Pengertiaan Kromotografi
Sebuah metode baru berdasarkan akselerasi ekstraksi pelarut (ASE) dengan analisis Ultra
Performance Liquid Chromatography (UPLC) telah dikembangkan untuk identifikasi dan
kuantifikasi sebagian besar alkaloid dari ekstrak Coptis chinesis. sistem UPLC terdiri dari sistem
deteksi dual photodioda (PDA) dan spektrometri massa dengan tandem ion positif elektrospray
ionisasi dalam konfigurasi sekuen. Parameter operasional dari ASE adalah pelarut ekstraksi,
temperatur ekstraksi, waktu ekstraksi yang stabil, dan cara ekstraksi yang optimum. Analisis
UPLC yang digunakan adalah kolom ACQUITY UPLC BEC C18 yang dielusi oleh fase gerak
asetonitril dengan larutan buffer yang terdiri dari 0,50% asam asetat dan 20 mmol/L amonium
asetat. Sebuah tandem qudropole spektrometer beroperasi dalam modus scan penuh baik dan
mode MS/MS untuk multiple reaction monitoring (MRM) digunakan untuk identifikasi dan
analisis kuantitatif 8 alkaloid utama pada ekstrak C. chinensis Franch. Sampel juga dianalisis
dengan sistem HPLC-ESI-TOF-MS untuk mengkonfirmasi hasil identifikasi.
Tiga dari delapan alkaloid utama yakni berberine, palmatine dan jatrorrhizine telah
terdeteksi oleh UPLC-PDA dan UPLC-MS/MS. Hasilnya mengindikasikan bahwa dari kedua
metode UPLC-PDA dan UPLC-MS/MS sensitif dan dapat diandalkan untuk penentuan alkaloid
dalam C. chinensis Franch. Tujuh sampel Huanglian dari lokasi yang berbeda dianalisis
menggunakan metode yang digunakan. Fingerprint UPLC berdasarkan distribusi 8 alkaloid
utama dapat menyediakan metode yang cepat dan diandalkan untuk pembuktian dan evaluasi
kualitas dari obat herbal tradisional cina.
Penemu Kromatografi adalah Tswett yang pada tahun 1903, mencoba memisahkan
pigmen-pigmen dari daun dengan menggunakan suatu kolom yang berisi kapur (CaSO4).
lstilah kromatografi diciptakan oleh Tswett untuk melukiskan daerah-daerah yang berwarna
yang bergerak kebawah kolom. Pada waktu yang hampir bersamaan, D.T. Day juga
menggunakan kromatografi untuk memisahkan fraksi-fraksi petroleum, namun Tswett lah
yang pertama diakui sebagai penemu dan yang menjelaskan tentang proses kromatografi.
Kromatografi cair, dalam praktek ditampilkan dalam kolom gelas berdiameter besar, pada
dasamya dibawah kondisi atmosfer. Waktu analisis lama dan segala prosedur biasanya sangat
membosankan. Pada akhir tahun 1960 an, semakin banyak usaha dilakukan untuk
pengembangan kromatografi cair sebagai suatu teknik mengimbangi kromatografi gas. High
Performance Liquid Chromatography (HPLC) atau Kromatografi Cair Penampilan Tinggi
atau High Preformance = Tekanan atau Kinerja Tinggi, High Speed = Kecepatan Tinggi dan
Modern = moderen) telah berhasil dikembangkan dari usaha ini. Kemajuan dalam keduanya
instrumentasi dan pengepakan kolom terjadi dengan cepatnya sehingga sulit untuk
mempertahankan suatu bentuk hasil keahlian membuat instrumentasi dan pengepakan kolom
dalam keadaan tertentu. Tentu saja, saat ini dengan teknik yang sudah matang dan dengan
cepat KCKT mencapai suatu keadaan yang sederajat dengan kromatografi gas.
HPLC atau KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk
analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah bidang, antara
lain : farmasi; lingkungan; bioteknologi; polimer; dan industri- industri makanan. Dalam
makalah ini akan dijelaskan beberapa keterangan tentang penggunaan HPLC ( High
Performance Liquid Chromatography).
HPLC (High Performance Liquid Chromatography) atau biasa juga disebut dengan
Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dikembangkan pada akhir tahun 1960-an dan awal
tahun 1970-an. Saat ini, HPLC merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk
analisis bahan obat, baik dalam bulk atau dalam sediaan farmasetik.
Prinsip kerja kromatografi cair kinerja tinggi adalah dengan bantuan pompa fasa gerak cair
dialirkan melalui kolom ke detector. Cuplikan dimasukkan ke dalam aliran fasa gerak dengan
cara penyuntikan. Di dalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen campuran. Karena
perbedaan kekuatan interaksi antara solute-solut terhadap fasa diam. Solut-solut yang kurang
kuat interaksinya dengan fasa diam akan keluar dari kolom lebih dulu. Sebaliknya, solut-solut
yang kuat berinteraksi dengan fasa diam maka solute-solut tersebut akan keluar kolom dideteksi
oleh detector kemudian direkam dalam bentuk kromatogram kromatografi gas. Seperti pada
kromatografi gas, jumlah peak menyatakan konsentrasi komponen dalam campuran. Instrumen
kromatografi cair kinerja tinggi antara lain terdiri dari fase gerak, pompa, kran cuplikan, kolom
dan detektor.
Instrumentasi HPLC pada dasarnya terdiri atas: wadah fase gerak, pompa, alat untuk
memasukkan sampel (tempat injeksi), kolom, detektor, wadah penampung buangan fase
gerak, dan suatu komputer atau integrator atau perekam.
Diagram skematik sistem kromatografi cair seperti ini :
Fase gerak sebelum digunakan harus disaring terlebih dahulu untuk menghindari partikel-
partikel kecil ini. Selain itu, adanya gas dalam fase gerak juga harus dihilangkan, sebab adanya
gas akan berkumpul dengan komponen lain terutama di pompa dan detektor sehingga akan
mengacaukan analisis.
Elusi dapat dilakukan dengan cara isokratik (komposisi fase gerak tetap selama elusi) atau
dengan cara bergradien (komposisi fase gerak berubah-ubah selama elusi) yang analog dengan
pemrograman suhu pada kromatografi gas. Elusi bergradien digunakan untuk meningkatkan
resolusi campuran yang kompleks terutama jika sampel mempunyai kisaran polaritas yang luas.
Fase gerak yang paling sering digunakan untuk pemisahan dengan fase terbalik adalah campuran
larutan bufer dengan metanol atau campuran air dengan asetonitril. Untuk pemisahan dengan
fase normal, fase gerak yang paling sering digunakan adalah campuran pelarut-pelarut
hidrokarbon dengan pelarut yang terklorisasi atau menggunakan pelarut-pelarut jenis alkohol.
Pemisahan dengan fase normal ini kurang umum dibanding dengan fase terbalik
2. Pompa
Pompa yang cocok digunakan untuk HPLC adalah pompa yang mempunyai syarat
sebagaimana syarat wadah pelarut yakni: pompa harus inert terhadap fase gerak. Bahan yang
umum dipakai untuk pompa adalah gelas, baja tahan karat, Teflon, dan batu nilam. Pompa yang
digunakan sebaiknya mampu memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu mengalirkan
fase gerak dengan kecepatan alir 3 mL/menit. Untuk tujuan preparatif, pompa yang digunakan
harus mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan 20 mL/menit.
Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantaran fase gerak adalah untuk menjamin
proses penghantaran fase gerak berlangsung secara tepat, reprodusibel, konstan, dan bebas dari
gangguan. Ada 2 jenis pompa dalam HPLC yaitu: pompa dengan tekanan konstan, dan pompa
dengan aliran fase gerak yang konstan. Tipe pompa dengan aliran fase gerak yang konstan sejauh
ini lebih umum dibandingkan dengan tipe pompa dengan tekanan konstan
Konsumsi fase gerak kolom mikrobor hanya 80% atau lebih kecil dibanding dengan
kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase gerak lebih lambat
(10 -100 μl/menit).
Adanya aliran fase gerak yang lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih ideal jika
digabung dengan spektrometer massa.
Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solut lebih pekat, karenanya jenis kolom
ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel terbatas misal sampel klinis.
Meskipun demikian, dalam prakteknya, kolom mikrobor ini tidak setahan kolom
konvensional dan kurang bermanfaat untuk analisis rutin. Kebanyakan fase diam pada HPLC
berupa silika yang dimodifikasi secara kimiawi, silika yang tidak dimodifikasi, atau polimer-
polimer stiren dan divinil benzen. Permukaan silika adalah polar dan sedikit asam karena adanya
residu gugus silanol (Si-OH). Silika dapat dimodifikasi secara kimiawi dengan menggunakan
reagen-reagen seperti klorosilan. Reagen-reagen ini akan bereaksi dengan gugus silanol dan
menggantinya dengan gugus-gugus fungsional yang lain. Oktadesil silika (ODS atau C18)
merupakan fase diam yang paling banyak digunakan karena mampu memisahkan senyawa-
senyawa dengan kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi. Oktil atau rantai alkil yang lebih
pendek lagi lebih sesuai untuk solut yang polar. Silika-silika aminopropil dan sianopropil (nitril)
lebih cocok sebagai pengganti silika yang tidak dimodifikasi. Silika yang tidak dimodifikasi akan
memberikan waktu retensi yang bervariasi disebabkan karena adanya kandungan air yang
digunakan.
5. Detektor HPLC
Detektor pada HPLC dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu: detektor universal (yang
mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat spesifik, dan tidak bersifat selektif) seperti
detektor indeks bias dan detektor spektrometri massa; dan golongan detektor yang spesifik yang
hanya akan mendeteksi analit secara spesifik dan selektif, seperti detektor UV-Vis, detektor
fluoresensi, dan elektrokimia.
Emisi cahaya terjadi karena proses absorbsi cahaya oleh atom yang mengakibatkan
keadaan atom tereksitasi. Keadaan atom yang tereksitasi akan kembali keadaan semula
dengan melepaskan energi yang berupa cahaya (deeksitasi). Fluoresensi merupakan proses
perpindahan tingkat energi dari keadaan atom tereksitasi (S1 atau S2) menuju ke keadaan
stabil (ground states). Proses fluoresensi berlangsung kurang lebih 1 nano detik sedangkan
proses fosforesensi berlangung lebih lama, sekitar 1 sampai dengan 1000 mili detik.
Fluoresensi spektroskopi menggunakan foton energi yang lebih tinggi untuk merangsang sampel,
yang kemudian akan memancarkan foton energi yang lebih rendah. Teknik ini telah menjadi populer
untuk biokimia dan aplikasi medis, dan dapat digunakan untuk mikroskopi confocal,
fluoresensi mentransfer resonansi energi, dan pencitraan fluoresensi seumur hidup.
Spektroskopi Fluoresensi Atom. Pada metode ini seperti pada spektroskopi absorpsi
atom untuk membentuk partikel-partikel atom diperlukan nyala api. Energi radiasi yang
diserap oleh partikel atom akan dipancarkan kembali ke segala arah sebagai radiasi
fluoresensi dengan panjang gelombang yang karakteristik. Sumber radiasi ditempatkan tegak
lurus terhadap nyala api sehingga hanya radiasi fluoresensiyang dideteksi oleh detektor
setelah melalui monokromator. Intensitas radiasi fluoresensi ini berbanding lurus dengan
konsentrasi unsur.
Fluoresensi adalah jenis tertentu dari luminescence, dicirikan bahwa zat yang mampu
menyerap energi sebagai bagian radiasi elektromagnetik dan kemudian memancarkan energi
itu sebagai radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang yang berbeda. Total energi yang
dipancarkan oleh cahaya selalu kurang dari total energi yang diserap dan perbedaan antara
energi tersebut yang hilang sebagai panas. Dalam kebanyakan kasus, panjang gelombang
yang dipancarkan lebih besar, dan karena itu, energi yang lebih rendah daripada yang diserap,
namun, jika radiasi eksitasi adalah intens, maka mungkin saja elektron menyerap dua foton,
dalam penyerapan bifotonic. Panjang gelombang yang dipancarkan lebih pendek dari yang
diserap, namun dalam kedua kasus total energi yang dipancarkan lebih kecil dari total energi
yang diserap. Umumnya zat neon menyerap energi dalam bentuk radiasi elektromagnetik
berbentuk gelombang pendek (P misalnya radiasi gamma, sinar-x, UV, biru muda, dll), dan
kemudian lagi memancarkan gelombang yang lebih panjang, misalnya dalam spektrum
terlihat paling mencolok dari fluoresensi terjadi ketika cahaya yang diserap berada dalam
kisaran ultraviolet dari spektrum tak terlihat oleh mata manusia dan cahaya yang dipancarkan
berada di kawasan yang terlihat.
Mekanisme fluoresensi melibatkan tiga langkah berurutan, masing-masing disebut
penyerapan (1), non-radiasi disipasi (2) dan emisi (3). Siklus penyerapan ini sangat singkat,
lamanya waktu berlalu dalam urutan nanodetik.
Mekanisme fluoresensi juga berkaitan erat dengan proses chemiluminescence. Zat yang
mampu memancarkan cahaya ketika menyala oleh berbagai jenis radiasi yang disebut
fluorophores. Hal ini dimungkinkan untuk mendapatkan berbagai macam warna dengan
fluoresensi, tergantung pada panjang gelombang memancarkan senyawa neon. Dalam
fenomenanya fluoresensi memungkinkan penyerapan energi oleh elektron, dari keadaan dasar
(S0) untuk keadaan tereksitasi (S1), kemudian elektron kembali dalam keadaan dasar disertai
dengan pelepasan kelebihan energi oleh radiasi yang dipancarlan. Dalam seluruh proses
fluoresensi terjadi dalam waktu kurang dari 0,00001 detik sama dengan pendar, tapi dengan
proses yang cepat. Perbedaan sehubungan dengan pendar, yaitu fluoresensi berlangsung
hanya selama stimulus. Fenomena fluoresensi memiliki banyak penggunaan di antaranya
digunakan dalam mineralogi, gemology, sensor kimia (fluoresensi spektroskopi), pigmen dan
pewarna, detektor biologis dan lampu neon. Kita ambil contoh Penggunaan dari fenomena
fluoresensi ini adalah lampu neon, fluoresensi bekerja saat di mana zat putih yang menutupi
kristal dalam memancarkan cahaya ketika arus listrik yang dibuat di dalam tabung.
Penggunaan lainnya adalah mendeteksi tiket palsu, karena hanya dicetak aktual membawa
pewarna fluorescent yang terlihat hanya dengan bantuan sebuah "cahaya hitam".
Proses fluoresensi dapat terjadi pada partikel dalam suatu medium. Hal tersebut terjadi
akibat respon terhadap cahaya eksitasi dari elemen-elemen penyusunnya (kumpulan-
kumpulan molekul atau atom yang relatif homogen) dengan mengasumsikan bahwa dimensi
partikel sangat tipis sehingga proses absorbsi terhadap cahaya eksitasi tidak mengalami
hambatan atau gangguan. Pada saat cahaya eksitasi datang menuju medium yang berisi
partikel-partikel, cahaya tersebut akan diabsorbsi oleh partikel-partikel sebesar IA dan
sebagian diteruskan (tanpa absorbsi) sebesar IT (persamaan 2.13). Cahaya yang diabsorbsi
selanjutnya dikonversi menjadi emisi cahaya fluoresensi (IF) oleh faktor efisiensi kuantum
ΦF.
Hubungan antara intensitas fluoresensi dan absorbansi suatu partikel akibat eksitasi
dari suatu sumber cahaya dinyatakan dengan menggunakan hukum Beer-Lambert. Intensitas
cahaya eksitasi yang ditransmisikan oleh sejumlah konsentrasi partikel N sebesar IT(λE) pada
Molekul zat menyerap energi cahaya yang dipancarkan panjang gelombang ultraviolet,
terlihat (inframerah) wilayah spektrum fluoresensi, sesuai dengan karakteristik spektral dan
intensitas analisis kualitatif dan kuantitatif zat, analisis ini adalah analisis fluoresensi molekul.
1. Proses yang terjadi molekul fluoresensi
Molekul neon terjadi terutama mencakup tiga proses: 1, eksitasi molekul, 2 molekul untuk
mengaktifkan, 3, fluoresensi terjadi.
Termasuk singlet bersemangat dan triplet tereksitasi keadaan tereksitasi, sebagian besar
molekul berisi bahkan jumlah elektron dalam keadaan dasar, pasangan elektron dari atom atau
molekul hadir dalam setiap orbit, berputar dipasangkan dalam arah yang berlawanan, elektron
spin bersih nol: S = ½ (- ½) = 0, multiplisitas M = 2S 1 = 1 (M adalah bilangan kuantum
magnetik), oleh karena itu, molekul anti-(anti-) magnet, itu bisa tingkat tanpa medan magnet
eksternal dan divisi, yang disebut "keadaan singlet." Ketika sepasang molekul keadaan dasar
menyerap radiasi sinar elektron sangat tertarik untuk energi yang lebih tinggi transisi orbital,
biasanya tidak mengubah arah spin, yaitu Ä S = 0, maka masih keadaan tereksitasi singlet,
yaitu, "tunggal (re) bersemangat negara", jika proses transisi elektron, juga disertai dengan
perubahan arah spin, maka akan memiliki dua elektron tidak berpasangan berputar, spin
bersih tidak sama dengan nol, dan sama dengan 1: S = 1/2 1 / 2 = 1 multiplisitas: M = 2S 1 =
3. Yaitu molekul yang dipengaruhi oleh medan magnet menghasilkan membelah energi,
negara ini bersemangat disebut "tiga baris (berat) keadaan tereksitasi "triplet exciton"
daripada "singlet bersemangat negara" energi yang lebih rendah.
Tingkat terluar elektron energi molekul, termasuk S0 (keadaan dasar), dan S1 keadaan
tereksitasi, S2, ....., ..... T1, dan masing-masing mencakup serangkaian tingkat energi
elektronik sangat dekat dengan tingkat getaran. Molekul dalam keadaan tereksitasi tidak
stabil, dalam waktu singkat melalui berbagai saluran dalam kelebihan melepaskan energi
(radiasi atau transisi radiasi) menyatakan Kembali bersemangat, proses yang dikenal sebagai
"de-aktivasi", saluran tersebut adalah: (1) relaksasi getaran, (2) konversi internal, (3)konversi
eksternal, (4) lompatan antar sistem, (5) emisi fluoresensi, (6) emisi berpendar.
Molekul dalam keadaan tereksitasi, saluran yang berbeda melalui ke keadaan dasar, yaitu
terjadinya fluoresensi. Cara yang lebih cepat, yang berarti terjadi istimewa. Jika - begitu
bersemangat molekul proses penonaktifan fluoresensi lebih cepat dibandingkan dengan proses
lainnya, kemungkinan terjadinya fluoresensi tinggi dan kekuatan. Jika begitu cepat proses
penonaktifan molekul fluoresensi lambat dibandingkan dengan proses lainnya, fluoresensi
lemah atau tidak terjadi.
Tujuh sampel C. chinesis franch dibeli dari toko obat yang berbeda di daerah Qingdao,
China. Standar dari Berberine Hidroklorida, Palmatine Hidroklorida dan Jatrorhizhine
Hidroklorida diperoleh dari National Institute for the Control of Pharmaceutical and Biological
Products of China.
Amonium asetat dan asam asetat didapat dari Fluka ( Buch, Swiss). Asetonitril untuk
HPLC berasal dari Fisher Chemicals (Pittsburg, PA, Amerika Serikat). Bahan kimia lainnya
seperti metanol, etanol dan lainya didapatkan dari Shanghai Chemical Factory ( Shanghai,
China). Air dimurnikan menggunakan sebuah sistem pemurnian air Milli-Q (Milipore,Bedfore,
MA, Amerika Serikat).
2. Preparasi Sampel
C. Chinensis Franch kering digiling menggunakan penumbuk dan mortar. Setelah halus
serbuk tersebut diayak dengan pengayak baja 0,3 mm sebelum ekstraksi.
Ekstraksi Refluks
Pemanasan Refluks Ekstraksi dilakukan dalam kondensor dingin dan labu alas bulat 100
mL. Etanol 80% dengan 0,5 % HCl digunakan sebagai pelarut. Satu gram sampel bubuk
ditambahkan dan 35 mL pelarut ditambahkan dalam labu alas bulat. Suspensi diekstraksi selama
1 jam pada suhu 90 C dengan perendaman dan penyaringan. Ekstraksi diulangi dengan
penambahan waktu 2 kali dan ekstrak yang dihasilkan digabung. Ekstrak gabungan tersebut
disaring, dan dievaporasi hingga kering menggunakan rotary evaporator pada suhu 50 C.
Residunya dilarutkan dalam 50 mL etanol dan disaring menggunakan filter membran nilon 0,45
µm.
Ekstraksi Ultrasonik
Sebuah sistem ASE 100 (Dionex, Sunnyvale, CA, Amerika Serikat) dilengkapi bejana
baja berukuran 34 mL digunakan untuk ekstraksi cairan bertekanan. Sekitar 1 gram bubuk C.
Chinensis Franch dihomogenasi menggunakan diatomaceous earth pada berat yang sama dan
ditempatkan pada sebuah sel ekstraksi. Sel ekstraksi ditempatkan dalam korsel dan sampel
diekstraksi dalam kondisi tekanan rendah. Ekstrak dievaporasi hingga kering menggunakan
rotary evaporator pada suhu 50 C. Residu dilarutkan kembali dengan 50 metanol dan disaring
dengan filter membran nilon 0,45 µm sebelum diinjekkan ke sistem UPLC.
Watson, David G. 2009. Analisis Farmasi : Buku Ajar untuk Mahasiswa Farmasi dan Praktisi
Kimia Farmasi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Herman, Blaschke G. 1994. Analisis Farmasi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III.
Departemen Kesehatan RI Jakarta.
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.
Departemen Kesehatan RI Jakarta.