Ada dua macam rancangan
utama pompa gradien yaitu pecampuran tekana tinggi yang mempunyai hantaran dua pompa dan
pencampuran tekana rendah dengan hantaran satu pompa.
Rancangan pompa gradien yang pertama, yakni sistem pencampuran tekanan tinggi,
mempunyai dua pompa dan satu pengendali, masing-masing pompa menghantarkan satu sistem
pelarut. Fungsi pengendali adalah mengatur kecepatan aliran masing-masing pelarut sesuai
dengan komposisi yang diinginkan dan juga berfungsi untuk menjamin terjadinya pengadukan
yang baik oleh suatu pengaduk dinamik. Setiap pompa mempunyai dua penghisap dan setiap
penghisap mempunyai dua katup. Jenis yang kedua, pompa pembagi bertekanan rendah hanya
mempunyai satu penghisap. Untuk melakukan elusi gradien hanya diperlukan satu pompa. Pompa
ini mempunyai katup pembagi, tidak mempunyai pengendali gradien.

Dengan katup-katup pembagi dimungkinkan untuk membuat suatu campuran terner (tiga
jenis pelarut) dengan perbandingan yang diinginkan. Jadi untuk melakukan gradien gradien tidak
diperlukan lebih dari satu pompa. Katup-katup pembagi ini dikendalikan oleh suatu
microprocessor dan terbuka selama langkah pemasukan pelarut. (Bahti, Husein. H . 2011 : 34-40)
Prinsip kerja instumentasi HPLC
HPLC menggunakan fasa gerak untuk memisahkan komponen dari sebuah campuran
komponen (analit). Prinsip keja HPLC adalah pemisahan setiaap komponen dalam sampel
berdasarkan kepolarannya. Yang paling membedakan HPLC dengan kromatografi lainnya adalah
pada HPLC digunakan tekanan tinggi untuk mendorong fasa gerak. Fasa diam yang biasa
digunakan (pada kolom) HPLC jenis fasa terbalik adalah RMe 2SiCl, dimana R adalah rantai
alkana C-18 atau C8. Sementara fasa geraknya berupa larutan yang diatur komposisinya (gradien
elusi), misalnya : air:asetonitril (80:20), hal ini bergantung pada kepolaran analit yang akan
dipisahkan. Campuran analit akan terpisah berdasarkan kepolarannya, dan waktu retensinya akan
berbeda, hal ini akan teramati pada spektrum yang punsak-puncaknya terpisah.
Prinsip dasar HPLC adalah pemisahan komponen-komponen terjadi karena perbedaan
kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap fasa diam. Keunggulan menggunakan HPLC
dibandingkan kromatografi gas yaitu terletak pada kemampuannya untuk menganalisis cuplikan
yang tidak menguap dan labil pada suhu tinggi. HPLC tidak terbatas pada senyawa organik tapi
mampu menganalisis senyawa anorganik, mampu menganalisis cuplikan yang mempunyai
molekul tinggi (beratnya), mampu menganalisis cuplik yang mempunyai titik didih yang sangat
tinggi seperti polimer.
Cara kerja instumentasi HPLC
Prinsip kerja alat HPLC adalah pertama fasa gerak dialirkan melalui kolom kedetektor
dengan bantuan pompa. Kemudian cuplikan dimasukan ke dalam aliran fasa gerak dengan cara
penyuntikan. Didalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen campuran karena perbedan
kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap fasa diam. Solut-solut yang kurang kuat
interaksinya dengan fasa diam akan keluar dari kolom terlebih dahulu. Sebaliknya solut-solut
yang interaksinya kuat dengan fasa diam akan keluar dari kolom lebih lama. Setiap komponen
yang campuran yang keluar kolom dideteksi oleh detektor kemudian direkam dalam bentuk
kromatogram.

Gambar skema instrumentasi HPLC


Komponen-komponen instrumentasi HPLC
1. Fasa Gerak
Fasa gerak dari HPLC merupakan zat cair yang disebut eluen atau pelarut. Dalam HPLC fasa
gerak selain berfungsi untuk membawa komponen-komponen campuran menuju ke detektor,
selain itu juga dapat berinteraksi dengan solut-solut. Oleh karena itu, fasa gerak dalam HPLC
merupakan salah satu faktor penetu keberhasilan proses pemisahan. Persyaratan zat cair yang
akan digunakan sebagai fasa gerak sebagai berikut:
a) Zat cair harus bertindak sebagai pelarut yang baik untuk cuplikan yang akan dianalisis
b) Zat cair harus murni, untuk menghindari masuknya kotoran yang dapat mengganggu interpretasi
kromatogram
c) Zat cair harus jernih, untuk meghindari penyumbatan pada kolom
d) Zat cair harus mudah diperoleh, murah, tidak mudah terbakar dan tidak beracun
e) Zat cair tidak kental dan harus sesuai dengan detektor
Fasa gerak sebelum digunakan harus disaring terlebih dahulu untuk menghindari partikelpartikel kecil. Selain itu adanya gas dalam fasa gerak juga harus dihilangkan, sebab adanya gas
akan berkumpul dengan komponen lain terutama do pompa dan detektor sehingga akan
mengacaukan analisis.
Elusi dapat dilakukan dengan cara isokratik (komposisi fasa gerak tetap selama elusi) atau
dengan cara bergradien (komposisi fase gerak berubah-ubah selama elusi) yang analog dengan
pemrograman suhu pada kromatografi gas. Elusi bergradien diguakan untuk meningkatkan
resolusi campuran yang kompleks terutama jika sampel mempunyai kisaran polaritas yang luas.

Fase gerak yang paling sering digunakan untuk pemisahan dengan fase terbalik adalah
campuran larutan buffer dengan metanol atua campuran air dengan asetonitril. Untuk pemisahan
dengan fase normal, fasa gerak yang paling sering digunakan adalah campuran pelarut-pelarut
hidrokarbon dengan pelarut yang terklorisasi atau menggunakan pelarut-pelarut jenis alkohol.
Pemisahan dengan fase normal ini kurang umum dibanding fase terbalik.
2. Kolom
Kolom HPLC biasanya terbuat dari stailess steel, akan tetapi ada juga
yang terbuat dari gelas berdinding tebal. Kolom utama berisi fasa diam,
tepat terjadinya pemisahan campuran menjadi komponen-komponen.
Bergantung keperluannya kolom utama dapat digunakan untuk analisis atau
preparatif setiap komponen yang keluar kolom ditampung pada tabung
yang berbeda dan keluaran HPLC dihubungkan dengan fraction colector
selain kolom utama dikenal pula kolom pengaman.
Kolom utama berisi fasa dian dan jenisnya bervariasi bergantung pada keperluan, misalnya
dikenal kolom C8, C-18, cyanopropyl, dan penukar ion. Kolom utama untuk HPLC biasanya
berukuran panjang berkisar antara 5-30 cm dan diameter dalam berkisar 4,510 mm.
Kolom pengaman (guard coloumn) disebut juga pra-kolom karena letaknya sebelum sistem
pemasukan cuplikan. Kolom ini berukuran pendek 5 cm dengan diameter 4,6 mm biasanya
dipaking dengan partikel silika berukuran besar dari ukuran partikel kolom utama. Kolom
pengaman mempunyai dua fungsi yaitu: menyaring kotoran yang terbawa oleh fasa gerak dan
untuk menjenuhkan fasa gerak dalam rangka menghindarkan terjadinya erosi fasa diam oleh
aliran pelarut.
Kolom merupakan jantung kromatograf, keberhasilan atau kegagalan analisis bergantung pada
pilhan kolom dan kondisi kerja yang tepat. Kolom dapat dibagi menjadi dua kelompok :
a) Kolom analitik
Garis tengah dalam 2-6 mm, panjang bergantung pada jenis kemasan, untuk kemasan pelikel
biasanya panjang kolom 50-100 cm, untuk kemasan mikropartikel berpori biasanya 10-30 cm.
b) Kolom preparatif
Umumnya bergaris tengah 6 mm atau lebih besar, dan panjang 25-100 cm.
3. Pompa
Pada HPLC, pompa ini berfungsi untuk mengalirkan fasa gerak cair melalui kolom yang
berisi serbuk halus. Digunakan pompa bertekanan tinggi dalam metode ini sebagai akibat

penggunaan fasa gerak yang berupa zat cair yang akan sukar mengalir dalam kolom yang
dipadatkan dengan serbuk halus. Oleh karena itu, agar zat cair dapat melewati kolom secara tepat
maka dibutuhkan bantuan pompa yang bertekana tinggi. Pompa yang digunakan dalam HPLC
a)
b)
c)
d)

harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :


Menghasilkan tekanan sampai 5000 psi
Kecepatan alir berkisar antara 0,1-10 mL/menit
Bahan tahan korosi
Keluaran bebas pulse

Dikenal 3 jenis pompa yang masing-masing memiliki keuntungan yaitu :


a) Pompa Reciprocating
Pompa ini terdiri dari ruangan kecil tempat pelarut yang dipompa dengan cara gerakan
piston maju mundur yang dijalankan oleh motor. Gerakan piston memberikan aliran eluen yang
konstan, memiliki volume internal kecil (35-400 mL) menghasilkan tekanan tinggi (sampai
10.000 psi). Piston berupa batang gelas dan berkontak lengsung dengan pelarut.
b) Pompa Displacement
Pompa ini menyerupai syringe (alat suntik) tersiri dari tabung yang dilengkapi pendorong
yang digerakkan oleh motor. Menghasilkan aliran yang cenderung tidak tergantung pada tekanan
balik kolom dan viskositas pelarut. Memiliki keterbatasan kapasitas pelarut (

250 mL) dan

tidak mudah untuk pergantian pelarut.


c) Pompa Pneumatic
Dalam pompa ini pelarut didorong oleh gas bertekanan tinggi.Pompa jenis ini murah,
tetapi memiliki keterbatasan kapasitas dan tekanan yang dihasilkan (<2000 psi) kecepatan alir
bergantung pada viskositas pelarut dan tekanan balik kolom.
4. Injector Sample
Sampel-sampel cair dan larutan disuntikan secara langsung ke dalam fase gerak yang
mengalir dibawah tekanan menuju kolom menggunakan alat penyuntik yang terbuat dari tembaga
tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi dengan keluk sampel (sample loop) internal atau
eksternal.
Salah satu jenis penyuntik untuk memasukan sampel ke dalam sistem (kolom) kromatografi
adalah penyuntik loop.

Dalam prakteknya, loop tidak perlu diisi penuh, tapi bila tidak diisi penuh akan
mengakibatkan lebih jeleknya presisi hasil eksperimen dan ketergantungan presisi tersebut
kepada bagaimana si-operator menggunakan penyuntik.
Perlu diingat, bahwa penyuntik tidak boleh dicabut sebelum pegangan (handle) penyuntik diputar
dari posisi load (pengisap) ke posisi inject (suntik). Karena sampel akan mengalir ke saluran
pembuangan. Hal yang terakhir ini tentunya tidak diinginkan, pegangan penyuntik harus diputar
cepat agar pemutusan aliran ke dalam diinginkan. Pegangan penyuntik harus diputar cepat agar
pemutusan aliran ke dalam kolom, antara posisi pengisian (load) dan posisi penyuntikan (inject)
berlangsung cepat.

Yang menjadi faktor ketidak tepatan pengukuran HPLC salah satunya terletak pada
keterulangan pemasukan cuplikan kedalam paking kolom. Masalahnya kebanyakan memasukan
cuplikan kedalam kolom dapat menyebabkan band broadening. Oleh karen itu cuplikan yang
dimasukkan harus sekecil beberapa puluh mikroliter. Beberapa teknik pemasukan cuplikan
kedalam sistem dapat diuraikan sebagai berikut :
a) Injeksi Syringe
Syringe disuntikan melalui septum (seal karet) dan untuk ini dirancang syringe yang tahan
tekanan sampai 1500 psi. Akan tetapi keterulangan injeksi stringe ini sedikit lebih baik dari 2-3 %
dan sering lebih jelek.
b) Injeksi Stop Flow
Aliran pelarut dihentikan sementara, sambungan pada ujung kolom dibuka dan cuplikan
disuntikan langsung kedalam ujung kolom. Setelah menyambung kembali kolom maka pelarut
dialirkan kembali. Untuk memasukkan cuplikan kedalam fasa gerak perlu dua langkah : sejumlah
volume cuplikan disuntikkan ke dalam loop dan posisi load. Cuplikan masih berada dalam
loop ; kran diputar untuk mengubah posisi load menjadi posisi injeksi dan fasa gerak
membawa cuplikan kedalam kolom (kran cuplikan).

c) Kran Cuplikan
Jenis pemasukan cuplikan ini disebut juga loop dan paling banyak digunakan. Untuk
memasukan cuplikan ke dalam aliran fasa gerak perlu 2 langkah, yaitu: sejumlah volume
cuplikan disuntikan ke dalam loop dalam posisi load, cuplikan masih berada dalam loop; kran
diputar untuk mengubah posisi load menjadi posisi injeksi dan fasa gerak membawa cuplikan ke
dalam kolom.
5. Detektor
Ada dua jenis detektor yaitu detektor selektif, adalah detektor yang peka terhadap golongan
senyawa tertentu saja. Dan detektor universal, yaitu detektor yang peka terhadap golongan
senyawa apapun kecuali pelarutnya. Diantara detektor yang digunakan dalam KCKT adalah
a) Detektor Universal
Detektor Ultra Violet Visible (Sinar Tampak)
Detektor UV terutama digunakan untuk pendeteksian senyawa-senyawa organik. Detektor
UV dilengkapi dengan pengatur panjang gelombang, sehingga panjang gelombang UV yang
digunakan dapat dipilih sesuai dengan jenis cuplikan yang diukur.
Detektor UV-Visible (uv-sinar tampak) paling banyak digunakan, karena sensitivitasnya
yang baik mudah menggunakannya, tidak merusak senyawa yang di analisis, dan memungkinkan
untuk melakukan elusi bergradien. Ada yang dipasang pada panjang gelombang tetap yaitu pada
panjang gelombang 254 nm, dan ada yang panjang gelombangnya dapat dipilih sesuai dengan
diinginkan antara 190-600 nm. Detektor dengan panjang gelombang variabel ini ada yang
dilengkapi alat untuk memilih panjang gelombang secara otomatis dan dapat me-nol-kan sendiri
(allto zero). Detektor jenis ini juga ada yang menggunakan drode erray (sebagai pengganti photo
tube), sehingga dapat melakukan pembacaan absorban yang kontinyu pada berbagai panjang
gelombang.

Detektor Indeks Bias


Detektor indeks bias memberi respons terhadap senyawa yang dianalisis apapun, termasuk
pelarutnya sendiri. Prinsip dasar kerja detektor ini adalah perubahan indeks bias karena adanya
komponen sampel dalam pelarut. Detektor ini bersifat tidak merusak (non-destruktif),
sensitivitasnya cukup tinggi (minimum 10-6 g) dan umumnya digunakan dalam pekerjaan
preparatif. Dengan detektor ini tidak dapat dilakukan elusi bergradien. Detektor ini digunakan
dalam kromatografi eklusi dan dalam analisis karbohidrat.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan detektor indeks bias :

Bila digunakan lebih dari satu pelarut, maka campuran dahulu hingga homogen dan bebaskan dari
gas terlarutnya.
Setelah detektor dihidupkan, tunggu beberapa lama sebelum digunakan sampai detektor stabil.
Bila digunakan lebih dari satu detektor yang dipasang berurutan, maka tempatkanlah detektor
indeks bias pada urutan terakhir.
Untuk saluran pembuangan, gunakanlah selang teflon berdiameter dalam (inner diameter) yang
besar tapi pendek.
Tempatkan detektor pada kondisi suhu yang dipelihara tetap.
Jaga agar sel indeks bias selalu bersih.
Sel pembanding harus diisi dengan pelarut yang telah dilewatkan melalui kolom,
Detektor Spektrometer Massa
Detektor Spektrometer Inframerah
b) Detektor Selektif
Detektor Fluoresensi
Didasarkan kepada prinsip bahwa molekul-molekul tertentu dapat menyerap energi pada
panjang gelombang yang lebih pendek membentuk suatu keadaan tereksitasi dan kemudian
secara hampi bersamaan turun kembali ke keadaan dasar (ground state) dengan memancarkan
energi pada panjang gelombang yang lebih panjang.

Detektor Konduktivitas Listrik


Detektor elektrokimia biasanya didasarkan pada daya hantar listrik (konduktometri) dan
polarografi. Detektor jenis konduktometri biasanya digunakan untuk mendeteksi solut-solut yang
dapat mengalami reaksi redoks baik senyawa organik maupun anorganik. Adapun persyaratan
detektor yaitu: cukup sensitif, stabilitas, dan keterulangan tinggi, tidak erusak cuplikan, respon

linier terhadap solut, reliabilitas tinggi dan mudah digunakan.


Idealnya, suatu detektor harus mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a) Mempunyai respon terhadap solut yang cepat dan reprousibel
b) Mempunyia sensitifitas yang tinggi, yakni mampu mendeteksi solut pada kadar sangat kecil
c) Stabil dalam pengoperasiannya
d) Mempunyia sel volume yang kecil sehingga mampu meminimalkan pelebaran pita
e) Signal yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi solut pada kisaran yang luas
f) Tidak peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fasa gerak
6. Rekorder
Rekorder adalah alat untuk mencetak hasil percobaan pada lembar berupa
kumpulan puncak (kromatogram) kromatogram HPLC yang didapat berguna untuk
analisis kualitatif dan kuantitatif. Luas peak menyatakan konsentrasi komponen dalam
campuran dan jumlah peak menyatakan jumlah komponen. Analisis kualitatif dapat

dilakukan dengan cara membandingkan waktu retensi (r t) analit atau sampel dengan
waktu retensi standar. Sedangkan analisis kuantitatif depat dilakukan dengan
didasarkan pada luas peak atau tinggi peak dengan metode standar kalibrasi. (Drs.
Soebagjo, 2002:111)

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

Macam macam detektor umum HPLC :


Absorbansi
Fluoresence
Elektrokimia
Index refraksi
Konduktivitas
Spektrometri massa
FTIR
Light Scattering
Aktivitas optikal
Selektif elemen
Fotoionisasi
(Douglas A. Skoog, 2004: 980)

DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A., A.L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Hendayana, Sumar. (2006) . KIMIA PEMISAHAN Metode Kromatografi

dan

Elektroforensis Modern. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.


Tim Kimia Analitik Instrumen. (2009). Penuntun Praktikum Kimia Analitik Instrumen (KI
512). Bandung : Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Skoog, Douglas A, dkk. (2004). Fundamentals of Analytical Chemistry Eight Edition. Canada : Thomson
Learning, Inc.

Soebagjo, dkk. (2002). Kimia Analitik II. Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang :
Malang

Anda mungkin juga menyukai