Disusun Oleh :
Kelompok 7
Risa Nurkomarasari (0800530)
Ersan Yudhapratama (0801357)
Redi Ahmad Fauzi (0805450)
A. Tujuan
1. Mahasiswa memahami cara kerja instrument HPLC untuk analisis kuantitatif.
2. Mahasiswa dapat melakukan preparasi dengan tepat dan akurat, serta dapat
mengikuti manual pengoperasian HPLC.
3. Mahasiswa dapat menentukan/menghitung kadar parasetamol dalam sampel.
B. Tinjauan Pustaka
Kromatografi cairan kinerja tinggi atau dalam bahasa inggrisnya
dikenal dengan sebutan HPLC (High Performance Liquid Chromatography)
merupakan salah satu teknik pemisahan campuran secara modern. Teknik HPLC
ini merupakan salah satu teknik kromatografi cair-cair, yang dapat digunakan baik
untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dengan
teknik HPLC didasarkan pada pengukuran luas/area puncak analit dalam
kromatogram, dibandingkan dengan luas/area standar. Pada prakteknya,
pembandingan kurang menghasilkan data yang akurat bila hanya melibatkan satu
standar. Oleh karena itu, maka pembandingan dilakukan dengan menggunakan
teknik kurva kalibrasi.
(Tim Kimia Analitik Instrumen. 2010:11)
Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) merupakan sistem
pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi. Hal ini karena didukung
oleh kemajuan dalam teknologi kolom, sistem pompa tekanan tinggi, dan detektor
yang sangat sensitif dan beragam. KCKT mampu menganalisa berbagai cuplikan
secara kualitatif maupun kuantitatif, baik dalam komponen tunggal maupun
campuran. KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk
analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah bidang
antara lain; farmasi, lingkungan dan industri-industri makanan. Kegunaan umum
KCKT adalah untuk pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun
senyawa biologis, analisis ketidakmurnian (impurities) dan analisis senyawa-
senyawa yang tidak mudah menguap (nonvolatil). KCKT paling sering digunakan
untuk: menetapkan kadar senyawa-senyawa tertentu seperti asam-asam amino,
asam-asam nukleat dan protein-protein dalam cairan fisiologis, menentukan kadar
senyawa-senyawa aktif obat dan lain-lain.
Beberapa senyawa organik yang mudah terurai (labil) pada
pemanasan dapat dianalisis dengan cara kromatografi cairan kinerja tinggi atau
HPLC karena HPLC dilakukan pada suhu kamar. Selain senyawa organic teknik
HPLC juga dapat menganalisis senyawa anorganik, cuplikan yang mempunyai
berat molekul tinggi atau titik didihnya tinggi seperti polimer.
Kelebihan KCKT antara lain:
Mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran
Resolusinya baik
Mudah melaksanakannya
Kecepatan analisis dan kepekaannya tinggi
Dapat dihindari terjadinya dekomposisi/kerusakan bahan yang dianalisis
Dapat digunakan bermacam-macam detektor
Kolom dapat digunakan kembali
Mudah melakukan rekoveri cuplikan
Tekniknya tidak begitu tergantung pada keahlian operator dan
reprodusibilitasnya lebih baik
Instrumennya memungkinan untuk bekerja secara automatis dan kuantitatif
Waktu analisis umumnya singkat
Kromatografi cair preparatif memungkinkan dalam skala besar
Ideal untuk molekul besar dan ion
(Putra, Effendy De Lux. 2004 :8)
Keterbatasan metode KCKT adalah untuk identifikasi senyawa, kecuali jika
KCKT dihubungkan dengan spektrometer massa (MS). Keterbatasan lainnya adalah
jika sampelnya sangat kompleks, maka resolusi yang baik sulit diperoleh.
Prinsip kerja HPLC adalah sebagai berikut dengan bantuan pompa, fasa
gerak cair dialirkan melalui kolom ke detektor, cuplikan dimasukkan ke dalam fasa
gerak dengan penyuntikan. Didalam kolom terjadi pemisahan kompenen-komponen
campuran karena perbedaan kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap fasa
diam. Solut-solut yang kurang kuat interaksinya dengan fasa diam akan keluar dari
kolom terlebih dahulu, sebaliknya solut-solut yang kuat interaksinya dengan fasa
diam akan keluar dari kolom lebih lama. Setiap komponen campuran yang keluar
dideteksi oleh detector kemudian direkam dalam bentuk kromatogram.
Kromatogram HPLC serupa dengan kromatogram gas. (Hendayana,
Sumar.2006:69)
Pompa pneumatic
Dalam pompa ini pelarut didorong oleh gas bertekanan tinggi. Pompa
jenis murah dan bebeas pulsa. Akan tetapi mempunyai keterbatasab kapasitas
dan tekanan yang dihasilkan serta kecepatan alir bergantung pada viskositas
pelarut dan tekanan balik kolom.
3. Pemasukan cuplikan
Kebanyakan pemasukan cuplikan ke dalam kolom dapat menyebabkan
band broadening. Oleh karena itu, cuplikan yang dimasukan harus sekecil
mungkin, beberapa puluh miroliter. Teknik pemasukan cuplikan kedalam sistem
HPLC melalui injeksi srynge, injeksi “stop-flow”, dan kran cuplikan.
Untuk mencegah interaksi antara zat terlarut dengan gugus –SiOH, silica
sering direaksikan dengan Si(CH3)3Cl. Sifat dari fasa diam ditentukan oleh sifat
organosilane‟s gugus alkil. Jika R adalah gugus fungsional polar, maka fasa
diam akan polar. Contoh fasa diam polar, dimana R terdiri dari cyano (-
C2H4CN), diol (-C3H6OCH2CHOHCH2OH), atau amino (-C3H6NH2). Karena
fasa diam polar, fasa bergerak adalah nonpolar atau pelarut yang cukup polar.
Kombinasi dari fasa diam polar dan fasa gerak non polar disebut kromatografi
fasa normal. Dalam kromatografi fasa terbalik, sering ditemui dalam HPLC, fasa
diam non-polar dan fasa gerak polar. Fasa diam non-polar paling umum
menggunakan organochlorosilane dengan R adalah n-octyl (C8) atau n-
octyldecyl (C18) rantai hidrokarbon.
Kolom pengaman disebut juga pra-kolom karena diletakkan sebelum
sisem pemasukan cuplikan. Kolom ini berukuran pendek, 5 cm dengan diameter
4,6 mm dan biasanya dipaking dengan partikel silika berukuran lebih besar dari
ukuran partikel kolom utama. Kolom pengaman mempunyai dua fungsi yaitu
untuk menyaring kotoran yang terbawa dalamfasa diam dan untuk menjenuhkan
fasa diam dalam rangka menghindarkan terjadinya erosi fasa diam oleh aliran
pelarut. Dengan demikian, kerusakan kolom utama yang mahal dapat
dihindarkan.
5. Detektor
Berbagai detektor untuk HPLC telah tersedia, walaupun demikian
detektor harus memenuhi persyaratan berikut :
1. Cukup sensitif
2. Stabilitas dan ketrulangan tiggi
3. Respon linear terhadap solut
4. Waktu respon pendek sehingga tidak bergantung alir
5. Reliabilitas tinggi dan mudah digunakan
6. Tidak merusak cuplikan.
Detektor HPLC dikelompokkan ke dalam tiga jenis detektor yaitu
detektor umum memberi respon terhadap fasa gerak yang dimodulasi dengan
adanya solut. Sebaliknya, detektor spesifik memberi respon terhadap beberapa
sifat solut yang tidak dimiliki oleh fasa gerak. Terakhir, detektor yang brsifat
umum terhadap solut setelah fasa gerak dihilangkan dengan penguapan.
Tabel 2 Karakteristik detector HPLC
Maksimum Peka terhadap Sensitivitas
Dasar Pendeteksian Jenis
Sensitifitas kecepatan alir ? suhu
Absorbsi UV Spesifik 2 x 10-16 Tidak Rendah
Absorbsi IR Spesifik 10-6 Tidak Rendah
Flourometri Spesifik 10-11 Tidak Rendah
Indek bias Umum 1 x 10-7 Tidak + 10-4 °C
Konduktometri Spesifik 10-8 Ya 2% °C
Spektometri massa Umum 10-10 Tidak Tidak ada
Elektrokimia Spesifik 10-12 Ya 1,5 % °C
Detektor UV
Detektor UV terutama digunakan untuk pendeteksian senyawa-senyawa
organik. Detektor UV dilengkapi dengan pengatur panjang gelombang sehingga
panjang gelombang UV yang digunakan dapat dipilih disesuaikan dengan jenis
cuplikan yang diukur. Walaupun demikian, biasanya panjang gelombang UV
yang digunakan adalah pada 254 nm karena kebanyakan senyawa organik
menyerap sinar UV pada sekitar panjang gelombang tersebut.
4000000
3500000
Luas Area
3000000
2500000
1000000
500000
0
24,8 49,6 74,4 99,2 124
2000000
1500000
1000000
500000
0
24,8 49,6 74,4 99,2 124
2000000
1500000 y = 30662,9556x + 316072,10000
R² = 0.9974
1000000
500000
0
24,8 49,6 74,4 99,2 124
2000000
1500000
1000000
500000
0
24,8 49,6 74,4 99,2 124
Kolom
Pompa
Instrumen HPLC