Anda di halaman 1dari 7

JURNAL PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN

Penentuan Kadar
K Aspirin dengan HPLC

Disusun oleh :
Nama : Rizkiyah
NIM : 16030234018
Kelas : Kimia B 2016

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2019
A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Aspirin dengan HPLC

B. Tanggal Percobaan
Mulai : Selasa, 26 Februari 2019 ; 09.30 WIB
Selesai : Selasa, 26 Februari 2019 ; 12.00 WIB

C. Tujuan Percobaan
Menentukan kadar konsentrasi aspirin dalam sampel dengan menggunakan HPLC.

D. Dasar Teori
a) High performance liquid chromatography (HPLC)

HPLC (High Performance Liquid Chromatography) merupakan tipe kromatografi


elusi yang paling serbaguna dan digunakan secara luas. Teknik ini digunakan oleh para
kimiawan untuk memisahkan dan menentukan spesi-spesi dalam berbagai bahan atau
senyawa seperti senyawa organik, anorganik, maupun material biologis. Pada
kromatografi cair, fasa gerak merupakan pelarut cair berisi sampel yang berupa campuran
dari bahan-bahan terlarut. Jenis-jenis kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC) biasanya
dikelompokkan oleh mekanisme pemisahannya ataupun jenis fasa diamnya.
Pengelompokkan tersebut diantaranya:
a) Partisi atau Kromatografi Cair-Cair
b) Adsorpsi atau kromatografi Padat-Cair
c) Penukar Ion atau Kromatografi Ion
d) Size-Exclusion Chromatography (Kromatografi Eksklusi Ukuran)
e) Kromatografi Afinitas
f) Kromatografi Kiral
(Skoog, 2004).
Ada dua cara pengelusian dalam kromatografi cair kinerja tinggi, yaitu elusi
isokratis dan elusi gradien. Elusi yang menggunakan pelarut tunggal dengan komposisi
tetap atau campuran beberapa pelarut ynag komposisinya dibuat tetap disebut elusi
isokratik. Sedangkan pada elusi gradien, digunakan dua (atau kadang lebih) pelarut dalam
suatu sistem yang memiliki perbedaan kepolaran yang besar / signifikan. Perbandingan
dari kedua atau lebih pelarut ini divariasikan melalui cara yang telah ditentukan dengan
program saat pemisahan berlangsung. Pengubahan perbandingan ini kadang dilakukan
secara terus-menerus dan kadang secara bertahap. Elusi gradien seringkali meningkatkan
efisiensi pemisahan, seperti halnya pemrograman suhu pada GC. Instrumen HPLC
modern biasanya dilengkapi dengan katup yan berpotongan sehingga dapat memasukkan
cairan dari dua atau lebih reservoir dengan perbandingan yang dapat divariasikan secara
terus menerus (Skoog, 2004).

b) Kromatografi

Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan


distribusi dari komponen campuran tersebut diantarany dua fase, yaitu fase diam
(stationary) dan fase bergerak (mobile). Fase diam dapat berupa zat padat atau zat cair,
sedangkan fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas. Dalam kromatografi fase
bergerak dapat berupa gas atau zat cair dan fase diam dapat berupa zat padat atau zat cair
(Acun, 2010).
Kromatografi adalah metode suatu proses fisik yang digunakan untuk
memisahkan komponen-komponen dari suatu campuran senyawa kimia. Dalam
kromatografi, campuran tersebut dibuat sebagi zona yang sempit (kecil) pada salah satu
ujung media porus seperti adsorben, yang disebut alas atau landasan kromatografi
(Hendayana, 2006).
Di dalam kromatografi cair komposisi dari solven atau rasa gerak adalah salah
satu dari variabel yang mempengaruhi pemisahan. Terdapat variasi yang sangat luas pada
solven yang digunakan untuk KCKT/HPLC, tetapi ada beberapa sifat umum yang sangat
disukai, yaitu rasa gerak harus :
1. Murni, tidak terdapat kontaminan
2. Tdak bereaksi dengan wadah (packing)
3. Sesuai dengan defektor
4. Melarutkan sampel
5. Memiliki visikositas rendah
6. Bila diperlukan, memudahkan "sample recovery"
7. Diperdagangan dapat diperoleh denganharga murah (reasonable price)
Umumnya, semua solven yang sudah digunakan langsung dibuang karena
prosedur pemumiannya kembali sangat membosankandan mahal biayanya. Dari semua
persyaratan di atas, persyaratan 1) s/d 4) merupakan yang sangat penting. Menghilangkan
gas (gelembung udara) dari solven, terutama untuk KCKT/HPLC yang menggunakan
pompa bolak balik(reciprocating pump) sangat diperlukan terutama bila detektor tidak
tahan kinerja sampai 100 psi. Udara yang terlarut yang tidak dikeluarkan akan
menyebabkan gangguan yang besar di dalam detektor sehingga data yang diperoleh tidak
dapat digunakan (the data may be useless). Menghilangkan gas (degassing) juga sangat
baik bila menggunakan kolom yang sangat sensitif terhadap udara (contoh :kolom
berikatan dengan NH2) (Effendy De Lux Putra, 2004).

c) Komponen-komponen alat dalam HPLC

Komponen-komponen alat dalam HPLC diantaranya ialah:


 Reservoir (wadah pelarut / cairan)
 Pompa
 Sistem injeksi sampel
 Kolom, terdiri dari
1. Kolom Analitik / Kolom Utama
2. Kolom Guard
3. Termostat
 Detektor
 Komputer (Pengolah data)
Gambar 1. HPLC
Reservoir merupakan wadah yang menampung cairan-cairan yang akan
digunakan dalam pemisahan. Cairan-cairan tersebut berupa pelarut. Masing-masing
reservoir dihubungkan kepada katup berpotongan, dimana katup ini berfungsi untuk
mengatur cairan-cairan yang masuk / dipompa kedalam kolom.
Pelarut dimasukkan ke kolom melalui pipa atau selang menggunakan pompa.
Pelarut dipompa dari reservoir sehingga dapat membawa sampel menuju kolom. Pompa
yang digunkan dalam HPLC hatus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Harus memiliki aliran terkontrol yang ‘reproducible’
2) Harus menghasilkan aliran yang ‘pulse-free’ (bebas pulsa, tidak
menghasilkan gelembung)
3) Hold-up volume (volume tampungan) kecil
(Budhiraja, 2004).
Karena HPLC menggunakan tekanan yang cukup tinggi, mustahil sampel dapat
diinjeksikan dengan cara yang sama seperti pada kromatografi gas. Maka dari itu, sampel
dimasukkan melalui loop injector. Sampling loop dapat diganti dan tersedia pada volume
0,5 mikroliter sampai 2 mililiter. Pada posisi terisi, sampling loop terisolasi dari fasa
gerak dan terbuka terhadap atmosfer. Sebuah syringe dengan kapasitas beberapa kali dari
loop sampling digunakan untuk menempatkan sampel kedalam loop.
Kolom yang paling umum digunakan untuk HPLC dibuat dari stainless steel
dengan diameter internal antara 2,1 mm dan 4,6 mm dengan panjang mulai dari sekitar
30 mm sampai 300 mm. kolom-kolom ini dipak dengan 3-10 mikrometer partikel-
partikel silika berpori yang dapat berbentuk irregular atau spherical. Kolom ini berfungsi
sebagai tempat pemisahan berlangsung.
Terdapat dua masalah yang menyebabkan kolom analitik berkurang masa
hidupnya. Pertama, zat terlarut yang mengikat fasa diam secara irreversibel menurunkan
performa kolom karena fasa diam yang tersedia menjadi berkurang. Kedua, material
partikulat yang diinjeksikan bersama sampel dapat menyumbat kolom analitik. Maka dari
itu, kolom guard ditempatkan sebelum kolom analitik untuk meminimalisasi masalah-
masalah tersebut. Kolom guard biasanya berisi material partikulat packing dan fasa diam
yang sama dengan kolom analitik, namun jauh lebih pendek dan murah. Panjangnya 7,5
mm dan harganya satu persepuluh dari kolom analitik. Hal ini dikarenakan kolom guard
digunakan sebagai “tumbal” dan diganti secara berkala.
Selanjutnya sampel yang telah terpisahkan dibawa menuju detektor. Detektor ini
berfungsi untuk memberikan sinyal sehingga data dapat diolah dan ditampilkan.
Detektor-detektor yang dapat digunakan dalam HPLC diantaranya:
 Detektor Spektroskopi (adsorpsi sinar UV)
 Detektor elektrokimia
Selain itu, ada juga detektor yang menggunakan pengukuran pada perubahan
index refraksi dari fasa gerak, namun kurang berguna untuk elusi gradien kecuali
komponen-komponen fasa gerak memiliki index refraksi yang mirip (David, 2000).

d) Kelebihan

KCKT dapat dipandang sebagai pelengkap Kromatografi Gas (KG). Dalam banyak hal
kedua teknik ini dapat digunakan untuk memperoleh efek pemisahan yang sama membaiknya.
Bila derivatisasi diperlukan pada KG, namun pada KCKT zat-zat yang tidak diderivatisasi dapat
dianalisis. Untuk zat-zat yang labil pada pemanasan atau tidak menguap, KCKT adalah pilihan
utama. Namun demikian bukan berarti KCKT menggantikan KG, tetapi akan memainkan peranan
yang lebih besar bagi para analis laboratorium. Derivatisasi juga menjadi populer pada KCKT
karena teknik ini dapat digunakan untuk menambah sensitivitas detektor UV Visibel yang
umumnya digunakan.
KCKT menawarkan beberapa keuntungan dibanding dengan kromatografi cair klasik,
antara lain:
1. Cepat: Waktu analisis umumnya kurang dari1 jam. Banyak analisis yang dapat diselesaikan
sekitar 15-30 menit. Untuk analisis yang tidak rumit (uncomplicated), waktu analisis kurang
dari 5 menit bisa dicapai
2. Resolusi : Berbeda dengan KG, Kromatografi Cair mempunyai dua rasa dimana interaksi
selektif dapat terjadi. Pada KG, gas yang mengalir sedikit berinteraksi dengan zat padat;
pemisahan terutama dicapai hanya dengan rasa diam.
3. Kemampuan zat padat berinteraksi secara selektif dengan fasa diam dan fasa gerak
4. pada KCKT memberikan parameter tambahan untuk mencapai pemisahan yang diinginkan.
5. Sensitivitas detektor: Detektor absorbsi UV yang biasa digunakan dalam KCKT dapat
mendeteksi kadar dalam jumlah nanogram (10-9 gram) dari bermacam- macam zat.
Detektor-detektor Fluoresensi dan Elektrokimia dapat mendeteksi jumlah sampai
picogram(10-12 gram). Detektor-detektor seperti Spektrofotometer Massa, Indeks Refraksi,
Radiometri, dll dapat juga digunakan dalam KCKT
6. Kolom yang dapat digunakan kembali: Berbeda dengan kolom kromatografi klasik, kolom
KCKT dapat digunakan kembali (reusable) . Banyak analisis yang bisa dilakukan dengan
kolom yang sma sebelum darijenis sampel yang diinjeksi, kebersihan dari solven dan jenis
solven yang digunakan Ideal untuk zat bermolekul besar dan berionik :zat – zat yang tidak
bisa dianalisis dengan KG karena volatilitas rendah , biasanya diderivatisasi untuk
menganalisi spsesies ionik. KCKT dengan tipe eksklusi dan penukar ion ideal sekali untuk
mengalissis zat –zat tersebut.
7. Mudah rekoveri sampel: Umumnya setektor yang digunakan dalam KCKT tidak
menyebabkan destruktif(kerusakan) pada komponen sampel yang diperiksa, oleh karena itu
komponen sampel tersebut dapat dengan mudah dikumpulkan setelah melewati
detector.Solvennya dapat dihilangkan dengan menguapkan ksecuali untuk kromatografi
penukarion memerlukan prosedur khusus.
(Effendy De Lux Putra,, 2004
2004).

e) Aspirin

Gambar 2. Aspirin
spirin

Aspirin adalah asam organik lemah yang unik diantara obat-obat


obat obat AINS dalam
asetilasi (dan juga inaktivasi) siklo
siklo-oksigenase
oksigenase irreversible. Aspirin cepat dideasetilasi
oleh esterase
terase dalam tubuh, menghasilkan salisilat yang mempunyai efek anti-inflamasi,
anti
antipiretik dan atau analgesik. Efek antipiretik dan anti
anti-inflamasi
inflamasi salisilat terjadi karena
penghambatan sintesis prostaglandin di pusat pengaturan panas dalam hipotalmus dan
perifer
erifer di daerah target (Mycek, 2002).

Aspirin bersifat analgesik yang efektif sebagai penghilang rasa sakit. Selain itu,
aspirin juga merupakan zat anti-inflammatory,
anti inflammatory, untuk mengurangi sakit pada cedera
ringan seperti bengkak dan luka yang memerah. Aspirin juga merupakan zat antipiretik
yang berfungsi untuk mengurangi demam. Tiap tahunnya, lebih dari 40 juta pound
aspirin diproduksi di Amerika Serikat, sehingga rata
rata-rata
rata penggunaan aspirin mencapai
300 tablet untuk setiap pria, wanita serta anak
anak-anak
anak setiap tahunnya. Penggunaan aspirin
secara berulang-ulang
ulang dapat mengakibatkan pendarahan pada lambung dan pada dosis
yang cukup besar dapat mengakibatkan reaksi seperti mual atau kembung, diare, pusing
dan bahkan berhalusinasi. Dosis rata
rata-rata adalah 0.3-11 gram, dosis yang mencapai 10
10-30
gram dapat mengakibatkan kematian (Austin, 1984).

E. Alat dan Bahan


a. Alat-alat
1. HPLC 1 set
2. Labu ukur 100 mL 1 buah
3. Gelas kimia 50 mL 5 buah
4. Gelas ukur 25 mL 1 buah
5. Pipet volume 50 mL 1 buah
6. Propipet 1 buah
7. Pipet tetes 2 buah
b. Bahan-bahan
1. Larutan baku aspirin 100 ppm 50 mL
2. Aspirin 0,1 g
3. Aquades secukupnya
F. Alur Percobaan
a. Pembuatan larutan standar

Larutan baku
aspirin 100 ppm

1. Dilakukan pengenceran
bertingkat untuk didapatkan
larutan standar 10, 20, 30, 40
dan 50 ppm

Larutan standar aspirin 10,


20, 30, 40 dan 50 ppm

1. Diuji dengan menggunakan


HPLC
2. Dibuat kurva

Persamaan kurva

b. Penentuan konsentrasi sampel

0,1 g aspirin

1. Dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL


2. Diencerkan dengan aquades sampai tanda batas
3. Diuji dengan hplc
Konsentrasi

G. Daftar Pustaka

Acun., Sodiyc. 2010. Kromatografi Gas. Jakarta.


Austin, George T. 1984. Shreve’s Chemical Process Industries 5th ed. Singapura : McGraw-
Hill Book Co.
Budhiraja, R.P. 2004. Separation Chemistry. New Delhi : New Age International (p) Ltd.
David, Haervey. 2000. Modern Analytical Chemistry. New York : McGraw-Hill.
Effendy De Lux Putra. 2004. Jurnal Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dalam Bidang
Farmasi.
Hendayana, Sumar. 2006. Kimia Pemisahan Metode Kromatografi Dan Elektroforensis
Modern. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Mycek, Mary.J , 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2. Jakarta : Widya Medika.

Skoog, dkk. 2004. Fundamentals of Analytical Chemistry. USA : Thomson Brooks/Cole

Anda mungkin juga menyukai